Teori Disonansi Kognitif Uraian Teoritis .1 Etika Organisai

35 organisasi dam kepuasan kerja diperkirakan berkorelasi positif. Penilaian- penilaian keadilan mempengaruhi sikap , prilaku dan kepuasan –kepuasan dalam berbagai konteks sosial dan juga memainkan peranan penting pada bagaimana pegawai merespon terhadap hasil-hasil organisasi serta proses dan prosedur- prosedur organisasi Hyan 2001 ;309-324

2.1.7 Teori Disonansi Kognitif

Leon Festinger dalam akhir dasawarsa 1950-an mengemukakan teori disonansi kognitif. Teori ini berusaha menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi berarti suatu inkonsistensi. Disonansi kognitif mengacu kepada setiap ketidasesuaian yang mungkin dipersepsikan oleh seoarng individu antara dua sikap atau lebih. Teori ini dapat membantu meramalkan kecendrungan mengambil bagian dalam perubahan sikap dan perilaku Robbins 2001 Menurut teori disonansi kognitif individu-individu berupaya untuk meminimalkan ketidaksesuaian ketidakcocokan dalam lingkungan mereka.konsep , serupa dalam Hyan 2001 ;324 antara lain teori keseimbnagan Heider 1958 ; 23 prinsip kongruitaskeharmonisan Osgood Tannenbaum 1955 ; . Imbalan juga mempengaruhi derajat sejauh mana individu-individu dimotivasi untuk mengurangi disonansi. Imbalan tinggi yang mengurangi disonansi tinggi cenderung mengurangi ketegangan yang tertanam dalam dalam disonans itu. Imbalan bertindak untuk mengurangi disonans dengan meningkatkan sisi konsistensi dari individu Robbins 2001 ; 120 Hubungan antara teori disonansi kognitif dengan etika UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 36 Pada dasarnya, bedasarkan teori disonansi ini pegawai menginginkan konsistensi antara sistem niali etis mereka dengan iklim perusahaan. Misalkan pegawai berusaha untuk berperilaku etis, disonansi akan timbul bila pegawai- pegawai tersebut kurang mendapat dorongan dari manajer untuk berperilaku etis, karena iklim etika yang tidak menyenangkan dalam organisasi mereka dan atau tidak adanya hubungn antara perilaku etis dengan kesuksesan karir disonansi ini akan mengurangi kepuasan kerja pegawai Hyan 2001; 309-324 2.2Penelitian terdahulu Hyan dan Elfred 2001 ; 309-324 dalam penelitian yang mereka lakukan, menemukan hubungan yang signifikan antara ketiga tolak ukur etika organisasi yaitu dorongan manajer untuk berperilaku etis, iklim etika organisasi, dan hubungan antara perilaku etis dengan kesuksesan karir dengan berbagai segi kepuasan kerja yang berbeda yaitu gaji, promosi, rekan kerja, pengawasan, dan pekerjaan. Populasi yang digunakan adalah 237 siswa yang mendaftar dalam program MBA di salah satu universitas di Singapura. Sebagian besar responden bekerja di perusahaan manufaktur, jasa, keuangan, perusahaan swasta, dan organisasi pemerintahan. Mereka menduduk i posisi manajerial tingkat menengah dan bawah dengan pengalaman kerja sedikitnya lima tahun. Metoda analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan adalah bahwa: 1 dorongan manajer untuk berprilaku etis berhubungan dengan tingginya tingkat kepuasan kerja. 2 Iklim etika yang menyenangkan berhubungan dengan tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi dan 3 korelasi positif antara hubungan perilaku etis dengan kesuksesan karir dan kepuasan kerja UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 37 Dalam penelitian sukiman 2002 analisis pengaruh etika organisasi terhadap kepuasan kerja pada PT.Erela Semarang menemukan bahwa ketiga tolak ukur etika organisasi yaitu dorongan mananjer berperilaku etis, iklim etika organisasi dan hubungan perilaku etis dengan kesuksesan karir, secara bersama- sama ternyata mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Dari hasil perhitungan juga diperoleh nilai koefisien determinasi R2 sbesar 0,620 atau 62 hal ini menjelaskan bahwa ketiga dimensi variabel tersebut secara bersam-sama berpengaruh terhadap variabel dependen kepuasan kerja adalah sebesar sedangkan sisanya sebesar 38, dijelaskan oleh pengaruh variabel lainnya.

2.3 Kerangka Konseptual