2.1.2. Faktor-faktor Organisasi
Menurut Robbins 2008:370 faktor-faktor organisasi adalah seluruh kegiatan yang terjadi dalam sebuah organisasi yang bisa berupa tekanan-tekanan didalam
bekerja. Faktor –faktor organisasi itu sendiri dikelompokkan menjadi tiga bagian
yaitu : a.
Tuntutan tugas Faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang, yaitu yang mencakup desian
pekerjaan individual Otonomi, keragaman tugas, tingkat otomatisasi, kondisi kerja, beban kerja yang berlebihan, waktu kerja yang melebihi standart jam kerja yang
ditetapkan dan tata letak fisik pekerjaan. Menurut Everly dan Girdano dalam Sihombing, 2012:16 faktor organisasi
berupa beban kerja yaitu kombinasi dari beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif. Beban berlebihan secara fisik dan mental yaitu harus melakukan terlalu
banyak hal. Unsure yang menimbulkan beban berlebih kualitatif adalah desakkan waktu yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secara tepat pada saat tertentu
dalam hal waktu akhir deadline justru dapat meningkatkan motivasi dan menghasilkan prestasi kerja yang tinggi. Namun bila desakkan waktu menimbulkan
banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan seseorang. Beban kerja terlalu kuantitatif juga dapat mempengaruhi kesejahteraan
psikologi seseorang. Pada pekerjaaan yang sederhana, dimana banyak sekali terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosa dan rasa monoton. Kebosanan dalam kerja
rutin sehari-hari sebagi hasil dari terlampau sedikitnya tugas yang harus deal. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
secara potensial membahayakn jika tenaga kerja gagal dalam bertindak tepat dalam keadaan darurat.
b. Tuntutan peran
Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam individu. Adapun
yang termasuk dalam tuntutan peran yaitu konflik peran dan struktur organisasi. Setiap individu atau karyawan bekerja sesuai dengan perannya dalam
organisasi. Jika setiap individu mempunyai kelompok tugs yang harus dikerjakan sesuai dengan aturan-aturan yang sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Namun
karyawan atau individu tidak selalu berhasil memainkan perannya. Sehingga meninmbulkan kurang baik berfungsinya peran dan ketaksaan peran role ambiguity.
c. Tuntutan antar pribadi
Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain, sehingga kurangnya dukungan sosial dari rekan kerja dan hubungan antar pribadi
yang buruk dapat menimbulkan stress. Adapun yang termasuk dalam tuntutan antar pribadi yaitu konflik kerja dan kepemimpinan organisasi.
Suatu organisasi dikatakan baik jika hubungan antar individu baik itu komunikasi atau peran yang dijalankan individu dalam organisasi tersebut. Tidak
sering dalam organisasi tersbut terjadi konflik. Menurut Wahyudi 2006:35 konflik sering muncul karena kesalahn dalam berkomunikasi tentang keinginan dan adanya
kebutuhan dan nilai-nilai kepada orang lain. Kegagalan komunikasi dikarenakan
Universitas Sumatera Utara
proses komunikasi yang kurang baik, pesan sulit dipahami oleh karyawan karena perbedaan pengetahuan, kebutuhan dan nilai-nilai yang diyakini pimpinan.
Selain adanya konflik kerja yang mempengaruhi tuntutan antar pribadi adalah kepemimpinan dalam organisasi. Pimpinan merupakan orang yang dapat memberikan
motivasi kepada bawahannya. Menurut Kartono 2005:41 Kepemimpinan dapat didefenisikan sebagai suatu sikap seorang pimpinan yang memiliki kemampuan
dalam mengadakan koordinasi, membuat konsep sekaligus menjabarkan tujuan – tujuan umum yang jelas, bersikap adil dan tidak berat sebelah, sanggup membawa
kelompok kepada tujuan yang pasti dan menguntungkan, dan membawa pengikutnya kepada kesejahteraan.
Jika seorang pimpinan dapat mengedalikan semua bentuk sikap mapun kegiatan karyawannya dengan baik memicu semnagat karyawan dalam bekerja.
Namun jika seorang pimpinan tidak dapat menjalin hubungan baik dengan bawahan atau karyawannya, maka akan menimbulkan konflik antar karyawan dengan
pimpinan yang dapat menurunkan kinerja karyawan.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Lingkungan Kerja