67
3.4.2 Analisis Alur dalam Novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of the
Swordless Samurai”
Dalam novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of the Swordless
Samurai ” ini, tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita juga tersusun dalam
tahapan yang baik seperti yang dinyatakan oleh Montage dan Henshaw dalam Aminuddin 2000:84 yaitu dalam tahapan :
a. Exposition : yakni tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat
terjadinya peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita. Tahap ini dalam novel
“Strategi Hideyoshi : Another Story of the Swordless Samurai
” adalah diawali dari kehidupan petani dari Desa Miwa yaitu Jiro dan Gonsuke. Awalnya Jiro merasa terus dihantui oleh
mimpinya yaitu dimana ia membopong dirinya sendiri yang telah ubanan dan bermata lelah. Dari mimpi tersebut ia merasakan suatu keresahan yang
belum diketahui penyebabnya. Meskipun dia tahu kalau tak berapa lama lagi ia akan menikahi gadis cantik Shizue, perawan tercantik di desa itu,
namun ia tetap merasakan suatu keresahan dalam hatinya. Siang itu ia bekerja setengah hati dan tak ada semangat untuk bekerja.Tak berapa lama
kemudian, Gonsuke
sahabatnya mendatanginya
dan memulai
perbincangan mengenai keresahan yang ia rasakan. Berdasarkan cerita di atas, dapat diambil kesimpulan adanya
Exposition yakni bagian alur yang merupakan tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat terjadinya peristiwa serta perkenalan dari setiap
pelaku yang mendukung cerita. Tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat peristiwa dan perkenalan pelaku dalam cerita yaitu di Desa Miwa,
Universitas Sumatera Utara
68
tempat tinggal petani Jiro dan Gonsuke yang akan menuju Kota Nagahama, dimana tempat tinggal tokoh Toyotomi Hideyoshi yang akan mereka
temui dan belajar darinya.
b. Inciting force: yakni tahap ketika timbul kekuatan, kehendak maupun
perilaku yang bertentangan dari pelaku. Tahap ini dapat terlihat saat Jiro dan Gonsuke memulai perbincangan mengenai takdir dan jalan hidup. Jiro
mempertanyakan apakah tidak ada yang tersisa dalam kehidupan ini selain menjalankan tradisi. Dan juga ia mengatakan bahwa hidup adalah suatu
kebebasan yang menyenangkan, dapat melakukan sesuatu yang sangat disenangi dan juga membahagiakan diri sendiri. Bahwa diri sendiri dapat
memilih dan menentukan takdirnya sendiri daripada mengikuti takdir dari garis keturunan keluarga. Gonsuke pada awalnya merasa terkejut dengan
pemikiran Jiro seperti ini dan tidak pernah mendengar hal ini dari mulut sahabatnya itu. Namun Gonsuke bercerita bahwa ia juga sering berpikir
seperti itu, namun tidak pernah mengungkapkannya kepada siapapun. Kemudian Gonsuke sependapat dengan Jiro dalam tentang memilih dan
menentukan jalan takdir sendiri. Kemudian mereka memikirkan kepada siapa mereka dapat belajar pengetahuan yang ingin mereka ketahui ini.
Mereka ingin mencari seseorang yang tidak akan menertawakan impian mereka tentang hidup. Akhirnya Gonsuke teringat akan sosok Lord
Hideyoshi. Ia adalah seorang petani miskin yang sekarang menjadi seorang Shogun Jepang. Mereka berpikir bahwa pasti Lord Hideyoshi mempunyai
pengetahuan tentang bagaimana mengejar sebuah kesuksesan yang telah ia
Universitas Sumatera Utara
69
raih. Akhirnya mereka sepakat akan menemui Lord Hideyoshi di kota Nagahama. Dan keesokan paginya mereka berangkat dan memulai
perjalanan untuk menemui dan belajar dari Lord Hideyoshi. Pada tahapan peristiwa ini muncul Inciting force yakni tahap ketika
timbul kekuatan, kehendak maupun perilaku yang bertentangan dari pelaku. Kehendak muncul ketika Jiro dan Gonsuke memutuskan akan belajar dari
seseorang yang lebih mengetahui tentang dunia dan yang berpengalaman dalam hidup. Gonsuke mengusulkan nama Lord Hideyoshi dan mereka pun
sepakat akan pergi menemuinya di Kota Nagahama.
