78
tidak ramah terhadap lesbian seperti ini, menutupi identitas merupakan pilihan yang paling aman bagi mereka.
Di tempat kerja, mereka juga selalu bertingkah seperti orang-orang heteroseksual. Mereka bersama teman-teman kerjanya membicarakan cowok,
meskipun mereka tidak sedikitpun tertarik pada lelaki. “Butchi, meskipun secara penampilan sama seperti laki-laki, tapi tetap saja jauh lebih kece dan menarik
hati”, ucap Ira 20 dengan senyum nakal. Mereka tentu saja butuh pekerjaan demi mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Oleh karena itu, menutupi
identitas di pekerjaan itu sangatlah penting agar nyaman bekerja dan jangan sampai kehilangan pekerjaan.
3.3.2 Keluar dari Rumah
Bagi mereka yang terlanjur ketahuan lesbian, keluar dari rumah menjadi satu-satunya solusi. Itupun kalau mereka tidak dikurung di rumah. Respon
keluarga ketika mereka ketahuan lesbian juga berbeda-beda. Respon yang cukup parah antara lain diusir dari rumah, dikurung di kamar, dipukuli,
dinikahkandijodohkan, dibawa ke dukun, pesantren, gereja dan lain sebagainya. Lesbian adalah aib bagi keluarga mereka. Itulah sebabnya mereka sangat
ketakutan kalau saja nanti akan ketahuan. Keluar dari rumah tidak saja hanya dilakukan oleh mereka yang ketahuan
lesbian. Eva merasa lebih nyaman tinggal sendiri, tidak bersama keluarganya, agar kemungkinan untuk ketahuan bisa diminimalisir. Selain itu, ia juga merasa lebih
bebas berekspresi ketika ia ngekos sendiri. Ia tak ingin menyakiti hati
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
orangtuanya, tapi membohongi diri sendiri juga jauh lebih menderita baginya. Ika dan Tiwi pun berpendapat sama seperti Eva. Lebih baik memang tidak terlalu
bergantung kepada keluarga. Selain mengajari diri sendiri untuk mandiri, itu juga membuat gerak mereka lebih bebas. Bebas tapi tetap harus bertanggung jawab.
3.3.3 Nongkrong
Nongkrong adalah aktivitas yang paling sering dilakukan oleh semua informan. Mereka nongkrong dengan teman-teman sesama lesbian untuk saling
berbagi cerita, buang suntuk, cari cewek, menghabiskan waktu luang dan lain sebagainya. Ini merupakan suatu aktivitas yang penting karena begitu banyak
tekanan yang mereka alami sebagai lesbian. Di rumah, tempat kerja, sekolah atau kampus, mereka tidak bisa berbicara dengan sangat terbuka tentang masalah-
masalah mereka dibandingkan dengan di tempat tongkrongan bersama teman- teman lesbian mereka.
3.3.4 Main Tunggal
Beberapa informan seperti Mitha dan Li 23 mengaku lebih suka main tunggal.
“Bergabung dengan teman-teman belok itu banyak ruginya buat diri sendiri. Kita kira kawan, eh rupanya besok dia yang buka aib awak. Dia juga yang bocorkan rahasia kita ke
keluarga. Akhirnya ketahuanlah awak lesbi. Lebih baik sendiri-sendiri ajalah, atau sama gf aja. Jadi lebih aman. Gak semua kawan bisa dipercaya. Rebutan cewek aja bisa jadi
bikin dia ngelaporin ke ortu kita kalo kita lesbi, padaal dia juga lesbi.”
Nita 35, seorang informan yang berprofesi sebagai Guru SMA, PNS, juga lebih memilih untuk tidak bergabung dengan lesbian lainnya, apalagi
nongkrong bareng. Baginya itu terlalu beresiko untuk profesinya. Kalau ketahuan,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80
ia bisa saja dipecat. Maka lebih baik baginya untuk main tunggal atau berteman hanya dengan beberapa orang yang secara penampilan tidak terlalu mencolok.
Ira juga mengaku sempat malas bergabung dengan komunitas. Sebelumnya ia sangat aktif di dalam komunitasnya. Namun, akhirnya hanya
kekecewaan yang didapatinya. Ia juga capek menghadapi masalah-masalah yang kerap terjadi di dalam komunitas : rebutan cewek, nusuk kawan dari belakang,
dan lain-lain.
3.3.5 Organisasi