13
Gambar 1-3Skema Hubungan RPJMD dengan Dokumen Rencana Lainnya
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika substansi RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi  latar belakang,  dasar hukum  penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika penulisan, dan maksud  tujuan penyusunan RPJMD.
BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA BARAT
Berisi gambaran umum  kondisi  aspek  geografi   demografi, kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan daya saing daerah.
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Berisi  kinerja  keuangan  masa  lalu,  kebijakan  pengelolaan  keuangan  masa  lalu,  dan kerangka pendanaan.
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Berisi permasalahan pembangunan dan isu strategis.
BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
Berisi visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan jangka menengah.
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Berisi strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah.
14
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Berisi  kebijakan  umum  dan  program  pembangunan  jangka  menengah  sektoral  dan berdasarkan wilayah-kawasan.
BAB VIII INDIKASI  RENCANA  PROGRAM  PRIORITAS  YANG  DISERTAI  KEBUTUHAN
PENDANAAN
Berisi rencana program prioritas yang dijabarkan sampai kepada target setiap tahun dan kebutuhan pendanaannya.
BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
Berisi  indikator  yang  merupakan  ukuran  keberhasilan  pembangunan  jangka  menengah daerah dari setiap program.
BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
Berisi  pedoman  transisi  dan  kaidah  pelaksanaan  program-program  yang  ada  dalam RPJMD.
1.5 Maksud dan Tujuan
1.5.1  Maksud
Penyusunan  dokumen  RPJMDProvinsi  Papua  Barat  tahun  2012-2016dimaksudkan  untuk  menghasilkan rumusan  arah  kebijakan  dan  program  pembangunan  yang  efektif,  efisien  dan  terpadu  sebagai  wujud
penjabaran  visi,  misi  dan  tujuan  sasaran  pembangunan  yang  telah  ditetapkan  oleh  Gubernur  dan  Wakil Gubernur  Provinsi  Papua  Barat,  dengan  memperhatikan  keberlanjutan  program  pembangunan
sebelumnya dan dengan tetap berpedoman pada RPJPD, RPJMN dan berbagai aspirasi seluruh pemangku kepentingan yang ada di Provinsi Papua Barat.
1.5.2  Tujuan
Tujuan  penyusunan  dokumen  RPJMD  Propinsi  Papua  Barat  periode  tahun  2012-2016  adalah  sebagai berikut:
1. Menyediakan  acuan  dan  arahan  bagi  segenap  Satuan  Kerja  Perangkat  Daerah  atau  SKPD  dan
KementerianLembaga di Provinsi Papua Barat dalam menjabarkan Visi dan Misi Pembangunan Daerah  Provinsi Papua Barat ke dalam arah  kebijakan  dan program pembangunan, terarah  dan
terukur bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat. 2.
Menyediakan  satu  acuan  resmi  bagi  SKPD  Pemerintah  Daerah  Provinsi  Papua  Barat  dalam menentukan prioritas program pembangunan yang akan dilaksanakan di Provinsi Papua Barat.
3. Mendorong terwujudnya perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan yang terintegrasi dan
harmonis antar program dan antar sector. 4.
Menyediakan  tolak  ukur  untuk  mengevaluasi  kinerja  setiap  SKPD  di  lingkungan  Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat.
15
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1.  Karakteristik Lokasi dan Wilayah
1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Luas  wilayah  Provinsi  Papua  Barat  mencapai97.024,37  Km²  berdasarkan  Peraturan  Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2008 habis dibagi menjadi 10 Kabupaten dan 1 Kota, yang terdiri
atas 154 Distrik dan 1.421 Kampung.
Tabel 2-1.Daerah Administratif Provinsi Papua Barat menurut KabupatenKota Tahun 2010
KabupatenKota Ibukota
Jumlah Distrik
Jumlah Kampung
Jumlah Kelurahan
Kabupaten Fakfak Fakfak
9 120
5
Kabupaten Kaimana Kaimana
7 84
2
Kabupaten Teluk Wondama Raisei
13 75
1
Kabupaten Teluk Bintuni Bintuni
24 115
2
Kabupaten Manokwari Manokwari
25 412
9
Kabupaten Sorong Selatan Teminabuan
13 117
2
Kabupaten Sorong Aimas
19 128
15
Kabupaten Raja Ampat Waisai
24 117
4
Kota Sorong Sorong
6 -
31
Kabupaten Tambrauw Sausapor
7 53
Kabupaten Maybrat Kumurkek
11 128
1 Total
154 1.421
72 Sumber: Provinsi Papua Barat Dalam Angka 2011
Sedangkan untuk batas wilayah secara administratif adalah sebagai berikut:   Sebelah Utara
: Samudera Pasifik   Sebelah Selatan
: Laut Banda dan Provinsi Maluku   Sebelah Barat
: Laut Seram dan Provinsi Maluku   Sebelah Timur
: Provinsi Papua
16 2.
Letak dan Kondisi Geografis a.
Provinsi  Papua  Barat  secara  astronomis  terletak  pada  124°-132°  Bujur  Timur  dan  0°-4° Lintang  Selatan,  tepat  berada  di  bawah  garis  khatulistiwa  dengan  ketinggian  0-100  meter
dari permukaan laut. b.
Wilayah Provinsi Papua Barat terdiri dari 7,95 merupakan puncak gunung, 18,73 berada di lembah. Wilayah lain lebih dari separuhnya berada di daerah hamparan. Seluruh wilayah
KabupatenKota  di  Papua  Barat  berbatasan  dengan  laut,  namun  hanya  37,04  Kampung yang  berada  di  daerah  pesisir.  Wilayah  Kampung  lainnya  tidak  berbatasan  dengan  laut
bukan pesisir, yaitu sebesar 62,96.
Gambar 2-1.Persentase KampungKelurahan Berdasarkan Karakteristik Wilayah
Sumber: Sensus Potensi Kampung Podes, 2011 angka sementara 3.
Topografi a.
Kondisi  topografi  Provinsi  Papua  Barat  sangat  bervariasi  membentang  mulai  dari  dataran rendah,  rawa  sampai  dataran  tinggi,  dengan  tipe  tutupan  lahan  berupa  hutan  hujan  tropis,
padang  rumput  dan  padang  alang-alang.  Ketinggian  wilayah  di  Provinsi  Papua  Barat bervariasi dari  0 sampai dengan 1000 m. Kondisi topografi antar wilayah di Provinsi Papua
Barat  cukup  bervariasi.  Kondisi  ini  merupakan  salah  satu  elemen  yang  menjadi  barrier transportasi  antar  wilayah,  terutama  transportasi  darat,  serta  dasar  bagi  kebijakan
pemanfaatan lahan. b.
Sebagian  besar wilayah  Provinsi Papua Barat memiliki  kelas lereng  40 dengan bentuk wilayah berupa perbukitan. Kondisi tersebut menjadi kendala utama bagi pemanfaatan lahan
baik  untuk  pengembangan  sarana  dan  prasarana  fisik,  sistem  transportasi  darat  maupun
17 bagi  pengembangan  budidaya  pertanian  terutama  untuk  tanaman  pangan.  Sehingga,
dominasi  pemanfaatan  lahan  diarahkan  pada  hutan  konservasi  disamping  untuk  mencegah terjadinya bahaya erosi dan longsor.
4. Geologi
a. Secara geofisik, evolusi tektonik Wilayah Papua Barat bersama Papua merupakan produk
dari  pertumbukan  benua  yang  dihasilkan  dari  tubrukan  Lempeng  Samudera  Pasifik  dan Lempeng  Australia.  Kondisi  inilah  yang  menyebabkan  wilayah  ini  rentan  terhadap  gempa
bumi,  karena  berada  dalam  lintasan  sesar  besar.  Informasi  yang  dipetakan  oleh  Badan Meteorogi  dan  Geofisika  menunjukkan  bahwa  Papua  Barat  merupakan  kawasan  yang  aktif
mengalami gempa bumi yang potensial menimbulkan tsunami. b.
Karakteristik bencana yang ada di Provinsi Papua Barat yaitu Gempa dan Tsunami. Kawasan rawan bencana alam ini meliputi kawasan rawan gempa dan tsunami yang terletak di daerah
pesisir  maupun  daratan  di  Provinsi  Papua.  Umumnya  daerah  patahan  aktif  Sesar  Sorong merupakan  zona  yang  sangat  rawan  gempa  bumi.    Wilayah  Manokwari  merupakan  daerah
yang  paling  rawan  gempa.  Akan  tetapi,  secara  umum  wilayah  Papua  Barat  rawan  terhadap gempa bumi.
5. Hidrologi
a. Di Provinsi Papua Barat terdapat beberapa sungai yang membentuk beberapa Daerah Aliran
Sungai DAS. Sebagian besar Daerah Aliran Sungai yang terbentuk adalah pada kabupaten- kabupaten di  Wilayah  Pengembangan Sorong. Sungai-sungai yang termasuk dalam kategoti
terpanjang  adalah  Sungai  Kamundan  425  km,  Sungai  Beraur  360  km,  dan  Sungai Warsamsan  320  km,  sedangkan  sungai-sungai  yang  termasuk  kategori  terlebar  adalah
Sungai  Kaibus  80-2700  m,  Sungai  Minika  40-2200  m,  Sungai  Karabra  40-1300  m, Sungai  Seramuk  45-1250  m,  dan  Sungai  Kamundan  140-1200  m.  Sungai-sungai  ini
sebagian  besar  terletak  di  kabupaten-kabupaten  di  Wilayah  Pengembangan  Sorong. Beberapa  sungai  yang  memiliki  kecepatan  arus  paling  deras  antara  lain  adalah  Sungai
Seramuk 3,06 kmjam, Sungai Kaibus 3,06 kmjam, Sungai Beraur 2,95 kmjam, Sungai Aifat  2,88  kmjam,  dan  Sungai  Karabra  2,88  kmjam.  Sungai-sungai  tersebut  terletak
pada Wilayah Pengembangan Sorong.
Tabel 2-2. Pembagian Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Papua Barat KABUPATEN
WILAYAH SUNGAI NAMA DAS
LUAS KM2
T. Bintuni, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Wasian 4.851,000
T. Bintuni, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Sebyar 12.981,400
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Kasi 693,200
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Mangopi 1.917,200
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Prafi 1.169,300
18
KABUPATEN WILAYAH SUNGAI
NAMA DAS LUAS KM2
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Maruni 193,320
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Masabui 111,110
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Ransiki 584,300
T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar
Windesi 23,560
T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar
Wosimi 617,400
T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar
Wondiwoi 172,820
T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar
Woworama 279,700
Kaimana, Nabire A2-27 Omba
Omba 8.610,200
Kaimana A2-27 Omba
Laenatum 379,500
Kaimana A2-27 Omba
Lengguru 1.870,000
Kaimana A2-27 Omba
Berari 1.029,900
Kaimana, Fak Fak A2-27 Omba
Madefa 4.605,570
Fak Fak, Fak Fak A2-27 Omba
Karufa 477,400
Fak Fak A2-27 Omba
Bedidi 1.355,600
Fak Fak A2-27 Omba
Fak Fak 88,760
Fak Fak, T. Bintuni A2-27 Omba
Bomberai 2.033,300
Sorong Selatan, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Wariagar 6.720,000
Manokwari, Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar
Kamundan 9.732,250
Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar
Kais 4.232,740
Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar
Sekak 830,700
Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar
Waromga 810,430
Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Seremuk 884,600
Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Karabra 5.989,230
Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Kladuk 3.131,150
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Klasegun 848,510
Raja Ampat B-50 Kamundan-Sebyar
Misol 848,160
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Salawati 368,910
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Samate 82,000
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Batanta 69,490
Raja Ampat B-50 Kamundan-Sebyar
Waigeo 598,160
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Remu 46,440
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Warsamson 2.437,131
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Mega 1.048,340
MANOKWARI B-50 KAMUNDAN-SEBYAR
MAON 682,300
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Wesauni 626,933
T. Bintuni B-50 Kamundan-Sebyar
Kasuari 1.971,850
T. Bintuni B-50 Kamundan-Sebyar
Wagura 1.799,100
T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar
Arumasa 2.497,000
T. Bintuni, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Muturi 5.381,300
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005 b.
Wilayah Provinsi Papua Barat dilewati beberapa sungai yang tersebar di beberapa wilayah KabupatenKota.  Dari  sungai  besar  di  Papua  Barat  sebagian  besar  mengalir  di  wilayah
pengembangan Sorong. Sungai-sungai tersebut  menjadi  sebuah  sistem daerah  aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun.
19
Tabel 2-3. Debit Sungai Dirinci Menurut DPSdi Provinsi Papua Barat No
No. DPS NAMA DPS
SWS Catchment
Area Km2 Qn m3s
Kabupaten
1 17
Omba B
– 49 8,610.200
316.919 Kaimana, Nabire
2 18
Laenatum B
– 49 379.500
29.086 Kaimana
3 19
Lengguru B
– 49 1,870.000
141.454 Kaimana
4 20
Berari B
– 49 1,029.900
96.869 Kaimana
5 21
Madefa B
– 50 4,605.570
374.730 Kaimana, Fak Fak
6 22
Karufa B
– 49 477.400
38.903 Kaimana, Fak Fak
7 23
Bedidi B
– 49 1,355.600
107.968 Fak Fak
8 24
Fak Fak B
– 49 88.760
11.747 Fak Fak
9 25
Bomberai B
– 49 2,033.300
146.870 Fak Fak, T. Bintuni
10 26
Kasuari B
– 50 1,971.850
142.232 T. Bintuni
11 27
Wagura B
– 50 1,799.100
165.546 T. Bintuni
12 28
Arumasa B
– 50 2,497.000
127.979 T,Wondama
13 29
Muturi B
– 50 5,381.300
476.337 T. Bintuni, Manokwari
14 30
Wasian B
– 50 4,851.000
364.562 T. Bintuni, Manokwari
15 31
Sebyar B
– 50 12,981.400
825.032 T. Bintuni, Manokwari
16 32
Wariagar B
– 50 6,720.000
432.319 Sorong Selatan,  Manokwari
17 33
Kamundan B
– 50 9,732.250
796.177 Manokwari,  Sorong Selatan
18 34
Kais B
– 50 4,232.740
221.554 Sorong Selatan
19 35
Sekak B
– 50 830.700
46.634 Sorong Selatan
20 36
Waromga B
– 50 810.430
50.282 Sorong Selatan
21 37
Seremuk B
– 50 884.600
58.182 Sorong Selatan, Sorong
22 38
Karabra B
– 50 5,989.230
302.739 Sorong Selatan, Sorong
23 38 a
Kladuk B
– 50 3,131.150
195.716 Sorong
24 39
Klasegun B
– 50 848.510
58.497 Sorong
25 40
Misol B
– 50 848.160
53.437 Raja Ampat
26 41
Salawati B
– 50 368.910
27.064 Sorong
27 42
Samate B
– 50 82.000
6.183 Sorong
28 43
Batanta B
– 50 69.490
5.338 Sorong
29 44
Waigeo B
– 50 216.500
13.309 Raja Ampat
30 45
Remu B
– 50 46.440
4.721 Sorong
31 46
Warsamson B
– 50 2,437.131
147.467 Sorong
32 47
Mega B
– 50 1,048.340
120.947 Sorong
33 48
Koor B
– 50 1,202.800
140.594 Sorong
34 49
Maon B
– 50 682.300
104.163 Manokwari
35 50
Wesauni B
– 50 626.933
108.648 Manokwari
36 51
Kasi B
– 50 0.000
128.883 Manokwari
37 52
Mangopi B
– 50 1,917.200
222.960 Manokwari
38 53
Prafi B
– 50 1,169.300
161.814 Manokwari
39 54
Maruni B
– 50 193.320
25.129 Manokwari
40 55
Masawui B
– 50 111.110
18.958 Manokwari
41 56
Ransiki B
– 50 584.300
76.153 Manokwari
42 57
Windesi B
– 50 23.560
3.574 T,Wondama
43 58
Wasimi B
– 50 617.400
45.854 T,Wondama
44 59
Wondiwoi B
– 50 172.820
18.816 T,Wondama
45 60
Woworama B
– 50 279.700
30.974 T,Wondama
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005.
20
Tabel 2-4. Luas dan Penyebaran Danau di Provinsi Papua Barat No
Nama Danau Luas Ha
Kabupaten
01 Aiwasa
10,240 Kaimana
02 Laamora
16,740 Kaimana
03 Urema
12,600 Kaimana
04 Mbula
6,024 Kaimana
05 Kamakawalor
23,340 Kaimana
06 Berari
6,916 Kaimana
07 Makiri
7,527 Tel. Bintuni
08 Tanemot
17,640 Tel. Bintuni
09 Anggi Gigi
21,370 Manokwari
10 Anggi Gita
22,830 Manokwari
11 Ayamaru
10,850 Sorong Sel.
12 Hain
4,596 Sorong Sel.
Sumber: Dinas PU 2003. Studi Aplikasi SWS di Tanah Papua 6.
Klimatologi a.
Provinsi  Papua  Barat  memiliki  dua  musim,  yaitu  musim  kemarau  dan  musim  penghujan. Pada  bulan  Juni  sampai  dengan  September  arus  angin  berasal  dari  Australia  dan  tidak
banyak  mengandung  uap  air,  sehingga  mengakibatkan  musim  kemarau.  Sebaliknya  pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal
dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim penghujan. b.
Berdasarkan  jumlah  curah  hujannya  wilayah  Papua  Barat  memiliki  tiga  kelas  curah  hujan, yaitu kelas I dengan curah hujan antara 0 s.d. 1000 mmtahun; kelas II dengan curah hujan
antara  1000  s.d.  2000  mmtahun;  kelas  III  dengan  curah  hujan  antara  2000  s.d.  3000 mmtahun;  kelas  IV  dengan  curah  hujan  antara  3000  s.d.  4000  mmtahun;  dan  kelas  V
dengan curah hujan antara 4000 s.d. 5000 mmtahun. Hampir seluruh wilayah Papua Barat memiliki  kelas  curah  hujan  tipe  III  pola  C,  dengan  curah    hujan  sekitar  2000  s.d.  3000
mmtahun.
Tabel 2-5. Keadaan Iklim menurut KabupatenKota di Provinsi Papua Barat Tahun 2010 Uraian
Minimum Maksimum
Suhu Udara Rata-rata 26,60
Fakfak 27,30
Kab. Sorong Rata-rata Kelembaban Udara
83,00 Kaimana
85,60 Fakfak
Tekanan Udara Rata-rata 993,35
Fakfak 1.006,80
Kab. Sorong Curah Hujan
1.581,0 Manokwari
4.306,0 Kab. Sorong
Hari Hujan 219
Manokwari 286
Kab. Sorong Rata-rata Penyinaran Matahari
25,33 Kaimana
135,74 Fakfak
Sumber: Papua Barat Dalam Angka Tahun 2011
21 7.
Penggunaan Lahan Pencatatan  data  mengenai  penggunaan  lahan  di  Papua  Barat  masih  sangat  terbatas.  Data
mengenai lahan antara satu dan yang lainnya kerap menunjukkan perbedaan. Faktor kondisi fisik Provinsi Papua Barat yang berbukit dengan banyak pulau menyebabkan pencatatan penggunaan
lahan  relatif  lebih  sulit  dilakukan.  Berikut  ini  adalah  data  penggunaan  lahan  di  Provinsi  Papua Barat yang dibedakan ke dalam beberapa kategori penggunaan lahan secara umum.
Tabel 2-6. Penggunaan Lahan di Provinsi Papua Barat Berdasarkan KabupatenKota dan Jenis Penggunaan Tahun 2010 Ha
Kampung Perumahan
Sawah Tegalan
Kebun Kebun
Campur Hutan
Semak Tanah
Rusak Lain-
lain Fak-Fak
- -
- -
- -
- -
-
Kaimana
1.754,73 -
424,27 4.426,73
5.395,91 173.280,12
37.489,11 84.731,3
Teluk Wondama
- -
- -
- -
- -
-
Teluk Bintuni
19.636,95 -
169,64 9.642,64
4.303,06 1.844.082,43
23.600,67 -
115.430,82
Manokwari
11.466,2 3.974,47
5.905,59 12.838,57
15.999,48 1.292.134,84
141.863,38 -
47.794,83
Sorong Selatan
3.907,35 -
90,52 -
29.372, 48 1.015.973,59
55.831,44 -
82.428,59
Sorong
- -
- -
- -
- -
-
Raja Ampat
29.533,54 -
132,48 -
994,87 699.981,84
26.343,14 -
29.602,61
Kota Sorong
- -
- -
- -
- -
-
Tambrauw
- -
- -
- -
- -
-
Maybrat
- -
- -
- -
- -
-
Papua Barat
66.289,77 3.974,47
6.712,50 26.889,76
55.955,79 6.590.452,82
285.127,74 -
359
Sumber: Papua Barat Dalam Angka Tahun 2011
2.1.2.  Potensi Pengembangan Wilayah
Sektor  unggulan  yang  ada  di  Papua  Barat  adalah  pertanian  subsektor  perikanan  dan  kehutanan, pertambangan  migas,  dan  bangunan.  Untuk  sektor  pertanian  dapat  dikembangkan  pada  daerah  datar
dengan  kondisi  keairan  yang  baik  pada  daerah  tengah  Kepala  Burung.  Untuk  lebih  detail  mengenai potensi pengembangan wilayah Papua Barat adalah sebagai berikut :
1. Pertanian
a. Sektor  pertanian  sampai  dengan  tahun  2008  selalu  memberikan  kontribusi  utama  dalam
perekonomian Papua Barat. Persentase penduduk yang bekerja sebagai petani pun sampai saat ini selalu memiliki persentase tertinggi. Sejak tahun 2009, sektor pertanian menjadi kontributor
terbesar  kedua  dalam  PDRB  Papua  Barat,  di  tahun  2010  kontribusinya  sebesar  20,71  dan persentase  penduduk  yang  bekerja  di  sektor  pertanian  mencapai  54,04.  Sumber:  Statistik
Daerah Provinsi Papua Barat, 2011.
22 b.
Produksi  dan  luas  panen  tanaman  jagung  tahun  2010  kembali  mengalami  peningkatan.  Luas panen  meningkat  dari  965  Ha  di  tahun  2009  menjadi  1.162  Ha  di  tahun  2010.  Sedangkan
produksinya kembali meningkat dari 1.584 ton di tahun 2009 menjadi 1.930 ton di tahun 2010. Peningkatan luas panen dan produksi jagung turut mendongkrak produktivitas jagung. Di tahun
2010 produktivitasnya meningkat tipis menjadi 16,61 KwHa dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 16,41 KwHa.
c. Komoditas unggulan di subsektor perkebunan diantaranya adalah pala, kelapa sawit, dan kakao.
Perkebunan  kelapa  sawit  berada  di  Kabupaten  Manokwari,  sedangkan  perkebunan  pala terutama di Kabupaten Fakfak dan Kabupaten Kaimana.
i. Produksi pala tahun 2010  mencapai 1.921 ton dengan luas areal perkebunan seluas
5.492 Ha. ii.
Produksi  kelapa  sawit  mencapai  17.116  ton  dengan  luas  areal  perkebunan  seluas 15.937 Ha.
iii. Produksi kakaomencapai 5.152 ton dengan areal seluas 11.154 Ha.
d. Dari  sisi  peternakan,  peningkatan  yang  paling  signifikan  adalah  pada  peternakan  babi.  Ternak
babi  meningkat  dari  43.678  ekor  di  tahun  2008  menjadi  53.706  ekor  di  Tahun  2009.  Jumlah tersebut kembali meningkat di tahun 2010  menjadi 63.138 ekor. Tingginya peningkatan jumlah
ternak babi diduga terjadi karena tingginya permintaan konsumsi daging  babi.  Sedangkan pada ternak sapi dan kambing, peningkatannya tidak setinggi pada ternak babi.
e. Nilai  produksi  perikanan  tahun  2010  mencapai  116.593,30  ton.  Tiga  KabupatenKota  dengan
produksi  tertinggi  adalah  Kota  Sorong  yaitu  36.786,4  ton,  Kabupaten  Fakfak  24.571,2  ton,  dan Kabupaten  Manokwari  11.987,2  ton.Beberapa  komoditi  ekonomis  penting  perikanan  yang
merupakan  sumberdaya  perikanan  dari  perairan  4  empat  wilayah  pengembangan  seperti kakap,  kerapu  dan  napoleon  memiliki  peluang  ekspor  yang  besar  dengan  permintaan  yang
tinggi di pasaran luar negeri. f.
Sumber daya kehutanan masih sangat potensial untuk lebih mengembangkan nilai tambah dari produksi hasil hutan.
2. Pertambangan dan Energi
a. Papua Barat adalah salah satu provinsi yang kaya akan Sumber Daya Alam SDA. Banyak potensi
SDA berupa bahan tambang di Papua Barat yang masih belum tereksplorasi maupun yang telah dieksploitasi  untuk  dimanfaatkan  untuk  kepentingan  rakyat.  Dua  tambang  besar  yang  dimiliki
Papua  Barat  adalah  tambang  minyak  di  Kabupaten  Sorong  dan  tambang  Liquid  Natural  Gas LNG  di  Kabupaten  Teluk  Bintuni.  Bahkan  tambang  LNG  ini  diperkirakan  memiliki  kandungan
gas alam cair yang besar dan termasuk tiga produsen LNG terbesar di Indonesia.
23 b.
Besarnya  PDRB  atas  dasar  harga  berlaku  sektor  pertambangan  dan  penggalian  Papua  Barat tahun  2010  mencapai  2.302,78  miliar  Rupiah.  Nilai  tersebut  setara  dengan  10,22  dari  total
PDRB  Papua  Barat  yang  mencapai  22.527,36  miliar  Rupiah.  Kontribusi  sektor  ini  adalah  yang terbesar ketiga di Papua Barat setelah sektor industri pengolahan 35,45 dan sektor pertanian
20,71. c.
Cadangan  bahan  tambang  baik  mineral  logam  maupun  non  logam  masih  tinggi.  Potensi pertambangan yang dieksplorasi dan dieksploitasi di Papua Barat adalah pertambangan nikel di
pulau-pulau  sekitar  Kepala  Burung  seperti  Waigeo.  Potensi  batugamping  dapat  dijumpai  di sekitar Pegunungan Kemum.
d. Khusus  untuk  potensi  minyak  dan  gas  di  daerah  Papua  Barat  ada  pada  Cekungan  Bintuni,
Cekungan Salawati, dan Cekungan Waiponga.
3. Industri Pengolahan
a. Kontribusi sektor industri pengolahan dalam perekonomian Papua Barat memiliki prospek yang
sangat baik. sektor ini terus mengalami peningkatan  share  terhadap total PDRB. Di tahun 2010 kontribusinya  meningkat  sangat  signifikan  menjadi  35,45.  Kontribusi  sektor  industri
pengolahan menempati posisi pertama dalam PDRB Papua Barat sejak tahun 2009. b.
Pada tahun 2010 sektor ini tumbuh mencapai 149,52  dibandingkan tahun 2009 dipicu oleh mulai beroperasinya industri LNG di Kabupaten Teluk Bintuni.
c. Di tahun 2009, ada 21 perusahaan industri besar-sedang. Jenis industri terbanyak yaitu industri
makanan dan  minuman sebesar 47,62.  Industri terbanyak kedua adalah  industri  kayu selain mebeller  yaitu  sebesar  19,05.  Industri  lainnya  adalah  industri  penerbitan,  percetakan,  dan
reproduksi  media  rekam;  industri  barang-barang  dari  batubara,  pengilangan  dan  pengolahan minyak bumi;  industri  barang galian bukan logam;  dan industri alat angkutan selain kendaraan
bermotor roda empat atau lebih dengan persentase kurang dari 35. d.
Menurut sebarannya, industri besar-sedang hanya terdapat di 4 empat KabupatenKota, yaitu kabupaten  Teluk  Bintuni  5,92,  Manokwari  19,05,  Sorong  14,29,  dan  Kota  Sorong
57,14. e.
Menurut kepemilikanya,  sebesar 9,52 adalahmilik pemerintah pusat; 4,76 milik pemerintah daerah; 61,90 milik swasta nasional dan asing; serta 4,76 adalah milik pemerintah pusat dan
asing.
24 4.
Konstruksi PDRB  sektor  konstruksi  Papua  Barat  tahun  2009  mencapai  648,21  miliar  Rupiah.  Share  sektor  ini
terus  mengalami  peningkatan  beberapa  tahun  ini.  Kontribusinya  sebesar  8,00  di  Tahun  2009. Walaupun  bukan  sebagai  kontributor  utama  dalam  PDRB  Papua  Barat  namun  pertumbuhannya
berada  pada  peringkat  kedua  setelah  sektor  pengangkutan  dan  komunikasi. Sektor
bangunankonstruksi mampu menyerap banyak tenaga kerja memiliki nilai pengganda tinggi.
5. Hotel dan Pariwisata
a. Subsektor hotel dan pariwisata cukup menjanjikan meskipun kontribusinya hanya sekitar 0,19
dari total PDRB Papua Barat. Pertumbuhan subsektor  ini cukup  pesat. Pada tahun  2010  jumlah hotel  menjadi  80  unit,  yang  terdiri  dari  10  hotel  Bintang  dan  70  hotel  Melati.  Hotel  Berbintang
hanya tersebar di kabupaten Fakfak, Manokwari, dan Kota Sorong. b.
Jumlah objek wisata di Papua Barat tahun 2010 sebanyak 79 objek. Objek wisata tersebut terdiri dari  20  objek  wisata  alam,  8  objek  wisata  tirtabahari,  32  objek  wisata  budaya,  dan  19  objek
wisata  agro.  Objek  wisata  yang  telah  mendunia  saat  ini  adalah  objek  wisata  bawah  laut  di Kepulauan Raja Ampat
c. Papua Barat terkenal dengan panorama keindahan alam yang eksotis. Sebagian besar panorama
alam  tersebut  bahkan  masih  sangat  alami  dan  belum  terjamah  komersialisasi  pariwisata. Sebagian  besar  objek  wisata  belum  terekspos  sehingga  belum  banyak  dikenal  khalayak  umum.
Salah  satu  objek  wisata  yang  mulai  popular  adalah  wisata  bawah  laut  Kepulauan  Raja  Ampat. Kurang  lebih  ada  610  pulau.  Hanya  sekitar  35  pulau  yang  berpenghuni.  Perairan  Raja  Ampat
merupakan  salah  satu  dari  10  perairan  terbaik  untuk  diving  site  di  seluruh  dunia.  Bahkan diperkirakan  menjadi  nomor  satu  untuk  kelengkapan  dan  keanekaragaman  hayati  flora  dan
fauna bawah laut saat ini. d.
