Analisis Faktor Produksi dan Skala Usaha

berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Multikolinearitas terjadi ketika VIF lebih besar dari 10 VIF 10. Berdasarkan Tabel 23, terlihat bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada model.

7.2. Analisis Faktor Produksi dan Skala Usaha

Dalam model fungsi produksi Cobb-Douglas nilai koefisien regresi merupakan nilai elastisitas dari masing- masing variabel tersebut. Pengaruh masing- masing variabel terhadap produksi adalah sebaga i berikut : berdasarkan Tabel 23 didapat bahwa jumlah nilai elastisitas faktor-faktor produksi sebesar 1,027. Angka ini merupakan penjumlahan dari koefisien regresi faktor- faktor produksi, dimana koefisien tersebut menunjukkan elastistitas produksi. Berdasarkan nilai elastisitas produksi sebesar 1,027, berarti fungsi produksi berada pada daerah I increasing return to scale. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan produksi sebesar 1,027 persen. Sehingga petani wortel masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang menguntungkan manakala input tersebut ditambahkan. Nilai koefisien regresi dari masing- masing faktor produksi bertanda positif, kecuali untuk faktor produksi obat cair dan penggunaan tenaga kerja wanita. Angka yang negatif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara produksi dengan penggunaan faktor produksi tersebut. Luas Lahan X 1 Luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi wortel, dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,041. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan 1 persen luas lahan maka akan diikuti peningkatan jumlah produksi wortel sebesar 0,041 persen cateris paribus. Penambahan luas lahan tidak mudah dilakukan oleh petani, karena semakin besar lahan yang digarap maka modal yang diperlukan juga semakin besar. Uji statistik menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi wortel. Benih X 2 Benih berpengaruh positif terhadap produksi wortel, dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,542. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan benih 1 persen maka akan diikuti peningkatan jumlah produksi wortel sebesar 0,542 persen cateris paribus. Penambahan benih dapat dilakukan petani dengan mudah karena benih wortel dapat dibuat sendiri oleh petani di daerah penelitian. Umumnya petani tidak mempunyai ukuran yang standar dalam penanaman benih. Dasar pemberian benih untuk luasan tertentu bagi adalah pengalaman bertani wortel sebelumnya. Uji statistik menunjukkan bahwa benih berpengaruh secara nyata terhadap produksi wortel. Pupuk Urea X 3 Pupuk urea berpengaruh positif terhadap produksi wortel, dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,054. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan pupuk urea sebesar 1 persen maka akan diikuti peningkatan jumlah produksi wortel sebesar 0,054 persen cateris paribus. Pupuk urea merupakan pupuk yang wajib diberikan petani terhadap tanaman wortel. Pupuk ini berguna sebagai sumber nitrogen yang berguna bagi pertumbuhan daun. Uji statistik menunjukkan bahwa pupuk urea tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi wortel. Pupuk TSP X 4 Pupuk TSP berpengaruh positif terhadap produksi wortel, dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,043. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan pupuk TSP sebesar 1 persen maka akan diikuti peningkatan jumlah produksi wortel sebesar 0,043 persen cateris paribus. Pupuk TSP biasanya diaplikasikan bersama pupuk urea, sehingga pupuk ini tidak wajib diberikan. Dimana banyak dosis penggunaannya didasarkan pada pengalaman petani. Pupuk ini berguna untuk menggemburkan tanah sehingga unsur-unsur hara dan udara dapat masuk dengan sempurna.Uji statistik menunjukkan bahwa pupuk TSP tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi wortel. Pupuk KCl X 5 Pupuk KCl berpengaruh positif terhadap produksi wortel, dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,056. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan pupuk KCL sebesar 1 persen maka akan diikuti peningkatan jumlah produksi wortel sebesar 0,0568 persen cateris paribus. Sama seperti pupuk TSP, Pupuk KCl biasanya diaplikasikan bersama pupuk urea, sehingga pupuk ini tidak wajib diberikan. Penggunaan pupuk ini tidak wajib sifatnya karena petani dapat menghemat biaya yang akan dikeluarkan. Beberapa petani menganggap bahwa pupuk urea sudah cukup untuk memenuhi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman wortel. Pupuk ini berguna untuk pertumbuhan buah umbi. Uji statistik menunjukkan bahwa pupuk KCl tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi wortel. Pupuk Kandang X 6 Pupuk kandang berpengaruh positif terhadap produksi wortel, dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,049. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan pupuk kandang sebesar 1 persen maka akan diikuti peningkatan jumlah produksi wortel sebesar 0,049 persen cateris paribus. Pupuk kandang diaplikasikan sebelum penanaman pada waktu persiapan lahan. Pemberian pupuk kandang dimaksudkan agar unsur hara tetap terjaga walaupun lahan digunakan terus- menerus. Sebagian besar petani tidak menggunakan pupuk kandang karena unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman wortel masih cukup banyak di dalam tanah sebagai akibat penanaman sebelumnya. Selain itu alasan lain petani adalah untuk menghemat biaya. Uji statistik menunjukkan bahwa pupuk kandang tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi wortel. Obat Cair X 7 Obat cair berpengaruh negatif terhadap produksi wortel, dimana nilai koefisien regresinya sebesar -0,014. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan obat cair sebesar 1 persen maka akan diikuti penurunan jumlah produksi wortel sebesar 0,014 persen cateris paribus. Aplikasi obat cair terhadap tanaman wortel bukan sebagai tindakan pencegahan. Karena ketika obat diberikan, tanaman wortel sudah terserang hama atau penyakit terlebih dahulu. Sehingga pada akhirnya mengurangi produksi wortel. Uji statistik menunjukkan bahwa pupuk kandang tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi wortel. Penggunaan Tenaga Kerja Pria X 8 Penggunaan tenaga kerja pria berpengaruh positif terhadap produksi wortel, dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,408. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan jam kerja pria sebesar 1 persen maka akan diikuti peningkatan jumlah produksi wortel sebesar 0,408 persen cateris paribus. Tenaga kerja pria sangat penting, khususnya pada saat persiapan lahan. Untuk itu petani perlu memperpanjang masa persiapan lahan atau memperbanyak tenaga kerja pria. Uji statistik menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja pria berpengaruh secara nyata terhadap produksi wortel. Penggunaan Tenaga Kerja Wanita X 9 Penggunaan tenaga kerja wanita berpengaruh negatif terhadap produksi wortel, dimana nilai koefisien regresinya sebesar -0,152. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan jam kerja wanita sebesar 1 persen maka akan diikuti penurunan jumlah produksi wortel sebesar 0,152 persen cateris paribus. Tenaga kerja wanita banyak digunakan pada waktu penyiangan. Uji statistik menunjukkan bahwa penggunaan tenaga wanita tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi wortel.

7.3. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi