1 .....
2 2
1 1
= =
= =
BKMxn NPMxn
BKMx NPMx
BKMx NPMx
……………………………3.8 Berdasarkan rumus kecukupan, suatu faktor produksi dikatakan telah
dialokasikan secara optimal apabila NPM sama dengan BKM. Hal ini berarti tambahan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi tersebut harus sama
dengan tambahan penerimaan yang diperoleh. Bila rasio NPM dengan BKM lebih kecil dari satu, hal ini menunjukkan
kondisi optimum telah terlampaui. Pada kondisi ini tambahan biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada tambahan penerimaannya, sehingga bagi
produsen yang rasional akan mengurangi penggunaan faktor produksi agar tercapai kondisi NPM sama dengan BKM. Sebaliknya jika rasio NPM dengan
BKM lebih besar dari satu, hal ini menunjukkan kondisi optimum belum tercapai. Pada kondisi ini tambahan penerimaan lebih besar daripada tambahan biayanya,
sehingga bagi produsen yang rasional akan menambah penggunaan faktor produksi agar tercapai kondisi NPM sama dengan BKM.
3.2 Kerangka Pemikiran Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap proses produksi usahatani wortel, menganalisis tingkat
pendapatan dan menganlisis tingkat efisiensi penggunaan faktor- faktor produksi oleh para petani. Analisis yang dilakukan meliputi analisis fungsi produksi,
analisis pendapatan, dan analisis efisiensi penggunaan faktor- faktor produksi. Pada kegiatan budidaya wortel penggunaan lahan berpengaruh terhadap
penggunaan bibit yang digunakan. Pemakaian pupuk dan pestisida dengan komposisi yang tepat dapat memacu pertumbuhan wortel. Tingkat penggunaan
tenaga kerja harus disesuaikan dengan kebutuhan sehingga jumlahnya dapat optimal. Kerangka pemikiran konseptual di atas dapat diringkas seperti yang
terlihat pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa faktor produksi dan faktor alam
mempengaruhi produksi dan produktivitas usahatani wortel. Dengan melihat harga faktor produksi yang ada di pasar maka didapat biaya produksi yang yang
dikeluarkan petani. Sedangkan dari hasil penggunaan faktor produksi yang digunakan, petani mendapatkan ouput. Output tersebut dijual dengan harga yang
berlaku di pasar. Dari biaya produksi dan penerimaan usahatani wortel, kemudian akan didapat pendapatan usahatani. Dimana indikator yang digunakan rasio RC
atas biaya tunai dan rasio RC atas biaya total. Analisis lain dari penggunaan faktor produksi adalah analisis fungsi
produksi dan analisis efisiensi produksi. Analisis ini didasarkan pada produktivitas dari usahatani wortel. Berdasarkan analisis efisiensi dan pendapatan
usahatani maka didapatkan pengorga nisasian faktor produksi yang optimal bagi petani di daerah penelitian sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
Faktor Alam Faktor Produksi :
- Luas Lahan - Jumlah benih
- Pupuk - Obat cair
- Tenaga Kerja Output
Produktivitas
Harga Output
Harga Input
Biaya Produksi Penerimaan
Analisis - Fungsi Produksi
- Efisiensi
Pendapatan Usahatani
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja purposive dengan
bertahap. Dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Bojong merupakan salah satu dari tiga kecamatan penghasil wortel utama di Kabupaten Tegal. Dimana
Kecamatan Bojong memiliki luas areal penaman wortel yang terluas. Desa Rembul dipilih berdasarkan bahwa desa ini memiliki areal terluas untuk tanaman
wortel dan penghasil wortel yang utama di Kecamatan Bojong. Kegiatan pengambilan data kurang lebih dilakukan selama satu bulan yaitu selama bulan
Januari sampai Februari 2007.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dan pengamatan
langsung ke petani dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data primer yang dikumpulkan meliputi keadaan secara umum
mengenai petani, data penggunaan sarana produksi dan biaya produksi yang dikeluarkan untuk satu musim tanam serta data lain yang berkaitan dengan
penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari literatur dan instansi- instansi terkait seperti Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura
Badan Pusat Statistika BPS, situs-situs internet, dan perpustakaan LSI.