Wisata alam lain yang menjadi andalan Papua Barat adalah Taman Nasional Teluk Cendrawasih TNTC  yang  terletak  di  Kabupaten  Teluk  Wondama.  Panjang  garis  pantainya  500  Km  dengan
luas  daratan  mencapai  68.200  ha,  luas  laut  1.385.300  ha  dengan  rincian  80.000  ha  kawasan terumbu karang dan 12.400 ha lautan.
e. Ekowisata di kepala burung pulau  Papua terdapat Cagar AlamPegunungan Arfak di Kabupaten
Manokwari, dengan luas mencapai 68.325 ha dengan ketinggian mencapai 2.940 mdpl. Terdapat juga Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gita yang berada pada ketinggian 2000 mdpl.
f. Baru-baru  ini  di  Kabupaten  Manokwari  ditemukan  sebuah  goa  yang  diklaim  sebagai  goa
terdalam  di  dunia  oleh  Tim  Ekspedisi  Speleologi  Ahli  Goa  Perancis  di  Kawasan  Pegunungan Lina di Iranmeda, Distrik Didohu dengan kedalaman gua mencapai 2000 meter.
25 g.
Di  kabupaten  Kaimana  terdapat  wisata  pantai  dan  laut  teluk  Triton  disamping  keindahan panorama Senja di Kaimana yang melegenda.
6. Transportasi dan Komunikasi
a. Dalam perekonomian Provinsi Papua Barat tahun 2010, sektor pengangkutan transportasi dan
komunikasi  memang  tidak  memberikan  kontribusi  hanya  6,38  dengan  nilai  agregat  PDRB sebesar  1.437,07  miliar  Rupiah  Atas  Dasar  Harga  Berlaku  atau  612,20  miliar  Rupiah  Atas
Dasar Harga Konstan. b.
Pada  tahun  2010,  sektor  transportasi  dan  komunikasi  memiliki  angka  pertumbuhan  tertinggi kedua terhadap tahun 2009 dibandingkan dengan sektor tersier lainnya.
c. Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang diamanahkan dalam
Perpres  Nomor  65  Tahun  2011  tentang  Percepatan  Pembangunan  Provinsi  Papua  dan  Papua Barat  adalah  Program  Pengembangan  Infrastruktur  Dasar.  Program  tersebut  rencananya  akan
membangun dan meningkatkan jalan Trans Papua dan Trans Papua Barat. d.
Sebagian  besar  orang  memanfaatkan  fasilitas  perhubungan  laut  dan  udara.  Namun  tren pengguna  fasilitas  perhubungan  laut  cenderung  menurun,  sebaliknya  jumlah  pengguna  fasilitas
perhubungan udara meningkat signifikan 2008-2010.
7. Perbankan dan Investasi
a. Dalam tiga tahun, fasilitas kredit perbankan yang disalurkan ke masyarakat baik rupiah maupun
valuta asing lebih banyak digunakan untuk investasi. Penggunaan kredit untuk keperluan modal kerjausaha justru lebih kecil digunakan dari penggunaan kredit untuk keperluan konsumsi.
b. Penggunaan  kredit  perbankan  untuk  investasi  meningkat  dari  40,58  di  tahun  2007menjadi
57,60  di  tahun  2010.  Hal  tersebut  menyiratkan  bahwa  kesadaran  masyarakat  untuk berinvestasi dalam perbankan semakin membaik. Sedangkan lebih tingginya penggunaan kredit
untuk  konsumsi  daripada  untuk  modal  kerja  menunjukkan  perilaku  konsumtif  masyarakat meskipun persentasenya berangsur-angsur menurun.
26
2.1.3.  Wilayah Rawan Bencana
Secara  geologi,  Provinsi  Papua  Barat  memiliki  struktur  yang  cukup  kompleks  dengan  kelurusan  umum kearahBarat-Timur  diapit  dua  lempeng  tektonik,  yaitu:  Lempeng  Australia  dan  Lempeng  Pasifik  yang
berpengaruh  terhadap  kerawanan  terhadap  gempa  tektonik  berpotensi  diikuti  oleh  tsunami.Seluruh wilayah kepala burung rawan gempa bumi. Dari data, daerah tsunami di wilayah ini, tingginya mencapai
15 m, meliputi daerah Oransbari, Yapen, dan Nabire. Sebagai  gambaran,  zona  rawan  gempa  bumi  berdasarkan  tingkat  kerawanannya  dapat  dilihat  pada
Gambar 2-2.Untuk tingkat kerawanan bencana lainnya seperti banjir dan longsor di wilayah Papua Barat, kondisi  lingkungan  yang  rata-rata  memiliki  tekstur  pergunungan  yang  terjal  dan  dataran  rendah  di
bagian  tengah  yang  mengalir  sungai-sungai  secara  intensif  berpotensi  tinggi  memberikan  kontribusi bencana  yang  fluktuatif.  Sebagai  gambaran,  zona  rawan  longsor  berdasarkan  tingkat  kerawanannya
dapat dilihat pada Gambar 2-3.
Gambar 2-2. Zona Rawan Gempa Bumi Berdasarkan Tingkat Kerawanan
Zona 1 paling rawan gempa, sedangkan Zona 6 paling aman dari gempa
Sumber:Draft RTRW Provinsi Papua Barat 2008-2028.
27
Gambar 2-3. Zona Rawan Longsor Papua Barat Berdasarkan Tingkat Kerawanan
Sumber:Draft RTRW Provinsi Papua Barat 2008-2028. Belum  ada  jalur  resmi  evakuasi  bencana  yang  direncanakan,  baik  dalam  skala  regional  maupun  lokal.
Bencana alam besar yang terjadi pada Oktober 2010 di Kabupaten Teluk Wondama seharusnya menjadi pemantik bagi pemerintah untuk segera membuat rencana jalur evakuasi bencana.
Alat  pemadam  kebakaran  dinamis  berupa  mobil  pemadam  kebakaran  dengan  jumlah  yang  sangat terbatas telah ada di setiap ibukota kabupaten kecuali di Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Maybrat.
Untuk alat pemadam kebakaran statis  berupa hidran umum  belum banyak terdapat di area publik atau pusat  permukiman  penduduk,  hanya  terdapat  di  gedung-gedung  tertentu  saja  misalnya  gedung  kantor
pemerintahan. Perangkat  posko  bencana  baru  terdapat  dengan  jumlah  yang  terbatas  di  Kabupaten  Manokwari,
selebihnya  masih  mengandalkan  bantuan  dari  lembaga-lembaga  pemerhati  kebencanaan  dan  sifatnya insidental. Perangkat peringatan dini belum  dimiliki oleh wilayah-wilayah potensi bencana tsunami dan
gempa bumi. Perangkat evakuasi belum dimiliki selain mengandalkan kendaraan milik pemerintah, polisi, dan tentara.
2.1.4.  Aspek Demografi
1. Sejak  pertama  kali  dilaksanakan  sensus  penduduk  pada  Tahun  1971,  Papua  Barat  mengalami
pertumbuhan penduduk dengan oika kurva mirip distribusi logistik. 2.
Data paling mutakhir jumlah penduduk Papua Barat diperoleh dari hasil sensus penduduk tahun 2010 adalah 760.422 jiwa, terdiri dari 402.398 laki-laki dan 358.024 perempuan. Jumlahtersebut
28 menjadikannya  sebagai  provinsi  dengan  jumlah  penduduk  terkecil  di  Indonesia,  kontribusinya
hanya sekitar 0,32 terhadap total penduduk nasional. 3.
Rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 3,71. Laju pertumbuhan penduduk Papua Barat  adalah  yang  terbesar  ke-empat  di  Indonesia  setelah  Provinsi  Papua  5,39,  Provinsi
Kepulauan Riau 4,95, dan Provinsi Kalimantan Timur 3,81. Pertumbuhan penduduk yang relatif  tinggi  ini  juga  dipengaruhi  tingkatmigrasi  masuk  karena  memiliki  faktor  penarik
migranakibat  SDA  dan  prospek  ekonominya.  Laju  pertumbuhan  penduduk  palimg  tinggi  di Kabupaten  Sorong  5,41  per  tahun  dan  terendah  adalah  Kabupaten  Tambrauw  0,38  per
tahun. 4.
Struktur  penduduk  Papua  Barat  dilihat  dari  piramida  penduduk  tergolong  dalam  struktur penduduk muda. Struktur penduduk ini masih sangat dipengaruhi oleh tingginya fertilitas. Hal ini
terlihat pada alas piramida penduduk yang paling lebar pada kelompok umur 0-4 tahun. Dilihat dari median umur pun semakin menguatkan bahwa komposisi penduduk muda begitu dominan.
Median  umur  penduduk  Papua  Barat  adalah  18,60  tahun.Jumlah  penduduk  usia  produktif termasuk tinggi sehingga sumber daya manusia masih ada kesempatan untuk digali kembali.
Gambar 2-4. Piramida Penduduk Provinsi Papua Barat
Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010 5.
Sebaran penduduk Provinsi Papua Barat menurut kabupatenkota masih dominan di dua daerah yaitu di Kota Sorong 25,07 dan Kabupaten Manokwari 24,69. Hampir setengah dari total
penduduk Papua Barat tinggal di kedua daerah tersebut. Kota Sorong menjadi pintu gerbangnya Papua Barat dari
dunia luar  karena terdapat Bandar Udara dan pelabuhan kapal besar sebagai pintu keluar masuk penumpang dan barang dari dan ke Papua Barat maupun kabupaten lainnya
di Papua Barat. 6.
Kabupaten Manokwari semakin padat ketika Papua Barat dimekarkan dari Provinsi Papua dan Kabupaten  Manokwari  ditetapkan  sebagai  ibukota  dan  pusat  pemerintahan  Provinsi  Papua
Barat. Sebagai pusat pemerintahan, Kabupaten Manokwari aktif membangun, mulai dari fasilitas
29 pemerintahan, akses transportasi, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur lainnya.
7. Jika  dilihat  dari  kepadatan  penduduknya,  Papua  Barat  adalah  provinsi  dengan  kepadatan
terendah  di  Indonesia.  Kepadatan  penduduknya  hanya  8  jiwaKm2.  Kepadatan  penduduk tertinggi  di  Papua  Barat  berada  di  Kota  Sorong  sebesar  290  jiwaKm2  sementara  kepadatan
penduduk terendah adalah Kabupaten Tambrauw yaitu 1 jiwaKm2. 8.
Sex  ratio  Papua  Barat  adalah  sebesar  112,39,  artinya  diantara  100  orang  penduduk perempuan,  112  orang  adalah  laki-laki.  Sex  ratio  Papua  Barat  adalah  yang  tertinggi  kedua  di
Indonesia setelah Provinsi Papua 113,44. 9.
Dependency ratio atau rasio ketergantungan Papua Barat sebesar 55,72, artinya dari 100 orang usia  produktif  harus  menanggung  beban  hidup  sekitar  55-56  orang  yang  belum  produktif  dan
tidak  produktif.  Beban  tanggungan  perempuan  lebih  besar  daripada  laki-laki,  terlihat  dari rasionya yaitu 54,21 untuk laki-laki dan 57,46 untuk perempuan.
Tabel 2-7. Indikator Kependudukan Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2010 Uraian
2008 2009
2010
Jumlah Penduduk jiwa 729.962
743.860 760.422
Pertumbuhan Penduduk 1,95
1,90 2,23
Sex Ratio 110,44
110,20 112,39
Jumlah Rumah Tangga ruta 169.439
169.945 168.080
Rata-rata ART jiwaruta 4,31
4,38 4,52
Penduduk menurut kelompok umur 0-14
32,16 31,08
34,13 15-64
68,33 67,39
64,22 65+
1,47 1,53
1,65 Sumber: Proyeksi Penduduk dan SP 2010, BPS.
10. Penduduk Asli Papua di Papua Barat
a. Jumlah  penduduk  Asli  Papuasebesar  405.074  jiwa,  yang  terdiri  dari  208.658  laki-laki  dan
196.416  perempuan.  Dengan  demikian,  jumlah  penduduk  non  asli  Papua  sudah  hampir berimbang dengan penduduk asli Papua dengan perbandingan 46,73 dan 53,27.
b. Dari 405.074 jiwa penduduk  Asli Papua, 91,76 benar-benar penduduk Asli Papua karena
memiliki ayah dan ibu Papua. Sementara itu, yang memiliki ayah Papua atau ibu Papua saja sebesar 2,28 dan 2,12.
c. Sex ratio Penduduk Asli Papua 106,23.
d. Penduduk  Asli  Papua  tersebar  di  seluruh  kabupatenkota  di  Papua  Barat.  Persentase
penduduk  Asli  Papua  terbesar  berada  di  Kabupaten  Maybrat  96,04  dan  Kabupaten Tambrauw 95,67. Sementara penduduk Asli Papua terkecil berada di Kabupaten Sorong
37,38 dan Kota Sorong 32,56.
30 e.
Berdasarkan distribusinya, lebih dari seperempat penduduk Asli Papua tinggal di Kabupaten Manokwari.  Jumlahnya  mencapai  107.857  jiwa  26,63.  Sedangkan  Kota  Sorong
memberikan  kontribusi  terbesar  kedua,  yaitu  62.070  jiwa  15,32.  Kontributor  terkecil penduduk Asli Papua adalah Kabupaten Tambrauw, yaitu 1,45.
f. Struktur  penduduk  Asli  Papua  sangat  berbeda  dengan  penduduk    Non  Asli  Papua.  Pada
piramida  penduduk  asli  papua,  penduduk  usia  muda  sangat  dominan  karena  dipengaruhi oleh tingkat fertilitas yang tinggi. Sedangkan struktur penduduk Non Asli Papua didominasi
oleh penduduk usia produktif, terutama 25-29 tahun. g.
Dependency  ratio  pada  penduduk  Non  Asli  Papua  hanya  sebesat  47,27  sedangkan  pada penduduk  asli  papua  sebesar  64,07.  Rendahnya  dependency  ratio  pada  penduduk  Non  Asli
Papua  tidak  lepas  dari  tingginya  persentase  penduduk  usia  produktif  15-64  tahun  yang mencapai 67,90, terutama disumbang oleh penduduk laki-laki.
Tabel 2-8. Indikator Kependudukan Asli Papua dan Non Asli Papua di Provinsi Papua Barat URAIAN
PENDUDUK ASLI PAPUA PENDUDUK NON ASLI PAPUA
Jumlah Penduduk jiwa 405.074
355.348 Laki-laki
208.658 193.740
Perempuan 196.416
161.608 Persentase Penduduk
53,27 46,73
Sex Ratio 106,23
119,88 Median Umur th
16,39 20,19
Dependency Ratio 64,07
47,27 Penduduk menurut kelompok umur
0-14 37,30
30,57 15-64
60,95 67,90
65+ 1,75
1,53 Jumlah Rumah Tangga
84.747 83.333
Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2011.
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Aspek  kesejahteraan  masyarakat  terdiri  dari  kesejahteraan  dan  pemerataan  ekonomi,  kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga, dipaparkan sebagai berikut:
2.2.1.  Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1. Pertumbuhan PDRB
Dalam  perkembangan  PDRB  Papua  Barat,  baik  dari  segi  nilai  tambah  bruto  maupun  kontribusi sektoral memiliki kontribusi terhadap PDB  Nasional sekitar 0,26  di Tahun 2009, yang berarti
kapasitas  perekonomian  wilayah  ini  masih  sebatas  pada  level  lokal  saja.  Nilai  absolut  PDRB Papua  Barat  harga  konstan  Tahun  2000  pada  Tahun  2008  sebesar  Rp.  6.369,37  miliar,  naik
menjadi  Rp.  6.768,20  miliar  pada  Tahun  2009.  Kenaikan  ini  cukup  positif  akan  tetapi  belum
31 menunjukan perubahan yang signifikan terhdap pembangunan Provinsi Papua Barat
Gambar 2-5. Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dengan Migas dan Tanpa Migas Tahun 2006-2010
Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2011 Terkait  dengan  tingkat  kesejahteraan,  meskipun  PDRB  Provinsi  Papua  Barat  memiliki  laju
pertumbuhan  yang  cukup  baik  namun  prosentase  tingkat  kemiskinan  Provinsi  Papua  Barat berada  di  posisi  kedua  nasional.  Berbagai  faktor  berpengaruh  atas  kenaikan  garis  kemiskinan
seperti  kebijakan  energi,  kebijakan  harga,  kelancaran  arus  distribusi  barang,  kondisi  alam  dan lain-lain. Papua Barat tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh dari luar disamping dari internal
wilayah  ini  sendiri.  Garis  kemiskinan  di  perkotaan  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  di pekampungan karena perbedaan harga barang dan jasa antara Kota dan Kampung dimana harga
di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di peKampungan.
PDRB Dengan Migas
a. Dalam  kurun  waktu  2007-2010  Papua  Barat  dapat  dikatakan  stabil  memperlihatkan
pertumbuhan yang tinggi dan menunjukkan percepatan setiap tahunnya. Hal ini jelas terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 26,82  pada Tahun 2010  setelah  memasukkan
nilai tambah gas alam cair LNG. Sementara pertumbuhan tanpa migas mencapai 6,83. b.
Pada  Tahun  2010,  pertumbuhan  tertinggi  sebesar  149,52  dicapai  oleh  sektor  industri pengolahan  didorong  oleh  pertumbuhan  subsektor  migas  terutama  pertumbuhan  gas  alam
cair  akibat  tercakupnya  produksi  gas  alam  cair  di  Teluk  Bintuni.  Sementara  sektor pertambangan dan penggalian justru mengalami kontraksi mencapai minus o,84.
c. Sektor  pertanianm  industri  pengolahan,  dan  bangunan  tetap  menjadi  sumber  utama
pertumbuhan  ekonomi.  Bahkan  21,94  dari  pertumbuhan  ekonomi  26,82  pada  Tahun 4.55
6.95 7.84
7.02 26.82
7.63 8.61
9.25 7.86
6.83
2006 2007
2008 2009
2010 PDRB Dengan Migas
PDRB Tanpa Migas
32 2010  berasal  dari  sektor  industri  pengolahan.  Sektor  pertanian  memberikan  kontribusi
pertumbuhan sebesar 0,93. d.
Sektor-sektor  utama  perekonomian  Papua  Barat  pada  periode  2007-2010  adalah  sektor pertanian,  sektor  industri  pengolahan,  dan  sektor  pertambangan  dan  penggalian.  Ketiga
sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari 60 PDRB Papua Barat. e.
PDRB  per  kapita  Papua  Barat  ADHB  pada  tahun  2010  meningkat  26,63  terhadap  Tahun 2009, yaitu dari 23,40 juta Rupiah menjadi 29,62 juta rupiah. PDRB per kapita Papua Barat
ADHK mencapai 11,42 juta Rupiah atau meningkat 22,72 terhadap Tahun 2009 9,31 juta Rupiah.
Gambar 2-6. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 dalam
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011
Tabel 2-9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Menurut Penggunaan Tahun 2006
–2009
NO SEKTOR
2006 2007
2008 2009
1 Konsumsi Rumah Tangga
9.19 6.15
10.57 6.18
2 Lembaga Swasta Nirlaba
9.54 7.59
5.3 19.91
3 Konsumsi Pemerintah
19.21 15.61
10.62 5.45
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto
4.08 5.53
2.46 4.01
5 Perubahan Stok
2.19 2.24
-0.38 -11.04
6 Ekspor
11.04 0.18
-6.99 -27.15
7 Dikurangi Impor
17.88 1.47
-3.98 -24.1
PDRB Dengan Migas 4.55
6.95 7.33
6.26
1.72
-0,13
21.94
0.03 0.93
0.42 0.88
0.25 0.80
33
Gambar 2-7. Peranan Sektor Dominan Terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 dalam
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011
PDRB Tanpa Migas
a. Pertumbuhan  ekonomi  tanpa  migas  yang  tercipta  pada  tahun  2010  sebesar  6,83.
Pertumbuhan  tertinggi  dicapai  oleh  sektor  pertambangan  dan  penggalian  yang  tumbuh 12,20.  Kemudian  diikuti  oleh  pertumbuhan  di  sektor  keuangan,  persewaan,  dan  jasa
perusahaan sebesar 11,02;  sektor pengangkuan dan komunikasi 10,93; sektr bangunan 9,77; sektor jasa-jasa 7,34; sektor listrik dan air bersih 7,30; sektor pertanian 6,20;
sektor  pengangkutan  dan  komunikasi  3,99.  Sementara  sektor  industri  pengolahan  hanya tumbuh 2,77.
Gambar 2-8. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2007-2010 dalam  Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011
20 40
60 80
100
2007 2008
2009 2010
62.27 62.27
62.29 66.37
37.28 37.73
37.71 33.63
Sektor Pertanian, Pertambangan  Penggalian, Industri Pengolahan Sektor Lainnya
- 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
2.19
0.14 0.29
0.04 1.19
0.53 1.12
0.31 1.01
34 b.
Dalam rentang waktu empat tahun terakhir, tiga sektor utama yang mendominasi penciptaan PDRB  tanpa  migas  di  Papua  Barat  adalah  sektor  pertanian,  sektor  bangunan,  dan  sektor
perdagangan,  hotel  dan  restoran.  Ketiga  sektor  tersebut  memberikan  kontribusi  lebih  dari 60 terhadap PDRB tanpa migas Papua Barat.
Gambar 2-9. Peranan Sektor Dominan terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 dalam
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011 c.
PDRB per kapita ADHB mencapai 18,01 juta Rupiah. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 10,15 dibandingkan dengan PDRB per kapita pada Tahun 2009. Sementara PDRB
per kapita ADHK 2000 bernilai 7,55 juta Rupiah dan mengalami pertumbuhan sebesar 3,37 dibandingkan keadaan tahun 2009.
2. Laju Inflasi Provinsi
a. Indeks  Harga  Konsumen  IHK  Papua  Barat  Tahun  2010  sebesar  143,49  artinya  terjadi
kenaikan harga secara umum sebesar 43,49 dibandingkan dengan harga tahun dasar 2007, atau  dengan  kata  lain,  harga  secara  umum  saat  ini  hampir  satu  setengah  kali  lebih  mahal
daripada tahun 2007. Selama tahun 2008-2011, inflasi lebih banyak terjadi daripada deflasi. Bila  mencermati  fluktuasi  yang  ada,  tampaknya  perkembangan  harga  belum  terkontrol
dengan baik b.
Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35 yang terjadi di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar -0,76.
c. Inflasi tahun 2010 tercatat 6,25. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok pengeluaran
bahan  makanan,  yaitu  sebesar  8,34.  Inflasi  kelompok  pengeluaran  sandang  memiliki 20
40 60
80 100
2007 2008
2009 2010
63.79 63.63
63.07 62.69
36.21 36.37
36.93 37.31
Sektor Pertanian, Bangunan, Perdagangan, Hotel,  Restoran Sektor Lainnya
35 tingkat  inflasi  terendah,  yaitu  hanya  2,36.  Pada  tahun  2010  inflasi  terjadi  pada  seluruh
kelompok pengeluaran. d.
Laju inflasi perKampungan tahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86, lebih tinggi dari tahun 2009 sebesar 4,53. Berarti tingkat kenaikan harga di tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan
tahun 2009. e.
Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35 yang terjadi di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar -0,76.
f. Inflasi tahun 2010 tercatat 6,25. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok pengeluaran
bahan  makanan,  yaitu  sebesar  8,34.  Inflasi  kelompok  pengeluaran  sandang  memiliki tingkat  inflasi  terendah,  yaitu  hanya  2,36.  Pada  tahun  2010  inflasi  terjadi  pada  seluruh
kelompok pengeluaran. g.
Laju inflasi perKampungan tahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86, lebih tinggi dari tahun 2009 sebesar 4,53. Berarti tingkat kenaikan harga di tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan
tahun 2009.
3. Indeks Gini
Koefisien Gini pada tahun 2007 sebesar 0,33 naik menjadi 0,35 pada tahun 2009 dan pada tahun 2010  menjadi  0,37.  Meskipun  terjadi  kenaikan  koefisien  gini,  namun  status  ketimpangan
pendapatan masih pada posisi diantara ketimpangan rendah. 4.
Tingkat Pemerataan Pendapatan Menurut Bank Dunia a.
Tingkat  kemerataan  menurut  Bank  Dunia,  Provinsi  Papua  Barat  masih  dalam  kategori ketimpangan rendah.
b. Selama periode 2007-2010, proporsi pengeluaran dari kelompok penduduk 40 terbawah
terhadap total pengeluaran seluruh penduduk masih diatas 17.
2.2.2.  Fokus Kesejahteraan Sosial
1. Pendidikan
a. Angka Melek Huruf AMH Provinsi Papua Barat tahun 2010 adalah sebesar 93,19,.  dan
92,34.Angka  melek  huruf  pada  tahun  2010  meningkat  dibandingkan  dengan  tahun  2009 sebesar 90,15; tahun 2008  sebesar 92,15; pada tahun 2007 sebesar 90,32; dan tahun
2006  sebesar  88,55.  Semakin  tinggi  angka  melek  huruf  maka  kenaikan  persentase  angka melek  huruf  ini  akan  cenderung  semakin  lambat.  Dalam  artian  pertumbuhan  angka  melek
36 hurufnya  semakin  kecil  atau  mengalami  perlambatan.  Dengan  menggunakan  angka  melek
huruf  dapat  diketahui  jumlah  penduduk  yang  berumur  15  tahun  ke  atas  yang  dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.
Gambar 2-10. Perkembangan Angka Melek Huruf dan Angka Buta Huruf di Provinsi Papua Barat Tahun 2007-2010
b. AMH  penduduk  laki-laki  tahun  2009  sebesar  94,95  atau  mengalami  peningkatan
dibandingkan  dengan  kondisi  tahun  2008  yaitu  sebesar  93,01  dan  kembali  mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 95,33.
c. AMH  penduduk  perempuan  walaupun  selalu  lebih  rendah  daripada  laki-laki  namun  selalu
mengalami  peningkatan  menjadi  90,83  di  tahun  2010  dibandingkan  dengan  tahun  2009 dan 2008 yang masing masing sebesar 88,55 dan 88,35.
Gambar 2-11. Perkembangan Angka Melek Huruf Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi Papua Barat Tahun 2007-2010
d. Angka rata-rata lama sekolah terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 rata-rata lama
sekolah  sebesar  8,21  tahun  atau  mengalami  peningkatan  dari  tahun  2009  dan  2008  yakni sebesar  8,01  tahun  dan  7,67  tahun.  Artinya  rata-rata  penduduk  baru  mampu  menempuh
pendidikan  sampai  kelas  2  SLTP.  Berarti  pencapaian  pendidikan  di  Provinsi  Papua  Barat 90.32
92.15 92.94
93.19
9.68 7.85
7.06 6.81
2007 2008
2009 2010
Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf
92.69 93.61
94.95 95.33
87.86 88.35
89.55 93.19
2007 2008
2009 2010
Laki - Laki Perempuan
37 belum  memenuhi Program Wajib Belajar 9 Tahun. Meskipun demikian, masih ada disparitas
gender,  dimana  penduduk  perempuan  belum  sepenuhnya  memperoleh  pendidikan  yang setara  dengan  penduduk  laki
–laki.  Sehingga  perlu  diperhatikan  lagi  faktor–faktor  yang menjadi  penyebab  masih  lambatnya  kemajuan  peningkatan  pendidikan  bagi  perempuan  di
Provinsi Papua Barat. e.
Angka  Partisipasi  Murni  APM  SDMI  pada  tahun  2010  sebesar  91,91  meningkat  dari tahun  2009  sebesar  91,25.APM  SLTPMTs  meningkat  menjadi  49,65  di  tahun  2010
setelah  tahun  sebelumnya  sebesar  49,03.  Artinya  banyak  penduduk  yang  tidak melanjutkan  pendidikan  ke  jenjang  SLTPMTs.APM  SLTAMA  tahun  2010  hanya  mencapai
43,93 atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebesar 43,55.
Gambar 2-12. Angka Partisipasi Sekolah APS dan Angka Partisipasi Murni APM Antar Jenjang Pendidikan Tahun 2010
f. APK  SDMI  tahun  2010  sebesar  115,00,  menurun  dibandingkan  tahun  2009  sebesar
117,50.  Tertinggi  di  Kabupaten  Raja  Ampat  142,15  dan  terendah  di  Kabupaten Tambrauw 107,98.APK  SLTPMTs  tahun 2009  sebesar 66,29  mengalami peningkatan
menjadi  66,68  pada  tahun  2010  setelah  sebelumnya  mengalami  penurunan  dari  89,99 tahun  2008.  Tertinggi  di  Kabupaten  Teluk  Wondama  87,72  dan  terendah  Kabupaten
Sorong  Selatan  43,24.APK  SLTAMA  terus  meningkat  dari  tahun  2008  sebesar  57,25 menjadi 62,04 di tahun 2009 dan 72,07 di tahun 2010.
g. Angka  Pendidikan  yang  Ditamatkan  APT  SDMI  mengalami  penurunan  pada  tahun  2010
menjadi 26,24 sementara pendidikan tinggi SLTA keatas sebesar 32,95 dengan rincian 24,59  berpendidikan  SLTAsederajat  dan  8,36  berpendidikan  perguruan  tinggi.
Meningkat  1,54  dibandingkan  dengan  tahun  2008  dan  2009.  Menandakan  terdapat perbaikan  kualitas  pendidikan  dengan  menurunnya  persentase  pendidikan  rendah  dan
meningkatnya  persentase  pendidikan  tinggi.  Kota  Sorong  dengan  tingkat  pendidikan tertinggi dan Kabupaten Tambrauw yang terendah.
94,04 89.95
58,98
14,45 91,91
49,65 43,93
7,36 SDMI
SMPMTS SMASMKMA
PT APS
APM
38 2.
Kesehatan a.
Angka rata-rata anak lahir hidup tahun 2010 sebesar 2,55 dan angka rata-rata anak masih hidup sebesar 2,39.
b. Secara umum Angka Harapan Hidup AHH di masing-masing daerah mengalami kemajuan.
di  tahun  2010  AHH  Papua  Barat  mencapai  68,51  pertahun.  AHH  tertinggi  di  Kota  Sorong sebesar  71,95pertahun  dan  terendah  di  Kabupaten  Tambrauw  sebesar  66,51pertahun.
Tahun  2009-2010  AHH  mengalami  kemajuan  0,31pertahun.  Peningkatan  tertinggi  di Kabupaten Raja Ampat dan  Kota Sorong sebesar 0.42  pertahun dan terendah  di  Kabupaten
Sorong Selatan sebesar 0,17 pertahun. c.
Status gizi buruk pada Balita di Papua Barat tahun 2010 tercatat mencapai 9,1, sedangkan gizi  kurang  mencapai  17,4.  Angka  ini  masih  diatas  angka  nasional  yang  hanya  mencapai
4,9 dan 13,1.
Gambar 2-13. Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Provinsi PapuaBarat
3. Kemiskinan
a. Dilihat  dari  aspek  ekonomi,  jumlah  penduduk  miskin  di  Provinsi  Papua  Barat  mengalami
penurunan  dari  tahun  ke  tahun  dalam  kurun  waktu  tahun  2006 – 2010, meskipun sempat
mengalami peningkatan sebesar dari  35,12 pada tahun 2008 menjadi 35,71 pada tahun 2009 atau meningkat sebesar 0,59. Bila dilihat perbandingan antara penduduk miskin dan
tidak miskin pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat, jumlah penduduk tidak miskin adalah sebesar  65,12,  sedangkan  penduduk  miskin  adalah  sebesar  34,88  dengan  persentase
penduduk miskin kota sebesar 1,32 dan penduduk miskin Kampung sebesar 33,56. b.
Penurunan angka kemiskinan di perKampungan pada tahun  2009 sebesar 44,71 menjadi 43,48 di Tahun 2010 sedangkan angka kemiskinan di perkotaan naik dari 5,22 menjadi
5,73. 36
32.7 31.6
30.5 2006  2007  2008  2009  2010
Angka Kematian Bayi
67.3 67.6
67.9 68.2  68.96
2006  2007  2008  2009  2010
Angka Harapan Hidup
39
Gambar 2-14. Perbandingan Jumlah Penduduk Provinsi Papua Barat Berdasarkan Status Kemiskinan Tahun 2010
c. Kabupaten  Teluk  Wondama,  Teluk  Bintuni,  Tambrauw,  dan  Maybrat  memiliki  angka
kemiskinan  diatas  40  sehingga  membutuhkan  effort  yg  sangat  besar  untuk penanggulangannya.  Diduga  karena  wilayahnya  yang  terbilang  cukup  terisolir  sehingga
tingginya biaya transportasi dalam pengadaan kebutuhan barang dan jasa. d.
Garis kemiskinan Provinsi Papua Barat tahun 2010 sebesar 294.727 Rupiah per kapita per bulan, terdiri dari garis kemiskinan makanan sebesar 237.147 rupiah dan garis kemiskinan
non makanan sebesar 57.580 Rupiah. Kontribusi garis kemiskinan makanan terthadap garis kemiskinan  sebesr  80,46.  Dibandingkan  tahun  2009,  garis  kemiskinan  tahun  2010
mengalami kenaikan sebesar 6,24. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan 4,74 lebih rendah daripada kenaikan garis kemiskinan di perKampungan 6,74.
e. Indeks  Kedalaman  Kemiskinan  turun  dari  10,47  di  tahun  2010  menjadi  8,78  di  tahun
2011.
f. Indeks  Keparahan  Kemiskinan  juga  mengalami  penurunan  dari  4,30  menjadi  3,43  di
tahun 2010. g.
Penurunan  kedua  indeks  kemiskinan  mengandung  makna  bahwa  kondisi  kemiskinan  di Papua Barat semakin membaik. Artinya rata-rata pendapatan penduduk miskin dengan garis
kemiskinan  semakin  dekat  dan  ketimpangan  pendapatan  antar  penduduk  miskin  semakin rendah.
4. Kesempatan Kerja
a. Dengan pertumbuhan  ekonomi tahun 2007-2010 mencapai 13,54  dan laju pertumbuhan
kesempatan kerja sebesar 0,65, elastisitas kesempatan kerja Papua Barat hanya mencapai 0,05. Artinya bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi 1 hanya akan menciptakan
kesempatan kerja sebesar 0,05 Penduduk
Miskin Kota,
1.32 Penduduk
Miskin Desa,
33.56 Penduduk
Tidak Miskin,
65.12
41.34 39.31
35.12 35.71
34.88 31.92
2006  2007  2008  2009  2010  2011
Penduduk Miskin
40 b.
Angkatan kerja tahun 2010 meningkat menjadi 342.888 orang dari 330.121 orang di tahun 2009  dan  319.675  orang  di  tahun  2008.  Pada  periode  2008-2010,  peningkatan  angkatan
kerja  diikuti  oleh  peningkatan  penduduk  yang  bekerja  namun  jumlah  penduduk  yang menganggur  justru  juga  mengalami  peningkatan.  Jumlah  penduduk  bekerja  meningkat  dari
295.223  orang  di  tahun  2008  menjadi  316.547  orang  di  tahun  2010.  Sementara  jumlah penganggur  meningkat  dari  24.452  orang  di  tahun  2008  menjadi  26.341  orang  di  tahun
2010.
2.3 Aspek Pelayanan Umum
Pelayanan  umum  merupakan  segala  bentuk  jasa  pelayanan  yang  menjadi  tanggung  jawab  Pemerintah Daerah  Provinsi  Dan  KabupatenKota  dalam  upaya  pemenuhan  kebutuhan  masyarakat  sesuai  dengan
ketentuan  perUndang-Undangan.  Secara  umum  penjelasan  mengenai  pelayanan  umum  terbagi  kedalam dua urusan pokok yang terkait dengan layanan urusan wajib dan layanan urusan pilihan.
2.3.1.  Fokus Layanan Urusan Wajib
1. Pendidikan
a. Pada tahun 2010, Angka Partisipasi Sekolah usia 7-12 tahun mencapai 94,04, usia 13-15
tahun menurun menjadi 89,95, usia 16-18 tahun mencapai 58,98, dan untuk usia 19-24 hanya mencapai 14,45.
b. Rasio  SiswaGuru:  Untuk  jenjang  pendidikan  SD,  rasio  siswaguru  pada  tahun  2007
mencapai  22  siswa,  pada  tahun  2008  mencapai  20  siswa,  pada  tahun  2009  mencapai  21 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 20 siswa.
c. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswaguru pada tahun 2007 mencapai 10 siswa, pada
tahun  2008  mencapai  9  siswa,  pada  tahun  2009  mencapai  11  siswa,  dan  pada  tahun  2010 mencapai 14 siswa.
d. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswaguru pada tahun 2007 mencapai 13 siswa, pada
tahun 2008 mencapai 13 siswa, pada tahun 2009 mencapai 12 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 13 siswa.
e. Untuk  jenjang  pendidikan  SD,  rasio  siswakelas  pada  tahun  2007  mencapai  23  siswa  per
kelas,  pada  tahun  2008  mencapai  23  siswa  per  kelas,  pada  tahun  2009  mencapai  30  siswa per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 25 siswa per kelas.
f. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswakelas pada tahun 2007 mencapai 36 siswa per
kelas,  pada  tahun  2008  mencapai  27  siswa  per  kelas,  pada  tahun  2009  mencapai  33  siswa
41 per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 33 siswa per kelas.
g. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswakelas pada tahun 2007 mencapai 32 siswa, pada
tahun 2008 mencapai 33 siswa, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 32 siswa.
h. Rasio kelassekolah pada jenjang pendidikan SD bernilai 5,59 pada tahun 2008. Pada tahun
2009  rasio  kelassekolah  menurun  menjadi  4,03.  Namun  pada  tahun  2010  rasio  tersebut meningkat menjadi 6,15.
i. Rasio  kelassekolah  pada  jenjang  pendidikan  SLTP  bernilai  7,34  pada  tahun  2008.  Pada
tahun  2009  rasio  kelassekolah  menurun  menjadi  5,87.  Namun  pada  tahun  2010  rasio tersebut meningkat menjadi 6,84.
j. Rasio  kelassekolah  pada  jenjang  pendidikan  SLTA  bernilai  10,26  pada  tahun  2008.  Pada
tahun  2009  rasio  kelassekolah  menurun  menjadi  9,64.  Pada  tahun  2010  rasio  tersebut menurun menjadi 9,57.
2. Kesehatan
a. Pada  tahun  2010  di  Provinsi  Papua  Barat  terdapat  110  Puskesmas,  367  Puskesmas
Pembantu,  145  Puskesmas  Keliling,  dan  297  Puskesmas  Polindes.  Ketersediaan  fasilitas kesehatan  di  Provinsi  Papua  Barat  yang  paling  banyak  di  Kabupaten  Manokwari  jika
dibandingkan  dengan  kabupaten  lainnya,  yaitu  terdapat  22  Puskesmas,  84  Puskesmas Pembantu,  19 Puskesmas Keliling, dan 74 Unit Poliklinik Kampung.
b. Jika  diamati  dari  jumlah  penduduk,  dapat  dikatakan  bahwa  14  Rumah  Sakit  yang  ada  di
Provinsi  Papua  Barat  tahun  2010  melayani  760.433  penduduk.  Hal  ini  berarti  satu  rumah sakit melayani sekitar 54.316 penduduk.
c. Jika diperhatikan dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barattahun 2010 dan jumlah dokter
yang tersedia, maka rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter di Provinsi Papua Barat adalah  sebesar  4.045  atau  dengan  kata  lain  satu  dokter  rata-rata  melayani  4.045  orang.
Faktanya  pada  tahun  2010  jumlah  dokter  telah  meningkat  dan  distribusinya  telah  tersebar dengan alokasi yang lebih baik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio ini menurun jika
dibandingkan dengan rasio 5.026 pada tahun 2009. Artinya terjadi coverage yang lebih baik dalam  hal  tertanganinya  penduduk  dengan  peningkatan  jumlah  dokter.  Rasio  penduduk
terhadap  dokter  tertinggi  berada  di  Kota  Sorong  yaitu  sebesar  9.531  penduduk  dan  yang terkecil  berada  di  Kabupaten  Teluk  Wondama  dengan  rasio  sebesar  1.645  penduduk  per
seorang dokter.
42
Gambar 2-15. Cakupan Layanan Kesehatan di Provinsi Papua Barat Tahun 2006-2009
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat 3.
Lingkungan Hidup Perkembangan  akses  penduduk  di  Provinsi  Papua  Barat  terhadap  air  bersih  pada  tahun  2008-
2010  menunjukkan  peningkatan.  Peningkatan  konsumsi  air  bersih  untuk  air  minum  dari  42,81 persen pada tahun 2008 menjadi 49,20 pada tahun 2009, dan 53,11 pada tahun 2011. Akses air
bersih  tertinggi  pada  tahun  2010  di  Kota  Sorong  yaitu  78,44    dan  terendah  di  Kabupaten Maybrat yaitu sebesar 9,76 .
4. Sarana dan Prasarana Umum
a. Jaringan Jalan
i. Infrastruktur utama yang berperan penting dalam aspek daya saing daerah merupakan
sarana  dan  prasarana  yang  terkait  dengan  sistem  transportasi.  Wilayah  Papua  Barat secara regional sangat bergantung kepada moda transportasi udara yang menjangkau
hampir seluruh wilayah KabupatenKota. ii.
Selain keberadaan transportasi udara, moda transportasi laut dan darat ikut berperan dalam pengembangan wilayah Papua Barat. Untuk wilayah laut, keberadaan pelabuhan
sebagai  simpul  pengangkut  orang  maupun  barang  tersebar  menjadi  tiga  pelabuhan utama.  Untuk  Pelabuhan  internasional  wilayah  Papua  Barat  terdapat  di  Kota  Sorong,
sedangkan  dua  pelabuhan  utama  lainnya  merupakan  pelabuhan  nasonal  di  wilayah Manokwari dan Kaimana.
iii. Berbeda  dengan  kedua  jenis  transportasi  sebelumnya,  salah  satu  kunci  pencapaian
transportasi  darat  terlihat  dari  perkembangan  rasio  panjang  jalan  per  jumlah kendaraan yang menunjukan angka perbandingan 1:0.077 pada tahun 2006. Angka ini
berarti  setiap  satu  kendaraan  dilayani  oleh  jalan  dengan  panjang  0,077  km. Peningkatan  pada  sektor  ini  terjadi  hingga  menunjukan  angka  perbandingan  1:0,101
58.46 58.46
70.15 68.18
27.76 27.76
27.70 26.22
50.58 55.99
57.83 60.43
2006 2007
2008 2009
Cakupan puskesmas Cakupan puskesmas pembantu
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
43 pada tahun 2009.
Gambar 2-16. Rencana Jaringan Transportasi Provinsi Papua Barat
Sumber: Draft RTRW Provinsi Papua Barat.
Gambar 2-17. Kondisi Jalan Strategis di Provinsi Papua Barat
44 Sumber: Laporan Indikasi Program Pengembangan Infrastruktur Provinsi Papua Barat, 2009
b. Jaringan Irigasi
i. Banyaknya  sungai  besar  yang  mengalir  di  seluruh  wilayah  Provinsi  Papua  Barat  dan
beberapa danau  cukup  menguntungkan dalam upaya penyediaan air  bersih.  Persentase sumber  air  bersih  berasal  dari  sungai  mencapai  54,6,  mata  air  45,3  dan  sumber
lainnya  0,1
1
.  Namun  tetap  saja  hal  tersebut  belum  dapat  memenuhi  kebutuhan  air bersih  penduduk  sampai  ke  rumah  tangga  di  daerah-daerah  terpencil  karena
keterbatasan  kapabilitas  untuk  menjangkau  dari  sumber  air.  Adanya  keterbatasan  ini menuntut  perlu  dicari  alternatif  lokasi  lain  yang  dapat  dijadikan  sebagai  catchment
areawaduk guna dapat menampung air sungai. ii.
Sebagian  besar  wilayah  memakai  sistem  pompa  dan  sistem  gravitasi.  Sistem  pompa dilakukan  pada  sumber  pengambilan  air  water  intake  ke  rumah  pompa  water
treatment  plant.  Sedangkan  dengan  sistem  gravitasi,  air  cukup  dialirkan  dari  sumber atau  unit  produksi  ke  unitblok  distribusi  reservoir.  Untuk  mengetahui  rencana  dan
realisasi saluran irigasi Provinsi Papua Barat pada tahun 2009, dapat dilihat pada Tabel 2-3 berikut.
iii. Pengadaan saluran irigasi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi pertanian terus
diupayakan pemenuhannya mencapai target yang telah ditetapkan. Hingga saat ini baru dilakukan  proses  pembangunan  saluran  irigasi  seluas  9.929  Ha,  jauh  dibawah  target
realisasi seluas 28.651 Ha.
Tabel 2-10. Rencana dan Realisasi Saluran Irigasi Provinsi Papua Barat Tahun 2009 Rencana
Ha Realisasi
Ha Hambatan
Produksi tonHa
Kab. Manokwari 12,666
5,100 Pembebasan lahanketerbatasan dana
20.80 Kab. Teluk Bintuni
2,500 450
Pembebasan lahanketerbatasan dana 6.00
Kab. Sorong 9,104
2,413 Pembebasan lahanketerbatasan dana
44.85 Kab. Raja Ampat
250 155
Pembebasan lahanketerbatasan dana 8.60
Kab. Fakfak 1,431
1,431 Pembebasan lahanketerbatasan dana
6.25 Kab. Sorong Selatan
1,500 300
Pembebasan lahanketerbatasan dana 2.65
Kab. Teluk Wondama 1,200
80 Pembebasan lahanketerbatasan dana
6.00
Total 28,651
9,929 95.15
Sumber:Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009 1
Papua Barat Dalam Angka 2009
45 c.
Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 734 masjid, 1.531 gereja protestan, 163 gereja  katholik,  46  pura,  5  vihara,  dan  1  kelenteng.  Secara  total  terdapat  2.479  tempat
peribadatan di Provinsi Papua Barat 5.
Rumah Tinggal Bersanitasi a.
Persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri, pembuangan akhir tinja,  dan jenis kloset angsa selama tahun 2009-2010 mengalami peningkatan. Rumah tangga yang memiliki
jamban  sendiri  mengalami  peningkatan  yaitu  sebesar  59,48  tahun  2009  menjadi  61,07 pada tahun 2010.
b. Rumah tangga yang memiliki TPAT septik TankSPAL mengalami peningkatan yaitu sebesar
55,09  tahun  2009  menjadi  63,76  pada  tahun  2010.Rumah  tangga  yang  memiliki  kloset leher  angsa  mengalami  peningkatan  yaitu  sebesar  46,04  tahun  2009  menjadi  66,35  pada
tahun 2010. Persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB pada periode 2009- 2010 mengalami penurunan dari 17,16 menjadi 15,3
6. Persampahan
Persampahan  belum  betul-betul  dikelola  secara  terpadu  di  Provinsi  Papua  Barat.  Tempat Pembuangan  Akhir  TPA  hanya  dimiliki  oleh  Kabupaten  Sorong  tepatnya  di  Distrik  Makbon.
Persampahan  di  Kota  Sorong  di  Klasaman  sudah  tidak  layak  karena  sangat  dekat  dengan pemukiman  dan  dikhawatirkan  akan  terjadi  pencemaran  air  tanah  di  pemukiman  masyarakat
pada  saat  musim  hujan  system  open  dumping.  sedangkan  di  wilayah  lainnya,  pengelolaan sampah  dilakukan  secara  individual  oleh  masing-masing  rumah  tangga  atau  instansi,  biasanya
dengan cara ditimbun, dibakar, atau bahkan dibuang ke sungai atau laut. Hingga saat ini memang dianggap  belum  menumbulkan  masalah  karena  jumlahnya  belum  signifikan,  namun  bukan
berarti tidak perlu diperbaiki dan dikelola secara terpadu. 7.
Rumah Layak Huni a.
Terjadi peningkatan persentase rumah tangga yang memiliki tempat tinggal yang layak huni pada tahun 2008-2010 berdasarkan empat indikator rumah layak huni.
b. Persentase rumah tangga yang memiliki lantai bukan tanah meningkat dari 91,08 pada tahun
2008, 91,6 pada tahun 2009, dan 93,02 pada tahun 2010. c.
Persentase rumah tangga yang memiliki atap layak tidak beratap dedaunan meningkat dari 90,64 pada tahun 2008, 93,6 pada tahun 2009, dan 94,85 pada tahun 2010.
d. Persentase rumah tangga yang memiliki dinding permanen meningkat dari 51,34 pada tahun
2008, 52,27 pada tahun 2009, dan 56,68 pada tahun 2010. e.
Persentase rumah tangga yang memiliki luas lantai per kapita  10m2 menurun dari 43,26
46 pada tahun 2008, 38,36 pada tahun 2009, dan 39,86 pada tahun 2010.
Gambar2-18. Kelayakan Rumah di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Rumah Tangga Tahun 2007-2010
Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2011
2.3.2.  Fokus Layanan Urusan Pilihan
1. Penanaman Modal
a. Jumlah proyek dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak 40
proyek. Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2008 dan 2009  dengan jumlah proyek sebanyak 41 proyek.
b. Jumlah proyek dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak 61
proyek.  Jumlah  ini  mengalami  kenaikan    dari  tahun  2008  dan  2009  dengan  jumlah  proyek sebanyak 49 dan 58 proyek.
c. Realisasi  nilai  investasi  dengan  fasilitas  PMDN  di  Provinsi  Papua  Barat  pada  tahun  2010
sebesar  1.185.429  juta  rupiah.  Jumlah  ini  mengalami  peningkatan  dari  tahun  sebelumnya yaitu sebesar 967.478 juta rupiah.
d. Realisasi  nilai  investasi  dengan  fasilitas  PMA  di  Provinsi  Papua  Barat  pada  tahun  2010
sebesar 98,459 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu sebesar 78.360 juta rupiah.
Berlantai layak Berdinding
layak Atap layak
Bersanitasi baik
90.10 43.14
87.01 52.69
91.08 51.34
92.40 45.52
91.60 52.27
93.60 59.49
93.02 56.68
94.85 61.07
2007 2008
2009 2010
47 2.
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sejak  tahun  2008  sampai  dengan  tahun  2010,  Koperasi  terus  tumbuh  dengan  persentase
pertumbuhan  hampir  mencapai  40.  Pada  tahun  2008  sejumlah  916  unit  Koperasi  kemudian tumbuh  menjadi  967  unit  sampai  dengan  tahun  2010  menjadi  1.257  unit  dengan  701  unit
Koperasi aktif dan 556 Koperasi tidak aktif yang tersebar di seluruh KabupatenKota di Provinsi Papua Barat.
3. Ketenagakerjaan
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK Papua Barat terus mengalami peningkatan dari
tahun  2007-2009.  TPAK  tahun  2010  meningkat  menjadi  69,29  dari  kondisi  tahun  2009 dan 2008 yakni 68,52 dan 68,15.
b. TPAK  tertinggi  tahun  2010  dicapai  oleh  Kabupaten  Manokwari  yaitu  sebesar  78,78,
sementara TPAK terendah berada di Kabupaten Fakfak yaitu hanya mencapai 54,00. c.
Jumlah penganggur tahun 2010 meningkat menjadi 26.341 orang dari sebelumnya sebanyak 24.452 orang pada tahun 2008. Sebanyak 32,90 penduduk yang bekerja termasuk kedalam
setengah  pengangguran.  Tingkat  setengah  pengangguran  mencapai  30,37.  Umumnya setengah  pengangguran    mempunyai  produktivitas  yang  rendah,  oleh  karena  itu  perlu
dicermati  dalammelihat  jumlah  penduduk  yang  bekerja,  sebab  dapat  terjadi  absolut penduduk  yang  bekerja  tinggi  namun  ternyata  masih  tercakup  didalamnya  setengah
pengangguran dalam jumlah yang tinggi. d.
Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Papua Barat mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke tahun2010. TPT meningkat dari 7,65 di tahun 2008  menjadi 7,68 di tahun
2010.
2.4 Aspek Daya Saing Daerah
1. Kemampuan Ekonomi Daerah
a. Meskipun  proporsi  konsumsi  rumah  tangga  terhadap  komoditi  makanan  masih  cukup
dominan  tetapi  persentasenya  menunjukkan  penurunan  selama  tahun  2008-2009. Peningkatan  proporsi  konsumsi  non  makanan  berimbas  pada  peningkatan  pengeluaran
rumah tangga untuk biaya pendidikan dan kesehatan. b.
Pada tahun 2008 proporsi konsumsi makanan oleh penduduk Papua Barat mendekati 60, tetapi pada tahun 2009 persentasenya berkurang menjadi 55,84.
c. Proporsi konsumsi non makanan meningkat dari 41,21 pada tahun 2005 menjadi 44,07
pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi 52,33.
48 d.
Kondisi perumahan tahun 2010 di Papua Barat secara umum mengalami perbaikan kualitas dibandingkan  tahun  2009.  Pada  tahun  2010  di  Papua  Barat  secara  umum  mengalami
perbaikan  kualitas  dibandingkan  tahun  2009.  Pada  tahun  2010,  hampir  duapertiga  rumah tangga telah memiliki rumah dengan status milik sendiri sebesar 63,67. Sedangkan untuk
status sewa 9,84,  kontrak 4,66  dan lainnya dinas,  bebas sewa, milik keluarga,  lainnya 21,83
e. Nilai Tukar Petani NTP Papua Barat tahun 2011 sd September sebesar 103,23 lebih
tinggi dibandingkan NTP 2010 sebesar 103,05. 2.
Fasilitas Wilayah  Infrastruktur a.
Aksesibilitas i.
Salah  satu  program  pendukung  percepatan  pembangunan  Papua  Barat  yang diamanahkan  dalam  Perpres  Nomor  65  Tahun  2011  tentang  Percepatan
Pembangunan  Provinsi  Papua  dan  Papua  Barat  adalah  Program  Pengembangan Infrastruktur  Dasar.  Selama  ini  belum  seluruhnya  KabupatenKota  belum  terhubung
dengan  jalan  darat.  Sebagian  pembangunan  jalan  sedang  dilakukan,  meskipun sebagian  kabupaten  telah  terhubung  namun  belum  dibuka  untuk  umum.  Dengan
masih  terbatasnya  akses  perhubungan  lewat  darat,  sebagian  besar  orang memanfaatkan fasilitas perhubungan melalui laut dan udara.
ii. Panjang  jalan  di  Papua  Barat  tahun  2010  sepanjang  5.729,22  Km.  Kondisi  ini
mengalami  perbaikan  dibandingkan  pada  tahun  2008  yaitu  sepanjang  5.400,71  Km. Kondisi  panjang  jalan  tersebut  terbagi  menjadi  412,31  Km  7,20  jalan  negara;
938,48 Km 76,42 adalah jalan kabupaten. Sedangkan menurut jenis permukaannya terbagi  menjadi  1.328,49  Km  23,19  jalan  aspal;  1.639,25  Km  28,61  jalan
dengan permukaan kerikil; 2.222,13 Km 38,79 jalan dengan permukaan tanah; dan 539,35 Km 9,41 jalan dengan permukaan lainnya.
iii. Pada  tahun  2008  jumlah  penumpang  kapal  datang  281.200  orang  dan  berangkat
277.700 orang dengan jumlah armada 880 kapal. Di tahun 2010 jumlahnya mengalami penurunan  menjadi  237.200  orang  yang  datang  dan  252.900  orang  yang  berangkat
dengan jumlah armada yang juga menurun menjadi 669 unit. iv.
Jumlah  penumpang  pesawat  udara  cenderung  memiliki  tren  meningkat  signifikan selama  2008-2010.  Jumlah  penumpang  datang  mencapai  334.700  orang  dengan
jumlah  penerbangan  11.656  dan  berangkat  349.200  orang  dengan  jumlah penerbangan  11.820  kali  di  tahun  2010.  Rata-rata  penumpang  pesawat  untuk
debarkasi 29 orang dan untuk embarkasi 30 orang.
49 3.
Penataan Ruang Sampai  dengan  tahun  2011,  belum  ada  RTRW  baik  tingkat  Provinsi  maupun  KabupatenKota
yang  sesuai  Undang-Undang  Nomor  26  Tahun  2007  tentang  Penataan  Ruang  yang  sudah dijadikan  Peraturan  Daerah  Perda.  Sehingga  upaya  pelaksanaan,  pengawasan,  dan
pengendalian    penataan  ruang  pun  belum  optimal.  Belum  dapat  diketahui  berapa  persen ketaatan wilayah terhadap RTRWnya.
4. Fasilitas Keuangan dan Perbankan
Jumlah  kantor  bank  di  Provinsi  Papua  Barat  terus  meningkat  dari  tahun  ke  tahun.  Dari  tahun 2007  yang  hanya  49  unit  5  unit  bank  swasta  nasional,  44  unit  bank  persero  dan  pemerintah
menjadi  67  unit  kantor  bank  13  unit  bank  swasta  nasional,  54  unit  bank  persero  dan pemerintah.
5. Fasilitas Air Bersih
Persentase  terbesar  rumah  tangga  pengguna  air  bersih  memiliki  sendiri  fasilitasnya,  sebesar 49,02.  Meningkat  dari  kondisi  tahun  2009  yaitu  sebesar  46,65  dari  total  rumah.  Sementara
25,33  menggunakan  air  bersih  secara  bersama  dan  16,73  masih  menggunakan  fasilitas umum. 8,92 tidak memiliki akses terhadap air bersih.
6. Fasilitas Energi Listrik
Rumah  tangga  di  Papua  Barat  hanya  57,67  yang  menggunakan  listrik  PLN.  Belum  seluruh Kampungdi  Papua  Barat  teraliri  listrik  dan  belum  seluruh  Kabupaten  mendapatkan  pasokan
listrik 24 jam dalam sehari. Masyarakat yang tidak teraliri listrik 24 jam biasanya menggunakan genset.  Untuk  Kampung-Kampung  yang  tidak  teraliri  listrik,  terutama  di  daerah  yang  jauh  dari
ibukota  Kabupaten  umumnya  menggunakan  pelitasenteroborlainnya.  Persentase  rumah tangga yang menggunakan jenis penerangan tersebut mencapai 17,83.
Kondisi  penggunaan  energi  listrik  terutama  yang  memanfaatkan  listrik  negara  PLN  masih belum  maksimal.  Belum  seluruh  Kabupaten  mendapatkan  pasokan  listrik  24  jam,  seperti
contohnya di Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat. Hanya 32,37 Kampungsaja  yang  telah  terjangkau  layanan  PLN.  Sulitnya  kondisi  geografis  dan  terbatasnya
ketersediaan  energi  listrik  menjadi  penyebab  belum  meratanya  pasokan  listrik.  Dari  total 168.000  rumah  tangga  di  Papua  Barat,  hanya  80.421  rumah  tangga  yang  terdaftar  sebagai
pelanggan PLN.
50
Gambar 2-19.  Cakupan Pelayanan Listrik dan Air Bersih Pada Perkampungan
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009 7.
Fasilitas Telekomunikasi a.
Untuk jaringan telekomunikasi di Provinsi Papua Barat berkembang pesat melalui pelayanan provider  telepon  selular  yang  mulai  mengembangkan  jaringan  paling  tidak  di  kawasan
perkotaan  ataupun  ibukota  setiap  Distrik  di  masing-masing  KabupatenKota.  Untuk  di kawasan perkampungan, penggunaan telepon satelit masih diandalkan.
b. Telekomunikasi  menggunakan  jaringan  internet  juga  berkembang  cukup  pesat  meskipun
hanya  di  kawasan  perkotaan  dengan  layanan  gabungan  dari  provider  telepon  seluler maupun  dari  PT.Telkom  sebagai  perusahaan  negara  yang  menangani  masalah  penyediaan
layanan  komunikasi.Untuk  sistem  jaringan  nirkabel  untuk  internet,  belum  dikembangkan secara  umum  dan  gratis  dari  pemerintah.  Namun  di  banyak  tempat  umum,  sudah  mulai
disediakan  dengan  jenis  dan  ketentuan  layanan  yang  berbeda-beda  dan  sebagian  besar bersifat komersil.
c. Kantor Pos juga masih diandalkan oleh masyarakat baik untuk pengiriman suratdokumen
dan  barang.  Kantor  Pos  besar  hanya  terdapat  di  dua  wilayah  yaitu  Kota  Sorong  dan Manokwari sementara Kantor Pos Pembantu  terdapat  di  semua  wilayah  kecuali Kabupaten
Raja  Ampat.  Kebutuhan  pos  di  Raja  Ampat  dipenuhi  oleh  Rumah  Pos  dan  Kantor  Pos Kampung.
8. Iklim Investasi
a. Kondisi  investasi  di  Papua  Barat  menunjukan  kecenderungan  yang  terus  membaik.
Peningkatan  jumlah  proyek  yang  dijalankan  memberikan  gambaran  meningkatnya kepercayaan  publik  dalam  menanamkan  modal  yang  dimilikinya.  Penanaman  modal  yang
berasal dari dalam negeri maupun asing atau luar negeri secara jumlah memang mengalami peningkatan, namun secara nilai tidak terlalu meningkat.
