Gambar 4.5 Spektrum FT-IR edible film dari nata de soya dengan penambahan 1,5 g kitosan dan 8 ml gliserin
4.2. Pembahasan
4.2.1 Pembuatan Selulosa Kitosan Bakteri
Dalam media air tahu asam bergula dengan penambahan kitosan dan ditambahkan dengan starter Acetobacter Xylinum yang kemudian difermentasi hingga 14 hari,
akan terbentuk pelikel yang mengambang pada permukaan media. Selama terjadinya fermentasi, kitosan yang ditambahkan kedalam media akan membentuk
selulosa kitosan dimana terjadi interaksi antara selulosa bakteri dengan kitosan.
Universitas Sumatera Utara
O HO
HO
OH OH
HO
Acetobacter Xylinum
Glukosa
O O
HO HO
OH O
O OH
HO OH
O O
HO O
HO OH
Selulosa Bakterial
O O
HO HO
O O
O OH
HO OH
O O
HO O
HO OH
O O
HO HO
NH O
O OH
HO NH
O O
HO O
HO OH
C CH
3
O
Kitosan n
n
n Selulosa Bakterial
Gambar 4.6 Interaksi antara selulosa bacterial dengan kitosan
Gugus NH
2
dari kitosan melalui ikatan hydrogen dan dipole-dipol berinteraksi dengan gugus –OH pada molekul selulosa.
4.2.2 Pembuatan Material Selulosa Kitosan-Gliserin Bakteri
Dalam media air tahu asam bergula yang telah ditambahkan kitosan dan ditambahkan dengan variasi gliserin serta ditambahkan dengan starter
Universitas Sumatera Utara
Acetobacter Xylinum yang kemudian difermentasiakan selama 14 hari akan
terbetuk lapisan pelikel pada permukaan media. Pada lapisan ini terjadi interaksi antara gliserol dengan selulosa kitosan bacterial melalui ikatan hydrogen dan
ikatan dipole-dipol.
O O
HO HO
O O
O O
HO OH
O O
HO O
HO O
n
H
2
C H
C O
CH
2
OH O
O O
HO HO
NH O
O OH
HO NH
O O
HO O
HO OH
n
C O
CH
3
Selulosa Bakterial
Kitosan Gliserin
Gambar 4.7 Interaksi antara selulosa bacterial dengan kitosan dan gliserin 4.2.3 Analisa Kuat Tarik dan kemuluran
Kuat tarik dan kemuluran berhubungan dengan sifat kimia film. Kuat tarik adalah ukuran untuk kekuatan film secara spesifik, merupakan tarikan maksimum yang
dapat dicapai sampai film tetap bertahan sebelum putus atau sobek krochta dan Mulder Johnston,1997. Pengukuran ini digunakan untuk mengetahui besarnya
gaya yang dibutuhkan untuk mencapai tarikan maksimum pada setiap luas area film.Kuat tarik film yang terlalu kecil menunjukkan film tersebut kurang cocok
untuk dijadikan kemasan, karena sifat fisiknya kurang kuat dan mudah sobek.
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik mekanis edible film dari nata de soya dengan campuran kitosan dan gliserin meliputi ketebalan, kuat tarik dan kemuluran. Dimana
ketebalan edible film dari nata de soya sebesar 0,066 mm, kuat tarik 1,145 KgFmm
2
dan kemuluran sebesar 2,06 . Untuk edible film dari nata de soya dengan penambahan 1,5 g kitosan mempunyai ketebalan 0,066 mm, kuat tarik
1,694 KgFmm
2
dan kemuluran 2,30 . Untuk edible film dari nata de soya dengan penambahan 1,5 g kitosan dan 2 ml gliserin mempunyai ketebalan 0,066
mm, kuat tarik 2,537 KgFmm
2
dan kemuluran 24,57 . Untuk edible film dari nata de soya dengan penambahan 1,5 g kitosan dan 4 ml gliserin mempunyai
ketebalan 0,075 mm, kuat tarik 2,611 KgFmm
2
dan kemuluran 12,48 . Untuk edible film dari nata de soya dengan penambahan 1,5 g kitosan dan 6 ml gliserin
mempunyai ketebalan 0,083 mm, kuat tarik 2,741 KgFmm
2
dan kemuluran 20,42 . Untuk edible film dari nata de soya dengan penambahan 1,5 g kitosan dan 8 ml
gliserin mempunyai ketebalan 0,083 mm, kuat tarik 3,192 KgFmm
2
dan kemuluran 15,00 .
Dari perbandingan hasil kuat tarik dan kemuluran dapat disimpulkan bahwa edible film yang mempunyai karakteristik fisik paling baik yaitu edible film dari
nata de soya dengan penambahan 1,5 g kitosan dan 6 ml gliserin, serta edible film dari nata de soya dengan penambahan 1,5 g kitosan dan 8 ml gliserin. Hal ini
disebabkan oleh penggunakan gliserin sebagai palstisizer yang semakin banyak akan meningkatkan keelastisan edible film tersebut sehingga edible film yang
dihasilkan tidak mudah sobek. Gliserin berfungsi sebagai palsticizer untuk mengurangi daya tarik intermolecular rantai polimer protein sehingga mengurangi
sifat mudah retak
4.2.4 Analisa SEM