yang berhasil diselesaikan oleh seorang pekerja. Efisiensi itu sendiri adalah upaya untuk mencapai tujuan dengan menggunakan sumber daya seminimal mungkin.
Modal
Modal adalah barang ekonomi yang dapat digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Macam modal usahatani antara lain lahan, bangunan, peralatan,
mesin, tanaman, ternak, sarana produksi, stok produksi, uang tunai, dan lain- lain. Sumber modal usahatani berasal dari modal send iri dan modal dari luar. Modal
sendiri merupakan modal milik petani, lahan dan non lahan. Sedangkan modal dari luar merupakan modal yang berasal pinjaman dari petani lain maupun
lembaga keuangan.
Manajemen
Manajemen usahatani adalah kemampuan petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor- faktor produksi yang
dikuasainya sebaik mungkin serta mampu memberikan produksi pertanian sesuai dengan yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan itu adalah
produktivitas dari setiap faktor maupun produktivitas usahanya.
3.1.2 Penerimaan dan Biaya Usahatani
Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka tertentu. Penerimaan usahatani didapat melalui hasil perkalian antara total
produksi yang dihasilkan dengan harga pasar yang berlaku. Penerimaan ini mencakup suatu produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan
dalam usahatani untuk bibit, digunakan untuk pembayaran, dan yang disimpan Soekartawi dkk, 1986.
Sedangkan biaya adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi Fadholi, 1988. Biaya
dapat dibedakan atas : 1. Biaya Tunai, meliputi biaya tetap misal pajak tanah dan biaya variabel misal
pengeluaran untuk bibit, pupuk, oabat-obatan dan biaya untuk tenaga kerja luar keluarga.
2. Biaya tidak tunai, meliputi biaya tetap misalnya biaya penyusutan alat-alat dan bangunan pertanian serta sewa lahan milik sendiri sedangkan biaya variabel
meliputi biaya tenaga kerja dari keluarga.
3.1.3 Analisis Pendapatan Usahatani
Pendapatan Usahatani merupakan selisih antara biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Bentuk dan jumlah pendapatan ini mempunyai fungsi
yang sama yaitu memenuhi keperluan sehari- hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan kegiatannya. Pendapatan ini akan digunakan juga
untuk mencapai keinginan-keinginan dan memenuhi kewajibannya Soeharjo dan Patong, 1973.
Analisis pendapatan usahatani pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usahatani dalam satu tahun. Tujuannya adalah untuk
membantu perbaikan pengelolaan usaha pertaniannya. Yang digunakan adalah harga yang berlaku, kemudian penyusutan diperhitungkan pada tahun tersebut
untuk investasi modal yang umur penggunaannya cukup lama. Dalam analisis pendapatan ini ada beberapa ukuran pendapatan yang dipakai yaitu Soeharjo dan
Patong, 1973 :
a. Pendapatan Kerja Petani Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan
dikurangi dengan semua pengeluaran baik tunai maupun yang diperhitungkan, termasuk bunga modal dan nilai kerja petani. Bunga modal disertakan karena
dianggap bahwa modal ini diperoleh dengan jalan meminjam atau karena untuk modal itu tersedia beberapa alternatif penggunaan. Angka pendapatan
kerja petani umumnya kecil bahkan mungkin negatif. Apabila bunga modal tidak disertakan mungkin lebih besar dan bernilai positif.
b. Penghasilan Kerja Petani Angka ini diperoleh dari penambahan pendapatan kerja petani dengan
penerimaan tidak tunai. c. Pendapatan Kerja Keluarga
Pendapatan ini merupakan balas jasa dari kerja dan pengelolaan petani dan anggota keluarganya. Apabila usahatani dilakukan oleh petani dan
keluarganya maka ukuran inilah yang terbaik untuk mengetahui berhasilnya kegiatan usaha. Pendapatan kerja petani merupakan penghasilan kerja petani
ditambah dengan nilai kerja keluarga. d. Pendapatan Keluarga
Pendapatan Keluarga diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber lain yang diterima petani bersama di samping kegiatan pokoknya.
Keberhasilan usahatani dapat dilihat dari pendapatan yang diterima. Salah satu ukuran efisiensinya adalah penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan
Revenue Cost Ratio. Dalam analisis rasio RC akan diuji seberapa jauh nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani yang bersangkutan dapat
memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Dimana semakin tinggi nilai rasio RC menunjukkan semakin besarnya penerimaan yang diperoleh
dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Sehingga dengan perolehan nilai rasio RC yang semakin tinggi maka tingkat efisiensi pendapatan pendapatan juga
semakin tinggi Soeharjo dan Patong, 1973. Sedangkan Menurut Suratiyah 2006, suatu usahatani dikatakan berhasil
apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi lainnya termasuk
kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya.
3.1.4 Konsep Fungsi Produksi