10
1.4. Lokasi Penelitian
Penelitian yang dikaji oleh peneliti ini berada di Desa Sambaliang, Kecamatan Berampu, Kabupaten Dairi. Alasan mengapa memilih daerah tersebut
karena di desa tersebut merupakan daerah yang masyarakatnya mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Hal itu dikarenakan lahan yang ada di daerah tersebut
masih sangat subur, sehingga dapat diolah berbagai macam hasil-hasil pertanian pokok seperti padi, sayur-sayuran, buah-buahan, padi, kopi, dan lainnya. Juga
mengapa memilih lokasi tersebut karena berdasarkan atas pertimbangan metodologis refresentatif dengan topik masalah yang dirumuskan.
1.5. Tinjauan Pustaka
Kata transformasi diambil dari terjemahan kata transformation Bahasa Inggris. Istilah tranform Neufebet and Guralnik, 1988 dapat diartikan sebagai
perubahan, dan tranformation dapat diartikan sebagai proses perubahan. Dalam arti yang lebih luas, transformasi mencakup bukan saja perubahan pada bentuk
luar, namun juga pada hakikat atau sifat dasar, fungsi, dan struktur atau karakteristik perekonomian suatu masyarakat. Transformasi pertanian atau
agribisnis di pedesaan, dapat diartikan sebagai perubahan bentuk, ciri, struktur, dan kemampuan sistem pertanian yang dapat menggairahkan, menumbuhkan,
mengembangkan, dan menyehatkan perekonomian masyarakat pedesaan. Pengertian yang lebih luas yang dikaitkan dengan perekayaan sosial-
budaya pedesaan, transformasi masyarakat pedesaan dapat dipandang sebagai proses modernisasi atau pembangunan Dumont dalam Pranadji, 1999. Dalam
Universitas Sumatera Utara
11 pembangunan, sektor pertanian atau kegiatan agribisnis dapat dipandang sebagai
leading sector-nya. Pranadji 1995, menjelaskan tentang transformasi ekonomi pertanian yang berciri budaya tradisionalsubsisten ke yang berciri budaya
modernkomersial. Tansformasi pertanian di pedesaan merupakan respon dan antisipasi terhadap tuntutan kemajuan untuk hidup lebih baik, dan globalisasi
pasar. Amanor dalam Sembiring, 2002:9 menjelaskan bahwa pertanian
dikonseptualisasikan sebagai produk dari kebudayaan dimana teknologi dan pengetahuan pertanian diletakkan dalam sistem sosial budaya den ekologi dimana
pengetahuan itu dikembangkan. Menurut Kroeber dalam Marzali, 1998:91 petani adalah merupakan
masyarakat pedesaan yang hidup berhubungan dengan kota-kota pusat pasar, kadang-kadang kota metropolitan. Mereka merupakan bagian atau sampalan dari
budaya kota. Sedangkan Wolf 1983, menjelaskan petani merupakan seseorang yang bergerak di bidang pertanian yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi
yang dibeli di pasar, untuk memperoleh laba dengan jalan untuk menjual hasil produksinya secara menguntungkan di pasar hasil bumi. Radfield dalam
Koentjaraningrat 1990:191, mengatakan bahwa petani merupakan masyarakat kecil yang tidak memenuhi semua kebutuhan anggotanya, tetapi disatu pihak
mempunyai hubungan yang horizontal dan komuniti-komuniti disekitarnya tetapi dipihak lain juga secara vertikal dengan komuniti daerah perkotaan.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu
Universitas Sumatera Utara
12 pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak
mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam
prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan Soekanto, 1990.
3
Perubahan sosial dialami oleh setiap masyarakat yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan perubahan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.
Perubahan sosial dapat meliputi semua segi kehidupan masyarakat, yaitu perubahan dalam cara berpikir dan interaksi sesama warga menjadi semakin
rasional; perubahan dalam sikap dan orientasi kehidupan ekonomi menjadi makin komersial; perubahan tata cara kerja sehari-hari yang makin ditandai dengan
pembagian kerja pada spesialisasi kegiatan yang makin tajam; Perubahan dalam kelembagaan dan kepemimpinan masyarakat yang makin demokratis; perubahan
dalam tata cara dan alat-alat kegiatan yang makin modern dan efisien, dan lain- lainnya.Soekanto, 1990
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan.
Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan
bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan
3
Soekanto, Soerjono . 1983. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
13 Davis dalam Soekanto, 1960. Apabila diambil definisi kebudayaan menurut
Taylor dalam Soekanto 1990, kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap
kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan kebudayaan adalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut.
Soemardjan 1982, mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan
suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya
Salah satu pemikiran Geertz ;1963, yang mengandung relevansi dan merefleksikan kondisi masyarakat dan kebudayaan,
4
Kedua, upaya pemerintah kolonial untuk meraih pasar internasional adalah mempertahankan pribumi tetap pribumi, dan terus mendorong mereka untuk
berproduksi bagi memenuhi kebutuhan pasar dunia. Keadaan ini mewujudkan adalah tesis tentang involusi
pertanian. Tesis tersebut dapat dipaparkan secara singkat sebagai berikut. Pertama, kebijakan kolonial Hindia Belanda 1619-1942 adalah membawa
produk pertanian dari Jawa yang subur ke pasar dunia, di mana produk-produk tersebut sangat dibutuhkan dan laku, tanpa mengubah secara fundamental struktur
ekonomi pribumi. Namun, pemerintah kolonial tak pernah berhasil mengembangkan ekonomi ekspor secara luas di pasar dunia, seperti halnya
Inggris pada masa yang sama, sehingga kepentingan utama Pemerintah Belanda tetaplah bertumpu pada koloninya: Hindia Belanda.
4
Tesis tentang involusi pertanian. Ini bisa dilacak dalam buku Agricultural Involution: The Process of Ecological Change in Indonesia 1963.
Universitas Sumatera Utara
14 struktur ekonomi yang secara intrinsik tidak seimbang, yang oleh JH Boeke
1958 disebut dualisme ekonomi. Ketiga, pada sektor domestik, ada satuan pertanian keluarga, industri
rumah tangga, dan perdagangan kecil. Kalau pada sektor ekspor terjadi peningkatan yang dipicu oleh harga komoditas dunia, maka sektor domestik justru
mengalami kemerosotan dan kemunduran. Tanah dan petani semakin terserap ke sektor pertanian komersial yang dibutuhkan Pemerintah Hindia Belanda untuk
perdagangan dunia. Keempat, akibatnya adalah semakin meningkatnya populasi petani yang
berupaya melakukan kompensasi penghasilan uang-hal ini semakin dimantapkan menjadi kebiasaan-dengan intensifikasi produksi pertanian subsisten. Proses
pemiskinan di pedesaan Jawa dijelaskan Geertz dalam konteks ini. Kemiskinan di Jawa adalah produk interaksi antara penduduk pribumi petani di Jawa dan
struktur kolonial pada tingkat nasional dalam konteks politik-ekonomi.
1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Tipe dan pendekatan penelitian