2007 2008
2009 70.28
53.41 25.86
89.47 86.04
89.13
Cakupan pelayanan listrik pada kampung Cakupan pelayanan air bersih pada kampung
51
Tabel 2-11. Kondisi Investasi Provinsi Papua Barat
Tahun Realisasi Dalam Negeri
Realisasi Asing Jumlah Proyek
Nilai Investasi dalam juta rupiah
Jumlah Proyek Nilai Investasi
dalam ribu USD
2010 40
1.185.429 61
98.459 2009
41 967.468
58 98.459
2008 41
967.468 49
98.459 2007
38 967.468
26 78.360
2006 35
967.468 28
78.360 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010
b. Di  Provinsi  Papua  Barat  pada  tahun  2010  telah  terjadi  89  kasus  kriminal.  74  kasus  atau
sekitar  83,1  diantaranya  telah  ditangani  oleh  pihak  yang  berwenang.  Kasus  yang  paling banyak  terjadi  adalah  kasus  pencurian  kendaraan  bermotor  yaitu  sebanyak  15  kasus
16,85. Kasus yang paling sedikit terjadi adalah kasus pemerkosaan yaitu sebanyak 1 kali 1,12. Tidak ada kasus kejahatan terhadap kepala negara.
9. Sumber Daya Manusia
a. Dilihat dari latar belakang pendidikan, persentase penduduk yang bekerja ternyata sebagian
besar  berpendidikan  rendah.  Sebesar  49,16  penduduk  yang  bekerja  26,91  belum bersekolahtidak  tamat  SD  dan  22,25  tamat  SD.  18,32  tamat  SLTA.  Hanya  9,50  yang
berijazah perguruan tinggi. b.
Kesejahteraan  penduduk  di  suatu  daerah  dapat  dilihat  dari  nilai  Indeks  Pembangunan Manusia  IPM  di  daerah  tersebut.  IPM  di  Provinsi  Papua  Barat  pada  Tahun  2010  adalah
69,15.Meningkat  dari  kurun  waktu  tahun  2007 –  2009,  yaitu  sebesar  67,  28  pada  tahun
2007, pada tahun 2008 sebesar 67,95 dan pada tahun 2009 sebesar 68,58. KabupatenKota yang  memiliki  nilai  IPM  terbesar  di  Provinsi  Papua  Barat  pada  tahun  2009  adalah  Kota
Sorong,  yaitu  sebesar  76,84  diikuti  oleh  Kabupaten  Fak-Fak  dan  Kaimana  dengan  masing- masing nilai IPM sebesar 70,8 dan 69,8, sedangkan nilai IPM terendah terdapat di Kabupaten
Tambrauw yaitu sebesar 49,12.
52
Gambar 2-20.Indeks Pembangunan Manusia IPM Provinsi Papua Barat dan Perkembangannya
Sumber: Buku IPM Provinsi Papua Barat 201.
2.5 Sebagian Capaian BidangSektor di Provinsi Papua Barat Tahun 2011
2.5.1.  Kehutanan
Berbeda  halnya  dengan  bidang  transmigrasi,  di  bidang  kehutanan  berbagai  upaya  rehabilitasi  telah digalakan  terutama  pada  kawasan  hutan  dan  lahan  mangrove  guna  meningkatkan  daya  dukung  lahan.
Capaian bidang kehutanan dalam 5 tahun terakhir diantaranya adalah sebagai berikut:   Terlaksananya kegiatan pemantapan keamanan dalam negeri dan konservasi sumber daya alam
melalui operasi pengamanan hutan gabungan terpusat.   Inventarisasi daerah rawan kebakaran hutan di wilayah Provinsi Papua Barat.
  Penataan  batas  sementara  dan  pembuatan  trayek  batas  hutan  lindung  terutama  pada  wilayah Distrik  Ayamaru,  Kebar,  Batanta  Timur,  Batanta  Barat,  dan  hutan  lindung  pada  kawasan  Pulau
Gam.   Monitoring dan Evaluasi kegiatan pengusahaan hutan melalui monitoring ke lapangan baik yang
merupakan kegiatan rutin maupun yang berdasarkan pada laporan Dinas Kehutanan Kabupaten.   Mempertahankan luasan lahan konservasi sebesar 1,7 juta hektar pada tahun 2009.
  Merehabilitasikan  sekitar  48.385,47  hektar  lahan  kritis  dari  1.785.441,79  hektar  lahan  kritis dalam kawasan hutan.
  Mempertahankan  kerjasama  dengan  lembaga  sosial  masyarakat  maupun  lembaga  donor sehubungan dengan program kehutanan berbasis masyarakat.
2.5.2.  Transmigrasi
Pelayanan  bidang  transmigrasi  tidak  terlepas  pula  dari  upaya  penyelenggaraan  Pemerintahan  Daerah,
67.28 67.95
68.58 69.15
2007 2008
2009 2010
IPM Papua Barat
Kota Sorong Fak-Fak
Kaimana Sorong
Manokwari Teluk Bintuni
Sorong Selatan Maybrat
Teluk Wondama Raja Ampat
Tambrauw 77.18
71.46 70.13
68.5 67.19
66.58 66.31
66 65.76
64.58 50.51
53 hingga saat ini telah terealisasi 2 unit bina dengan jumlah 450 Kepala Keluarga di wilayah Manokwari dan
Teluk  Wondama.  Pembangunan  tersebut  dibarengi  oleh  pelaksanaan  forum  komunikasi,  informasi  dan edukasi  ketransmigrasian  sebagai  bagian  dari  pengembangan  masyarakat.  Capaian  bidang  transmigrasi
di Provinsi Papua Barat diantaranya adalah sebagai berikut:   Pembinaan pembangunan kawasan transmigrasi terutama pada wilayah Kabupaten Manokwari
dan Teluk Wondama yang terealisasi sebanyak 2 UPT terdiri dari 450 Kepala Keluarga KK;   Terlaksananya forum komunikasi, informasi, dan edukasi ketransmigrasian selama 2 tahun pada
suatu wilayah;   Koordinasi dan konsultasi teknis pembinaan pembangunan dan pengembangan masyarakat dan
kawasan transmigrasi dengan Ditjen P2KT P2MKT Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia;
  Pembinaan Kampung Transmigrasi Kabupaten Teluk Wondama terhadap 200 KK;   Pembinaan Kampung Transmigrasi Kabupaten Manokwari terhadap 200 KK Tahun 2010.
2.5.3.  Pendidikan
Sub-Bidang Akses dan Pemerataan Pendidikan   Peningkatan partisipasi sekolah pada seluruh jenjang pendidikan.
  Pemberian beasiswa berprestasi kepada 10 orang siswa-siswi berprestasi untuk kuliah di China dan Jerman.
  Pengembangan  ICT  di  Kabupaten  Manokwari  dan  Sorong  dengan  memanfaatkan  jejaring pendidikan  nasional  guna  mencanangkan  schoolnet  untuk  40  sekolah  yang  akan  berakses
internet dan intranet.   Peningkatan Angka Melek Huruf AMH Provinsi Papua Barat dari 88,55 persen pada tahun 2006,
menjadi 92,34 pada tahun 2009.
Sub-Bidang Mutu, Daya Saing, dan Relevansi Pendidikan   Peningkatan  nilai  rata-rata  standar  kompentensi  kelulusan  jenjang  pendidikan  Sekolah  Dasar
atau sederajat UASBN dari 5,8 pada tahun 2009, menjadi 6,51 pada tahun 2010.   Peningkatan  nilai  rata-rata  standar  kompentensi  kelulusan  jenjang  pendidikan  Sekolah
Menengah  Pertama  atau  sederajat  UNAS  dari  6,7  pada  tahun  2009,  menjadi  6,89  pada  tahun 2010.
  Nilai rata-rata standar kompentensi kelulusan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat UNAS sebesar 7,01 pada tahun 2010.
  Penurunan angka putus sekolah jenjang pendidikan Sekolah Dasar atau yang sederajatnya dari 3,5  persen  pada  tahun  2008,  menjadi  1,21  persen  pada  tahun  2010  Badan  Pusat  Statistik
54 Provinsi Papua Barat.
  Penurunan  angka  putus  sekolah  jenjang  pendidikan  Sekolah  Menengah  Pertama  atau  yang sederajatnya  dari  8,3  persen  pada  tahun  2008,  menjadi  2,89  persen  pada  tahun  2010  Badan
Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.   Penurunan  angka  putus  sekolah  jenjang  pendidikan  Sekolah  Menengah  Atas  atau  yang
sederajatnya dari 16,51 persen pada tahun 2008, menjadi 11,97 persen pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.
  Peningkatan angka rata-rata lama sekolah dari 7,2 tahun pada tahun 2006, menjadi 8,01 tahun pada tahun 2009.
  Perbaikan  kualifikasi  guru  untuk  tingkat  PAUD  dengan  mayoritas  merupakan  lulusan  SMA sebesar 43,18 persen.
  Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat SD dengan mayoritas merupakan lulusan SMA sebesar 43,24 persen Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.
  Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat SMP dengan mayoritas merupakan lulusan S1 sebesar 37,25  persen  dari  seluruh  tenaga  pendidik  tingkat  SMP  Badan  Pusat  Statistik  Provinsi  Papua
Barat.   Perbaikan  kualifikasi  guru  untuk  tingkat  SMA  dengan  mayoritas  merupakan  lulusan  S1
berjumlah 943 Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.   Peningkatan kepemilikan perpustakaan pada setiap jenjang pendidikan.
Sumber data: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sub-Bidang Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik
  Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi program bidang pendidikan dalam kurun waktu 6
bulan sekali.   Pembangunan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar BPKB Provinsi Papua Barat.
  Sertifikasi  guru  perjenjang  yang  mencapai  angka  447  untuk  tingkat  Sekolah  Dasar,  276  untuk Sekolah  Menengah  Pertama,  125  untuk  Sekolah  Menengah  Atas  dan  58  untuk  jenjang  Sekolah
Menengah Kejuruan.   Perbaikan angka putus sekolah dan mengulang sekolah di Provinsi Papua Barat
Capaian Kinerja Sektor Kesehatan
Sub-Bidang Pelayanan Kesehatan   Peningkatan usia harapan hidup Provinsi Papua Barat dari 67,3 tahun pada tahun 2006 menjadi
68,2 tahun pada tahun 2009 Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.   Prevalensi  balita  gizi  kurang  dan  gizi  buruk  di  Provinsi  Papua  Barat  sebesar  26,5  riset
kesehatan dasar, 2010.   Prevalensi  Balita  pendek  dan  sangat  pendek  di  Provinsi  Papua  Barat  sebesar  49,2  riset
kesehatan dasar, 2010.
55   Prevalensi Balita kurus dan sangat kurus di Provinsi Papua Barat sebesar 11,5 riset kesehatan
dasar, 2010.   Prevalensi Balita gemuk di Provinsi Papua Barat sebesar 14,8 riset kesehatan dasar, 2010.
  Angka Kematian Bayi baru lahir di Provinsi Papua Barat sebesar 21 kematian per 1000 kelahiran hidup Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 2007.
  Angka  Kematian  Bayi  di  Provinsi  Papua  Barat  sebesar  36  kematian  per  1000  kelahiran  hidup pada  tahun  2006,  menurun  menjadi  30,5  kematian  pada  tahun  2009.  Survei  Demografi
Kesehatan Indonesia dan Badan Pusat Statistik, 2007-2010.   Angka Kematian Balita di Provinsi Papua Barat sebesar 62 kematian per 1000 kelahiran hidup
Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 2007.   Angka  Kematian  Ibu  di  Provinsi  Papua  Barat  sebesar  56  kematian  per  1000  kelahiran  hidup
Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 2007. Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan
  Peningkatan jumlah Puskesmas sebanyak 76 unit pada tahun 2007 menjadi 105 unit pada tahun 2009 Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.
  Rasio Puskesmas berbanding dengan 100.000 penduduk sebesar 14.   Peningkatan jumlah Rumah Sakit dari 10 unit pada tahun 2007 menjadi 13 unit pada tahun 2010.
   Jumlah Rumah Tangga miskin yang menerima jaminan kesehatan meningkat menjadi 127.518.
Bidang Bina Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan   Rasio  Dokter  Umum  per  100.000  penduduk  di  Provinsi  Papua  Barat  sebesar  31,66,  semakin
mendekati target nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk tahun 2009.   Rasio  Dokter  Gigi  per  100.000  penduduk  di  Provinsi  Papua  Barat  sebesar  6,3,  berada  jauh
dibawah target nasional sebesar 11 per 100.000 penduduk tahun 2009.   Rasio Dokter Ahli per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 5,14, sementara target
nasional sebesar 6 per 100.000 penduduk tahun 2009.   Rasio  tenaga  Perawat  Sarjana,  DIII,  dan  SPK  per  100.000  penduduk  di  Provinsi  Papua  Barat
sebesar 201, diatas target nasional sebesar 117,5 per 100.000 penduduk tahun 2009.   Rasio  tenaga  Apoteker  Kefarmasian  per  100.000  penduduk  di  Provinsi  Papua  Barat  sebesar
3,97, berada jauh dibawah target nasional sebesar 10 per 100.000 penduduk tahun 2009.   Rasio  Tenaga  Gizi  per  100.000  penduduk  di  Provinsi  Papua  Barat  sebesar  12,61,  berada  jauh
dibawah target nasional sebesar 22 per 100.000 penduduk tahun 2009.   Rasio  Tenaga  Kesehatan  Masyarakat  per  100.000  penduduk  di  Provinsi  Papua  Barat  sebesar
10,55, berada jauh dibawah target nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk tahun 2009.   Rasio Tenaga Sanitasi per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 5,76, sementara
target nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk tahun 2009.   Rasio Tenaga Teknisi Medis per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 48,79 tahun
56 2009.
Sub-Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan   Angka kesakitan DBD menunjukan perubahan dari 59 kasus, dengan 4 orang meninggal menjadi
309 kasus dengan 2 orang meninggal.   Anual  Parasite  Incidence  API  Provinsi  Papua  Barat  adalah  82  positif  Malaria  per  1000
penduduk pada tahun 2008, menurun menjadi 64 positif malaria per 1000 penduduk pada tahun 2010.
  Prevalensi pengidapan HIVAIDS sebesar 1.   Angka kematian Pneumoni Balita 4,8-3 per 1000 penduduk.
  Angka kematian Balita akibat diare adalah 2,5 – 1,25 per 1000 penduduk.
57
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
SERTA KERANGKA PENDANAAN
3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu
Hal  yang  berkaitan  dengan  penerimaan  daerah  secara  jelas  telah  diatur  dalam  regulasi  nasional  yaitu Undang-Undang  Nomor  33  Tahun  2004  tentang  Perimbangan  Keuangan  Pemerintah  Pusat  dan  Daerah.
Beberapa  perubahan  mendasar  dalam  sistem  perencanaan  pembangunan  dan  penganggaran  daerah menuntut dilakukannya sejumlah perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah, terutama dalam aspek
anggaran,  akuntansi  dan  pemeriksaan.  Serangkaian  perubahan  tersebut  mengarahkan  pengelolaan keuangan  daerah  berdasarkan  pada  konsep  money  follow  function  yaitu  pengelolaan  keuangan  daerah
secara  ekonomis,  efektif,  efisien,  transparan  dan  akuntabel  yang  implikasinya  dalam  sistem  anggaran berbasis  kinerja.  Konsep  itu  sendiri  mengandung  3  tiga  elemen  yang  harus  dilakukan  pemerintah
daerah  dalam  menjalankan  fungsi  pelayanan  publiknya,  yang  meliputi:  1  secara  ekonomis  dapat meminimalisir input yang digunakan; 2 efisien mencapai hasil yang optimal dengan biaya yang minimal
outputinput; 3 efektif mencapai target yang ditetapkan outcomeoutput. Kinerja  keuangan  Provinsi  Papua  Barat  pada  periode  sebelumnya  dapat  diukur  dari  perkembangan
Anggaran  Pendapatan  dan  Belanja  Daerah  periode  dimaksud.  Berdasarkan  data  yang  ada,  menujukkan trend  positif  yang  ditandai  oleh  meningkatnya  realisasi  Pendapatan  Daerah.  Namun  apabila  dicermati
lebih mendalam, trend positif yang ditunjukan oleh kinerja pendapatan daerah didominasi oleh semakin meningkatnya  perolehan  pendapatan  daerah  yang  berasal  dari  dana  perimbangan  dan  lain-lain
pendapatan daerah yang sah.
3.1.1 Kinerja Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Sumber  penerimaan  Daerah  dapat  berasal  dari  berbagai  macam  sumber  penerimaan  yang  secara  garis besar dikelompokan menjadi tiga bagian yang terdiri atas:
1  Pendapatan  Asli  Daerah  PAD  yang  terdiri  dari  kelompok  Pajak  Daerah,  Retribusi  Daerah,  Hasil Perusahaan  Milik  Daerah  dan  Hasil  Pengelolaan  Kekayaan  Daerah  yang  dipisahkan  dan  Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah; 2  Dana  Perimbangan  yang  terdiri  dari  Dana  Bagi  Hasil  Pajak  dan  Dana  Bagi  Hasil  Bukan  Pajak,  Dana
Alokasi Umum, serta Dana Alokasi Khusus; 3  Lain-lain  Pendapatan  Daerah  yang  sah  yang  terdiri  dari  Dana  Otonomi  Khusus,  Dana  Tambahan
58 Infrastruktur, serta Dana Penyesuaian.
Gambar 3-1. Struktur Penerimaan Daerah Provinsi Papua Barat
Berdasarkan  data  yang  ada,  perkembangan  keuangan  daerah  Provinsi  Papua  Barat  dalam  kurun  waktu 2011-2012  dari sisi  realisasi pendapatan daerah  cenderung mengalami kenaikan akan tetapi  kontribusi
dana perimbangan dan pendapatan lain terutama dari dana terkait status Otonomi Khusus masih menjadi yang  paling  dominan  dalam  pemasukan  Daerah.  Minimnya  kontribusi  Pendapatan  Asli  Daerah
merupakan  gambaran  minimnya  daya  saing  wilayah  dan  tingkat  ketergantungan  ekonomi  yang  sangat tinggi. Kebijakan dan strategi khusus perlu diperhatikan dalam  mendorong pertumbuhan perekonomian
yang lebih baik. Distribusi persentase komponen pendapatan daerah secara keseluruhan terdistribusikan dengan proporsi sebagai berikut:
Tabel 3-2. Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatanh Daerah Tahun 2011
– 2012 Provinsi Papua Barat
No. Uraian
2008 2009
2010 2011
Rp 2012
Rp s
1 PENDAPATAN
3,385,707,354,738 3,939,327,152,609.8
8 16.35
1.1. Pendapatan Asli Daerah
98,962,042,000 155,916,595,419.00
57.55
1.1. 1.
Pajak daerah 66.640.510.000
.000 67.076.900.000.
000 41.184.500.000.
000 80,050,000,000
123,414,840,000.00 54.17
1.1. 2.
Retribusi daerah 294.100.000.00
294.100.000.00 322.090.000.00
1,490,000,000.00 922,000,000.00
- 38.12 1.1.
3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang
dipisahkan 4,386,860,000.00
8,809,755,419.00 100.82
1.1. 4.
Lain-lain PAD yang sah 365,700.000.00
365,700.000.00 5.644.200.000.0
00 13,035,182,000.00
22,770,000,000.00 74.68
1.2. Dana Perimbangan
1,332,510,408,788. 00
1,596,161,163,190.8 8
19.79
1.2. 1.
Dana  bagi  hasil  pajak  bagi  hasil  bukan pajak
1.289.100.000. 000
4.543.040.000.0 00
2.067.250.000.0 00
591,526,598,788.00 656,129,600,190.88
10.92 1.2.
2. Dana alokasi umum
59.576.000.000 60.579.000.000
700,444,910,000.00 901,398,453,000.00
28.69
Penerimaan Daerah
Pendapatan Asli Daerah PAD
Dana Perimbangan Pendapatan Lain yang
Sah
59
No. Uraian
2008 2009
2010 2011
Rp 2012
Rp s
1.2. 3.
Dana alokasi khusus 595.760.000.00
605.790.000.00 40,538,900,000.00
38,633,110,000.00 - 4.70
1.3. Lain-Lain  Pendapatan  Daerah  yang
Sah 1,954,234,903,950.
00 2,187,249,394,000.0
11.92
1.3. 1
Hibah -
- -
1,037,958,000.00 -
100.00 1.3.
4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus
1.118.480.000.0 00
1.154.940.000.00 1,953,196,945,950.
00 2,187,249,394,000.0
11.98
Sumber: Badan Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah
Tabel 3-2. Distribusi Persentase Realisasi Penerimaan DaerahProvinsi Papua Barat
No. Komponen Pendapatan
Tahun 2006
2007 2008
2009 1.
Pendapatan Asli Daerah 2,25
4,77 5,09
2,61 1.1
Pajak Daerah 1,11
3,70 4,43
2,31 1.2
Retribusi Daerah 0,01
0,01 1.3
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1.4
Lain-Lain PAD yang Sah 1,14
1,06 0,66
0,29 2
Dana Perimbangan 95,89
95,23 57,01
36,50 3
Lain-Lain Pendapatan yang Sah 1,86
0,00 37,90
60,89 Jumlah
100,00 100,00
100,00 100,00
Sumber: Statistik Keuangan Daerah Provinsi Papua Barat, 2009. Sedangkan, penjabaran kondisi perekonomian secara umum dan penerimaan daerah secara khusus yang
terkait  dengan  pendanaan  program  maupun  kegiatan  sesuai  dengan  prinsip  desentralisasi  Fiskal  di Indonesia adalah sebagai berikut.
1.  Dana Perimbangan
Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari  Pendapatan APBN yang  dialokasikan kepada  Daerah  untuk  mendanai  kebutuhan  Daerah  dalam  rangka  desentralisasi.  Dana
perimbangan juga merupakan komponen paling dominan dalam Pendapatan Daerah yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu: Dana Bagi Hasil atau DBH, Dana Alokasi Umum atau DAU serta
Dana Alokasi Khusus atau DAK. Komposisi ini telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun  2004  tentang  Perimbangan  Keuangan  Pemerintah  Pusat  dan  Daerah  dan  dilaksanakan
dari tahun ketahun.
a.  Dana Bagi Hasil DBH
Dana Bagi Hasil sesungguhnya merupakan kontribusi Pemerintah Pusat kepada Daerah sebagai  wujud  dari  kesatuan  wilayah  Nasional  Repbulik  Indonesia.  Besaran  Dana  Bagi
Hasil  ini  ditetapkan  sesuai  dengan  tingkat  pemanfaatan  sumber  daya  alam  di  Provinsi
60 Papua  Barat.  Tingginya  besaran  DBH  sangat  tergantung  pada  investasi  yang  terlaksana
terkait pemanfaatan potensi sumber daya alam yang terkandung di wilayah Papua Barat. Berdasarkan  pengertian  tersebut,  besarnya  alokasi  DBH  bagi  wilayah  Papua  Barat
sangat  ditentukan  sesuai  kebijakan  perekonomian  khususnya  dalam  peningkatan pemanfaatan  Sumber  Daya  Alam.  Adapun  Dana  Bagi  Hasil  itu  sendiri  terdiri  dari
klasifikasi sebagai berikut: i.
Dana Bagi Hasil Pajak meliputi: Dana Bagi Hasil PBB, BPHTB, PPH dan Dana Bagi Hasil Cukai. Beberapa komponen DBH ini belum dilaksanakan di Papua Barat.
ii. Dana  Bagi  Hasil  Sumber  Daya  Alam  meliputi:  Dana  Bagi  Hasil  Kehutanan,
Pertambangan Umum, Perikanan dan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi. Selama tahun 2008-2010, perkembangan alokasi pengeluaran transfer yang berasal dari
DBH  Pemerintah  Pusat  ke  Pemerintah  Provinsi  Papua  Barat  mengalami  kondisi  yang tidak  menentu.  Perkembangan  jumlah  alokasi  pada  tahun  2008-2009  sangat  berbeda
dengan  perubahan  yang  terjadi  pada  tahun  2009-2010.  Penurunan  penerimaan  alokasi yang  terjadi  sangat  mempengaruhi  penerimaan  pendapatan  daerah  secara  umum  di
Papua Barat, berikut merupakan rincian perubahan yang terjadi.
Tabel 3-1. Alokasi Dana Bagi Hasil Provinsi Papua Barat Milyar Rupiah Klasifikasi
Tahun 2008
2009 2010
DBH Sumber Daya Alam 382,63
2.617,70 1.130,90
DBH Pajak 906,47
1.925,34 936,35
Total DBH 1.289,10
4.543,04 2.067,25
Sumber: Kementerian Keuangan, 2010
b.  Dana Alokasi Umum DAU
Prinsip dasar  dari Dana Alokasi Umum atau  DAU  adalah  merupakan upaya Pemerintah Pusat  melakukan  pemerataan  kemampuan  keuangan  Daerah.  Transfer  dana  dari
Pemerintah  Pusat  ke  Pemerintah  Daerah  dalam  bentuk  DAU  bermaksud  menutupi kesenjangan  fiskal  fiscal  gap  yang  terjadi  sebagai  upaya  perwujudan  kemandirian
Pemerintah Daerah dalam melayani masyarakat. Penetapan besaran DAU sendiri, didasari oleh ketersediaan data dasar celah fiskal yang
dirumuskan  hingga  menjadi  jumlah  penentuan  alokasi  DAU  bagi  Provinsi  Papua  Barat. Oleh  karenanya, secara tidak langsung intensifikasi besaran DAU  ditentukan oleh  mutu
data  dasar  yang  antara  lain  berupa:  jumlah  penduduk,  luas  wilayah,  tingkat  harga,
61 kondisi  sumber  daya  manusia,  serta  PDRB  per  kapita.Realisasi  pengeluaran  transfer
dalam  bentuk  DAU  dalam  kurun  waktu  tiga  tahun  terakhir  mengalami  peningkatan. Namun walaupun begitu jumlah realisasi penerimaan masih sangat jauh dibawah alokasi
penerimaan yang ditetapkan pemerintah pusat.
Tabel 3-2. Penerimaan Transfer Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2010 Milyar Rupiah
TAHUN ALOKASI PENERIMAAN
2 REALISASIDAU
3
2009 7.839,76
595,76 2010
3.418,07 605,79
Sumber: Kementerian Keuangan RI, 2010 dan BAKD Papua Barat, 2011
c.  Dana Alokasi Khusus DAK
Dana  Alokasi  Khusus  ini  berasal  dari  Pendapatan  APBN  dan  dialokasikan  ke  Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan
kepentingan  nasional.  Kegiatan  khusus  yang  dimaksud,  memiliki  kriteria  kebutuhan
khusus yang ditetapkan melalui peraturan perundangan yang berlaku, sebagai berikut:
  Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.   Kebutuhan  yang  digunakan  untuk  membiayai  kegiatan  reboisasi  dan
penghijauan oleh daerah penghasil.   Kebutuhan  yang  tidak  dapat  diperhitungkan  dengan  menggunakan  rumusan
Dana Alokasi Umum. Berdasarkan  pemahaman  tersebut,  pada  dasarnya  DAK  ditujukan  untuk  tujuan  spesifik
yang  telah  tergambarkan  berdasarkan  kebutuhannya.  Untuk  wilayah  Papua  Barat sendiri,  dalam  tiga  tahun  terakhir  memiliki  jumlah  DAK  yang  berubah-ubah.
Menurunnya  tingkat  kebutuhan  khusus  yang  ada  di  Papua  Barat  telah  mendorong terjadinya  perubahan  besaran  DAK  yang  ditransfer  Pemerintah  Pusat  kepada
Pemerintah  Daerah  Papua  Barat.  Berikut  merupakan  gambaran  pengalokasian  Dana Alokasi Khusus atau DAK di Papua Barat:
Tabel 3-3. Dana Alokasi Khusus Provinsi Papua Barat dalam Milyar Rupiah Tahun
AlokasiDAK RealisasiDAK
2009 1.195,07
68,58
2
Alokasi meliputi Provinsi Dan KabupatenKota se Papua Barat sumber: Kementerian Keuangan RI Tahun 2011 3
Realisasi hanya Provinsi Papua Barat saja sumber: BAKD Provinsi Papua Barat, Agustus 2011
62 2010
419,73 21,76
Sumber : Kementerian Keuangan RI, 2010 dan BAKD Papua Barat, 2011
2.  Pendapatan Asli Daerah PAD
Pendapatan  Asli  Daerah  yang  diperoleh  Daerah  berdasarkan  pungutan  dana  yang  digunakan untuk  memenuhi  keperluan  daerah  membiayai  kegiatannya  sesuai  dengan  peraturan  daerah
yang  mengacu  pada  peraturan  perundangan  yang  berlaku  terdiri  dari  Pajak  Daerah,  Retribusi Daerah, Bagian Laba Usaha Daerah, dan Penerimaan Lain-lain. Pendapatan Asli Daerah Provinsi
Papua Barat dalam kurun waktu jangka menengah kedepan diperkirakan akan terus meningkat. Prediksi  peningkatan  PAD  tersebut  terutama  dipengaruhi  oleh  peningkatan  Laba  Usaha  Daerah
yang berhubungan dengan pendapatan lain PAD. Tabel 3-4. Pendapatan Asli Daerah Provinsi Papua BaratJutaan Rupiah
NO JENIS
PENERIMAAN DAERAH TAHUN
2007 2008
2009 2010
1 Pajak Daerah
25.436,70 66.640,51
67.076,90 41.184,50
2 Retribusi
73,10 294,10
294,10 322,09
3 Pendapatan Lain
7.285,65 365,70
365,70 5.644,20
Jumlah 32.795,45
67.300,31 67.736,70
47.150,79 Sumber: Dispenda Papua Barat, 2010, dan Statistik Keuangan Daerah, 2009.
3.  Penerimaan Lain yang Sah a.  Dana Otonomi Khusus  Provinsi Papua Barat
Penetapan  Provinsi  Papua  Barat  sebagai  daerah  berkategori  Otonomi  Khusus berdasarkan  Undang-Undang  Nomor  21  Tahun  2001  sebagimana  telah  diubah
denganUndang-Undang  Nomor  35  Tahun  2008,  menyebabkan  diberikannya  dana transfer  berupa  Dana  Otonomi  Khusus  yang  besarannya  adalah  2    dari  Dana  Alokasi
Umum  atau  DAU  Nasional.  Peningkatan  angka  DAU  Nasional  dari  tahun  ke  tahun  ikut mendorong terjadinya peningkatan alokasi Dana Otonomi Khusus untuk wilayah Papua
Barat.