c. Rising action : yakni situasi panas karena pelaku-pelaku dalam cerita
mulai berkonflik. Hal ini terlihat saat Jiro dan Gonsuke sudah memulai perjalanan mereka dari desa Miwa menuju kota Nagahama. Mereka
bertemu dengan seorang nenek yang menceritakan tentang kehebatan dan kepahlawanan seorang Toyotomi Hideyoshi. Namun semakin jauh nenek
bercerita, semakin seperti khayalan saja. Maka Jiro dan Gonsuke berpamit dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali. Lalu mereka
berada di sebuah kedai teh milik Benjiro dan disana mereka bertemu dengan Shin. Shin juga bercerita tentang Toyotomi Hideyoshi, namun kali
ini ceritanya terdengar seperti iri dan menjelek-jelekkan sang Shogun pahlawan mereka. Jiro dan dan Gonsuke pun merasa bingung dan
keheranan dengan dua cerita yang saling bertolak belakang tentang Lord Hideyoshi tersebut. Kemudian mereka pun melanjutkan perjalanan ke kuil
Songaji untuk beristirahat dan menginap malam itu.
Universitas Sumatera Utara
70
Dari peristiwa di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa situasi mulai panas karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai berkonflik atau yang
disebut Rising Action terjadi pada tahapan peristiwa cerita di atas. Konflik para pelaku yaitu terjadi hubungan komunikasi antara Jiro dan Gonsuke
dengan seorang nenek dan Shin, dimana kedua tokoh yang Jiro dan Gonsuke temui menceritakan tentang Lord Hideyoshi dengan cerita yang
berbeda. Sehingga membuat Jiro dan Gonsuke kebingungan untuk mempercayai salah satu cerita tersebut.
d. Crisis: yakni situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi gambaran
nasib oleh pengarangnya.Tahapan ini terjadi saat Jiro dan Gonsuke sedang berjalan menuju Kuil Songaji untuk bermalam. Mereka bertemu dengan
seorang lelaki tua kecil dan temannya yang bertubuh besar. Dengan mereka, Jiro dan Gonsuke menceritakan kebingungannya tentang sosok
Lord Hideyoshi yang mereka dengar dari dua cerita yang berbeda. Lelaki kecil itu juga bercerita tentang sosok Hideyoshi yang ia ketahui. Mulai dari
cerita saat masih kecil, kisah tentang Istana Kiyosu, pertarungan Hideyoshi dengan Mondo, pertempuran Okehazama dan berdirinya benteng
Sunomata. Lelaki kecil itu bercerita dengan penuh keyakinan. Di akhir cerita lelaki kecil itu, ia baru memperkenalkan diri sebagai Toyotomi
Hideyoshi. Dan alangkah terkejutnya Jiro dan Gonsuke mendengar hal tersebut. Mereka pun segera bersujud dan meminta maaf kepada Lord
Hideyoshi sang Shogun Jepang tersebut. Namun bukannya Hideoshi
Universitas Sumatera Utara
71
marah, ia malah menerima mereka sebagai tamu mereka di istana Nagahama. Setelah mengetahui alasan Jiro dan Gonsuke pergi ke
Nagahama untuk bertemu dengannya dengan maksud mencari sebuah kebijaksanaan dan nasihat-nasihat hidup, Hideyoshi pun mengabulkan
keinginan mereka dan menceritakan segala yang mereka ingin ketahui. Dari gambaran di atas, dapat dilihat pada tahap ini disebut Crisis
yakni ketika situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh pengarangnya. Situasi semakin panas terjadi ketika Jiro dan
Gonsuke dengan tak disangka-sangka bertemu dengan Lord Hideyoshi di tengah perjalanan sebelum sampai di Istana Nagahama. Pada awalnya
mereka berbicara dengan Lord Hideyoshi sebagai lelaki kecil yang menceritakan sedikit tentang Toyotomi Hideyoshi, namun setelah
mengetahui siapa dirinya, akhirnya mereka merasa bersalah dan meminta maaf karena sudah melakukan hal yang tidak sopan. Dan kemudian
mereka diterima Lord Hideyoshi sebagai tamu di istananya dan diizinkan menginap disana.
e. Climax: yakni situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang
paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya sendiri- sendiri. Tahapan ini dapat kita lihat pada saat Toyotomi Hideyoshi
mengadakan sekolah di Kuil Songaji. Setelah perbincangan dengan Jiro dan Gonsuke, ia memutuskan bahwa kisah perjalanan hidupnya yang keras
hingga mencapai sebuah kesuksesan harus diketahui semua orang di Jepang. Ia ingin agar semua orang dapat belajar darinya dan mendapat
Universitas Sumatera Utara
72
keberuntungan di jalan mereka masing-masing dan menjalani takdir yang mereka tentukan sendiri. Akhirnya pertemuan di Kuil Songaji terlaksana.
