90
-Hidup sudah susah, jangan dibuat susah Sebagian besar informan mengaku sangat tidak suka dengan kegiatan-kegiatan
yang menguras pikiran seperti berdiskusi, membaca buku-buku berat dan melakukan hal-hal lainnya yang biasa dilakukan oleh organisasi LGBTI. Hidup
sebagai seseorang yang harus bekerja dan menanggung beban moral yang negatif dari masyarakat saja sudah susah, jika ditambah dengan kegiatan-kegiatan yang
menguras pikiran seperti berdiskusi dan membaca akan membuat hidup semakin susah dijalani.
Menanggapi aksi di jalan yang sering dilakukan oleh organisasi lesbian di Medan, salah seorang informan mengatakan bahwa itu akan membuat imej
lesbian semakin jelek di mata masyarakat. Ia beranggapan, tidak masalah jika sekali-sekali memang harus aksi, tapi jangan sampai mengganggu ketertiban
umum, misalnya jangan berteriak-teriak atau orasi di jalan ketika sedang azan magrib.
4.2.2 Berjuang secara kolektif
Kendatipun riwayat istilah-istilah seperti sentul-kantil sudah dikenal sejak lama oleh lesbian di Medan, namun tidak banyak praktek perjuangan yang mereka
lakukan secara kolektif. Rumah Kita adalah sebuah komunitas lesbian yang berdiri pada 2010 di Medan dan cukup dekat dengan penulis. Anggota-anggota
dan pengurus-pengurus Rumah Kita yang dulunya aktif di dalam komunitas tersebut sebagian besar merupakan informan dalam penelitian ini. Sebelum
Rumah Kita terbentuk, ada juga semacam perkumpulan lines, namun penulis tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
91
berhasil mengumpulkan data serta informasi mengenai perkumpulan itu karena kesulitan menemukan informan yang merupakan anggota perkumpulan tersebut.
Sejak terbentuk, Rumah Kita adalah komunitas yang cukup banyak mampu melibatkan orang-orang lesbian untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang
mereka selengarakan. Namun, sejak 2011 Rumah Kita mulai vakum karena berbagai alasan yang menghambat kinerja struktur kepengurusan.
Pada awal 2012, muncul sebuah organisasi yang bernama Cangkang Queer. Cangkang Queer juga melakukan berbagai aktivitas-aktivitas perjuangan seperti
yang dulu dilakukan oleh Rumah Kita. Bedanya, Cangkang Queer melibatkan orang-orang gay dalam proses pengorganisasian. Belakangan pada awal 2014 lalu,
muncul pula sebuah Perkumpulan X nama perkumpulan disamarkan yang di dalamnya banyak melibatkan orang-orang belok di Kota Medan.
Menurut informan yang sudah cukup lama berkecimpung di Rumah Kita, Cangkang Queer dan Perkumpulan X, mengajak orang-orang belok untuk masuk
ke dalam suatu organisasi adalah suatu pekerjaan yang sangat sulit. Sekalipun di awal ada beberapa dari antara mereka yang mau bergabung dan terlihat sangat
semangat, namun proses seleksi alam di antara anggota-anggota tersebut akan berjalan dengan begitu cepatnya. Pada akhirnya hanya akan tersisa paling tidak
dua sampai tiga orang yang tetap mau berjuang secara koletif untuk pembebasan LGBTI.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
92
Cangkang Queer sebagai organisasi yang hingga saat ini aktif melakukan kerja-kerja perjuangan pembebasan LGBTI, secara umum mempunyai dua misi
yang sekaligus menjadi program kerja berkelanjutan, yakni : -Melakukan kajian-kajian secara ilmiah, seperti bedah buku dan menerbitkan
karya-karya tulis ilmiah. -Edukasi dan kampanye, yang dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung
kepada komunitas lokal dan melalui media kepada publik lokal, nasional dan internasional.
Hingga saat ini pun Cangkang Queer mengakui besarnya kesulitan mengorganisir komunitas lesbian untuk berpartisipasi dalam agenda perjuangan
yang dilakukan secara kolektif ini. Meskipun demikian, hambatan tersebut tentu saja tidak menghalangi niat mereka untuk terus berjuang. Cangkang Queer sendiri
tidak berorientasi untuk menambah anggota. Keanggotaan Cangkang Queer juga tidak ditujukan dan atau dibatasi hanya untuk orang-orang LGBTI, melainkan
terbuka untuk siapa saja yang mempunyai visi yang sama dan mau melakukan dua misi Cangkang Queer. Cangkang Queer merasa tidak pernah merekrut orang-
orang menjadi lesbian atau gay. Mereka memberikan pengetahuan dan informasi yang ilmiah kepada orang-orang agar setiap orang menjalani hidup dengan
perspektif yang materialisme-dialektika-historis dan nondikriminatif. Oleh karena itu, jika kerja-kerja Cangkang Queer selama ini dianggap oleh banyak pihak
sebagai upaya untuk menambah jumlah orang-orang lesbian dan gay, itu tidaklah benar menurut mereka. Meskipun demikian, tetap ada saja yang mengartikan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
93
perjuangan mereka hanya untuk menarik orang-orang menjadi lesbian. Menurut Tiwi, aktivis Cangkang Queer, anggapan tersebut akan pelan-pelan lenyap jika
kerja-kerja mereka di organisasi akan semakin kelihatan di mata komunitas dan masyarakat.
4.3 NILAI