48 bagaimana agar dapat bertahan hidup dengan cara mempertahankan kepentingan
kelompok atau kerabatnya dalam keadaan kebersamaan. Beberapa dari informan yang ditanyakan tentang kehidupan mereka mengakui, dan salah seorang
informan mengatakan : “…Memang sebelum adanya mesin bajak di desa ini,
rasanya suasana kehidupan kami hanya berkisar di desa ini saja. Dari pagi sampai sore hari kami di ladang hanya untuk
mengurusi tanaman. Dan apabila kami telah pulang dari ladang umumnya tak ada yang dapat dikerjakan lagi. Biasanya kalau
hari telah larut malam kami berkumpul dirumah bercerita dengan para tetangga.”
Sekarang pun suasana yang seperti ini masih ada dijumpai di Desa
sambaliang. Seperti beberapa orang ibu-ibu yang hanya asyik bercerita sambil mengasuh anak-anaknya yang masih kecil. Ketika penulis ingin mengetahui
tentang arah pembicaraan mereka maka selalu diperoleh suatu jawaban yang bersifat umum yaitu cerita yang biasa saja dan terkadang tidak berfokus.
4.4.3. Pola Pikir Masyarakat Kearah Materialistis dan individualis.
aspek budaya masyarakat juga turut terpengaruh dengan kehadiran teknologi pertanian ini. misalkan saja dalam hal yang menyangkut akan ide-ide, terdapat
ide-ide yang bersikap ekonomis lebih diutamakan yang mengakibatkan sulitnya dalam hal pengerahan kerja gotong-royong yang bersifat kerja tanpa pamrih, atau
hal-hal lain untuk kepentingan bersama. Keluhan tersebut disampaikan salah seorang informan yang kebetulan
bertugas sebagai salah seorang dari perangkat desa pada Kantor Kepala Desa Sambaliang, ia mengatakan:
Universitas Sumatera Utara
49 “Pada masa dahulu tidaklah begitu sulit bagi kami untuk membuat
kerja gotong-royong di desa ini. Akan tetapi pada masa sekarang terasa sulit sekali. Kadang-kadang kita harus menjumpai langsung
warga desa yang ingin kita kerahkan untuk kerja tersebut. Kemudian kita juga harus membuat sanksi-sanksi agar mereka
turut bergotong-royong. Kalau sudah begini rasanya agak mudah maksudnya dengan sanksi-sanksi tadi. Hal-hal yang seperti
inilah yang mengherankan bagi kami, entah apa faktor penyebabnya?.”
Bila diperhatikan dari kacamata tingkah laku warga Desa Sambaliang sekarang lebih memusatkan perhatian kepada pengurusan tanaman. Pembicaraan
mereka pun disaat waktu senggang juga tidak terlepas dari masalah tanaman, baik itu yang menyangkut tentang pupuk, pengelolaan, sampai kepada harga penjualan.
Rata-rata mereka setiap harinya menghabiskan waktu lebih kurang tujuh jam di areal pertanian, yakni antara pukul 08.00 WIB -12.00 WIB. Kemudian dilanjutkan
lagi dari pukul 14.00 WIB – 17.00 WIB. Kegiatan ini berlangsung terus-menerus setiap harinya. Pada hari Jumat pekerjaan pertanian tidak dilaksanakan, karena
pada hari tersebut dilakukan kegiatan keagamaan bagi umat Muslim dan pada hari Minggu pekerjaan pertanian tidak dilaksanakan, karena pada hari tesebut
dilakukan kegiatan keagamaan bagi umat Kristiani.
Universitas Sumatera Utara
50
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
5.1. Kesimpulan
Pertanian masyarakat khususnya di daerah pedesaan merupakan sektor yang menunjang kehidupan perekonomian masyarakat petani. Kurang lebih 80
penduduk Indonesia berkecimpung di dunia pertanian, tidak hanya di daerah pedesaan saja melainkan di daerah yang mulai berkembang juga. Dalam dunia
pertanian sekarang banyak hal yang menjadi pembicaraan baik itu dari para petani maupun para ahli-ahli pertanian. Misalnya saja, faktor serangan hama secara tiba-
tiba yang merusak tanaman pertanian petani dan menyebabkan gagal panen secara bersamaan di beberapa desa serta perubahan kebijakan-kebijakan yang diatur oleh
pemerintah tentang pertanian yang membuat petani para petani kesulitan akan bahan-bahan umtuk pertanian seperti pupuk, bibit dan lain sebagainya.
Salah satu bentuk perubahan yang terjadi di sektor pertanian yaitu adanya perubahan dalam hal teknologi pertanian baik itu dari alat-alat pertaniannya
maupun perubahan bentuk pertanian baru di daerah pedesaan. Desa Sambaliang yang merupakan salah satu dari sekian banyak desa yang ada di Indonesia yang
mata pencaharian penduduknya mayoritas adalah petani. Masuknya teknologi pertanian di Desa Sambaliang juga mengalami perubahan, dimana para buruh tani
yang tidak mempunyai lahan atau ladang bekerja pada orang yang memiliki lahan sekarang menganggur karena tenaganya sudah tergantikan oleh mesin-mesin
traktor. Pemilik tanah merasa bahwa dengan memakai mesin, waktu yang
Universitas Sumatera Utara