Disana Toyotomi Hideyoshi memaparkan 5 prinsip hidupnya yang ia jalani untuk mencapai kesuksesannya. Prinsip-prinsip hidup tersebut
disampaikan melalui kisah nyata yang ia telah lewati sepanjang hidupnya. Beberapa murid di Kuil Songaji juga ikut bercerita mendukung prinsip
hidup yang diajarkan oleh Hideyoshi. Cerita-cerita yang diperdengarkan tersebut juga kisah nyata yang dialami oleh beberapa murid. Ada Daizen,
Fernao, Manzo, Hanshiro, Handa dan Goro dan beberapa tokoh tak bernama yang ikut bercerita disana.
Situasi Climax terjadi pada cerita di atas yakni situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling tinggi hingga para pelaku
itu mendapatkan kadar nasibnya sendiri-sendiri. Situasi puncak itu digambarkan saat pertemuan Hideyoshi dengan murid-muridnya yang
ingin belajar darinya yang berlokasi di Kuil Songaji di kota Nagahama. Disanalah Toyotomi Hideyoshi berbagi cerita mengenai 5 prinsip hidup
sang Shogun, dan juga ditambahkan cerita dari beberapa muridnya. Hal inilah yang menjadi tema dalam novel
“Strategi Hideyoshi : Another Story of the Swordless Samurai
” ini, yaitu mengangkat tema yang menceritakan tentang pengungkapan nilai-nilai kesuksesan dan keberhasilan seorang
Toyotomi Hideyoshi menjadi seorang Shogun Jepang.
f. Falling action: yakni kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan
dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclusion atau
Universitas Sumatera Utara
73
penyelesaian cerita. Tahapan ini bisa terlihat dalam suasana ketika Jiro, Gonsuke dan Daizen akan mengakiri pertemuan di Kuil Songaji. Mereka
bertiga maju ke depan podium member keyakinan kepada para murid yang lain bahwa apa yang sudah menjadi bahan pembicaraan selama di Kuil
Songaji tersebut bukanlah hanya sebuah pembicaraan yang sia-sia dan sulit dilakukan. Jiro menyatakan bahwa keinginannya yang paling terpendam
dari dulu adalah menjadi pengrajin kayu. Sejak pertemuan pertamanya dengan Lord Hideyoshi dua bulan yang lalu, ia mendapat titik cerah dan
akhirnya memutuskan untuk menjadi perajin kayu daripada seorang petani. Ia menunjukkan sebuah tongkat dengan ukiran Dewi Benten, yang terdapat
di kayu maple yang telah dipernisnya tersebut. Gonsuke pun menyampaikan bahwa keinginan dari hati kecilnya yang terdalam adalah
untuk menjadi seorang pedagang. Setelah diberikan pencerahan oleh Lord Hideyoshi, ia pun membulatkan tekadnya. Maka dengan sebuah keyakinan
ia dan Jiro mendirikan sebuah badan usaha yang nantinya akan menjual perabotan dan ukiran kayu karya Jiro. Lain lagi dengan Daizen sang ronin,
ia menceritakan bahwa ia juga akan bekerjasama dengan Jiro dan Gonsuke dalam badan usaha tersebut dan diantara barang produksi dan ukiran kayu
Jiro, mereka akan membuat pedang terhalus yang akan diciptakan sesuai dengan ciri-ciri yang akan ia tentukan sendiri. Ia menambahkan dengan
yakin bahwa dengan senjata latihan dan keahlian memainkan pedangnya, mereka akan menjaring pelanggan dari kalangan samurai dan rumah
tangga bangsawan. Setelah itu semua, Toyotomi Hideyoshi menutup pertemuan mereka di Kuil Songaji tersebut.
Universitas Sumatera Utara
74
Pada cuplikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa alur tiba pada tahapan Falling action yakni ketika kadar konflik sudah menurun
sehingga ketegangan dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclusion atau penyelesaian cerita. Kadar konflik sudah menurun dapat
kita lihat ketika Jiro, Gonsuke dan Daizen mengakhiri pelajaran hari itu di Kuil Songaji dengan membuktikan bahwa prinsip hidup yang diajarkan
oleh Toyotomi Hideoshi sudah mulai mereka jalani. Hal ini untuk meyakinkan para murid yang lain untuk dapat menjalankan prinsip hidup
yang telah diajarkan oleh Toyotomi Hideoshi.
