27
adalah untuk memahami masyarakat yang diteliti seperti yang disebutkan oleh Spradley. Penelitian ini diharapkan oleh penulis dapat menjadi pembuka jalan
untuk para peneliti muda yang tertarik mengangkat isu seksualitas lesbian di kemudian hari, baik di Kota Medan maupun di wilayah lain di Indonesia.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, juga setelah melewati proses penelitian langsung di lapangan, maka penulis menyimpulkan
rumusan masalah penelitian ini yaitu “Bagaimana konsep diri lesbian.”
Dari rumusan masalah tersebut, penulis menyusun beberapa pertanyaan penelitian seperti berikut :
1. Apa itu “lesbian” bagi informan?
2. Apa istilah lain yang mereka gunakan untuk menunjuk orientasi seksual mereka terhadap sesama perempuan? Mengapa mereka lebih
memilih istilah tersebut dibandingkan dengan istilah lesbian sendiri? Lalu apa artinya itu?
3. Bagaimana informan melihat lesbian sebagai sebuah identitas? 4. Dimana saja informan berkumpul secara berkelompok di Kota Medan?
5. Biasanya, hal apa yang membuat informan bereaksi secara
berkelompok atau membentuk sebuah kelompok? 6. Bagaimana keberadaan lesbian secara historis di Kota Medan?
7. Apa saja yang menjadi masalah dalam diri seorang lesbian? 8. Bagaimana pandangan informan mengenai masalah-masalah yang
dihadapinya? 9. Bagaimana strategi informan untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut? 10. Apa yang informan harapkan dapat mengatasi hal tersebut? apakah
informan berharap kepada organisasi lesbian atau bagaimana?
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
11. Apa yang informan cita-citakan terkait orientasi seksualnya sebagai lesbian? Landasan untuk menyusun pertanyaan penelitian di atas
didasarkan kepada Spradley 1997:40.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep diri lesbian, yang dilakukan secara etnografis dalam waktu antara September 2013-Januari
2014. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah semakin meningkatnya
perhatian di kalangan mahasiswa, peneliti, akademisi dan ilmuwan sosial dan budaya atas topik keberagaman seksualitas, khususnya di Sumatera Utara,
sehingga lahirlah konsep-konsep, teori-teori, metode serta model-model pemikiran untuk mengangkat dan memperbincangkan praktek-praktek sosial dan
pendidikan yang berlangsung sehari-hari di perguruan tinggi, baik formal maupun informal. Hal ini diharapkan dapat berimplikasi terhadap terwujudnya keselarasan
hidup antara masyarakat dengan kelompok-kelompok minoritas seperti LGBTI di Kota Medan, sehingga seluruh elemen masyarakat bisa hidup berdampingan
dengan toleransi dan tanpa diskriminasi. Spradley menyebutkan manfaat etnografi adalah untuk memahami manusia,
sekaligus juga untuk memenuhi kebutuhan manusia Spradley, 1997 : 20. Dan tantangan terbesar yang harus dihadapi etnografer adalah melakukan sinkronisasi
kedua manfaat tersebut. Salah satu prinsip etika yang penting dalam melakukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
wawancara etnografi yaitu memberikan “imbalan yang adil”. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah salinan deskripsi etnografis yang memuat
tentang deskripsi budaya informan yang memberikan wawasan serta pengertian baru bagi informan. Semoga ini bisa menjadi imbalan yang adil bagi informan.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan mampu menjawab pertanyaan mereka yang berada di dalam pergerakan yang mengusung tema perjuangan pembebasan
seksual saat ini dan nanti. Deskripsi etnografi ini juga diharapkan mampu memberikan pemahaman yang baru bagi masyarakat tentang kompleksitas
kehidupan lesbian di Kota Medan, sehingga masyarakat ke depannya akan memahami lesbian dengan cara pandang yang lebih luas dan ramah.
1.5 Metode Penelitian