Gambar 3-2 Realisasi Dana Otonomi Khusus Papua Barat
63 Sumber: BAKD Papua Barat, Agustus 2011.
Penetapan  Dana  Otonomi  Khusus  terkait  dengan  total  belanja  Pemerintah  Pusat  yang pada  tahun  2010  menunjukan  angka  Rp.  781,5  triliun  atau  sebesar  69,  40    dari  total
belanja  keseluruhan.  Sementara  itu,  alokasi  dana  transfer  ke  Daerah  pada  tahun  yang sama  ditetapkan  sebesar  Rp.  344,6  triliun.  bedasarkan  besaran  alokasi  nasional  dana
transfer  tersebut,  komponen  Dana  Alokasi  Umum  atau  DAU  sebesar  57,73  ,  dimana porsi Dana Otonomi Khusus adalah sebesar 2,7  dari Dana Alokasi Umum.
Kemudian dalam tahun 2011, porsi belanja Pemerintah Pusat menunjukan peningkatan menjadi  sebesar  Rp.  823,  6  triliun  atau  68,52    dari  total  belanja  keseluruhan.
sementara  alokasi  dana  transfer  ke  Daerah  sebesar  Rp.  378,4  triliun  dengan  nilai  DAU adalah  sebesar  58,63    dan  selanjutnya  Dana  Otonomi  Khusus  Papua  sebesar  2,72
dari DAU yang tersedia.
Tabel 3-5. Posisi Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat dalam Trilyun Rupiah
KLASIFIKASI TAHUN
2010 2011
Total Belanja Pemerintah Pusat 781,50
823,60 Total Belanja Transfer Pusat ke Daerah
344,60 378,40
Persentase DAU dari total belanja transfer Pusat ke Daerah 57,73
58,63 Persentase Dana Otsus dari DAU
2,70 2,72
Persentase Alokasi Provinsi Papua Barat terhadap Dana Otsus 30
30 Sumber: Kementerian Keuangan RI, tahun 2010, Angka tahun 2011 adalah versi RAPBN 2011.
b.  Dana Tambahan Infrastruktur Otonomi Khusus Papua Barat.
Realisasi alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Otonomi Khusus Papua Barat hingga saat ini  belum  menunjukan  dampak  pemanfaatan  yang  maksimal.  Alokasi  yang  diusulkan
Pemerintah  Daerah  kepada  Pemerintah  Pusat  ini,  diupayakan  pemanfaatannya  dalam 900
950 1000
1050 1100
1150 1200
M il
y a
r R
u p
ia h
64 beberapa  kurun  waktu  mendatang  guna  meningkatkan  kemampuan  pembangunan
infrastruktur. Untuk  wilayah  Papua  Barat  sendiri  realisasi  pada  tahun  2010  menunjukan  angka  Rp.
600  Milyar  Rupiah,  meningkat  Rp.  30,5  Milyar  dibandingkan  jumlah  yang  terealisasi pada  tahun  2008.  Berikut  merupakan  gambaran  peningkatan  jumlah  realisasi  dana
tambahan infrastruktur yang terjadi.
Gambar 3-3. Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Barat dalam Milyar Rupiah
Sumber: BAKD Provinsi Papua Barat, Agustus 2011
c.  Dana Penyesuaian
Dana  bantuan  dari  Pemerintah  Pusat  yang  diberikan  kepada  Daerah  yang  mengalami kekurangan anggaran DAU dan DBH sehubungan dengan komponen personil, peralatan,
pembiayaan  dan  dokumentasi  P3D  pelaksanaan  Otonomi  Daerah  merupakan  suatu bentuk  dana  penyesuaian  keuangan.  Penerimaan  dana  penyesuaian  untuk  wilayah
Provinsi  Papua  Barat  sendiri  baru  dirasakan  pada  tahun  2010  dengan  besaran  jumlah sebesar  Rp.  64,05  milyar  untuk  Pemerintah  Provinsi,  dan  Rp.  594,17  milyar  untuk
pemerintah KabupatenKota. Penggunaan Dana Penyesuaian ini diarahkan untuk:
  Dana Tambahan Penghasilan bagi Guru PNSD   Dana Tambahan Tunjangan Profesi Guru
  Dana Insentif Daerah serta   Bantuan Operasional Sekolah  BOS
d.  Dana DekonsentrasiTugas Perbantuan
65 Dana  ini  dimaksudkan  untuk  membiayai  kegiatan  atau  program  Kementerian  dan
Lembaga  di  Provinsi  Papua  Barat  dengan  nilai  alokasi  pada  tahun  2011  sebesar Rp.3.094,37 Milyar Kantor Wilayah Kementerian Keuangan Jayapura, 2011. Sedangkan
untuk  jumlah  besaran  dana  dekonsentrasi  atau  tugas  perbantuan  tahun-tahun sebelumnya masih merupakan satu gabungan alokasi dana dengan Provinsi Papua.
4.  Skema Penerimaan Lain a.  Pinjaman dan Hibah Dalam Negeri
Sekalipun  diijinkan  oleh  regulasi  keuangan  daerah,  penerimaan  yang  bersumber  dari Pinjaman dan Hibah dalam negeri belum dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Papua
Barat, termasuk KabupatenKota. Peluang pemanfaatan sumber penerimaan yang berasal dari pinjaman dan hibah dalam
negeri  masih  memerlukan  regulasi  di  tingkat  Daerah.  Oleh  sebab  itu,  penerimaan  ini masih lebih bersifat potensial dan belum effektif. Dalam periode 2012 - 2016, potensi ini
bisa  dimanfaatkan  untuk  memperkuat  kapasitas  fiskal  Papua  Barat  mengingat pendapatan daerah ini dapat berbentuk devisa, rupiah, barang atau jasa, serta pelatihan
yang tidak perlu dibayarkan kembali.
b.  Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Jenis  penerimaan  yang  berasal  dari  Kekayaan  Daerah  yang  dipisahkan  maupun  Hasil Perusahaan  Milik  Daerah  dalam  wujud  bentuk  keuntungan  usaha,  bagian  keuntungan
Badan  Usaha  Milik  Daerah  atau  BUMD  baik  yang  bersifat  lembaga  keuangan,  non- keuangan,  maupun  penyediaan  pelayanan  dasar  hingga  saat  ini  belum  dimanfaatkan
secara  optimal.  Potensi  kontribusi  nyata  dapat  diberikan  sehubungan  dengan  rencana pengembangan  BUMD  Provinsi  Papua  Barat.  Dalam  kurun  waktu  perencanaan  jangka
menengah kedepan tahun 2012-2016, peluang ini berusaha dihasilkan melalui perantara BUMD guna memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan yang dibutuhkan Provinsi
Papua Barat terutama terkait dengan pengadaan infrastruktur dasar wilayah.
c.  Sumber Pendanaan Luar Negeri.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pinjaman dan Hibah  Luar  Negeri,  dapat  diusahakan  masuknya  dana  dari  mitra  luar  negeri  dalam
bentuk Pinjaman dan Hibah. Hak dan kewenangan melakukan Pinjaman Luar Negeri dan pengaliran  Dana  Hibah  kepada  Daerah  ditetapkan  melalui  persetujuan  Menteri
Keuangan Republik Indonesia berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Besaran  Dana  Pinjaman  dan  Hibah  Luar  Negeri  diteruskan  kepada  Pemerintah  Daerah
hingga  saat  ini  tidak  tercatat  dalam  APBD  Provinsi  Papua  Barat,  akan  tetapi
66
pemanfaatannya dirasakan secara nyata untuk kepentingan sebagai berikut :
1. Hibah  digunakan  untuk  membiayai  program  penguatan  kapasitas  kelembagaan,
peningkatan  kualitas  sumber  daya  aparatur,  pembangunan  sumber  daya  manusia, pelayanan kesehatan dan pendidikan, penanggulangan kemiskinan, dan pengelolaan
lingkungan hidup. 2.
Sedangkan  untuk  pinjaman  yang  diteruskan  ke  Daerah  diarahkan  untuk pembangunan  infrastruktur  serta  pembangunan  berbagai  program  yang  memiliki
nilai strategis yang tinggi serta memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat.
5.  Skema pendanaan khusus.
Skema  pendanaan  khusus  ini  dapat  dilaksanakan  dalam  bentuk  pembangunan  sarana  tertentu khususnya yang memiliki peluang pengembalian modal investasi dan dilaksanakan dalam bentuk
Publik Private Partnership PPP atau Kerangka Pembiayaan Swasta. Untuk wilayah Papua Barat, dapat diusahakan pengembangan pola PPP dalam pemenuhan pengelolaan air bersihair minum,
pemenuhan kebutuhan listrik, dan sarana pelabuhan komersial. Diluar  skema  PPP,  dapat  diusahakan  pendanaan  melalui  program  kepedulian  sosial  dikalangan
dunia  usaha  atau  Corporate  Social  Responsibility  CSR.  Pola  seperti  ini  dilaksanakan  sejalan dengan  beroperasinya  perusahaan-perusahaan  yang  berinvestasi  dalam  memanfaatkan  potensi
sumber daya alam di Papua Barat dengan penanaman modal baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Sebagai contoh, pelaksanaan skema CSR ini telah berjalan seiring dengan operasional BP
Tangguh di Kabupaten Teluk Bintuni.
67
3.1.2. Neraca Daerah Tabel 3-6. Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2007 - 2011
No. Uraian
2007 2008
2009 2010
2011 Rata-rata
Pertumbu han
1 ASET
538.796.181.431,86 1.134.862.630.270,38
2.042.066.129.869,69 3.333.281.577.007,42
4.005.940.483.297,95 68,49
1.1 ASET LANCAR
189.629.783.550,86 78.806.406.869,38
142.197.016.263,69 362.578.447.582,42
404.117.023.796,95 47,11
1.1.1 Kas
188.253.783.625,86 75.865.371.054,38
131.502.834.234,69 358.977.892.215,42
398.982.993.830,95 49,44
1.1.1.1 Kas di Kas Daerah
166.741.703.982,86 75.865.371.054,38
131.502.834.234,69 331.870.798.393,42
368.375.760.064,95 11,00
1.1.1.2 Kas di Bendahara
Pengeluaran 21.438.979.643,00
27.043.952.214,00 30.607.233.766,00
13,18 1.1.1.3
Kas di Bendahara Penerimaan
73.100.000,00 63.141.608,00
0,00 -100,00
1.1.1.4 Investasi Jangka Pendek
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
1.1.2 Piutang
0,00 993.512.432,00
56.146.909,00 240.508.364,00
5.134.029.966,00 756,22
1.1.2.1 Piutang Pajak
0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 1.1.2.2
Piutang Retribusi 0,00
0,00 0,00
0,00 1.1.2.3
Bagian lancar pinjaman kepada perusahaan negara
0,00 0,00
0,00 0,00
1.1.2.4 Bagian lancar pinjaman
kepada perusahaan daerah 0,00
0,00 0,00
0,00 1.1.2.5
Bagian lancar pinjaman kepada Pemerintah Pusat
0,00 0,00
0,00 0,00
1.1.2.6 Bagian lancar pinjaman
kepada pemerintah daerah lainnya
0,00 0,00
0,00 0,00
1.1.2.7 Bagian lancar taguhan
penjualan angsuran 0,00
0,00 0,00
0,00 1.1.2.8
Bagian lancar tuntutan 0,00
0,00 0,00
0,00
68
No. Uraian
2007 2008
2009 2010
2011 Rata-rata
Pertumbu han
perbendaharaan 1.1.2.9
Bagian lancar tuntutan ganti rugi
0,00 0,00
0,00 0,00
1.1.2.10 Piutang lainnya
0,00 993.512.432,00
56.146.909,00 240.508.364,00
5.134.029.966,00 756,22
1.1.3 Persediaan
1.375.999.925,00 1.947.523.383,00
10.638.035.120,00 3.360.047.003,00
0,00 79,84
1.2. INVESTASI JANGKA
PANJANG 0,00
0,00 25.000.000.000,00
100.000.000.000,00 125.000.000.000,00
162,50 1.2.1
Investasi Non Permanen 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 1.2.1.1
Pinjaman kepada perusahaan negara
0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 1.2.1.2
Pinjaman kepada perusahaan daerah
0,00 0,00
0,00 0,00
1.2.1.3 Pinjaman kepada
perusahaan daerah lainnya 0,00
0,00 0,00
0,00 1.2.1.4
Investasi dalam Surat Utang Negara
0,00 0,00
0,00 0,00
1.2.1.5 Investasi non permanen
lainnya 0,00
0,00 0,00
0,00 1.2.2
Investasi Permanen 0,00
0,00 25.000.000.000,00
100.000.000.000,00 125.000.000.000,00
162,50 1.2.2.1
Penyertaan modal pemerintah daerah
0,00 0,00
25.000.000.000,00 100.000.000.000,00
125.000.000.000,00 25,00
1.2.2.2 Penyertaan modal dalam
proyek pembangunan 0,00
0,00 0,00
0,00 1.2.2.3
Penyertaan modal perusahaan patungan
0,00 0,00
0,00 0,00
1.2.2.4 Investasi permanen lainnya
0,00 0,00
0,00 0,00
1.3 ASET TETAP
349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00
1.874.869.113.606,00 2.870.703.129.425,00
3.476.823.459.501,00 88,55
1.3.1 Tanah
12.190.279.525,00 40.374.699.775,00
61.873.919.775,00 91.738.556.775,00
112.533.856.775,00 88,85
1.3.2 Peralatan dan mesin
90.016.716.848,00 214.358.047.404,00
314.601.444.788,00 476.292.865.793,00
628.234.955.342,00 67,05
69
No. Uraian
2007 2008
2009 2010
2011 Rata-rata
Pertumbu han
1.3.3 Gedung dan bangunan
103.504.249.445,00 279.331.085.495,00
477.217.057.886,00 923.250.691.142,00
1.083.730.540.221,00 87,89
1.3.4 Jalan, irigasi, dan jaringan
114.218.175.209,00 398.359.510.333,00
690.761.274.219,00 1.274.217.674.715,00
1.523.543.761.163,00 106,55
1.3.5 Aset tetap lainnya
12.485.475.000,00 44.277.511.550,00
74.047.206.000,00 105.203.341.000,00
128.780.346.000,00 96,59
1.3.6 Konstruksi dalam
pengerjaan 16.751.501.854,00
79.355.368.844,00 256.368.210.938,00
0,00 0,00
165,59 1.3.7
Akumulasi penyusutan 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00
1.4 DANA CADANGAN
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
1.4.1 Dana cadangan
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
1.5 ASET LAINNYA
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
1.5.1 Tagihan penjualan
angsuran 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 1.5.2
Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
1.5.3 Kemitraan dengan pihak
kedua 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 1.5.4
Aset tak berwujud 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 1.5.5
Aset lain-lain 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 JUMLAH ASET
538.796.181.431,86 1.134.862.630.270,38
2.042.066.129.869,69 3.333.281.577.007,42
4.005.940.483.297,95 68,49
2. KEWAJIBAN
0,00 27.574.448.071,77
3.942.313.430,28 3.925.152.879,91
3.905.989.031,91 -28,88
2.1 KEWAJIBAN JANGKA
PENDEK 0,00
27.574.448.071,77 3.942.313.430,28
3.925.152.879,91 3.905.989.031,91
-28,88 2.1.1
Utang perhitungan pihak ketiga
0,00 24.486.891.071,77
854.101.884,28 837.595.879,91
818.432.031,91 -33,58
2.1.2 Utang bunga
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
2.1.3 Utang pajak
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
2.1.4 Bagian lancar utang jangka
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
70
No. Uraian
2007 2008
2009 2010
2011 Rata-rata
Pertumbu han
panjang - Utang bank 2.1.5
Bagian lancar utang jangka panjang - Utang obligasi
0,00 0,00
0,00 0,00
2.1.6 Bagian lancar utang jangka
panjang - Utang Pemerintah Pusat
0,00 0,00
0,00 0,00
2.1.7 Bagian lancar utang jangka
panjang - Utang pemerintah provinsi
0,00 0,00
0,00 0,00
2.1.8 Bagian lancar utang jangka
panjang - Utang pemerintah
kabupatenkota 0,00
0,00 0,00
0,00 2.1.9
Pendapatan diterima di muka
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
2.1.10 Utang jangka pendek
lainnya 0,00
3.087.557.000,00 3.088.211.546,00
3.087.557.000,00 3.087.557.000,00
0,00
2.2 KEWAJIBAN JANGKA
PANJANG 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 2.2.1
Utang dalam negeri - sektor perbankan
0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 2.2.2
Utang dalam negeri - obligasi
0,00 0,00
0,00 0,00
2.2.3 Utang dalam negeri -
Pemerintah Pusat 0,00
0,00 0,00
0,00 2.2.4
Utang dalam negeri - Pemerintah provinsi
0,00 0,00
0,00 0,00
2.2.5 Utang dalam negeri -
Pemerintah kabupatenkota
0,00 0,00
0,00 0,00
2.2.6 Utang luar negeri - sektor
perbankan 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00
71
No. Uraian
2007 2008
2009 2010
2011 Rata-rata
Pertumbu han
3 EKUITAS DANA
538.796.181.431,86 1.107.288.182.198,61
2.038.123.816.439,41 3.329.356.424.127,51  4.002.034.494.266,04
68,28 3.1
EKUITAS DANA LANCAR 189.629.783.550,86
51.231.958.797,61 138.254.702.833,41
358.653.294.702,51 400.211.034.765,04
66,97 3.1.1
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran SILPA
188.253.783.625,86 51.378.479.982,61
130.281.243.721,91 358.077.154.727,51
398.107.844.546,04 66,72
3.1.2 Cadangan untuk piutang
0,00 993.512.432,00
56.146.909,00 240.508.364,00
5.134.029.966,00 756,22
3.1.3 Cadangan untuk
persediaan 0,00
1.947.523.383,00 10.638.035.120,00
3.360.047.003,00 0,00
92,61 3.1.4
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang
jangka pendek 1.375.999.925,00
-3.087.557.000,00 -3.088.211.546,00
-3.087.557.000,00 -3.087.557.000,00
-81,10 3.1.5
Pendapatan yang ditangguhkan
0,00 0,00
367.488.628,50 63.141.608,00
56.717.253,00 -46,50
3.2 EKUITAS DANA INVESTASI
349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00
1.899.869.113.606,00 2.970.703.129.425,00
3.601.823.459.501,00 89,99
3.2.1 Diinvestasikan dalam
investasi jangka panjang 0,00
0,00 25.000.000.000,00
100.000.000.000,00 125.000.000.000,00
162,50 3.2.2
Diinvestasikan dalam aset tetap
349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00
1.874.869.113.606,00 2.870.703.129.425,00
3.476.823.459.501,00 88,55
3.2.3 Diinvestasikan dalam aset
lainnya 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 3.2.4
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang
jangka panjang 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00
3.3 EKUITAS DANA
CADANGAN 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 3.3.1
Diinvestasikan dalam dana cadangan
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
3.4 REKENING KORAN PPKD
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
3.4.1 Rekening koran PPKD
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
538.796.181.431,86 1.134.862.630.270,38
2.042.066.129.869,69 3.333.281.577.007,42
4.005.940.483.297,95 68,49
72
73
3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan MasaLalu
1.  Penyusunan dan Pemantapan Anggaran
Sesuai  dengan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  58  Tahun  2005  tentang  Pengelolaan  Keuangan Daerah,  pengelolaan  keuangan  daerah  harus  dilaksanakan  secara  terpadu  antara  perencanaan
dan  penganggaran,  tertib,  efektif,  efisien,  transparan,  dan  bertanggung  jawab.  Penyediaan pendanaan  program  maupun  kegiatan  yang  berasal  dari  keuangan  daerah  direncanakan  dalam
dokumen  Rencana  Pembangunan  Jangka  Menengah  Daerah  RPJMD  maupun  dokumen  acuan lainnya  yang  berupa  Rencana  Strategis  SKPD  Renstra  SKPD  dan  Rencana  Kerja  SKPD  Renja
SKPD.  Khususnya  dalam  RPJMD,  indikasi  pembiayaan  yang  bersifat  jangka  menengah  akan dijabarkan  menjadi  pembiayaan  tahunan  yang  tercermin  dalam  APBD  dan  APBN  tahun
bersangkutan. a.  Penyiapan Dokumen Acuan Penganggaran
Sesuai  dengan  Undang-Undang  Nomor  17  Tahun  2003  tentang  Keuangan  Negara, Undang-Undang  Nomor  25  Tahun  2004  dan  Undang-Undang  Nomor32  Tahun  2004
tentang  Pemerintahan  Daerah,  serta  Undang-Undang  Nomor  33  Tahun  2004  tentang Perimbangan  Keuangan  Antara  Pemerintah  Pusat  dan  Daerah,  penyusunan  anggaran
mengacu kepada sejumlah dokumen perencanaan dan dokumen kerja lainnya. Dokumen acuan  tersebut  terdiri  dari  dokumen  acuan  tahap  perencanaan  dan  dokumen  acuan
teknis sebelum menjadi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah RAPBD. Untuk  dokumen  acuan  perencanaan  terdiri  dari  dokumen  RPJMD,  Renstra  SKPD,  Renja
SKPD,  dan  RKPD,  sedangkan  dokumen  teknis  yang  menjadi  agenda  lebih  lanjut  terdiri dari Kebijakan Umum Anggaran KUA, Penetapan Plafond Anggaran Sementara PPAS,
Rencana Kerja Anggaran RKA SKPD, dan RAPBD.
Keterikatan  antara  satu  dokumen  acuan  dengan  dokumen  acuan  lainnya  menuntut kinerja  yang  optimal  dan  penyelesaian  tepat  waktu  dalam  penyusunan  berbagai
dokumen  acuan tersebut.  Hubungan antar dokumen acuan lebih  lanjut  tergambar pada diagram keterpaduan berikut ini.
Berdasarkan  struktur  dokumen  perencanaan  wilayah,  setiap  SKPD  wajib  menyusun rencana  strategis  yang  nantinya  menjadi  acuan  dalam  penyusunan  Renja  SKPD.  Renja
SKPD  selanjutnya  menjadi  materi  acuan  dalam  penyusunan  Rencana  Kerja  Pemerintah Daerah atau RKPD yang merupakan penjabaran tahunan dari program jangka menengah
dalam  RPJMD.  Dokumen  RKPD  yang  bersifat  tahunan  memuat  materi  mengenai rancangan  kerangka  ekonomi  daerah,  prioritas  pembangunan  dan  kewajiban  daerah
serta rencana kerja yang terukur berikut pendanaannya.
74
Gambar 3-4. Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Keuangan
Gambar 3-5. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Lebih  lanjut  lagi,  Rencana  Kerja  Pemerintah  Daerah  diterjemahkan  kedalam  rencana penganggaran dalam bentuk Kebijakan Umum Anggaran atau KUA yang bersifat tahunan.
Gambaran  mengenai  prioritas  kegiatan  disampaikan  oleh  masing-masing  SKPD  dan dituliskan  dalam  KUA  sebagai  arahan  prioritas  penyediaan  anggaran  tahunan  daerah.
Berdasarkan  informasi  tersebut  maka  disusunlah  Penetapan  Plafond  Anggaran Sementara atau PPAS yang merupakan pedoman penyusuan APBD Provinsi Papua Barat.
Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Dokumen
Rencana Tahunan Muatan Materi:
1. Rancangan
Kerangka Ekonomi Daerah.
2. PrioritasPembang
3.
75
76
Gambar 3-6. Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran KUA
b.  Pemantapan Dokumen Acuan Penganggaran
Secara teknis, KUA dan PPAS dipaparkan dan dibahas lebih lanjut oleh lembaga eksekutif maupun  lembaga  legislatif  daerah.  Pembahasan  ini  kemudian  menghasilkan  Nota
Kesepakatan  antara  Pimpinan  DPRD  dengan  GubernurKepala  Daerah  yang  menjadi persetujuan  penyusunan  dan  pembahasan  RKA  SKPD.  Program  maupun  kegiatan  yang
terbahas dalam RKA SKPD secara nyata telah mengadposi kepentingan maupun prioritas
program yang menjadi upaya perwujudan misi pembangunan daerah. Gambar 3-7. Proses Penetapan Plafond Sementara atau PPAS
Anggaran yang telah tercantum dalam PPAS selanjutnya dituangkan kedalam RKA-SKPD dengan berlandaskan prinsip-prinsip Anggaran Berbasis Kinerja. Melalui prinsip tersebut
Kebijak an
Muatan Materi Rancangan PPAS:
1. Skala prioritas
urusan wajib dan
2.
DPRD Pemerint
ah Rancan
gan PPAS
Muatan Materi PPAS:
1. Program
prioritas. 2.
77 diharapkan seluruh penanggung jawab memahami betul hal-hal terkait dengan masukan,
keluaran,  hasil,  indikator  kinerja,  tolok  ukur  kinerja  serta  target  kinerja  yang  akan dievaluasi dari masing-masing pengguna anggaran.
Gambar 3-8. Proses dan Mekanisme Penyusunan RKA-SKPD
2.  Alokasi Anggaran
Penggunaan  anggaran  yang  diprioritaskan  untuk  melindungi  dan  meningkatkan  kualitas kehidupan  masyarakat  dalam  upaya  memenuhi  kewajiban  daerah  dengan  perwujudan  dalam
bentuk  peningkatan  pelayanan  dasar,  pendidikan,  kesehatan,  fasilitas  sosial  dan  fasilitas  umum yang  layak  serta  mengembangkan  sistem  jaminan  sosial,  secara  teknis,  dapat  menggunakan
perangkat kerangka kerja logis atau logical frame work guna mencapai pemanfaatan sumber daya yang  optimal.  Perwujudan  kualitas  kehidupan  masyarakat  digambarkan  dalam  prestasi  kinerja
dan pencapaian standar minimal pelayanan masing-masing satuan kerja. Sesuai dengan pedoman penyusunan anggaran yang diterbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri,
alokasi  anggaran  untuk  satuan  kerja  terkelompokan  menurut  klasifikasi  Urusan  Wajib  dan Urusan Pilihan penyelenggaraan Pemerintahan. Dalam hubungan ini, faktor utama yang menjadi
pertimbangan  adalah  penyediaan  anggaran  atau  dana  berdasarkan  asas  pelaksanaan  tugas kelembagaan  atau  money  follows  function  guna  memberikan  pengaruh  manfaat  yang  sebesar-
besarnya.  Berdasarkan  Peraturan  Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  13  Tahun  2006  tentang Pedoman  Pengelolaan  Keuangan  Daerah,  pembagian  tugas  Pemerintah  Pusat  dan  Daerah
dikelompokkan berdasarkan urusan sebagai berikut: Urusan Wajib
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Pekerjaan Umum
4. Perumahan
5. Penataan Ruang
6. Perencanaan Pembangunan
78 7.
Perhubungan 8.
Lingkungan Hidup 9.
Pertanahan 10.  Kependudukan dan Catatan Sipil
11.  Pemberdayaan Perempuan 12.  Keluarga Berencana dan
Kesejahteraan Keluarga 13.  Sosial
14.  Tenaga Kerja 15.  Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
16.  Penanaman Modal 17.  Kebudayaan
18.  Pemuda dan Olah Raga 19.  Kesatuan Bangsa dan Politik DN
20.  Pemerintahan Umum 21.  Kepegawaian
22.  Pemberdayaan Masyarakat Kampung 23.  Statistik
24.  Kearsipan 25.  Komuniksasi dan Informatika.
Urusan Pilihan
1. Pertanian
2. Kehutanan
3. Energi dan Sumber Daya Mineral
4. Pariwisata
5. Kelautan dan Perikanan
6. Perdagangan
7. Perindustrian
8. Transmigrasi.
Berdasarkan klasifikasi urusan tersebut, maka alokasi anggaran dalam APBD tahunan ditetapkan dan kemudian selanjutnya dijabarkan kedalam RKA-SKPD sesuai dengan bidang urusan yang ada.
3.  Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
Pencapaian sasaran maupun target pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJMD maupun Renstra  masing-masing  SKPD  diukur melalui  penganggaran yang  berbasis  kinerja dan mengacu
pada  pelaksanaan  program-program.  Penganggaran  berbasis  kinerja  bertujuan  untuk memastikan  bahwa  dana  yang  dialokasikan  bisa  diukur  efesiensi  dan  efektifitas  dari  capaian
suatu  program.  Dengan  menggunakan  kerangka  kerja  logis  maka  komponen  anggaran  berbasis kinerja  seperti:  indikator  kinerja,  kinerja,  keluaran,  masukan  dengan  mudah  bisa  dicantumkan
dalam penyusunan Rencana Kerja Anggaran SKPD atau KementerianLembaga. Selain  itu,  pendekatan  berbasis  kinerja  dalam  penyediaan  anggaran  juga  berupaya  mencapai
keluaran  atau  output  masukan  berupa  dana  maupun  komponen  masukan  lainnya  yang  tidak terikat  dengan  pendanaan.  Masukan  atau  Input  yang  dimaksud  dapat  berupa  segenap  sumber
daya  yang  dibutuhkan  dalam  pelaksanaan  program  atau  kegiatan,  sementara  keluaran  atau output adalah semua barang dan jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan tersebut.
Hal  penting  yang  menjadi  bagian  dari  penganggaran  berbasis  kinerja  adalah  rumusan-rumusan yang berhubungan dengan penetapan indikator, tolok ukur, serta target kinerja. Untuk indikator
kinerja  sendiri  terdiri  dari  masukan,  keluaran,  dan  hasil  kinerja.  Sedangkan  tolak  ukur  kinerja meliputi  ukuran  prestasi  kerja  yang  dapat  dicapai  berupa  mutu,  kuantitas,  tingkat  efisiensi,
efektifitas. Selanjutnya target kinerja yang merupakan dorongan upaya pelayanan yang diberikan meliputi hal-hal yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan dari pencapaian program atau
79 kegiatan  berdasarkan  tolok  ukur  yang  telah  ditetapkan  terlebih  dahulu.  Keseluruhan  rumusan
tersebut  kemudian  dipertimbangkan  dalam  penyusunan  RKA-SKPD  maupun  RKA  tingkat kementerian dan lembaga.
4.  Tugas Dekonsentrasi dan Perbantuan
Pemerintah Provinsi maupun KabupatenKota disamping melaksanakan tugas desentraliasi juga melaksanakan  tugas  dekonsentrasi  dan  perbantuan.  Meskipun  kedua  jenis  tugas  tersebut
menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat, namun dalam kenyataannya tanggung jawab tersebut didelegasikan kepada Kepala Daerah untuk melakukan proses koordinasi.
Untuk  tugas-tugas  dekonsentrasi,  dana  atau  anggarannya  disalurkan  berdasarkan  organisasi kementerian dan lembaga di Daerah. Dalam tahun anggaran 2011, jumlah alokasi untuk wilayah
Papua Barat adalah sebesar Rp. 3.094,37 milyar.
