Kota Medan secara Geografis dan Demografis Kota Medan : Pluralisme atau Pluralitas?

55

2.3 SITUASI DAN KONDISI LESBIAN DI KOTA MEDAN

2.3.1 Kota Medan secara Geografis dan Demografis

Berikut ini adalah deskripsi Kota Medan sebagai lokasi penelitian yang sumber datanya diperoleh dari website resmi www.pemkomedan.go.id . Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam SDA, Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber Daya Alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Di samping itu, sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang pintu masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri ekspor-impor. Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 56 Pada 2013 lalu, Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, Muslim Harahap menyatakan bahwa jumlah penduduk Kota Medan yang tercatat pada Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu DP4 sebesar 2.030.257 jiwa. 71 2.3.2 Kota Medan : Pluralisme atau Pluralitas? Kota Medan adalah salah satu kota di Indonesia dengan masyarakat yang cukup beragam. Pemko Medan mencatat ada banyak suku dan agama yang ada di Kota Medan. Dalam sebuah kunjungan ke Museum Negeri Kota Medan, tercatat bahwa Kota Medan adalah sebuah kota multikultural yang unik dan menarik. Hal ini disebabkan oleh masuknya pengaruh budaya dan berbagai etnik, seperti yang sering terdengar di Kota Medan, yaitu di antaranya Karo, Toba, Mandailing, Pakpak, Simalungun, Melayu, Jawa, Minang dan lain sebagainya. Disebutkan pula bahwa karakter multikultural tersebut tercermin pada bermacam adat kebiasaan, logat bahasa serta kekayaan ragam makanan. Berbagai macam agama, termasuk agama resmi seperti Kristen Protestan, Kristen Katholik, Islam, Buddha, Hindu, Khonghucu juga terdapat di Kota Medan. Di belahan bumi Kota Medan bagian pinggir yang seringkali tak terlihat, masih eksis pula bermacam aliran kepercayaan lokal seperti Parmalim, Pemena, Ahmadiyah dan lain sebagainya. Ketika Pemko Medan mencatat dalam website resminya perihal pluralisme pada masyarakat Kota Medan, penulis sengaja lebih memilih menekankan Kota Medan sebagai kota pluralitas, bukan pluralism. Ini 71 http:www.pemkomedan.go.idnews_detail.php?id=13792 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 57 dilakukan karena penulis menemukan data-data yang menunjukkan tindakan intoleransi antar elemen masyarakat berdasarkan perbedaan aliran kepercayaan. Beberapa kasus intoleransi yang terjadi atas dasar perbedaan agama dan etnis yang penulis temukan antara lain : pelarangan Kongres Konghucu pada Juni 2012 lalu, pelarangan ternak babi di Mandala, dan lain sebagainya. Di wilayah lain yang masih merupakan wilayah Sumatera Utara juga terjadi kasus-kasus penyerangan terhadap aliran kepercayaan Ahmadiyah, Parmalim, dan lain sebagainya. Ini menegaskan bahwa Kota Medan dikenal dengan pluralitasnya, tapi belum dengan pluralismenya.

2.3.3 Lesbian di Kota Medan