Umur Petani Tingkat Pendidikan Petani

5.3. Karakteristik Responden

Karakteristik petani responden akan diuraikan berdasarkan umur petani, tingkat pendidikan petani, tingkat pengalaman petani, sifat usaha dan luas lahan garapan. Karakteritik petani responden selengkapnya sebagai berikut :

5.3.1. Umur Petani

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berpikir petani. Kemampuan kerja petani akan terus bertambah pada satu tingkat umur tertentu, kemudian ia akan mulai menurun Petani respond en yang mengusahakan wortel di Desa Rembul berusia antara 28 – 65 tahun. Petani responden tersebut dikelo mpokkan menjadi petani yang berumur 28 – 50 tahun, 51 – 60 tahun, dan petani responden yang umurnya lebih besar dari 60 tahun. Jika dilihat dari sebaran umur petani responden, sebagian besar responden adalah petani yang usianya antara 28 – 50 tahun, yakni sebesar 70,00 persen Tabel 14. Dari Tabel 14, terlihat bahwa golongan umur 28 – 50 tahun merupakan yang paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden berada pada usia yang produktif. Dimana petani yang demikian mempunyai kemampuan fisik yang baik untuk melakukan kegiatan usahatani dan relatif lebih terbuka dalam menerima perubahan teknologi dalam budidaya wortel. Hal ini berbeda dengan petani yang lebih tua 51 – 60 tahun ke atas yang lebih sulit menerima hal- hal baru dengan alasan tidak mau menanggung resiko. Sehingga pada akhirnya, hal ini akan mengakibatkan perkembangan usahatani wortel di daerah penelitian menjadi sulit dan hasil produksi yang diinginkan tidak tercapai. Tabel 14. Responden Usahatani Wortel di Desa Rembul Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2007 Kelompok Umur tahun Jumlah Responden orang Persentase 28 – 50 28 70,00 51 – 60 8 20,00 60 4 10,00 Total 40 100,00

5.3.2. Tingkat Pendidikan Petani

Pendidikan dapat menjadi salah satu faktor pembentukan pola pikir seseorang dalam menyikapi perubahan. Semakin tinggi pendidikan petani, maka ia akan selalu berusaha untuk melakukan usahatani secara efisien. Pendidikan dapat diperoleh petani dari dua sumber, yaitu formal dan non formal. Hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa pendidikan formal yang dicapai umumnya masih relatif rendah yaitu tamat SD Sekolah Dasar. Sebanyak 34 orang petani responden atau sebanyak 85 persen petani responden lulusannya sampai SD Sekolah Dasar, disusul oleh responden yang tamatan SLTP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sebanyak 5 orang atau sebanyak 12,5 persen dari jumlah responden Tabel 15. Tabel 15. Responden Usahatani Wortel di Desa Rembul Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2007 Tingkat Pendidikan Jumlah Responden orang Persentase SD 34 85,00 SLTP 5 12,50 SLTA 1 2,50 Total 40 100,00 Pendidikan non formal petani dapat diperoleh dari pengamatan sendiri, pengalaman-pengalaman atau keterangan dari petani wortel lainnya, serta penyuluhan dan pelatihan dan budidaya yang dilakukan oleh Petugas Penyuluh Lapang PPL. Petani wortel di daerah umumnya belum pernah mengikuti pelatihan dan penyuluhan pertanian khususnya komoditi wortel. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan sumberdaya pengajar dan dana. Padahal dengan struktur umur petani yang masih produktif seharusnya dapat dimanfaatkan untuk memberi pelatihan-pelatihan usahatani khususnya wortel.

5.3.3. Pengalaman Petani