Penerimaan  Daerah  Provinsi  Papua  Barat  secara  garis  besar  dipergunakan  untuk  membiayai  belanja pemerintah,  baik  yang  bersifat  belanja  langsung  maupun  tidak  langsung.  Belanja  langsung  sendiri
dibedakan menjadi 8 delapan klasifikasi, sedangkan untuk belanjalangsung dibedakan menjadi 3 tiga klasifikasi  utama.  Adapun  belanja  langsung  terdiri  dari  belanja  pegawai,  belanja  barang  dan  jasa,  serta
belanja  modal.  Untuk  belanja  tidak  langsung  terdiri  dari  belanja  bunga,  belanja  subsidi,  belanja  hibah, belanja  bantuan  sosial,  belanja  pegawai,  belanja  bagi  hasil  kepada  ProvinsiKabupatenKota  dan  juga
pemerintah  Kampung,  belanja  bantuan  keuangan  bagi  provinsikabupatenkota  dan  juga  Pemerintah Kampung, serta belanja tidak terduga.
3.3 Kerangka Pendanaan Pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016
Berdasarkan  realisasi  penganggaran  pembangunan,  target  pertumbuhan  ekonomi  yang  direncanakan pada tahun 2012-2016 minimal sebesar 7,5 per tahun menuntut kebutuhan pendanaan pembangunan
setiap  tahunnya  paling  kurang  Rp.  10  trilyun.  Kebutuhan  tersebut  tetap  akan  dipenuhi  oleh  sumber pembiayaan pembangunan dari sektor pembiayaan fiskal. Pembiayaan sektor fiskal tersebut  bersumber
dari  APBN  dalam  bentuk  dana  transfer  dari  Pemerintah  Pusat  ke  Daerah  yang  berupa  DBH,  DAU,  DAK, Dana  Penyesuaian  serta  Dana  Otonomi  Khusus.  Pembiayaan  lain  yang  menjadi  tulang  punggung
merupakan dana program dekonsentrasitugas-tugas perbantuan guna membiayai kegiatan kementerian di Papua Barat. Diluar pembiayaan utama tersebut, diupayakan sumber pendanaan lain berbentuk PAD,
dana lain serta dana hibah donor luar negeri. Komponen pembiayaan ini dibandingkan kedua komponen bersumber  APBN  memiliki  nilai  yang  relatif  kecil.  Secara  rinci,  keseluruhan  sumber  pembiayaan
pembangunan  Provinsi  Papua  Barat  diluar  dana  hibah  luar  negeri  tercantum  dalam  dokumen  APBN, APBD Provinsi, dan APBD KabupatenKota se Papua Barat.
80
Tabel 3-7. Estimasi APBD Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 URAIAN
ESTIMASI
Pendapatan Daerah 3.778.766.466.950
Belanja Daerah 3.883.765.466.950
Defisit 104.999.000.000
Pembiayaan Daerah - Penerimaan Pembiayaan
130.000.000.000 - Pengeluaran Pembiayaan
25.000.000.000 Pembiayaan Netto
105.000.000.000
Selisih lebih 1.000.000.00
Tabel 3-8. Estimasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 URAIAN
ESTIMASI Pendapatan daerah
3.778.766.466.950 1
Pendapatan AsliDaerah 134.500.000.000
a Pajak Daerah
105.000.000.000 b
Retribusi Daerah 1.000.000.000
c Hasil Pengelolaan  Kekayaan Daerahyg  dipisahkan
5.000.000.000 d
Lain-lain PAD yang sah 23.500.000.000
2 Dana perimbangan
1.690.031.563.000
a Dana Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan  Pajak
750.000.000.000 b
Dana Alokasi Umum 901.398.453.000
c Dana Alokasi Khusus
38.633.110.000
3 Lain-lain  Pendapatan Daerah  yang sah
1.954.234.903.950
a Hibah
1.037.958.000 b
Dana Darurat -
c Dana Bagi Hasil Pajak  dari  Provdan pemda  lainnya
- d
Dana Otonomi Khusus 1.353.196.945.950
e Dana sarana prasarana
600.000.000.000 f
Bantuan Keu dari  Prov atau Pemda  lainnya -
81
Tabel 3-9. Estimasi Belanja Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 URAIAN
ESTIMASI Belanja daerah
3.883.765.466.950 1
Belanja Tidak Langsung 2.069.885.775.100
a Belanja Pegawai
237.066.138.400 b
Belanja Bunga -
c Belanja Subsidi
- d
Belanja Hibah 204.452.611.000
e Belanja  Bantuan   Sosial
5.174.000.000 f
Belanja Bagi Hasil  Kepada KabKota dan Pemdes 646.955.163.700
g Belanja Bantuan Keu Kepada KabKota dan
Pemerintah Kampung 951.237.862.000
h Belanja Tidak  Terduga
25.000.000.000
2 Belanja langsung
1.813.879.691.850
a BelanjaPegawai
126.284.362.500 b
Belanja Barangdan Jasa 871.980.601.350
c Belanja Modal
815.614.728.000
Tabel 3-10. Estimasi Pembiayaan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 URAIAN
PERKIRAAN
1 Penerimaan pembiayaan
130.000.000.000 2
Pengeluaranpembiayaan 25.000.000.000
Pembiayaan Netto 105.000.000.000
Tabel 3-11. Ringkasan Pembagian ke KabupatenKota Tahun Anggaran 2012 URAIAN
NILAI 1
Jumlah Pendapatan 3.778.766.466.950
100,00
2 Ke KabKota Berupa:
A Dana Otsus
951.237.862.000 25,00
B Dana Bagi Hasil
646.955.163.700 17,00
82
URAIAN NILAI
C Jumlah ke KabKota
1.598.193.025.700 42,00
D Sisa dikelola Provinsi
2.180.573.441.250 58,00
83
Analisis  Pertumbuhan  Pendapataan  Daerah  dan  ProyeksiBelanja  Daerah  Provinsi  Papua  Barat 2012-2016
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah. Analisis  pengelolaan  keuangan  daerah  pada  dasarnya  dimaksudkan  untuk  menghasilkan  gambaran
tentang  kapasitas  atau  kemampuan  keuangan  daerah  dalam  mendanai  penyelenggaraan  pembangunan daerah.  Mengingat  bahwa  pengelolaan  keuangan  daerah  diwujudkan  dalam  suatu  APBD  maka  analisis
pengelolaan  keuangan  daerah  dilakukan  terhadap  APBD  dan  laporan  keuangan  daerah  pada  umumnya. Analisis dilakukan terhadap penerimaan daerah yaitu pendapatan dari penerimaan pembiayaan daerah.
Kapasitas  keuangan  daerah  pada  dasarnya  ditempatkan  sejauh  mana  daerah  mampu  mengoptimalkan penerimaan  dari  pendapatan  daerah.  Berbagai  objek  penerimaan  daerah  dianalisis  untuk  memahami
perilaku atau karakteristik penerimaan selama ini. Analisis  dilakukan  berdasarkan  pada  data  dan  informasi  yang  dapat  mempengaruhi  pertumbuhan
pendapatan daerah, antara lain: 1
Angka rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah masa lalu; 2
Asumsi indikator makro ekonomi PDRBlaju pertumbuhan ekonomi, inflasi dan lain-lain; 3
Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah; 4
Kebijakan dibidang keuangan negara.
Kemudian akan dilakukan lagi analisis proyeksi belanja daerah untuk memperoleh gambaran kebutuhan belanja  tidak  langsung  daerah  dan  belanja  langsung  Provinsi  Papua  Barat.  Analisis  dilakukan  dengan
proyeksi  5  lima  tahun  kedepan  untuk  penghitungan  kerangka  pendanaan  pembangunan  daerah terhitung mulai 2012- 2016.
84
Tabel 3-12.Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Provinsi Papua Barat
No Uraian
Tahun 2012 Rp
Tingkat partum buhan
Proyeksi Tahun 2013
Rp Tahun 2014
Rp Tahun 2015
Rp Tahun 2016
Rp A
Belanja TidakLangsung 2,330,898,319,267.92
10 2,563,988,151,194.71
2,820,386,966,314.18 3,102,425,662,945.60   3,412,668,229,240.16
1 Belanja Pegawai
254,897,739,260.00 10
280,387,513,186.00 308,426,264,504.60
339,268,890,955.06 373,195,780,050.57
2 Belanja Hibah
396,776,031,000.00 10
436,453,634,100.00 480,098,997,510.00
528,108,897,261.00 580,919,786,987.10
3 Belanja Bantuan Sosial
7,202,429,204.00 10
7,922,672,124.40 8,714,939,336.84
9,586,433,270.52 10,545,076,597.58
4 Belanja
Bagi Hasil
Kepada KabupatenKota
609,710,138,803.92 10
670,681,152,684.31 737,749,267,952.74
811,524,194,748.02 892,676,614,222.82
5 Belanja  Bantuan  Keuangan  Kepada
Kabupaten,  Kota,  Distrik,  Kelurahan dan Kampung.
1,052,311,981,000.00 10
1,157,543,179,100.00 1,273,297,497,010.00
1,400,627,246,711.00 1,540,689,971,382.10
6 Belanja Tak Terduga
10,000,000,000.00 10
11,000,000,000.00 12,100,000,000.00
13,310,000,000.00 14,641,000,000.00
B Belanja Langsung
1,813,879,691,850.00 10
1,995,267,661,035.00 2,194,794,427,138.50
2,414,273,869,852.35   2,655,701,256,837.59
1 Belanja Pegawai.
126,599,662,500.00 10
139,259,628,750.00 153,185,591,625.00
168,504,150,787.50 185,354,565,866.25
2 Belanja Barang dan Jasa
871,008,602,600.00 10
958,109,462,860.00 1,053,920,409,146.00
1,159,312,450,060.60 1,275,243,695,066.66
3 Belanja Modal
816,271,426,750.00 10
897,898,569,425.00 987,688,426,367.50
1,086,457,269,004.25 1,195,102,995,904.68
TOTAL BELANJA 4,144,778,011,117.92
4,559,255,812,229.71 5,015,181,393,452.68
5,516,699,532,797.95 6,068,369,486,077.75
85
86
3.4 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah
Keuangan  Daerah  merupakan  elemen  penting  pendukung  penyelenggaraan  pemerintahan  dan pelaksanaan  kegiatan  pelayanan  kepada  publik.  Dalam  upaya  mewujudkan  sasaran  maupun  target
pembangunan  Provinsi  Papua  Barat,  secara  umum  dibutuhkan  dukungan  pendanaan  untuk  seluruh sektor pembangunan. Kebutuhan pendanaan baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri pada
umumnya merupakan hasil upaya pemerintah yang berasal dari masyarakat maupun dunia usaha secara luas.
Berbagai  permasalahan  wilayah  berupa  tingginya  angka  kemiskinan,  pelayanan  infrastruktur  yang kurang memadai, dan persebaran pemukiman penduduk yang tidak merata mendorong penetapan target
pertumbuhan ekonomi wilayah Papua Barat dengan angka yang cukup tinggi. Penetapan target tersebut sejalan  dengan  penetapan  status  otonomi  khusus  untuk  wilayah  Papua  Barat  yang  diupayakan  dalam
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sumber daya manusia. Dalam  kurun  waktu  lima  tahun  kedepan,  rencana  target  pertumbuhan  ekonomi  Provinsi  Papua  Barat
sebesar  7,5    hingga  10    per  tahun  membutuhkan  dukungan  sarana  dan  prasarana  wilayah  yang memadai. Oleh karenanya, berbagai investasi yang terkait dengan sektor fiskal diarahkan penggunaannya
dalam membangun  berbagai kebutuhan  dasar berupa prasarana, peningkatan pelayanan, pembangunan kelembagaan  dan  sumber  daya  manusia,  penanggulangan  kemiskinan,  serta  upaya  penyelamatan
lingkungan. Untuk sumber pembiayaan lain yang tergolong dalam kelompok sektor non-fiskal termasuk didalamnya investasi yang dilakukan sektor swasta, baik berupa investasi langsung maupun penanaman
kembali bagian keuntungannya diupayakan sesuai skenario pengembangan wilayah yang ditetapkan. Sejalan dengan target peningkatan pertumbuhan  ekonomi, karakteristik wilayah  Papua Barat menuntut
kebutuhan pendanaan program maupun kegiatan yang lebih besar secara jumlah. Sehubungan dengan hal tersebut, status Otonomi Khusus memberikan tambahan pendanaan dalam membiayai berbagai program
yang  mampu  mendorong  percepatan  pengembangan  wilayah.  Program-program  percepatan  tersebut memiliki  sasaran  khusus  dalam  meningkatkan  kinerja  pembangunan  infrastruktur  dasar  dan  sumber
daya manusia sebagai katalisator peningkatan pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
3.4.1  Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah
Formulasi kebijakan dalam mendukung pengelolaan anggaran pendapatan daerah akan lebih difokuskan pada  upaya  mencapai  target  pertumbuhan  ekonomi.  Kebijakan  target  pertumbuhan  ekonomi  yang
diperkirakan sebesar 7,5 hingga 10 persen per tahun, akan diupayakan melalui beberapa kebijakan yang meliputi:
a. Kepastian penyediaan pendanaan untuk membiayai program prioritas dalam kurun waktu tahun
2012-2016,  baik  untuk  Pemerintah  Provinsi  maupun  bagi  Pemerintah  KabupatenKota. Kepastian  ini  akan  didasarkan  pada  prediksi  yang  tepat  mengenai  potensi  penerimaan  daerah
baik yang berupa pendapatan yang berasal dari APBN maupun APBD.
87 b.
Optimalisasi  sumber  pendanaan  yang  bertujuan  memanfaatkan  semaksimal  mungkin  potensi sumber  pendapatan  yang  berasal  dari  dalam  maupun  luar  daerah.  Melalui  kebijakan  ini
diharapkan  adanya  dorongan  upaya  penggalangan  sumber  pendanaan  dari  pihak  swasta, masyarakat maupun kemitraan internasional yang lebih maksimal.
c. Pembentukan skema kerja sama mitra yang maksimum dalam pengupayaan sumber pendanaan
atas  dasar  kemitraan.  Untuk  kemitraan  internasional  pelaksanaannya  disesuaikan  dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman
dan  Hibah.  Penggunaan  dana  pinjaman  atau  hibah  yang  dimaksud,  dilaksanakan  berdasarkan Standar  Operasi  dan  Prosedur  SOP  dengan  arahan  pemanfaatan  untuk  pembiayaan  program
yang mempunyai implikasi besar dan luas terhadap pengembangan wilayah Papua Barat. d.
Mengupayakan  pendanaan  dengan  mekanisme  pinjaman  dan  hibah  dari  luar  negeri  guna membiayai berbagai program prioritas dalam pembangunan didaerah. Bentuk program prioritas
tersebut  dapat  berupa  program  penanggulangan  kemiskinan,  pemberdayaan  kelembagaan  dan sumber  daya  aparatur,  pembangunan  sumber  daya  manusia,  dan  program  pengembangan
ekonomi kerakyatan. e.
Melanjutkan  pemanfaatan  dana  hibah  luar  negeri  dengan  melibatkan  secara  langsung Pemerintah  Provinsi  dan  Pemerintah  KabupatenKota  se  Papua  Barat  untuk  berperan  dalam
proses  penyusunan  dokumen  kegiatan,  ataupun  penyediaan  tenaga  konsultan  nasional  melalui penyediaan  dana  pendukung  nasional  atau  counterpart  budget  baik  yang  berasal  dari  APBN
maupun APBD.
3.4.2  Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah
Strategi  utama  pendanaan  pembangunan  yang  ditetapkan  dalam  Rencana  Pembangunan  Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pengembangan  sumber  dan  skema  pendanaan  pembangunan  daerah  baik  yang  sedang  berjalan
maupun  skema  baru  lainnya,  seperti:  mengupayakan  pemanfaatan  pendanaan  karbon  atau  carbon trading,  dan  mendorong  pelaksanaan  Corporate  Social  Responsibility  atau  CSR  oleh  pihak  swasta.
Diharapkan dengan adanya kolaborasi skema pendanaan lama dan yang baru pemenuhan kebutuhan pendanaan  dapat  lebih  memadai  khusus  untuk  pendanaan  yang  berkaitan  dengan  kelestarian
lingkungan hidup di Papua Barat. b.
Peningkatan mutu atau kualitas pemanfaatan sumber dan skema pendanaan pembangunan dengan pembiayaan  program  strategis  pembangunan.  Melalui  strategi  ini,  pengalokasian  anggaran
difokuskan pada penyediaan dana bagi program prioritas dengan beban anggaran yang seminimum mungkin.
c. Peningkatan alokasi pendanaan kegiatan yang bersifat mendukung pelaksanaan tugas dekonsentrasi
88 atau  tugas  perbantuan  guna  mengimbangi  keadaan  keterbatasan  fiskal  di  Provinsi  Papua  Barat.
Berdasarkan strategi  ini  maka kontribusi  pendanaan APBN bagi Papua Barat merupakan salah  satu sumber utama pembiayaan pembangunan wilayah.
d. Memaksimalkan  pemanfaatan  dana  transfer  pemerintah  pusat  berupa  Dana  Otonomi  Khusus  dan
Dana  Tambahan  Infrastruktur  yang  difokuskan  pada  pendanaan  program  pembangunan  bidang pendidikan,  pelayanan  kesehatan  masyarakat,  pembangunan  infrastruktur,  serta  pengembangan
ekonomi  masyarakat,  yang  secara  keseluruhan  diupayakan  keberpihakannya  kepada  peningkatan kontribusi dan pelayanan bagi masyarakat Asli Papua.
89
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Dari Analisis Lingkungan internal dan eksternal Papua Barat sesuai dengan yang dipaparkan dari masing- masing  SKPD  kemudian  disimpulkan  menjadi  isu-isu  strategis  umum  Provinsi  Papua  Barat,  sebagai
berikut:
4.1 Permasalahan Pembangunan
4.1.1  Permasalahan Internal
1. Secara  geologi,  tingkat  kemampuan  tanah  sangat  bervariasi  dari  rendah  sampai  tinggi,semakin
banyak  faktor  penghambat  yang  dijumpai  di  suatu  wilayah  seperti  lereng  terjal,  ketersediaan  air kurang dan mudah terjadi erosi maka dapat dikatakan kemampuan pada wilayah tersebut rendah.
2. Salah satu fenomena mencolok yang terdapat di Provinsi Papua Barat adalah kepadatan penduduk
yang masih sangat rendah yakni rata-rata 27 jiwakm2 pada tahun 2008. Kotamadya yang terpadat 153 jiwakm
2
dan Kabupaten yang paling jarang penduduknya kurang dari 2 jiwakm
2
. Dari satu sisi gejala ini dapat dinilai sebagai pertanda besarnya peluang ekonomi, dari sisi lain rendahnya tingkat
hunian suatu wilayah dapat pula dilihat sebagai pertanda bahwa di wilayah tersebut ada sesuatu hal atau banyak hal yang menyebabkan wilayah tersebut kurang menarik bahkan dihindari atau menjadi
pilihan terakhir. 3.
Bila ditinjau dari latar belakang geomorfologi dan geologinya, tanah di Provinsi Papua Barat sangat rawan erosi, rawan longsor, sementara tebing cenderung rawan gugur.
4. Dilihat dari sumberdaya alam darat Provinsi Papua Barat memiliki kekayaan alam yang besar berupa
hamparan  hutan  tropika  humid  yang  sangat  luas  yang  didalamnya  terdapat  kawasan  lindung.  Di kawasan  lindung  ini  pula  terkandung  sumberdaya  andalan  Provinsi  Papua  Barat  berupa  batu  bara
dan mineral galian. Kombinasi keruangan yang paling rawan ialah batubara dan hutan. Sejarah Papua Barat  telah  mencatat  bahwa  eksploitasi  hutan  di  formasi  yang  mengandung  batubara  telah
menghasilkan bencana banjir. 5.
Karena  sifat  fisik  ruang  habitatnya  sumberdaya  alam  perairan  laut  cenderung  tidak  sepenuhnya dapat  dikuasaidimanfaatkan  oleh  penduduk.  Ada  peluang  infiltrasi  pemanfaatan  oleh  kekuatan
ekonomi  dari  luar  daerah,  yang  dari  segi  teknologi  maupun  organisasi  produksi  cenderung  lebih unggul.  Meskipun  demikian  paling  tidak  ada  dua  zona  di  mana  penduduk  daerah  mempunyai
keunggulan akses, baik dari segi fisik maupun segi hukum, yakni wilayah perairan zona I 6mil dan perairan  interface  payau.  Sumber  kerawanan  utama  di  kawasan  ini  adalah  apabila  terjadi
eksploitasi  yang  berlebihan  dan  pencemaran  air  karena  penambangan  emas,  batubara  dan  minyak bumi.
90 6.
Secara  kultural  penduduk  Asli  Papua  Barat  masih  terpisah  oleh  sekat-sekat  nilai  adat  yang  dalam beberapa hal sangat eksklusif. Dari segi pendidikan, pendatang cenderung memiliki pendidikan lebih
tinggi. Orientasi adat asli dalam memanfaatkan sumber alam pada umumnya mengandung kebijakan ekologi  yang  tinggi.  Sementara  itu  sebagian  besar  pendatang  berorientasi  komersial.  Ada  semangat
datang, lihat, ambil dan hengkang pergi. Papua Barat bagi mereka bukan habitat, tetapi tidak lebih dari kesempatan investasi dan ekstrasi.
7. Jaringan jalan merupakan salah satu unsur utama yang diperlukan dalam proses pemaduan potensi-
potensi wilayah ke dalam satu sistem interaksi yang produktif. Melalui jaringan yang terangkai secara sistemik  sinergi  keruangan  yang  produktif  antara  sumberdaya,  baik  yang  ada  di  dalam  wilayah
maupun  yang  ada  di  luar  wilayah  dapat  dikembangkan  di  Provinsi  Papua  Barat.  Dari  segi  fisik pembangunan  jalan  berhadapan  dengan  medan  pegunungan  yang  dari  segi  geomorfologi  sangat
rawan.  Ini  berarti  beban  biaya  konstruksi  dan  beban  biaya  perawatan  yang  mahal.  Pengembangan jaringan  menerobos  pegunungan  yang  sebagian  berfungsi  sebagai  kawasan  lindung  dan  kawasan
hutan  produksi  akan  merangsang  eksploitasi  hutan  dan  tambang  yang  secara  ekologis  sulit dikendalikan keamanannya.
8. Minimnya infrastruktur disuatu wilayah seperti kondisi jalan, alat transportasi, penerangan dan air
bersih  seringkali  menjadi  penyebab  kemiskinan  suatu  wilayah.  Meskipun  di  wilayah  tersebut dihasilkan  produk-produk  pertanian  atau  lainnya,  namun  karena  minimnya  infrastruktur  maka
produk tersebut tidak dapat dipasarkan dengan baik. 9.
Di Bidang Perlindungan dan Pengamanan Masyarakat, permasalahan yang dihadapiadalah kurangnya sumberdaya manusia yang menangani perlindungan dan pengamanan serta minimnya prasarana dan
sarana  yang  mendukung  bidang  tersebut,  sementara  di  Provinsi  Papua  Barat  merupakan  wilayah yang rawan bencana alam terutama Gempa Bumi dan Banjir.
10. Permasalahan  yang  dihadapi  di  Bidang  Kependudukan  dan  sumberdaya  manusia  Provinsi  Papua
Barat  adalah  kualitas  dan  kuantitas  SDM  yang  masih  rendah,  SDM  belum  mampu  bersaing  dalam dunia  global  yang  semakin  menuntut  kompetensi  tinggi,  jumlah  penduduk  yang  tidak  merata  dan
tersebar  dalam  kelompok-kelompok  kecil  di  daerah  pedalaman  dan  pulau-pulau  terpencil,  serta cenderung terpusat di daerah perkotaan.
11. Permasalahan  di  Bidang  Pendidikan  yang  terjadi  di  Provinsi  Papua  Barat  antara  lain  perlunya
peningkatan  pengetahuan  masyarakat,  pemerataan  pendidikan  di  berbagai  jenis  dan  jenjang pendidikan,  peningkatan  mutu  dan  relevansi  pendidikan  di  semua  jenjang  pendidikan,  peningkatan
pelayanan serta sarana dan prasarana pendidikan. 12.
Sementara  di  Bidang  Kebudayaan,  sebagaimana  diketahui  bahwa  Provinsi  Papua  Barat  memiliki masyarakat yang heterogen dan multi etnis. Besarnya jumlah migran yang masuk ke wilayah Provinsi
Papua  Barat  telah  menimbulkan  berbagai  persoalan  budaya  dalam  interaksi  antar  etnik  pendatang dengan penduduk setempat. Salah satu persoalan yang menonjol yang dialami oleh Suku Asli Papua
91 Barat adalah peliknya masalah hak ulayat.
13. Provinsi  Papua  Barat  mempunyai  luas  wilayah  97.024,62  Km
2
,  sebagian  besar  berupa  daerah hutan.Dengan  luas  hutan  yang  sedemikian  besar  maka  produksi  hasil  hutan  merupakan  andalan
untuk  memperoleh  pendapatan  bagi  Provinsi  Papua  Barat.  Masalah  yang  dihadapi  dalam pengembangan Sub Sektor Kehutanan antara lain adanya penurunan produktivitas hasil hutan  alam
akibat  konversi  lahan  dari  lahan  hutan  sekunder  ke  areal  HTI,  perkebunan,  transmigrasi, pertambangan dan lain-lain. Pelanggaran lalu lintas hasil hutan, tebang liar serta perambahan hutan
cenderung  meningkat  sementara  jumlah  personil  pengamanan  perlindungan  hutan  JAGAWANA terbatas dan belum  didukung oleh  sarana operasional  yang memadai. Permasalahan lainnya adalah
belum adanya data yang akurat tentang luas dan letak lahan kritis sehingga kurang membantu dalam penyusunan  program.  Pelaksanaan  proyek  reboisasi  dan  penghijauan  di  hutan  lindung  sering
terhambat  dengan  masalah  okupasi  lahanperambahan  hutan  oleh  masyarakat  yang  status kepemilikannya belum jelas.
14. Dalam  setiap  kegiatan  pengembangan  wilayah,  salah  satu  bidang  yang  sangat  penting  untuk
diperhatikan adalah bidang infrastruktur. Bila dilihat dari wilayah Provinsi Papua Barat yang sangat luas  dengan  jarak  antar  Kota  Kabupaten  yang  relatif  jauh  menjadikan  permasalahan  infrastruktur
terutama jalan menjadi hal yang sangat menKampungk. 15.
Di  Bidang  Agroindustri,  kendala  yang  dihadapi  adalah  pelaksanaan  kegiatan  yang  belum terkoordinasi  dengan  baik  dan  kesulitan  mengubah  pola  pikir  petani  terhadap  pembaharuan  dan
penerimaan inovasi bidang agrobisnis dan agorindustri. 16.
Di  Bidang  Sosial,  penduduk  Provinsi  Papua  Barat  dengan  latar  belakang  budaya  dan  etnis  yang beragam  sangat  rentan  terhadap  terjadinya  konflik  horisontal,  terutama  disebabkan  adanya
kesenjangan sosial. 17.
Di Bidang Pariwisata, realitas pembangunan kepariwisataan baik wisata alam maupun wisata buatan di  Provinsi  Papua  Barat  dianggap  masih  sebatas  skenariowacana,  sehingga  belum  dikembangkan
dan dikelola secara profesional.
4.1.2  Pengaruh Eksternal
Kebijakan Otonomi Khusus Papua
Melalui  Undang-Undang  Nomor  35  Tahun  2008  tentang  Perubahan  atas  Undang-Undang  Nomor  21 Tahun  2001  tentang  Otonomi  Khusus  bagi  Provinsi  Papua,  memberikan  Hak  Otonomi  Khusus  bagi
Provinsi  Papua  Barat.  Hal  ini  dikarenakan  Provinsi  Papua  yang  sebelumnya  diberikan  Otonomi  Khusus telah  dimekarkan  menjadi  Provinsi  Papua  dan  Provinsi  Papua  Barat.  Adanya  Otonomi  Khusus  ini
memberikan  keleluasaan  bagi  Provinsi  Papua  Barat  untuk  melakukan  percepatan  pembangunan
92 khususnya  bidang  sosial,  ekonomi,  dan  politik,  serta  infrastruktur.  Kemudian  dengan  adanya  Otonomi
Khusus  Provinsi  Papua  Barat,  aparat  daerah  dituntut  lebih  meningkatkan  diri  agar  mampu  berfikir dengan  kritis,  bertindak  efisien  dan  efektif  dalam  menyusun  rencana  untuk  membangun  dan
mengembangkan  daerahnya.  Perencanaan  yang  disusun  harus  bersifat  strategis  agar  sumberdaya  yang dimiliki oleh Provinsi Papua Barat dapat dioptimalkan dengan baik.
Melalui  Undang-Undang  Otonomi  Khusus,  Provinsi  Papua  Barat  memiliki  wewenang  yang  luas,  baik dalam  urusan  pemerintahan  maupun  pelaksanaan  pembangunan.  Kewenangan  yang  luas  di  satu  sisi
dapat  dipandang  sebagai  kesempatan  bagi  wilayah  untuk  berkembang,  tetapi  di  sisi  lain  merupakan tantangan  baru  yang  cukup  berat.  Pemerintah  Provinsi  Papua  Barat  dengan  Undang-Undang  tersebut
dapat  lebih  leluasa  menggunakan  kewenangannya  untuk  mengurusi  daerahnya,  tetapi  di  lain  pihak Pemerintah Provinsi Papua Barat juga dibebani tanggung jawab yang lebih besar.
Potensi Provinsi Papua Barat dalam Konstelasi Nasional dan Konstelasi Pulau Papua
Dalam konteks Nasional, Provinsi Papua Barat mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Provinsi Papua  Barat  memiliki  1  wilayah  yang  ditetapkan  sebagai  Pusat  Kegiatan  Nasional  PKN  yaitu  Kota
Sorong dan tiga wilayah yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah PKW di Provinsi Papua Barat terdiri  dari  Kabupaten  Manokwari,  Kabupaten  Fak-Fak,  dan  Kabupaten  Ayamaru.  Pusat  Kegiatan
Nasional  PKN  Kota  Sorong  berdampingan  dengan  Jayapura  dan  Timika  untuk  wilayah  Provinsi  Papua dan Pusat Kegiatan Wilayah PKW Kabupaten Manokwari, Kabupaten Fak-Fak, dan Kabupaten Ayamaru
berdampingan  dengan  8  delapan  Pusat  Kegiatan  Wilayah  PKW  di  Provinsi  Papua.  Struktur  Ruang Nasional yang terbentuk memberikan peran yang lebih  besar kepada kota-kota di Provinsi  Papua Barat
untuk berkembang. Berdasarkan  prospek  perkembangan  yang  terjadi,  maka  strategi  pengembangan  ruang  wilayah  Pulau
Papua  untuk  Provinsi  Papua  Barat  adalah  diarahkan  sebagai  Kota  yang  berfungsi  sebagai  pusat Pertumbuhan  Wilayah  Nasional  yang  berorientasi  pada  aktivitas  produksi  hasil  hutan,  perikanan
budidaya, serta hasil tambang.
