Lesbi Lines Belokkoleb LESBI, LINES, BELOKKOLEB DAN LESBIAN

82

BAB IV KONSEP DIRI LESBIAN

4.1 LESBI, LINES, BELOKKOLEB DAN LESBIAN

Sebelum penulis berinteraksi secara langsung dan terjun ke dalam penelitian ini, penulis memiliki sebuah argumen sendiri bahwa tidak ada perbedaan antara istilah-istilah yang sering digunakan oleh orang-orang lesbian seperti lines, belok atau kebalikannya koleb, lesbi dan lesbian. Awalnya, penulis merasa tidak terlalu penting untuk membedakan istilah-istilah tersebut baik secara penggunaan maupun makna dari penamaan-penamaan tersebut. Namun setelah beberapa lama bergaul dengan sangat dekat bersama mereka, akhirnya penulis menyadari bahwa masing-masing istilah tersebut berbeda maknanya bagi mereka. Lebih jelasnya seperti berikut ini.

4.1.1 Lesbi

Tidak banyak informan yang suka menyebut dirinya sebagai lesbi. Istilah ini lebih sering digunakan oleh media ketika mengangkat berita-berita di koran. Oleh karena media yang sering mengangkat sisi negatif lesbi dalam pemberitaan di koran-koran, itu pula yang akhirnya membuat imej lesbi sangat jelek dan negatif di mata masyarakat. Lesbi yang digambarkan oleh media adalah sosok perempuan-perempuan tomboi yang urakan, berantakan, suka memalsukan identitas, suka menyamar sebagai perempuan, atau sosok perempuan yang gemar mencuri, membunuh, selingkuh, suka memukul pasangan perempuannya dan lain sebagainya. Itulah yang membuat informan tidak memilih lesbi untuk UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 83 menyebutkan dirinya sendiri. Bagi mereka, meskipun ada beberapa orang yang melakukan hal-hal seperti di atas, tetapi tidak semuanya begitu.

4.1.2 Lines

Kebanyakan informan dalam penelitian ini sudah jarang menyebutkan Lines sebagai identitasnya. Lines adalah sebutan identitas perempuan yang mencintai perempuan yang muncul dan digunakan sebelum munculnya istilah belokkoleb. Meskipun demikian, sesekali penulis masih pernah mendengar istilah tersebut. Biasanya, yang masih menggunakan istilah ini adalah mereka yang sudah berusia 40an tahun ke atas. Tapi itu pun hanya beberapa, sebagian besar mereka sudah menggunakan istilah belokkoleb.

4.1.3 Belokkoleb

Dalam sebuah pertemuan nongkrong dengan informan, ada beberapa dari mereka yang terkejut, spontan melihat kiri dan kanan serta mengernyitkan dahi ketika mendengar kata lesbi atau lesbian. Ketika ekspresi tersebut ditanyakan oleh penulis, mereka berargumen bahwa istilah itu tidaklah aman untuk digunakan di tempat-tempat umum. Penulis sendiri pertama kali mendengar kata belok dan koleb yaitu sekitar dua tahun lalu. Awalnya penulis merasa bahwa istilah ini fungsinya hanya untuk menyamarkan identitas mereka dari masyarakat. Beberapa informan pun membenarkan hal tersebut. Namun, selain itu ada beberapa alasan mengapa para informan menggunakan istilah belok. Belok merupakan sebuah lawan dari kata lurus. Lurus digunakan untuk menunjuk suatu perilaku yang wajar dan benar, maka belok adalah lawan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 84 dari perilaku tersebut. Belok mengindikasikan sebuah perilaku yang menyimpang dari biasanya. Koleb sendiri merupakan kata yang dibalikkan susunan hurufnya dari belok. Karena relasi heteroseksual adalah suatu yang dianggap wajar dan benar, maka segala bentuk relasi yang diluar relasi heteroseksual otomatis menjadi menyimpang atau tidak normal. Atas dasar itulah istilah belok dan lurus kemudian muncul di kalangan informan untuk membedakan kedua relasi tersebut. Belok ditujukan kepada setiap perempuan yang menjalin relasi sesama perempuan. Informan yang menyebut dirinya belok tidak menyinggung tentang orientasi, hasrat, kenyamanan dan ekspresi untuk menjadi indikator penyebutan bagi belok itu sendiri. Jadi, ketika seorang perempuan yang tertarik kepada perempuan secara seksual dan emosional kemudian menikah dengan lawan jenisnya, meskipun ketertarikannya kepada perempuan masih ada, ia tidak lagi disebut belok jika ia tidak menjalin relasi dengan perempuan. Disinilah letak perbedaan belok dengan lesbian. Atas dasar ini kemudian muncul istilah dibelokkan atau sudah tidak belok lagi di kalangan informan. Seringkali juga mereka menyebut sesama mereka sebagai sekong yang artinya sakit. Istilah ini muncul karena mereka menganggap bahwa mereka adalah orang- orang yang sakit atau berada dalam kondisi yang tidak normal. Mereka menyebut pasangan heteroseksual sebagai “normal”, dan pasangan homoseksual sebagai “tidak normal”. Maka tidak heran jika mereka menganggap bahwa kehidupan sebagai belok ini suatu saat akan berakhir. Suatu saat mereka akan berhenti menjalin relasi dengan perempuan dan kemudian akan menikah dengan lawan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 85 jenis. Apapun alasannya, entah itu karena tuntutan orangtua atau karena sudah menemukan lelaki yang tepat.

4.1.4 Lesbian