63
7. Cuplikan halaman 62
“Ibu tersayang” tangisku. “Aku akan mengukir nama dan kembali kepadamu, tunggulah kedatanganku”
“Meninggalkan gubuk kayu yang menjadi rumahku selama lima belas tahun, aku bersumpah akan membayar hutang budi kepada kedua orang tuaku,
para rahib, dan semua orang yang telah berusaha telah membimbingku ke jalan yang lurus. Pada momen itu aku sadar, selama ini orang lainlah yang mengabdi
kepadaku. Sekarang giliranku mengabdi kepada orang lain.”
Analisis
Dari cuplikan kalimat di atas, terlihat bahwa sosok Hideyoshi mempunyai sifat balas budi. Ia bertekad akan membalas segala kebaikan, perhatian dan kasih
sayang yang dicurahkan kepadanya yang diberikan oleh kedua orangtuanya, para rahib dan semua orang yang telah berusaha membimbingnya ke jalan yang lurus.
Penokohan ini membuat karakter Hideyoshi menjadi tokoh protagonis. Hal ini sesuai dengan jalan Bushido tentang kesetiaan dan pengabdian yang tertulis dalam
novel ini.
8. Cuplikan halaman 64
“Suatu hari saat aku beristirahat di atas jembatan Hamamatsu, kesempatan itu datang. Seorang samurai melintasi jembatan dan aku
menghentikannya untuk berbincang-bincang. Kukatakan kepadanya bahwa aku berencana pergi ke Suruga untuk bergabung dengan rumah tangga Klan
Imagawa yang berkuasa.”
Universitas Sumatera Utara
64
“Ia mengejek. ‘seorang pedagang jarum dari Owari? Mereka tidak akan memberimu kesempatan.’
“Hinaan itu membuatku marah.” “’Kalau begitu,’ balasku, ’aku terpaksa mengandalkan dirimu sebagai
majikan baruku’ Mendengar ini, sepertinya sang Samurai siap menebas kepalaku. Tetapi sungguh tidak diduga, kemarahannya berubah menjadi
senyuman Ia tertawa dan mengaku kagum dengan kenekatanku. “Nanamya Naganori. Ia sendiri seorang bangsawan kecil dan bawahan
Imagawa. Ia mengizinkan aku berjalan bersamanya, dan aku memanggilnya ‘tuan’. Kukatakan kepadanya bahwa aku akan menjadi pelayan yang setia. Ia
cuma mendengarkan saja, sepertinya senang dengan keberanianku. Sesampainya kami di purinya yang sedehana, ia mengumumkan kepada anggota rumah
tangganya bahwa ia menemukan monyet yang bisa bicara di jalanan Tetapi c
emoohannya itu bisa dibilang suatu bentuk perhatian.”
Analisis
Dari cuplikan di atas, kita dapat ketahui bahwa Hideyoshi adalah orang yang terus berusaha pantang menyerah. Di saat seorang samurai meremehkan
kemampuannya, bukannya putus asa ia malah berusaha lebih keras lagi dengan menantang samurai tersebut untuk menjadi tuannya.
“Hinaan itu membuatku marah.” “’Kalau begitu,’ balasku,’aku terpaksa mengandalkan dirimu sebagai
majikan baruku’” Bukannya mendapat balasan yang buruk, alhasil sang samurai pun kagum dengan kenekatannya dan mempekerjakannya sebagai bawahannya.
Sifat pantang menyerah dan keberaniannya inilah yang dapat kita lihat dalam
Universitas Sumatera Utara
65
cuplikan tersebut di dalam novel. Hal ini sesuai dengan tema dalam novel ini yaitu mengangkat tentang pengungkapan nilai-nilai kesuksesan dan keberhasilan
seorang Toyotomi Hideyoshi yaitu dalam hal “usaha membuahkan hasil.”
9. Cuplikan halaman 98-99