Berdasarkan tahapan cerita di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa cerita dalam novel
“Strategi Hideyoshi : Another Story of the Swordless Samurai” ini, alurnya sesuai dengan teori tahapan peristiwa dimulai dari Exposition, Inciting
Force, Rising Action, Crisis, sampai kepada Climax, dan Falling Action. Ini dapat kita lihat pada pada setiap tahapan-tahapan peristiwa yang membentuk alur di
dalam cerita tersebut sehingga mendukung cerita dalam novel tersebut.
Menurut Hariyanto 2000:39, jenis alur dapat dikelompokkan dengan
menggunakan berbagai kriteria. Dalam novel “Strategi Hideyoshi : Another Story
of the Swordless Samurai ” ini alurnya dikelompokkan menjadi :
Berdasarkan kriteria urutan waktu, merupakan alur maju disebut juga alur kronologis, alur lurus atau alur progresif yaitu peristiwa-peristiwa
ditampilkan secara kronologis, maju, secara runtut dari awal tahap, tengah hingga
Universitas Sumatera Utara
75
akhir. Hal ini dapat dilihat dari keinginan Jiro dan Gonsuke yang awalnya ingin belajar dari Lord Hideyoshi, kemudian mereka memulai perjalanannya ke Kota
Nagahama dan akhirnya bertemu dengan Lord Hideyoshi. Hingga tercipta sekolah di Kuil Songaji dan datang para murid untuk belajar bersama. Semua hal tersebut
terjadi secara berurutan dalam novel tersebut.
Berdasarkan kriteria jumlah merupakan alur jamak. Dalam alur jamak, biasanya cerita drama menampilkan lebih dari satu tokoh protagonis. Perjalanan
hidup tiap tokoh ditampilkan. Dalam novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of
the Swordless Samurai ” ini, tidak hanya perjalanan tokoh utama Toyotomi
Hideyoshi yang diceritakan, tapi juga ada beberapa tokoh yang diceritakan kisah hidupnya saat bercerita di Kuil Songaji. Cerita tokoh lain dihadirkan karena untuk
mendukung prinsip hidup yang diajarkan Toyotomi Hideyoshi dalam novel tersebut.
Berdasarkan kriteria hubungan antar peristiwa, merupakan alur erat disebut juga alur ketat atau padat yaitu alur yang beralur cepat, susul menyusul,
setiap bagian terasa penting dan menentukan. Dalam novel ini, certita disajikan cepat tanpa ada tambahan cerita yang mengganggu cerita utama dan tiap bagian
terasa penting karena masing-masing bagian mempunyai peranan penghubung ke bagian selanjutnya dalam novel ini.
Berdasarkan kriteria cara pengakhirannya, merupakan alur tertutup, yaitu penampilan kisahnya diakhiri dengan kepastian atau secara jelas. Dalam
novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of the Swordless Samurai” ini, cerita
Universitas Sumatera Utara
76
diakhiri dengan jelas ditandai dengan selesainya pertemuan Toyotomi Hideyoshi dengan para muridnya yang berada di Kuil Songaji.
Universitas Sumatera Utara
77
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari analisis yang telah dilakukan terhadap cerita di dalam novel “Strategi
Hideyoshi : Another Story of the Swordless Samurai ” ini, maka dapat diambil
kesimpulan; 1.
Di dalam sebuah karya sastra, tema merupakan ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Dengan begitu
tema dapat berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Sebab itulah penyikapan
terhadap tema yang diberikan pengarangnya dengan pembaca umumnya menjadi terbalik. Seorang pengarang harus memahami tema cerita yang
akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses kreatif penciptaan, sementara pembaca baru dapat memahami tema bila mereka telah selesai
memahami unsur-unsur signifikan yang menjadi media pemapar tema tersebut. Jadi tema yang melatarbelakangi cerita dalam
novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of the Swordless Samurai
” ini adalah menceritakan tentang pengungkapan nilai-nilai kesuksesan dan keberhasilan
seorang Toyotomi Hideyoshi menjadi seorang Shogun Jepang. 2.
Dalam karya sastra, tokoh adalah karakter yang mengambil peran penting dan merupakan sosok yang bertugas untuk menjalankan cerita itu. Tokoh
merupakan unsur terpenting dan penentu, karena tokoh berfungsi menyampaikan tema, plot, pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja
Universitas Sumatera Utara