Peluang Pengembangan Industri Pendukung Agroindustri dan Agrobisnis
Mengingat  tingginya  resiko  yang  harus  ditanggung  oleh  penduduk  Provinsi  Papua  Barat  karena ketergantungan  yang  besar  terhadap  sektor  yang  bertumpu  pada  sumberdaya  alam  non  lestari  maka
perlu segera mengembangkan alternatif lain sektor ekonomi yang akan dijadikan sebagai leading sector dalam  perekonomian  Provinsi  Papua  Barat.  Sektor  ekonomi  terpilih  yang  akan  dijadikan  leading  sektor
tersebut  mulai  dikembangkan  sedini  mungkin.  Sehingga  pada  saat  industri  minyak  dan  gas  kehabisan bahan baku, maka sektor ekonomi yang terpilih tersebut sudah berkembang dengan mantap dan mampu
menggantikan  posisi  industri  minyak  dan  gas  sebagai  penggerak  utama  perekonomian  Provinsi  Papua
93 Barat.  Beberapa  hal  dapat  dijadikan  sebagai  kriteria  bagi  sektor  ekonomi  mampu  berperan  sebagai
leading sector. Kriteria-kriteria tersebut adalah kriteria peluang pasar, kemampuan bersaing, keterkaitan ke  belakang  dan  ke  depan,  ketersediaan  dan  kemudahan  memperoleh  bahanbakusumberdaya  dalam
proses  produksi  dan  daya  serap  pasar  dan  mempunyai  jaminan  keberlangsungan  yang  lestari. Berdasarkan  kriteria-kriteria  tersebut  sektor  ekonomi  yang  diperkirakan  mampu  sebagai  penggerak
utama  perekonomian  Papua  Barat  di  masa  mendatang  setelah  kemampuan  industri  minyak  dan  gas menurun  merupakan  industri  yang  mendukung  agrobisnis  dan  agroindustri.  Industri  ini  diharapkan
dapat  memberikan  pasokan  kebutuhan  bagi  kepentingan  pengembangan  agrobisnis  dan  agroindustri  di daerah-daerah dalam wilayah pulau Papua. Industri pendukung agrobisnis dan agroindustri mempunyai
peluang  pasar  yang  sangat  besar.  Peluang  pasar  yang  tercermin  dari  adanya  potensi  permintaan  akan produk  hasil  kegiatan  sektor  ekonomi  tersebut  di  pasaran  lokal,  regional  dan  internasional.  Potensi
permintaan  lokal  dapat  dilihat  dari  kemungkinan  semakin  meningkatnya  jumlah  penduduk  Provinsi Papua Barat. Potensi permintaan regional terutama berasal dari wilayah Provinsi Papua yang mempunyai
rencana untuk mengembangkan agrobisnis dan agroindustri untuk pembangunan daerahnya. Sedangkan potensi  permintaan  internasional  dapat  dikembangkan  dari  terkenalnya  nama  Provinsi  Papua  Barat
sebagai  penghasil  salah  satu  penhasil  minyak  dan  gas  terbesar  di  Indonesia  di  mata  dunia.  Kebutuhan dunia  terhadap  sumberdaya  mineral  dan  migas  yang  cukup  tinggi  dan  mulai  berkurangnya  sumber-
sumber mineral dan migas di wilayah lain menjadikan Provinsi Papua Barat berpeluang besar terhadap pasar internasional.
Dengan  adanya  permintaan  regional  dan  internasional  akan  mempengaruhi  permintaan  perekonomian daerah  melalui  2  jalan  yang  masing-masing  berdampak  ganda.  Di  satu  sisi  permintaan  tersebut  akan
menentukan jumlah dan harga bahan yang akan dihasilkan dan diekspor oleh Daerah. Dengan demikian permintaan tersebut akan menentukan secara langsung besarnya penerimaan pendapatan daerah, tinggi
rendahnya pendapatan penduduk, besar kecilnya kesempatan kerja yang ada dan permintaan barang dan jasa  di  daerah  itu  sendiri.  Dengan  demikian  selanjutnya  dapat  menentukan  tinggi  rendahnya  kegiatan
ekonomi  daerah  secara  keseluruhan  baik  dalam  waktu  yang  berjalan  maupun  pada  masa  yang  akan datang. Permintaan pasaran regional dan internasional ini akan menentukan besar kecilnya penerimaan
dan devisa yang akan diperoleh.  Sehingga  pada gilirannya akan menentukan kemampuan  daerah untuk mengimpor barang dan jasa yang diperlukan bagi berbagai kegiatan produksi yang ada di daerah. Namun
di  sisi  lain  bila  dieksploitasi  secara  terus  menerus  dan  tak  terkendali  akan  mengancam  kelestarian lingkungan hidup.
Selain itu, kebutuhan dunia akan kayu tropis dan hasil hutan untuk bahan baku untuk obat-obatankimia akan  mendorong  eksploitasi  hutan  di  Provinsi  Papua  Barat.  Industri  pendukung  agrobisnis  dan
agroindustri  mempunyai  keterkaitan  yang  tinggi  baik  ke  belakang  maupun  ke  depan  dengan  sektor ekonomi  yang  lain.  Tingginya  keterkaitan  tersebut  secara  langsung  dan  tidak  langsung  akan
mengembangkan  dan  menggerakan  sektor-sektor  ekonomi  yang  lain.  Meningkatnya  berbagai  aktivitas sektor-sektor  ekonomi  tersebut  akan  meningkatkan  kesempatan  kerja  dan  pendapatan  masyarakat,
sehingga  pada  akhirnya  akan  meningkatkan  kemampuan  ekonomi  Provinsi  Papua  Barat  secara
94 keseluruhan.
4.1.3  Analisis Lingkungan Internal
Kekuatan Strength Sumber Daya Alam SDAyang melimpah
Ketersediaan Sumber Daya Alam yang melimpah merupakan kekuatan yang harus dimanfaatkan sebesar- besarnya untuk kesejahteraan masyarakat Papua Barat. Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang melimpah
ini  dapat  digunakan  untuk  membantu  mengatasi  masalah  tingginya  kemiskinan  dan  kesenjangan  di Provinsi  Papua  Barat.  Sumber  Daya  Alam  yang  melimpah  juga  bukan  hanya  berguna  bagi  kepentingan
lokal, tetapi juga kepentingan regional dan bahkan internasional.
Budaya masyarakat yang khas
Budaya  masyarakat  yang  khas  akan  memberikan  nilai  tambah  bagi  para  investor  yang  hendak berinvestasi di Provinsi Papua Barat, terutama terkait dengan potensi wisata yang cukup besar. Dengan
semakin  banyaknya  investor  yang  berinvestasi  maka  pembangunan  Provinsi  Papua  Barat  diharapkan akan mengalami percepatan, terutama dari segi ekonomi.
Ekosistem masih terjaga dengan baik
Dengan  kondisi  ekosistem  yang  masih  terjaga  dengan  baik  diharapkan  dapat  menjadi  indikator pembangunan  yang  berwawasan  lingkungan  di  Provinsi  Papua  Barat.  Ekosistem  yang  baik  juga
mengindikasikan  bahwa  sumber  daya  alam  hayati  yang  terdapat  di  Provinsi  Papua  Barat  masih  sangat besar dan bisa menjadi suatu komoditas andalan.
Posisi geografis yang strategis
Jalur perdagangan yang semula berpusat di Eropa Samudera Atlantik kini  mulai bergeser menuju arah Pasifik  Asia.  Posisi  Provinsi  Papua  Barat  yang  terletak  di  Samudera  Pasifik  sangat  menguntungkan
karena berarti akan dilewati oleh jalur perdagangan internasional.
Kuatnya komitmen segenap pelaku pembangunan
Pelaksanaan  pembangunan  di  Provinsi  Papua  Barat  didukung  dengan  komitmen  Kepala  Daerah  dan pejabat  struktural  dalam  melaksanakan  pembangunan.  Bentuk  dari  komitmen  tersebut  diwujudkan
dengan  pelaksananaan  Good  Governance  sebagai  langkah  awal  penyelenggaraan  pembangunan  yang berkomitmen.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor
95
35 Tahun 2008 tentang Otonomi Khusus Bagi Papua dan Papua Barat
Dengan  adanya  peraturan  perundang-undangan  terkait  Otonomi  Khusus  akan  memberikan  keleluasaan bagi  Provinsi  Papua  Barat  untuk  melakukan  percepatan  pembangunan  khususnya  di  bidang  sosial,
ekonomi, dan politik, serta infrastruktur.
Karakter masyarakat yang religius
Persentase  pemeluk  agama  Nasrani  adalah  57,39  dan  merupakan  pemeluk  agama  paling  besar  di Provinsi  Papua  Barat  diikuti  oleh  pemeluk  agama  Islam  dengan  persentase  42,27.  Kedua  pemeluk
agama  di  Provinsi  Papua  Barat  tersebut  merupakan  pemeluk  agama  yang  taat.  Hal  ini  bisa  dijadikan modal awal dalam membangun Papua Barat dalam bentuk pembangunan karakter dan akhlak.
Masyarakat yang taat kepada tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat
Di  Provinsi  Papua  Barat  terdapat  dua  hal  yang  dipercaya  dan  dipegang  teguh  penduduk,  yang  pertama adalah  adat  dan  yang  kedua  adalah  agama,  sehingga  masyarakat  memiliki  kecenderungan  untuk  taat
kepada tokoh agama, adat dan tokoh masyarakat. Hal ini merupakan sebuah kekuatan karena para tokoh adat  dan  agama  bisa  menjadi  penghubung  antara  masyarakat  dan  Pemerintah  Daerah  dalam  upaya
mengembangkan Provinsi Papua Barat
Kelemahan Weakness Sebaran permukiman penduduk yang luas dengan jumlah penduduk yang terbatas
Persebaran penduduk sampai ke pelosok yang sulit diakses akan berpotensi menimbulkan  ketimpangan pembangunan  sumber  daya  manusia  dan  ketersampaian  informasi,  yang  tentu  saja    memiliki  pengaruh
terhadap proses pembangunan di Provinsi Papua Barat.
Minimnya infrastruktur wilayah
Di  Provinsi  Papua  Barat  masih  terdapat  daerah –daerah  yang  belum  mendapat  akses  untuk  menikmati
infrastruktur  wilayah,  salah satunya  adalah  infrastruktur air  bersih  dan listrik. Hal tersebut  disebabkan karena asksesibilitas di Provinsi Papua Barat belum mampu menjangkau sampai ke pelosok - pelosok
Kurangnya SDM yang memiliki kualitas dan daya saing
Kompetensi,  kualitas  serta  daya  saing  penduduk  Asli  pada  dasarnya  sudah  cukup  banyak  yang  tinggi, namun jumlahnya sangat sedikit dan  masih  kalah  apabila dibandingkan dengan jumlah  pendatang yang
memiliki kompetensi, kualitas serta daya saing yang sama atau bahkan di atas penduduk Asli.
Banyaknya potensi konflik tidak diimbangi dengan kesiapan aparat
96 Tema  sentral  yang  sering  menjadi  pemicu  ketegangankonflik  diantara  masyarakat  adalah:  perempuan,
babi  dan  tanah  dan  hingga  saat  ini  masih  sering  terjadi  perdebatan  yang  akhirnya  berujung  pada kerusuhan.  Hal  tersebut  tentu  saja  menimbulkan  rasa  tidak  aman  pada  penduduk  untuk  melakukan
aktivitas  yang  berakibat  pada  terhambatnya  pembangunan.  Reaksi  aparat  penegak  hukum  dalam mengatasi konflik yang terjadi di Provinsi Papua Barat juga masih kurang cepat.
Rendahnya kapasitas fiskal dan non fiskal Daerah
Berdasarkan statistik keuangan Provinsi Papua Barat, pada tahun 2008 persentase  PAD  Provinsi Papua Barat adalah 5,09 dari total penerimaan daerah dan mengalami penurunan menjadi 2,61 pada tahun
2009.
Problem terkait hak ulayat belum terselesaikan dengan baik
Adanya beda pemahaman atas kepemilikan atas tanah terkait dengan hak ulayat, dimana menurut versi masyarakat  tidak  dikenal  hak  perorangan  atas  sumber  daya  alam  melainkan  hak  adat,  sementara
menurut  hukum  nasional  masyarakat  hukum  adat  tidak  memiliki  akan  tetapi  hanya  menguasai  saja. Pemerintah  seharusnya  menyesuaikan dengan kondisi  masyarakat di Provinsi  Papua Barat, karena  biar
bagaimanapun  juga  hak  ulayat  merupakan  bagian  dari  tataran  adat  masyarakat  Papua  sejak  turun temurun.
Tata kelembagaan yang belum terkelola dengan baik
Salah  satu  penyebab  hal  ini  adalah  minimnya  SDM  berkualitas  dengan  kompetensi  yang  dibutuhkan untuk  menempati  suatu  posisi,  sehingga  berakibat  pada  rendahnya  kinerja  kelembagaan  seperti  masih
belum tersedianya Standard Operational Procedure SOP pada masing-masing SKPD.
Dokumen-dokumen acuan belum memadai
Dokumen  yang  dijadikan  acuan  di  dalam  pembangunan  suatu  daerah  adalah  dokumen  Rencana  Tata Ruang Wilayah RTRW yang di dalamnya memuat rencana dan strategi untuk mengembangkan daerah
tersebut, begitu pun dengan pembangunan di Provinsi Papua Barat, namun hingga saat ini RTRW Provinsi Papua Barat masih dalam tahap mendapat persetujuan DPRD dan belum di-sahkan.
Data dan informasi sangat terbatas
Data dan informasi kewilayahan di Provinsi Papua Barat masih sangat minim dan bahkan masih banyak instansi yang tidak memiliki data terkait bidang yang ditangani.
Lemahnya kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya alam
97 Yang  lebih  jeli  dalam  memanfaatkan  SDA  di  Provinsi  Papua  Barat  bukanlah  penduduk  Asli,  melainkan
para pendatang. Sebagai contoh adalah eksplorasi pertambangan BP Tangguh yang terletak di Kabupaten Teluk Bintuni.
Kebijakan-kebijakan  pembangunan  yang  kurang  dapat    mengakomodir  kebutuhan-kebutuhan daerah
Kebijakan  pembangunan  yang  digunakan  sebagai  acuan  di  Provinsi  Papua  Barat  sebagian  besar merupakan acuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat Standar Nasional dan belum mengakomodir
implementasi Otonomi Khusus di Provinsi Papua Barat.
4.1.4  Analisis Lingkungan Eksternal
Peluang Opportunity Adanya  komitmen  Nasional  dalam  memacu  pembangunan  Papua  Barat  melalui  kebijakan-
kebijakan Nasional
Komitmen Nasional yang dimaksud salah satunya adalah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 dan Perpres 66 Tahun 2011 tentang Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat.
Wilayah yangsedang berkembang lebih mudah menyerap inovasi
Lebih  mudah  menyerap  dan  mengimplementasikan  sistem-sistem  baru  dan  inovasi-inovasi  mutakhir yang  lebih  efektif  karena  masih  belum  terkontaminasi  dengan  idealisme  pembangunan  yang  banyak
terdapat di kota-kota metropolitan di Indonesia.
Tersedianya sumber-sumber penerimaan fiskal lain diluar PAD
Selain  PAD,  Provinsi  Papua  Barat  juga  memiliki  sumber  penerimaan  dari  Dana  Alokasi  Khusus  DAK terkait  dengan  Otonomi  Khusus.  Pada  tahun  2008  dana  Otonomi  Khusus  untuk  Provinsi  Papua  Barat
adalah  sebesar  37,90  dari  total  penerimaan  dan  pada  tahun  2009  naik  menjadi  sebesar  60,89  dari total penerimaan.
Munculnya keinginan pasar dunia akan produk-produk ramah lingkungan
Demand  pasar  dunia  akan  produk  ramah  lingkungan  memberikan  peluang  untuk  kemajuan pembangunan  Provinsi  Papua  Barat,  karena  produk  ramah  lingkungan  tersebut  dapat  dijadikan
komoditas perdagangan Papua Barat untuk memenuhi demand pasar dunia yang tinggi.
Luasnya peluang usaha karena demand yang tinggi dengan supply yang terbatas
98 Sebagai  provinsi  termuda  di  dalam  NKRI,  Papua  Barat  masih  kesulitan  di  dalam  memenuhi  demand
masyarakat  akan  barang  dan  jasa.  Hal  ini  berpotensi  untuk  dimanfaatkan  oleh  penduduk  setempat sebagai  upaya  meningkatkan  taraf  hidup  mereka  dengan  membuka  usaha  baik  skala  kecil  maupun
menengah untuk menyediakan supply barang dan jasa.
Dinamisasi perdagangan dunia yang bergeser ke wilayah Pasifik
Wilayah Provinsi Papua Barat merupakan salah satu simpul perdagangan yang strategis karena didukung letaknya  yang  berada  di  jalur  pelayaran  internasional  Samudera  Pasifik  sehingga  diharapkan  dapat
menjadi gerbang perdagangan skala internasional bagi Indonesia.
Isu-isu yang memberi peluang kapitalisasi SDA
Beberapa  isu-isu  ranah  internasional  memberikan  peluang  kepada  Provinsi  Papua  Barat  untuk  dapat mengambil nilai tambah dari SDA yang dimiliki. Misalnya saja isu perubahan iklim. Dengan luas kawasan
hutan  lindung  yang  direncanakan  di  atas  70,  maka  hutan  di  Provinsi  Papua  Barat  memiliki  fungsi konservasi  yang  berskala  internasional.  Bentuk  kapitalisasi  SDA  terkait  dengan  isu  perubahan  iklim
adalah dengancarbon trade.
Minat investasi yang tinggi baik dari dalam maupun luar negeri
Minat investor dalam maupun luar negeri dapat dimanfaatkan sebagai pemacu percepatan pembangunan di Provinsi Papua Barat, dengan catatan tidak mengeksploitasi secara berlebihan sumber daya alam yang
ada di Provinsi Papua Barat.
Ancaman Threat Sebagian besar wilayah merupakan wilayah rawan bencana
Provinsi Papua Barat terbentuk akibat tumbukan lempeng Samudera Pasifik dan lempeng Australia yang menyebabkan  wilayah  ini  sangat  rentan  terhadap  gempa  bumi  karena  berada  di  dalam  lintasan  sesar
besar,  selain  itu  kondisi  daratannya  yang  didominasi  oleh  pegunungan  juga  menjadikan  Provinsi  Papua Barat menjadi wilayah rawan longsor.
Eksploitasi SDA yang berlebihan dan tidak ramah lingkungan
Eksploitasi  sumber  daya  di  Provinsi  Papua  Barat  terutama  terkait  dengan  kegiatan  eksplorasi pertambangan  di  Provinsi  Papua  Barat  yang  memiliki  sumber  daya  mineral  serta  minyak  dan  gas  bumi
sangat  besar,  apabila  tidak  dikendalikan  maka  bisa  terjadi  pemanfaatan  SDA  yang  tidak  berwawasan lingkungan,  selain  itu  penggundulan  hutan  juga  masih  sering  ditemui  di  Provinsi  Papua  Barat,  bahkan
sampai  menyebabkan  terjadinya  bencana.  Salah  satu  contohnya  adalah  bencana  banjir  bandang  yang terjadi di Wasior akibat penebangan hutan yang tidak berwawasan lingkungan.
99
Komoditas perdagangan dan jasa yang sama dengan wilayah lain
Komoditas  perdagangan  dan  jasa  dari  wilayah  lain  cenderung  memiliki  harga  beli  yang  lebih  murah, dengan kata lain secara ekonomi komoditas perdagangan dan jasa dari wilayah lain lebih memiliki daya
saing,  selain  itu  supply  komoditas  perdagangan  dan  jasa  Provinsi  Papua  Barat  masih  rendah  sehingga belum dapat memenuhi demand.
Implikasi globalisasi termasuk perdagangan bebas internasional
Globalisasi  akan  mengakibatkan  banyaknya  pendatang  dari  luar  Provinsi  Papua  Barat  yang  cenderung memiliki  kompetensi  lebih  tinggi  jika  dibandingkan  dengan  penduduk  Asli  di  berbagai  sektor  yang
berpotensi  mematikan  kesempatan  penduduk  Asli,  terutama  dalam  hal  mencari  kerja.  Selain  itu perdagangan  bebas  internasional  juga  berpotensi  mematikan  usaha  lokal  di  Provinsi  Papua  Barat,
terutama yang memiliki skala kecil akibat persaingan yang datang bukan hanya dari luar daerah namun juga dari luar negeri.
Ada ancaman infiltrasi pemanfaatan oleh kekuatan ekonomi dari luar daerah
Apabila  SDA  yang  terdapat  di  Provinsi  Papua  Barat  lebih  banyak  dimanfaatkan  oleh  kekuatan  ekonomi dari luar daerah,  maka hal tersebut dikhawatirkan justru akan berimbas negatif karena secara ekonomi
yang akan menikmati hasilnya bukan Provinsi Papua Barat melainkan daerah lain.
Kedudukannya  sebagai  wilayah  terluar  memberi  ancaman  infiltrasi  kejahatan  internasional, misalnya narkoba dan human trafficking
Lokasi  Papua  Barat  yang  berada  di  wilayah  terluar  tidak  didukung  dengan  pengamanan  yang  memadai sehingga arus barang maupun manusia yang keluar masuk bisa tidak terkendali dan memberikan peluang
terjadinya tindak kejahatan, yang dalam hal ini adalah penyelundupan.
4.2 Isu Strategis
Isu-isu strategis yang di Provinsi Papua Barat saat ini yang paling menKampungk dan perlu diperhatikan oleh pemerintah Provinsi dalam pelaksanaan pembangunan wilayah 5 lima tahun mendatang diuraikan
sebagai berikut.
Belum Efektifnya Implementasi Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat
Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua pada dasarnya adalah pemberian kewenangan yang lebih luas bagi Provinsi  dan  rakyat  Papua  untuk  mengatur  dan  mengurus  diri  sendiri  di  dalam  kerangka  Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan yang lebih luas berarti pula tanggung jawab yang lebih besar bagi  Provinsi  dan  rakyat  Papua  untuk  menyelenggarakan  pemerintahan  dan  mengatur  pemanfaatan
kekayaan alam di Provinsi Papua untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua sebagai bagian dari  rakyat  Indonesia  sesuai  dengan  peraturan  perundang-undangan.  Kewenangan  ini  berarti  pula
100 kewenangan  untuk  memberdayakan  potensi  sosial-budaya  dan  perekonomian  masyarakat  Papua,
termasuk memberikan peran yang memadai bagi orang-orang Asli Papua melalui para wakil adat, agama, dan  kaum  perempuan.  Peran  yang  dilakukan  adalah  ikut  serta  merumuskan  kebijakan  daerah,
menentukan  strategi  pembangunan  dengan  tetap  menghargai  kesetaraan  dan  keragaman  kehidupan masyarakat  Papua,  melestarikan  budaya  serta  lingkungan  alam  Papua.Pembangunan  yang  telah
dilaksanakan selama ini menimbulkan berbagai masalah yang menyebabkan penduduk Asli Papua Barat terabaikan.
Masih Rendahnya Peran Perempuan Dalam Pembangunan
Masalah peranan gender di Provinsi Papua Barat merupakan salah satu isu utama dalam pembangunan. Peningkatan  peran  perempuan  disejumlah  bidang  pembangunan  pada  umumnya  masih  lemah  dan
terbatas.  Hal  ini  disebabkan  oleh  karena  kemampuan  perempuan  di  Provinsi  Papua  Barat  masih memerlukan  penguatan  baik  secara  perorangan  maupun  kelembagaan.  Aspek  budaya  masih  kuat
pengaruhnya  dalam  pengembangan  peran  perempuan.  Oleh  sebab  itu,  pemberdayaan  perempuan  di Provinsi Papua Barat akan menyentuh aspek budaya masyarakat disamping terus mengembangkan peran
aktif perempuan Provinsi Papua Barat yang saat ini telah mulai berkembang. Dalam  bidang  politik,  kedudukan  perempuan  mulai  menunjukkan  peran  yang  nyata  dimana  sejumlah
posisi legislatif telah berada ditangan kaum perempuan. Juga didalam lembaga eksekutif sejumlah posisi penting  kini  telah  dijalani  oleh  kaum  perempuan.  Demikian  pula  dalam  lembaga  pendidikan  tinggi,
peneliti, pekerja atau pelayan sosial, atau fungsi kemasyarakatan lainnya telah banyak dilaksanakan oleh kaum perempuan. Dimasa mendatang kondisi ini terus ditingkatkan terutama dikampung dan perkotaan
se-Provinsi Papua Barat. Pada intinya, perempuan harus mengambil peran di setiap proses pembangunan Provinsi Papua Barat.
Masih Rendahnya Kuantitasdan Kualitas Sumber Daya Manusia
Jumlah  penduduk  Provinsi  Papua  Barat  yang  relatif  sedikit  bila  dibandingkan  dengan  luas  wilayahnya serta kepadatan penduduk sangat rendah yang tersebar secara tidak merata dan hanya terkonsentrasi di
wilayah-wilayah tertentu saja menjadikan sulitnya percepatan pembangunan di Provinsi Papua Barat. Isu lain  yang  muncul  adalah  kualitas  penduduk  Asli  Papua  Barat  yang  relatif  lebih  rendah  jika  dilihat  dari
tingkat pendidikannya, sehingga belum mampu bersaing dengan penduduk pendatang dari luar wilayah Provinsi  yang  sengaja  mencari  peluang  di  Provinsi  Papua  Barat.  Di  satu  sisi  para  pendatang  tersebut
mampu membawa pengaruh positif terhadap perkembangan wilayah dengan turut serta dalam kegiatan pembangunan,  namun  di  sisi  lain  akan  mempersempit  peluang  bagi  penduduk  Asli  dalam
memperebutkan kesempatan kerja.
Belum Terpenuhinya Infrastruktur Dasar
Belum  rampungnya  pembangunan  Jalan  Raya  Trans  Papua  Barat  menimbulkan  persoalan  dalam
101 pembangunan  Provinis  Papua  Barat.  Hal  ini  dikarenakan  jalan  merupakan  infrastruktur  utama  dalam
menggerakkan pertumbuhan perkenomian karena menyangkut perpindahan barang terutama komoditas bernilai  ekonomis  tinggi  dan  penumpang.  Dengan  adanya  jaringan  jalan  juga  dapat  mendorong
percepatan  pembangunan  karena  mempermudah  akses  antar  wilayah  yang  terdapat  di  Provinsi  Papua Barat. Kendala Utama dalam pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Papua adalah bentuk morfologi
yang  didominasi  oleh  pegunungan  sehingga  membutuhkan  biaya  konstruksi  dan  biaya  perawatan  yang tinggi.
Perlu adanya peningkatan Infrastruktur perhubungan laut mengingat wilayah Papua Barat yang dibatasi oleh  Laut  untuk  mencapai  wilayah  Provinsi  lain,  selain  itu  juga  Transportasi  Laut  dapat  digunakan
sebagai alternatif penghubung antar wilayah KabupatenKota di Provinsi Papua Barat. Kemudian selain infrastruktur  perhubungan;  prasarana  dasar  menyangkut  ketersediaan  energi,  kemudahan  sarana
telekomunikasi,  ketersediaan  pasokan  air  bersih  yang  memadai,  irigasi  yang  memadai,  lingkungan permukiman penduduk yang sehat juga menjadi isu strategis pembangunan Provinsi Papua Barat.
Degradasi Kualitas Lingkungan Alam dan Lingkungan Hidup
Dengan  potensi  sumberdaya  alamnya  yang  begitu  besar  selain  berdampak  ekonomi  terutama  terhadap Pendapatan  Asli  Daerah  di  Provinsi  Papua  Barat,  juga  membawa  dampak  negatif  terhadap
keberlangsungan  lingkungan  hidup.  Kegiatan  pengelolaan  sumberdaya  alam  yang  kurang  bijak  telah mengakibatkan  kerusakan  lingkungan  hidup  yang  sudah  cukup  mengkhawatirkan  kelestarian  alam.
Beberapa kegiatan yang rawan berakibat kerusakan lingkungan hidup adalah kegiatan pertambangan dan pembalakan liar.
Provinsi  Papua  Barat  memiliki  hutan  70  dari  keseluruhan  luas  wilayah  dan  sebagian  merupakan kawasan  lindung.  Di  kawasan  lindung  ini  terkandung  sumberdaya  andalan  Provinsi  Papua  Barat  yang
berupa batu bara, minyak bumi, dan bahan galian mineral. Kombinasi keruangan yang paling rawan ialah batubara dan hutan. Eksploitasi hutan yang berlebihan di kawasan hutan inilah yang telah menghasilkan
bencana banjir terburuk di Provinsi Papua Barat dalam 10 tahun terakhir pada tahun 2010. Pada bulan Oktober  2010  di  Provinsi  Papua  Barat  telah  menyebabkan  jatuhnya  korban  jiwa  dan  kerugian  material
yang berupa kerusakan infrastruktur yang sangat besar.
Masih Rendahnya Kontinuitas dan Kualitas Produksi Pertanian
Bila  ditinjau  dari  produksi  beberapa  komoditi  pangan,  hortikultura,  dan  perkebunan  selama  beberapa tahun  terakhir  memperlihatkan  peningkatan  yang  kurang  signifikan.  Kenyataan  tersebut  akan
mengurangi  kemampuan  berkembangnya  sistem  agrobisnis  secara  keseluruhan  termasuk  tidak terjaminnya keberlanjutan pengembangan agrobisnis itu sendiri.
Pada  sisi  lain  tampak  pula  bahwa  masih  banyak  potensi  yang  belum  dimanfaatkan  sedangkan  sisanya masih  berupa  lahan  tidur.  Kondisi  tersebut  merupakan  indikasi  bahwa  masyarakat  terutama  petani  di
daerah  ini  masih  belum  mampu  memanfaatkan  potensi  daerah  secara  optimal.  Dari  sisi  ekonomi  hal tersebut  menunjukkan  masih  terjadi  under-capacity  dari  sistem  agrobisnis  yang  secara  umum  akan
102 menyebabkan inefisiensi dalam penggunaan sumberdaya.
