Organisasi BERBAGAI STRATEGI PEMECAHAN MASALAH PADA

80 ia bisa saja dipecat. Maka lebih baik baginya untuk main tunggal atau berteman hanya dengan beberapa orang yang secara penampilan tidak terlalu mencolok. Ira juga mengaku sempat malas bergabung dengan komunitas. Sebelumnya ia sangat aktif di dalam komunitasnya. Namun, akhirnya hanya kekecewaan yang didapatinya. Ia juga capek menghadapi masalah-masalah yang kerap terjadi di dalam komunitas : rebutan cewek, nusuk kawan dari belakang, dan lain-lain.

3.3.5 Organisasi

Mereka yang memilih untuk berorganisasi pun tidak semuanya membuka diri coming out sebagai lesbian. Tentu masih banyak sekali pertimbangan untuk membuka diri kepada keluarga dan publik. Berjuang secara sembunyi-sembunyi pun harus dilakukan agar perjuangan mereka tidak lantas menyakiti hati keluarga. Ika dan Eva memilih untuk berorganisasi karena bagi mereka hanya itu satu- satunya cara untuk merebut kemerdekaan mereka sebagai manusia seutuhnya. Dengan bergabung bersama teman-teman yang senasib, mereka berharap bisa merubah dunia ini menjadi lebih ramah terhadap lesbian, gay, biseksual, transjendertranseksual ataupun interseks. Bagaimanapun juga menurut mereka, menghadapi segala tantangan yang datang dari luar maupun dari dalam komunitas lesbian itu sendiri, akan lebih mudah jika dilakukan secara bersama-sama. Ika tidak pernah merasa perjuangannya di organisasi ditujukan untuk merekrut orang- orang menjadi lesbian atau gay. Ia dan teman-teman organisasinya merasa bahwa perjuangan ini bertujuan untuk menegakkan keadilan bagi mereka yang tertindas UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 81 oleh karena orientasi seksual dan identitas jender mereka yang berbeda dari heteroseksual. Oleh sebab itu mereka tidak pernah memusuhi orang-orang hetero. Bagi mereka, siapapun yang berorientasi kepada keadilan dan kesetaraan, semua itu adalah teman bagi mereka. Organisasi LGBTI di Medan, seperti organisasi-organisasi LGBTI lainnya di Nasional dan Internasional, menggunakan beberapa dokumen tertulis yang biasa dipakai sebagai instrument hukum perlindungan hak-hak LGBTI. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :  Prinsip-Prinsip Yogyakarta  Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia  Deklarasi HAM ASEAN  UUD 1945, yang menjamin kemerdekaan dan hak setiap warganegara  WHO untuk internasional dan PPDGJ untuk Indonesia UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 82

BAB IV KONSEP DIRI LESBIAN

4.1 LESBI, LINES, BELOKKOLEB DAN LESBIAN

Sebelum penulis berinteraksi secara langsung dan terjun ke dalam penelitian ini, penulis memiliki sebuah argumen sendiri bahwa tidak ada perbedaan antara istilah-istilah yang sering digunakan oleh orang-orang lesbian seperti lines, belok atau kebalikannya koleb, lesbi dan lesbian. Awalnya, penulis merasa tidak terlalu penting untuk membedakan istilah-istilah tersebut baik secara penggunaan maupun makna dari penamaan-penamaan tersebut. Namun setelah beberapa lama bergaul dengan sangat dekat bersama mereka, akhirnya penulis menyadari bahwa masing-masing istilah tersebut berbeda maknanya bagi mereka. Lebih jelasnya seperti berikut ini.

4.1.1 Lesbi

Tidak banyak informan yang suka menyebut dirinya sebagai lesbi. Istilah ini lebih sering digunakan oleh media ketika mengangkat berita-berita di koran. Oleh karena media yang sering mengangkat sisi negatif lesbi dalam pemberitaan di koran-koran, itu pula yang akhirnya membuat imej lesbi sangat jelek dan negatif di mata masyarakat. Lesbi yang digambarkan oleh media adalah sosok perempuan-perempuan tomboi yang urakan, berantakan, suka memalsukan identitas, suka menyamar sebagai perempuan, atau sosok perempuan yang gemar mencuri, membunuh, selingkuh, suka memukul pasangan perempuannya dan lain sebagainya. Itulah yang membuat informan tidak memilih lesbi untuk UNIVERSITAS SUMATERA UTARA