59
“Omong kosong,” Hideyoshi memberi isyarat agar kedua pengembara itu berdiri. “Kebanyakan orang meminta pekerjaan atau bantuan. Kalian berdua mencari
sesuatu yang lebih bernilai – yaitu kebijaksanaan. Kalian akan menjadi tamuku.
Kita akan makan siang bersama-sama dan aku akan memberitahukan segala sesuatu yang ingin kalian ketahui.”
Dari penggalan kalimat di atas dapat kita ketahui bahwa sosok Hideyoshi bukanlah seorang yang mempunyai jiwa amarah yang tinggi, melainkan seorang
yang bersifat bijaksana dan pemaaf. Meskipun Jiro dan Gonsuke telah berbicara lancang dan tak sopan kepadanya sebagai seorang Shogun Jepang, bukannya ia
marah melainkan dengan kebijaksanaannya menerima mereka sebagai tamu dan mengajak makan siang bersama di istananya. Ini menunjukan sosok Hideyoshi
sebagai tokoh utama bisa dibilang memiliki karakter protagonis.
4. Cuplikan halaman 51
Selesai mereka makan, pelayan lain datang membawa baki merah mengkilat untuk membenahi meja. Gonsuke yang sudah kenyang membungkukkan
badan lagi, “Kami berterima kasih atas keramahan Anda, Lord Hideyoshi. Harus kami akui bahwa kami . . . terkejut, begitu mengenal diri anda yang
sesung guhnya.”
Jiro yang juga membungkuk, menganggukkan kepala tanda sepakat. Raut wajah sang tuan rumah mendadak serius. “Kalian kaget melihat
Hideyoshi yang agung ternyata bukan seorang samurai yang tegap lagi tampan, melainkan si cebol tua yang mirip seekor m
onyet”
Universitas Sumatera Utara
60
Merahlah wajah dua bersahabat dari Miwa, karena memang itulah yang ada dalam benak mereka. Agak lama Hideyoshi menatap tajam mereka, kemudian
meledaklah tawanya. “Jangan khawatir, karena jika aku jadi kalian, aku pun akan berpikiran sama”
Analisis
Pada cuplikan di atas terdapat kalimat Raut wajah sang tuan rumah mendadak serius. “Kalian kaget melihat Hideyoshi yang agung ternyata bukan
seorang samurai yang tegap lagi tampan, melainkan si cebol tua yang mirip seekor monyet” Merahlah wajah dua bersahabat dari Miwa, karena memang
itulah yang ada dalam benak mereka. Agak lama Hideyoshi menatap tajam mereka, kemudian meledaklah tawanya. “Jangan khawatir, karena jika aku jadi
kalian, aku pun akan berpikiran sama” Dari kalimat di atas terlihat bahwa sosok Hideyoshi sebagai seorang
samurai yang tertinggi dan paling dihormati itu juga memiliki rasa humor. Di saat ia berbicara dengan nada tinggi pada Jiro dan Gonsuke tentang tampangnya yang
mirip seekor monyet, ia malah melanjutkan dengan tawanya dan mengiyakan apa yang difikirkan oleh mereka berdua.
5. Cuplikan halaman 58-59
Hideyoshi berdiri di depan mereka, matanya menerawang saat mengenang masa lalu.
“Keluargaku miskin, dan ayahku meninggal saat usia tujuh tahun. Ayah hanya seorang prajurit kecil dalam pasukan Lord Nobuhide. Tapi ia menganggap
Universitas Sumatera Utara
61
dirinya seorang samurai. Kesibukannya di dunia militer berakhir ketika sebuah anak panah menancap ke lututnya. Sejauh yang kuingat, ia menjadi lumpuh. Tapi
ia terus menceritakan berbagai pengalaman di medan tempur. Belakangan aku tahu, sebagian besar kisahnya hanyalah khayalan belaka. Aku bahkan sangsi ia
pernah menunggangi kuda. Tapi di mataku, ia sangat berarti.” Mata Hideyoshi berkaca-kaca. Kedua pendengar muda itu tercekat
mendengar hideyoshi terbawa perasaan. Karena mereka sadar, air mata dianggap tidak kesatria dalam dunia samurai.
Analisis Dilihat dari cuplikan kalimat
“…Belakangan aku tahu, sebagian besar kisahnya hanyalah khayalan belaka. Aku bahkan sangsi ia pernah menunggangi
kuda. Tapi di mataku, ia san gat berarti.” menunjukan bahwa Hideyoshi
mempunyai rasa sayang dan memiliki kepada sosok ayahnya. Dilanjutkan dengan Mata Hideyoshi berkaca-kaca. Kedua pendengar muda itu tercekat mendengar
hideyoshi terbawa perasaan. Karena mereka sadar, air mata dianggap tidak kesatria dalam dunia samurai. Menunjukan bahwa sosok Hideyoshi juga
memiliki jiwa berperasaan yang jujur. Meskipun ia seorang samurai tertinggi, namun tak segan-segan ia meluapkan perasaanya dengan menangis saat
menceritakan kenangan masa lalu tentang ayahnya. Ini menunjukan karakter Hideyoshi bisa dikatakan protagonis.
Universitas Sumatera Utara
62
6. Cuplikan halaman 61