Berjuang untuk diri sendiri

88

4.2 AGENDA PERJUANGAN YANG BERBEDA

4.2.1 Berjuang untuk diri sendiri

Semua informan dalam penelitian ini sepakat bahwa sebagai perempuan yang berbeda dari konstruksi masyarakat, mereka harus memperjuangkan sesuatu. Hidup sebagai seorang lesbian atau belok tidaklah semudah menjadi seorang perempuan heteroseksual. Menjadi perempuan heteroseksual saja sudah susah, apalagi menjadi seorang lesbian atau belok. Selain harus berjuang menghadapi tantangan sebagai perempuan, mereka pun juga harus berjuang untuk diri sendiri sebagai seorang perempuan yang ingin mempunyai pendamping perempuan juga. Beberapa informan yang masih merasa bahwa menjadi lesbian atau belok adalah suatu hal yang tidak seharusnya, identitas tersebut tidaklah perlu untuk ditunjukkan kepada orang-orang. Mereka adalah antara lain Ana, Mitha, Santa, Ima, Vi, Li, Olan dan Ira. Itu hanya akan memalukan diri sendiri dan keluarga. Memberitahu orang-orang tentang siapa dirinya bukanlah sesuatu yang perlu dilakukan, apalagi mengajak orang lain untuk menjadi belok. Salah seorang dari mereka beranggapan bahwa mengajak orang lain menjadi belok adalah perbuatan yang bisa merusak generasi bangsa. Menurutnya jauh lebih baik membiarkan orang lain tahu dengan sendirinya daripada harus memberitahu terlebih dahulu. Informan ini menganggap bahwa perjuangan yang paling utama adalah untuk diri sendiri. Menjadi belok itu sudah susah, jadi harus berjuang untuk memudahkan kehidupan diri sendiri. Oleh karena itulah informan ini merasa bahwa perjuangan yang dilakukan harus berorientasi untuk memapankan diri UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 89 sendiri. Selain harus berusaha untuk menyembunyikan identitasnya, usaha lain yang juga wajib dilakukan menurut mereka adalah bekerja dan atau menciptakan lapangan kerja untuk diri sendiri. Perjuangan yang sukses bagi mereka adalah mapan secara ekonomi, karir yang tinggi, mampu membahagiakan orangtua dan mampu membuka lapangan kerja untuk sesama belok. Ketika penulis menanyakan perihal organisasi LGBTI, semua informan mengatakan bahwa itu adalah hal yang baik dan berguna untuk mereka. Meski demikian, hanya beberapa orang yang mau terlibat di dalam organisasi untuk memperjuangkan hak-hak mereka sebagai lesbian. Keengganan mereka untuk bergabung di dalam organisasi tersebut antara lain disebabkan oleh : -Takut jika identitasnya diketahui Hampir semua informan mengaku bahwa dengan berorganisasi, identitas mereka akan sangat mudah dikenali dan diketahui oleh orang banyak. Untuk mempertahankan zona nyaman, tentu saja mereka menjadi enggan untuk masuk di organisasi lesbian. -Perjuangan yang masih terlalu jauh Hampir semua informan juga merasa bahwa perjuangan yang diusung oleh organisasi lesbian masih sangat jauh dan panjang. Perkawinan sejenis misalnya, masih sangat jauh karena mengingat Indonesia adalah negara yang sarat dengan nilai-nilai agama, khususnya Islam. Hal ini membuat mereka putus asa dan merasa tidak bisa berharap banyak kepada organisasi tersebut. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 90 -Hidup sudah susah, jangan dibuat susah Sebagian besar informan mengaku sangat tidak suka dengan kegiatan-kegiatan yang menguras pikiran seperti berdiskusi, membaca buku-buku berat dan melakukan hal-hal lainnya yang biasa dilakukan oleh organisasi LGBTI. Hidup sebagai seseorang yang harus bekerja dan menanggung beban moral yang negatif dari masyarakat saja sudah susah, jika ditambah dengan kegiatan-kegiatan yang menguras pikiran seperti berdiskusi dan membaca akan membuat hidup semakin susah dijalani. Menanggapi aksi di jalan yang sering dilakukan oleh organisasi lesbian di Medan, salah seorang informan mengatakan bahwa itu akan membuat imej lesbian semakin jelek di mata masyarakat. Ia beranggapan, tidak masalah jika sekali-sekali memang harus aksi, tapi jangan sampai mengganggu ketertiban umum, misalnya jangan berteriak-teriak atau orasi di jalan ketika sedang azan magrib.

4.2.2 Berjuang secara kolektif