Keterangan : •
Titik X
1
adalah titik balik produksi •
Titik X
2
adalah titik perpotongan PM dan PR dimana PR mencapai maksimum
• Titik X
3
adalah tingkat produk total mencapai maksimum dan PM = 0 •
PT adalah produk total •
PM adalah produk marjinal •
PR adalah produk rata-rata. Soekartawi 1990 mendefinisikan skala usaha sebagai penjumlahan dari
semua elastisitas faktor produksi. Skala usaha dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Kenaikan kenaikan hasil yang meningkat increasing return to scale. Pada
daerah ini Sep 1, yang berarti proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi.
2. Kenaikan hasil yang tetap constant return to scale. Pada daerah ini Sep = 1, yang berarti penambahan faktor produksi akan proporsional dengan
penambahan produksi yang diperoleh. 3. Kenaikan hasil yang berkurang decreasing return to scale. Pada daerah ini
Sep 1, yang berarti proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.
3.1.5 Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi
Efisie nsi adalah suatu ukuran jumlah relatif dari beberapa input yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu. Suatu metode produksi dikatakan
lebih efisien dibandingkan metode produksi lainnya apabila menghasilkan ouput yang lebih tinggi nilainya untuk tingkat korbanan marginal yang sama atau dapat
mengurangi input untuk memperoleh ouput yang sama. Jadi konsep efisiensi merupakan konsep yang bersifat relatif Soekartawi,1990.
Konsep efisiensi yang terdapat dalam ilmu ekonomi produksi pada dasarnya mencakup tiga pengertian, yaitu konsep efisiensi teknis, harga dan ekonomi.
Efisiensi teknis mempersyaratkan untuk tidak menerapkan suatu metode produksi tertentu jika ada metode produksi lain yang memerlukan masukan yang lebih
sedikit. Efisiensi ekonomi kemudian memastikan untuk memilih metode yang menggunakan nilai sumber daya terendah di antara metode- metode yang secara
teknis efisien. Sedangkan efisiensi harga alokasi didefinisikan sebagai situasi dimana tidak mungkin mengubah alokasi sumberdaya hingga memb uat membuat
pihak lain lebih baik tanpa membuat pihak lain menjadi lebih buruk Lipsey, 1997.
Menurut Doll dan Orazem 1984, untuk mencapai efisiensi ekonomi diperlukan dua syarat, yaitu syarat keharusan dan kecukupan. Syarat keharusan
menunjukkan tingkat efisiensi teknis yang harus dipenuhi yang akan tercapai saat elastisitas produksi usahatani bernilai antara nol dan satu 0 = Ep = 1 yang
terletak pada daerah II yang merupakan daerah rasional. Syarat kecukupan menunjukkan tingkat efisiensi ekonomis yang harus dicapai oleh suatu proses
produksi, yaitu saat tercapainya keuntungan maksimum. Efisiensi dengan keuntungan maksimum tercapai apabila NPM Nilai Produk Marjinal sama
dengan BKM Biaya Korbanan Marjinal, berarti setiap tambahan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi mampu memberikan tambahan penerimaan
dengan jumlah yang sama dengan tambahan biayanya. Menurut Doll dan Orazem 1984, keuntungan adalah pengurangan total
penerimaan dengan total biaya. Secara matematis dapat dituliskan sebaga i berikut :
+ −
=
∑ ∏
=
BTT X
Pxi Y
Py
i n
i
. .
1
……………………………………3.5 Dimana : ?
= Keuntungan Y
= Output Py = Harga output
Xi = Input ke- i
Pxi = Harga input ke- i BTT = Biaya Tetap Total
Keuntungan maksimal dicapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan terhadap masing – masing faktor produksi sama dengan nol.
Sehingga :
= −
= ∏
i
Px dXi
dY Py
dXi d
; i = 1, 2, 3,… ó
i i
Px dx
dY Py
=
……………………………………………………….. 3.6 Dimana :
=
i
dx dY
produk marjinal faktor produksi ke- i. Sehingga :
Py . Pmx
i
= Px
i
Dimana : Py. PMx
i
= Nilai produk marjinal x
i
NPMx
i
Px
i
= Harga faktor produksi atau biaya korbanan marginal x
i
BKMx
i
Maka apabila faktor produksi tidak dipengaruhi oleh jumlah pembelian faktor produksi, persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :
NPMxi = BKMxi
1 =
i i
BKMx NPMx
………………………………………………………… 3.7 Untuk penggunaan lebih dari satu faktor produksi misalnya dan faktor
produksi, maka keuntungan dapat dicapai apabila :
1 .....
2 2
1 1
= =
= =
BKMxn NPMxn
BKMx NPMx
BKMx NPMx
……………………………3.8 Berdasarkan rumus kecukupan, suatu faktor produksi dikatakan telah
dialokasikan secara optimal apabila NPM sama dengan BKM. Hal ini berarti tambahan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi tersebut harus sama
dengan tambahan penerimaan yang diperoleh. Bila rasio NPM dengan BKM lebih kecil dari satu, hal ini menunjukkan
kondisi optimum telah terlampaui. Pada kondisi ini tambahan biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada tambahan penerimaannya, sehingga bagi
produsen yang rasional akan mengurangi penggunaan faktor produksi agar tercapai kondisi NPM sama dengan BKM. Sebaliknya jika rasio NPM dengan
BKM lebih besar dari satu, hal ini menunjukkan kondisi optimum belum tercapai. Pada kondisi ini tambahan penerimaan lebih besar daripada tambahan biayanya,
sehingga bagi produsen yang rasional akan menambah penggunaan faktor produksi agar tercapai kondisi NPM sama dengan BKM.
3.2 Kerangka Pemikiran Konseptual