Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia
46
memperinci sumber pendapatan Desa tersebut dalam tiga kelompok, yaitu: 1 Pendapatan Asli Desa, 2 Transfer
dan, 3 Pendapatan lain-lain. Dari tiga kelompok tersebut, sumber pendapatan Desa dibagi lagi kedalam beberapa
jenis, seperti dapat disimak di tabel berikut.
SUMBER PENDAPATAN DESA
Pasal 9, 10, 11 Permendagri No. 1132014
P E N D A P A T A N ASLI DESA
PA DESA K E L O M P O K
TRANSFER P E N D A P A T A N
LAIN-LAIN
a. Hasil Usaha b. Hasil Aset
c. Swadaya, Par- isipasi, dan
Gotong Roy- ong
d. L a i n - l a i n P e n d a p a t a n
Desa a. Dana Desa
b. Bagian dari Ha- sil Pajak Daer-
ah Kabupaten Kota dan Retri-
busi Daerah
c. Alokasi Dana Daerah ADD
d. B a n t u a n Keuangan dari
Provinsi e. B a n t u a n
Keuangan dari K a b u p a t e n
Kota a. Hibah dan
S u m b a n g a n dari Pihak Ke-
iga yang i- dak mengikat;
b. L a i n - l a i n p e n d a p ata n
yang sah
Dimana Informasi Yang Benar Mengenai Besaran Dana Yang Diperoleh Desa Dapat Diperoleh?
Desa dapat mengetahui besar dana yang akan diperoleh melalui transfer dari pemerintah dan pemerintah daerah.
47
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia
Desa mengetahui dana yang bersumber dari Dana Desa setelah Pemerintah menetapkan APBN. Sedangkan
dana yang bersumber dari ADD dan bagi hasil pajak daerah setelah Pemerintah Daerah menetapkan APBD.
Secara teknis, di tingkat pusat alokasi DD di bawah Dirjen Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan DJPK
dan Alokasi Dana Desa di bawah Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. DJPK akan menginformasikan
total transfer DD ke kabupaten dan kabupaten menginformasikan total DD dan ADD ke setiap desa.
Karena itu, informasi yang paling valid mengenai jumlah DD dan ADD yang akan diterima oleh tiap desa adalah
informasi yang bersumber dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di tiap kabupaten.
3. Bagaimana Sumber Pendapatan Desa
Dikonsolidasikan Di Desa? Seluruh pendapatan desa sebagaimana diatur di Pasal 72
ayat 1 UU Desa akan dicatat dan dikonsolidasikan dalam satu dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
APBDEsa. APBDesa merupakan satu-satunya dokumen anggaran di desa. Karena itu Desa wajib mencatatkan
seluruh pendapatan dan pengeluarannya di dalam dokumen ini.
4. Apa Syarat Penyaluran Dana Desa?
Berdasarkan Pasal 17 PP No. 602014, penyaluran Dana Desa dari RKUN Rekening Kas Umum Negara ke RKUD
Rekening Kas Umum Daerah mengikuti syarat tertentu. Syarat tersebut adalah adanya:
1. Peraturan BupatiWalikota tentang tata cara pembagian dan penetapan besaran Dana Desa untuk tiap desa,
2. Peraturan Daerah mengenai APBD tahun berjalan. Sementara syarat penyaluran dari RKUD ke RKD
Rekening Kas Desa adalah:
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia
48
1. APBDesa yang telah ditetapkan melalui peraturan
desa, 2.
Laporan realisasi pengggunaan Dana Desa semester sebelumnya.
Dokumen APBDesa secara lengkap merupakan syarat pencairan Dana Desa. Persyaratan tersebut di lapangan
dinilai terlalu memberatkan Desa. Oleh karena itu Kementerian Desa, PDTT, Kementerian Keuangan,
dan Kemendagri mengeluarkan SKB Surat Keputusan Bersama No. 492015 Tentang Percepatan Penyaluran,
Pengelolaan Dan Penggunaan Dana Desa Tahun 2015. Dalam SKB tersebut diatur bahwa pencairan Dana Desa
oleh Desa cukup dengan disertai Perdes APBDesa dan ringkasan APBDesa.
5. Apakah Pedoman Utama Untuk Menyusun APB
Desa? Penyusunan APB Desa diatur dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Permendagri No. 1132014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Ada beberapa hal penting
yang perlu diperhatikan dalam Permendagri tersebut, yaitu:
a. Nominal yang dicantumkan dalam APB Desa
pada Jenis Belanja bersifat mengikat. Sedangkan untuk objek belanja tidak mengikat, tetapi setiap
objek harus dicantumkan nominalnya perkiraan yang mendekati nilai sebenarnya.
b. Meskipun tidak diatur dalam Permendagri No.
1132014, setiap Objek dari setiap jenis belanja hendaknya diberi “digit” dan didefinitifkan sebagai
konsekwensi dari pemberian digit. Hal itu sebaiknya diatur dalamdengan Perbup.
c. Penamaan akunpos belanja untuk Kelompok
bidang dan jenis belanja pegawai, barang dan jasa, dan modal harus sesuai dengan Lampiran