Masih Rendahnya Kegiatan Perekonomian Wilayah dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Dalam jangka waktu dari 2003-2006 peningkatan PDRB di sektor pertanian tidak sebesar pertumbuhan sektor  lainnya.  Kondisi  ini  menunjukkan  bahwa  sektor  pertanian  yang  menjadi  sektor  unggulan  di
Provinsi Papua Barat belum kompetitif, ini terbukti dengan masih didatangkannya kebutuhan masyarakat Papua Barat dari luar daerah atau antar pulau. Selain itu, persoalan yang dihadapi oleh sektor pertanian
adalah nilai tukar produk peKampungan tergolong rendah di Papua Barat dan kantong kemiskinan utama di Papua Barat berada di wilayah peKampungan.
Dari  data  dan  informasi  kekuatan,  kelemahan,  peluang  dan  ancaman  yang  secara  dinamis  berkembang dari  waktu  ke  waktu  dalam  periode  5  tahun  RPJMD  Provinsi  Papua  Barat  2012-2016  perlu  dilakukan
peninjauan  tentang  strategi  pengembanganperkembangan  daerahnya  yang  sesuai  dengan  tingkat berkecamuknya kehidupan yang berubah dan berkembang.
103
BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
5.1 Visi Pembangunan
Pembangunan Provinsi Papua Barat lima tahun kedepan  Visi pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 adalah:
PROVINSI PAPUA BARAT YANG MAJU, MANDIRI, BERMARTABAT, DAN LESTARI
MAJU Provinsi  Papua  Barat  yang  mengalami  pergerakan  kondisi  ke  arah  yang
lebih  baik  yang  merujuk  kepada  kemandirian  yang  dicita-citakan  dalam pembangunan jangka panjang Provinsi Papua Barat.
MANDIRI Provinsi  Papua  Barat  yang  mampu  melaksanakan  kegiatan  pemerintahan,
mengayomi  kehidupan  masyarakat,  dan  melaksanakan  pembangunan daerah  dengan  memanfaatkan  modal-modal  daerah  yang  dimiliki.
Kemandirian  Provinsi  Papua  Barat  diharapkan  dapat  tercermin  dari kemandirian  prasarana  dan  sarana  wilayah,  keuangan  daerah,  ketahanan
pangan,  tata  kelola  pemerintahan,  serta  stabilitas  politik,  pertahanan,  dan keamanan wilayah.
BERMARTABAT Pemerintah  dan  Masyarakat  Provinsi  Papua  Barat  yang  tangguh  dalam
mengaktualisasikan  budaya  dan  sistem  nilai  yang  berkembang  secara positif  dan  mengaplikasikannya  dalam  penyelenggaraan  kegiatan-kegiatan
pembangunan Provinsi Papua Barat.
LESTARI Provinsi  Papua  Barat  yang  senantiasa  menjaga  kualitas  lingkungan  hidup
serta  keanekaragaman  budaya  dalam  rangka  menyediakan  kualitas  hidup yang baik bagi generasi di masa yang akan datang.
104
5.2 Misi Pembangunan
Visi  pembangunan  Provinsi  Papua  Barat  yaitu  Menuju  Provinsi  yang  Maju,  Mandiri,  Bermartabat,  dan Lestari akan diwujudkan melalui penjabaran dalam Misi Pembangunan Provinsi Papua Barat. Penjabaran
Visi  Pembangunan  ke  dalam  Misi  Pembangunan  dilakukan  dengan  memperhatikan  amanat  Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008
tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat. Misi  Pembangunan Provinsi Papua Barat periode Tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut:
Misi 1 Menanamkan Amanat Otonomi Khusus Sebagai Paradigma Baru Pembangunan
Visi Terkait Maju, Mandiri, Bermartabat, Lestari
Secara spesifik, paradigma pembangunan di Provinsi Papua Barat berdasarkan Undang-Undang Otonomi Khusus  adalah  pembangunan  yang  bukan  semata-mata  pada  sektor  ekonomi  secara  sempit  akan  tetapi
mengandung  makna  yang  lebih  dalam  terhadap  hubungannya  dengan  penanggulangan  kemiskinan  dan penciptaan  keadilan  terhadap  penduduk  Asli  Papua.  Penekanan  utamanya  pada  pembangunan  dimana
nantinya  keberhasilan  perkembangan  dan  pertumbuhan  wilayah  diiringi  dengan  perubahan  karakter masyarakat, penciptaan keadilan, serta pemenuhan hak dasar khususnya bagi penduduk Asli Papua.
Amanat  Undang-Undang  Otonomi  Khusus  bagi  Provinsi  Papua  Barat  haruslah  diterapkan  dalam  setiap sektorbidang  pembangunan.  Sebagai  koreksi  terhadap  pendekatan  yang  konvensional  maka
implementasi  amanat  Otonomi  Khusus  bagi  Provinsi  Papua  Barat  bukan  hanya  membawa  keuntungan bagi masyarakat Asli Papua dalam jangka pendek, tetapi sampai pada keberjalanan kehidupan di Provinsi
Papua  Barat  di  masa  yang  akan  datang.  Dengan  kata  lain,  bukan  hanya  upaya-upaya  pemberian keuntungan  secara  langsung  namun  mengkader  masyarakat  untuk  menyelenggarakan  pembangunan
dari,  oleh,  dan  untuk  mereka  sendiri.  Secara  lebih  rinci,  hal-hal  utama  yang  termaknai  dari  Undang- Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat adalah:
a. Perlindungan  terhadap  hak  kekayaan  dan  hak  intelektual  orang  Asli  Papua  sesuai  dengan
peraturan perUndang-Undangan; b.
Pencerdasan akan hakikat hidup bermasyarakat dan bernegara, serta makna hidup mandiri dan sejahtera;
c. Pemberdayaan, pemberian kesempatan dan pengutamaan orang Asli Papua untuk mendapatkan
pekerjaan  dalam  semua  bidang  pekerjaan  di  wilayah  Provinsi  Papua  berdasarkan  pendidikan dan keahliannya; dan
105 d.
Penanaman tanggung jawab yang lebih besar bagi Provinsi Papua Barat dan rakyat Papua untuk menyelenggarakan  pemerintahan dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Provinsi Papua
Barat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua. Secara  khusus,  fokus  dalam  pembangunan  Provinsi  Papua  Barat  menyangkut  lima  hal,  yakni:  1
pendidikan;2  kesehatan;3  ekonomi  rakyat;  4  prasarana  dan  sarana;  5  ekonomirakyat;  serta  6 upaya affirmative action.
Misi 2 Memacu Peningkatan Perekonomian Wilayah
Visi Terkait Maju, Mandiri
Laju  pertumbuhan  ekonomi  wilayah  Provinsi  Papua  Barat  jika  dilihat  secara  umum  berada  di  kisaran angka yang cukup baik. Namun jika dilihat secara parsial, dari sisi realisasinya masih jauh dari maksimal.
Belum  lagi  jika  dibandingkan  dengan  sumber  daya  yang  ada  dan  kebutuhan  pembiayaan  daerah  yang jelas  tidak  sebanding.  Artinya,  modal-modal  yang  dimiliki  masih  belum  dapat  dimanfaatkan  secara
optimal.Pertumbuhan  ekonomi  antar  wilayah  juga  masih  jauh  dari  pemerataan.  Bahkan  untuk  wilayah KabupatenKota  yang  bersebelahan  sekalipun.  Misalnya  saja  antara  Kota  Sorong  dengan  Kabupaten
Tambrauw.  Banyak  sekali  faktor  yang  menghalangi  rantai  penghubung  kegiatan  perekonomian antarwilayah, yang paling vital misalnya infrastruktur.
Oleh karena itu, dalam pembangunan 5 tahun kedepan, perlu dicapai peningkatan perekonomian wilayah yang signifikan bukan saja secara angka umum, tetapi peningkatan yang signifikan di setiap wilayah dan
setiap  sektornya.  Dalam  upaya  pencapaian  misi  ini,  fokus  pembangunan  ada  pada  pembinaan  SDM, manajemen  SDA,  serta  perbaikan  sistem  pemerintahan  dalam  rangka  penciptaan  iklim  usaha  dan  iklim
investasi.
Misi 3 Menanggulangi Kemiskinan
Visi Terkait Maju, Mandiri
Walaupun  angka kemiskinan telah  menurun setiap tahunnya  dengan angka yang cukup  signifikan,  akan tetapi  jika  dimaknai  lebih  dalam  dari  indeks  kedalaman  kemiskinan  dan  indeks  keparahan
kemiskinan,apalagi  dengan  melihat  kenyataan  di  lapangan,  angka  kemiskinan  masih  sangat  tinggi terutama di perkotaan. Provinsi Papua Barat masih berada dalam peringkat tertinggi dari daftar wilayah
miskin di Indonesia.
106 Menurunkan  angka  kemiskinan  menjadi  salah  satu  agenda  utama  yang  harus  dapat  dicapai  sebagai
pembuktian  keberhasilan  konsep  Otonomi  Khusus.  Penanggulangan  kemiskinan  merupakan  agenda pembangunan  yang  sifatnya  multisektor.  Meskipun  tingkat  kemiskinan  hanya  diukur  berdasarkan
ukuran-ukuran  ekonomi,  namun  jika  disusuri  lebih  dalam  maka  kuncinya  ada  di  hampir  semua  sektor. Untuk  periode  lima  tahun  ini,  penanggulangan  kemiskinan  difokuskan  pada  pembenahan  infrastruktur,
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat, yang semuanya menekankan pada pemberdayaan SDM.
Misi 4 Membenahi Tata Kelola Pemerintahan
Visi Terkait Maju, Mandiri, Bermartabat
Tata  kelola  pemerintahan  termasuk  didalamnya  menyediakan  pelayanan  primabagi  masyarakat merupakan  salah  satu  isu  nasional  dan  global  saat  ini.  Tata  kelola  pemerintahan  dan  pelayanan  yang
buruk  cenderung  menjadikan  pemerintahan  koruptif  dan  inefisien,  sehingga  tidak  mampu  menyajikan pelayanan  prima,  yang  berdampak  melemahkan  dan  bahkan  menurunkan  kewibawaan  Pemerintah  di
mata masyarakat. Misi  ini  ditujukan  untuk  menghapus  citra  buruk  atas  kondisi  tata  kelola  Pemerintahan  secara  umum  di
Indonesia dan khususnya Pemerintah Daerah. Hal tersebut sekaligus dimaksudkan  untuk meningkatkan kepercayaan  masyarakat.  Perbaikan  tata  kelola  pemerintahandilakukan  dengan  penyelenggaraan  teknis
Pemerintahan yang berdasarkan prinsip akuntabel, terkontrol, responsif, profesional, efisien dan efektif, transparan, egaliter, visioner  strategis, partisipatif dan mengutamakan supremasi hukum.
Pelayanan kepada masyarakat khususnya di kampung dan pedalaman  yang sebelumnya tidak tersentuh, merupakan  perhatian  utama  dari  misi  pembangunan  ini  sebagaimana  yang  telah  diamanatkan  dalam
Undang-Undang Otonomi Khusus.
Misi 5 Mewujudkan Pemerataan Pembangunan
Visi Terkait Maju, Mandiri
Kesenjangan  tingkat  kesejahteraan  masyarakat  Provinsi  Papua  Barat  cukup  mencolok.  Baik  antara masyarakat  Pendatang  dan  masyarakat  Asli,  maupun  antara  masyarakat  yang  tinggal  di  perkotaan
dengan masyarakat yang tinggal di perkampungan atau pedalaman. Sesuai dengan hakikat pembangunan
107 nasional yang bertujuan untuk memeratakan tingkat kesejahteraan di semua wilayah dan semua lapisan
masyarakat,  maka  pengurangan  kesenjangan  sampai  kesenjangan  tersebut  sirna  menjadi  target  utama dalam pembangunan Provinsi Papua  Barat.  Undang-Undang  Otonomi Khusus  bagi Provinsi Papua Barat
mengamanatkan perlunya mengatasi masalah ini sesegera mungkin untuk menghindari masalah turunan yang  mungkin  diakibatkan.  Dengan  demikian,  program  peningkatan  kesejahteraan  masyarakat  akan
menjadi  inti  dari  misi  pembangunan  daerah  ini  pembangunan  yang  bersifat  inklusifinclusive development.
Misi 6 Membangun Sumber Daya Manusia yang Kontributif Dalam Pembangunan
Visi Terkait Maju, Bermartabat
Sebagai  titik  sentral  dalam  pembangunan,  sumber  daya  manusia  menjadi  target  utama  dari  semua bidangsektor  pembangunan.  Undang-Undang  Otonomi  Khusus  bagi  Provinsi  Papua  Barat  menegaskan
tentang pentingnya aspek Sumber Daya Manusia khususnya warga Asli Papua untuk diprioritaskan. Hal tersebut  dilakukan  demi  menyiapkan  warga  Asli  Papua  untuk  memegang  tanggung  jawab  dalam
menggerakkan  roda  kehidupan  Provinsi  Papua  Barat  ke  arah  yang  lebih  baik.  Untuk  itulah  dibutuhkan SumberDaya  Manusia  yang  berkarakter  positif  dengan  tingkat  pendidikan  dan  tingkat  kesehatan  yang
baik.
Misi 7 Memanfaatkan Sumber Daya Alam Bagi Kesejahteraan Masyarakat
Visi Terkait Maju, Mandiri, Lestari
Sesuai  dengan  amanat  Undang-Undang  Otonomi  Khusus,  kekayaan  sumber  daya  alam  yang  dimiliki Provinsi  Papua  Barat  harusdiambil  manfaatnya  secara  bijak  bagi  sebesar-besarnya  kemakmuran
masyarakat. Ironis jika Provinsi Papua Barat yang kaya akan SDA namun kehidupannya tidak sejahtera. Jika  keadaannya  demikian,  tentunya  ada  yang  belum  optimal  atau  bahkan  ada  yang  salah  dalam  pola
pemanfaatan  SDA  yang  selama  ini  dilakukan.Karenanya  pola  pemanfaatan  yang  diupayakan  lima  tahun kedepan  harus  dilakukan  dengan  prinsip  dari,  oleh,  dan  untuk  masyarakat  Provinsi  Papua  Barat
umumnya,  dan  khususnya  orangAsli  Papua.  Pemanfaatan  Sumber  Daya  Alam  ini  juga  yang  nantinya ditujukan untuk membantu mengatasi masalah tingginya kemiskinan dan kesenjangan di Provinsi Papua
Barat.
108
Misi 8 Melestarikan Lingkungan Alam dan Budaya
Visi Terkait Lestari
Pembangunan yang mengabaikan aspek kelestarian lingkungan merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup  umat  manusia.  Provinsi  Papua  Barat  pada  dasarnya  memiliki  kerentanan  lingkungan  yang  tinggi
sehingga  pengendalian  terhadap  hal-hal  yang  berhubungan  dengan  pemanfaaatan  Sumber  Daya  Alam menjadi  sangat  penting.  Oleh  karena  itu,  aspek  lingkungan  harus  menjadi  salah  satu  komponen  utama
pertimbangan bagi kebijakan pembangunan sektoral maupun kewilayahan. Dalam hal ini, implementasi berbagai regulasi terkait dengan penataan ruang merupakan salah satu program utama.
Keanekaragaman budaya sesungguhnya merupakan aset pembangunan yang jika dikelola secara baik dan dipadukan dengan perkembangan wilayah  akan memberikan nilai tambah  lain baik dari sudut pandang
sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu, perlu ada pendalaman dan pengembangan nilai-nilai luhur yang melekat  dalam  aneka  ragam  budaya  yang  murni  berasal  dari  Provinsi  Papua  Barat.  Aktualisasi  aspek
sosial budaya masyarakat Provinsi Papua Barat merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari upaya penguatan dan peningkatan martabat.
5.3 Tujuan dan Sasaran Pembangunan
Berdasarkan rumusan Visi  dan Misi PembangunanJangka Menengah Provinsi Papua Barat Tahun 2012  - 2016,maka  berikut  ini  dirumuskan  tujuan-tujuan  pembangunan  Provinsi  Papua  Barat  untuk  lima  tahun
kedepan yang selanjutnya dirinci lagi menjadi sasaran pembangunan.
5.3.1  Tujuan Pembangunan
Tujuan pembangunan adalah tujuan dari masing-masing misi pembangunan, yaitu sebagai berikut:
MISI PEMBANGUNAN  TUJUAN PEMBANGUNAN
1. Menanamkan Amanat Otonomi Khusus
sebagai Paradigma Baru Pembangunan. Menyelenggarakan pembangunan dengan
menomorsatukan perlindungan, pencerdasan, dan pemberdayaan masyarakat orang Asli
Papua.
109
MISI PEMBANGUNAN  TUJUAN PEMBANGUNAN
2. Memacu Peningkatan Perekonomian
Wilayah. Meningkatkan kemampuan finansial Daerah
untuk membiayai pembangunan dari Penerimaan Asli Daerah.
3. Menanggulangi Kemiskinan.
Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat.
4. Membenahi Tata Kelola Pemerintahan.
Mendukung proses percepatan kegiatan pembangunan Provinsi Papua Barat.
Memberikan pelayanan publik yang prima bagi masyarakat.
5. Mewujudkan Pemerataan Pembangunan.
Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat.
6. Membangun Sumber Daya Manusia yang
Kontributif Dalam Pembangunan. Mendukung proses percepatan pembangunan
Provinsi Papua Barat.
7. Memanfaatkan Sumber Daya Alam Bagi
Kesejahteraan Masyarakat. Menciptakan kesejahteraan ekonomi
masyarakatdengan kegiatan ekonomi berbasis SDA sekaligus memberdayakan
masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan alam.
8. Melestarikan Lingkungan Alam dan
Budaya. Mempersiapkan dan menyediakan kualitas
lingkungan hidup yang baik bagi generasi yang akan datang.
110
5.3.2  Sasaran Pembangunan
Untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan yang telah dirumuskan diatas, maka sasaran pembangunan yang harus dicapai adalah sebagai berikut:
1 Terjangkaunya pelayanan pendidikan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh
masyarakat.
2 Terjangkaunya pelayanan kesehatan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh  seluruh
masyarakat.
3 Terpenuhinya  kebutuhan  infrastruktur  transportasi,  energi,  komunikasi,  perumahan,  air
bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat.
4 Meningkatnya  perekonomian  wilayah  dan  tumbuhnya  kegiatan  ekonomi  masyarakat  yang
disertai dengan pengembangan keterampilan. 5
Terlaksananya affirmative action. 6
Meningkatnya realisasi investasi dalam dan luar negeri di sektor-sektor primer. 7
Meningkatnya pertumbuhan produktivitas sektor-sektor sekunder dan tersier. 8
Meningkatnya jalinan kerjasama ekonomi. 9
Meningkatnya indeks kesehatan. 10
Terbinanya masyarakat dalam upaya peningkatan indeks kesehatan. 11
Terpenuhinya kebutuhan perumahan layak huni. 12
Terbina dan terberdayakannya perempuan dan anak sebagai agen perubahan masyarakat. 13
Terbina dan terpeliharanya masyarakat yang memiliki kerawanan social. 14
Meningkatnya pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha kecil menengah. 15
Terberdayakannya masyarakat perkampungan. 16
Meningkatnya kesejahteraan petani. 17
Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas aparatur pemerintahan. 18
Diterapkannya  sistem  pemerintahan  dan  sistem  kerja  pemerintah  yang  akuntabel, transparan, partisipatif, profesional, efisien, efektif, dan taat hokum.
19 Tersusunnya dokumen rencana pembangunan dan rencana kerja pemerintah.
20 Tersusunnya regulasi yang relevan dengan kebutuhan daerah.
21 Terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana transportasi, utilitas publik, dan pelayanan
publik di seluruh wilayah.
111 22
Terciptanya SDM berkualitas dengan indeks pendidikan dan penguasaan keterampilan yang baik.
23 Terbinanya generasi pemuda sebagai aset strategis.
24 Meningkatnya  kecerdasan  serta  meluasnya  penguasaan  pengetahuan  dan  informasi,  serta
meningkatnya motivasi untuk hidup yang lebih baik.
25 Terwujudnya  ketahanan  pangan  wilayah  dengan  peningkatan  produktivitas  pertanian,
perikanan, dan peternakan. 26
Meningkatnya kegiatan perkebunan rakyat. 27
Meningkatnya pemanfaatan sumber daya hutan. 28
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertambangan. 29
Mengelola pariwisata yang berbasis pengembangan masyarakat local. 30
Terjaganya keberadaan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam. 31
Terehabilitasinya lingkungan yang  statusnya kritis. 32
Terlaksananya upaya perlndungan lingkungan dan pengawasan lingkungan. 33
Menurunnya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA. 34
Tertanganinya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA. 35
Terlaksananya upaya mitigasi bencana alam.
112
Tabel 6-1. Matriks Keterkaitan Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan MISI
TUJUAN SASARAN
1 Menanamkan Amanat Otonomi
Khusus Sebagai Paradigma Baru Pembangunan
Menyelenggarakan pembangunan dengan menomorsatukan
perlindungan, pencerdasan, dan pemberdayaan masyarakat Orang
Asli Papua 1
Terjangkaunya pelayanan pendidikan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat.
2 Terjangkaunya pelayanan kesehatan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi
oleh seluruh masyarakat. 3
Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang menjangkau
seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat.
4 Meningkatnya perekonomian wilayah dan tumbuhnya kegiatan ekonomi
masyarakat yang disertai dengan pengembangan keterampilan. 5
Terlaksananya affirmative action. 2
Memacu Peningkatan Perekonomian Wilayah
Meningkatkan kemampuan finansial daerah untuk membiayai
pembangunan dari penerimaan asli daerah
1 Meningkatnya realisasi investasi dalam dan luar negeri di sektor-sektor primer.
2 Meningkatnya pertumbuhan produktivitas sektor-sektor sekunder dan tersier.
3 Meningkatnya jalinan kerjasama ekonomi.
3 Menanggulangi Kemiskinan
Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial
masyarakat 1
Meningkatnya indeks kesehatan. 2
Terbinanya masyarakat dalam upaya peningkatan indeks kesehatan. 3
Terpenuhinya kebutuhan perumahan layak huni. 4
Terbina dan berdayanya perempuan dan anak sebagai agen perubahan masyarakat.
113
MISI TUJUAN
SASARAN
5 Terbina dan terpeliharanya masyarakat yang memiliki kerawanan social.
6 Meningkatnya pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha kecil
menengah. 7
Terberdayakannya masyarakat perkampungan. 8
Meningkatnya kesejahteraan petani. 4
Membenahi Tata Kelola Pemerintahan
Mendukung proses percepatan kegiatan pembangunan Provinsi
Papua Barat
Memberikan pelayanan publik yang prima bagi masyarakat
1 Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas aparatur pemerintahan.
2 Diterapkannya sistem pemerintahan dan sistem kerja pemerintah yang
akuntabel, transparan, partisipatif, profesional, efisien, efektif, dan taat hokum. 3
Tersusunnya dokumen rencana pembangunan dan rencana kerja pemerintah. 4
Tersusunnya regulasi yang relevan dengan kebutuhan daerah. 5
Mewujudkan Pemerataan Pembangunan
Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial
masyarakat 1
Terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana transportasi, utilitas publik, dan pelayanan publik di seluruh wilayah.
6 Membangun Sumber Daya
Manusia yang Kontributif Dalam Pembangunan
Mendukung proses percepatan pembangunan Provinsi Papua Barat
1 Terciptanya SDM berkualitas dengan indeks pendidikan dan penguasaan
keterampilan yang baik. 2
Terbinanya generasi pemuda sebagai aset strategis. 3
Meningkatnya kecerdasan serta meluasnya penguasaan pengetahuan dan informasi, serta meningkatnya motivasi untuk hidup yang lebih baik
114
MISI TUJUAN
SASARAN
7 Memanfaatkan Sumber Daya
Alam Bagi Kesejahteraan Masyarakat
Menciptakan kesejahteraan ekonomi masyarakatdengan
kegiatan ekonomi berbasis SDA sekaligus memberdayakan
masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan alam
1 Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan peningkatan produktivitas
pertanian, perikanan, dan peternakan. 2
Meningkatnya kegiatan perkebunan rakyat. 3
Meningkatnya pemanfaatan sumber daya hutan. 4
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertambangan. 5
Mengelola pariwisata yang berbasis pengembangan masyarakat local. 8
Melestarikan Lingkungan Alam dan Budaya
Mempersiapkan dan menyediakan kualitas lingkungan hidup yang
baik bagi generasi yang akan dating 1
Terjaganya keberadaan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam. 2
Terehabilitasinya lingkungan yang  statusnya kritis. 3
Terlaksananya upaya perlndungan lingkungan dan pengawasan lingkungan. 4
Menurunnya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA. 5
Tertanganinya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA. 6
Terlaksananya upaya mitigasi bencana alam.
115
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
6.1 Strategi Pembangunan
Strategi  adalah  langkah-langkah  berisikan  program  indikatif  untuk  mewujudkan  visi  dan  misi,  yang dirumuskan dengan kriterianya mencakup:
a. hubungan yang rasional antara visi dan misi dengan  prioritas program  Kepala Daerah terpilih.
b. hubungan yang kuat dengan analisis daerah dan  isu-isu strategic.
c. pernyataan  yang  umum  guna  memandu  pengembangan    program  pembangunan    tahunan  selama
lima tahun. d.
dikembangkan  dalam suatu  pemetaan strategi daerah. Strategi diperlukan untuk  memperjelas arah pengembangan program prioritas Kepala Daerah.
  Untuk  mencapai  kondisi  yang  dica-citakan  dalam  Visi  Pembangunan  Jangka  Menengah  Provinsi Papua  Barat,  pembangunan  dilakukan  bersama-sama  dari  atas  dan  dari  bawah.  Artinya,
pembangunan  pembangunan  diletakkan  pada  pembenahan  pemerintahan  dan  pembangunan masyarakat sebagai kunci vital keberhasilan pembangunan. Gambarannya kira-kira sebagai berikut:
Gambar 6-1. Pola Pembangunan Pemerintah dan Masyarakat Provinsi Papua Barat
116   Untuk mencapai pemerataan pembangunan, maka dilihat dari segi kewilayahan, harus dilakukan
pembukaan akses ke wilayah-wilayah terpencil dan terisolasi dengan membangun prasarana dan sarana transportasi. Pembangunan prasarana dan sarana publik serta pelayanan pendidikan dan
kesehatan  di  perkampungan.  Untuk  meningkatkan  perekonomian  wilayah,  pembangunan dilakukan  di  kawasan-kawasan  strategisekonomi  yang  secara  lebih  detail  dipaparkan  dalam
RTRW.   Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan prasarana dan sarana serta pelayanan publik, maka
dihitung  dengan  mempertimbangkan  aspek  efektivitas  terutama  efektif  dari  segi  jangkauan pelayanan. Karena jika dihitung dengan model-model umum yang biasa digunakan pada wilayah
yang kompak, maka akan banyak wilayah atau penduduk yang tidak tersentuh.   Pembenahan tata kelola pemerintahan mutlak harus dilakukan. Reformasi institusional terkait
sistem  dan  kapasitasi  aparatur  menjadi  salah  satu  kunci  suksesnya  pembangunan  dimana pemerintah memiliki multifungsi utama sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali meskipun
nantinya akan diselenggarakan bersama-sama dengan masyarakat.   Hal lain yang tidak kalah penting adalah mengenai pemetaan berbagai informasi dasar daerah
seperti  potensi  spesifik  daerah,  peluang  investasi,  kerawanan  wilayah,  hak  ulayat,  dan sebagainya yang nantinya akan dipakai sebagai rujukan untuk menentukan porsi pembangunan
yang proporsional di masing-masing wilayah atau aspek pembangunan.
6.2 Arah Kebijakan Pembangunan
Sejumlah  isu  pokok  pembangunan  di  daerah  memerlukan  pengarusutamaan  mainstreaming  dalam penyusunan kebijakan maupun program pembangunannya. Secara umum, kebijakan pembangunan yang
disusun harus memiliki dasar yang kuat terkait dengan hal-hal berikut:
1. Implementasi amanat Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat
Amanat  Undang-Undang  Otonomi  Khusus  bagi  Provinsi  Papua  Barat  haruslah  diterapkan  dalam  setiap sektorbidang  pembangunan.  Sebagai  koreksi  terhadap  pendekatan  yang  konvensional  maka
implementasi  amanat  Otonomi  Khusus  bagi  Provinsi  Papua  Barat  bukan  hanya  membawa  keuntungan bagi masyarakat Asli Papua dalam jangka pendek, tetapi sampai pada keberjalanan kehidupan di Provinsi
Papua  Barat  di  masa  yang  akan  datang.  Dengan  kata  lain,  bukan  hanya  upaya-upaya  pemberian keuntungan  secara  langsung  namun  mengkader  masyarakat  untuk  menyelenggarakan  pembangunan
dari,  oleh,  dan  untuk  mereka  sendiri.Secara  lebih  rinci,  hal-hal  utama  yang  termaknai  dari  Undang- Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat adalah:
a. Perlindungan  terhadap  hak  kekayaan  dan  hak  intelektual  orang  Asli  Papua  sesuai  dengan
peraturan perUndang-Undangan;
117 b.
Pencerdasan akan hakikat hidup bermasyarakat dan bernegara, serta makna hidup mandiri dan sejahtera;
c. Pemberdayaan, pemberian kesempatan dan pengutamaan orang Asli Papua untuk mendapatkan
pekerjaan  dalam  semua  bidang  pekerjaan  di  wilayah  Provinsi  Papua  Barat  berdasarkan pendidikan dan keahliannya; dan
d. Penanaman tanggung jawab yang lebih besar bagi Provinsi Papua Barat dan rakyat Papua untuk
menyelenggarakan  pemerintahan dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Provinsi Papua Barat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua.
2. Pembangunan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas
Indeks  Pembangunan  Manusia  merupakan  indikator  yang  paling  sederhana  dengan  komponen  yang empiris  sebagai  indikator  tingkat  kualitas  masyarakat.  Ukuran-ukuran  didalamnyalah  yang  sejatinya
digunakan sebagai acuan dalam memilih alternatif kebijakan, program, maupun kegiatan yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas masyarakat di Provinsi Papua Barat.
Permasalahan  kualitas  Sumber  Daya  Manusia  di  Provinsi  Papua  Barat  memang  sudah  sedemikian kompleks.  Karenanya  perlu  menjadi  prioritas  objek  sekaligus  subjek  dalam  penyelenggaraan
pembangunan.  Dalam  hal  pengarusutamaan  terkait  Sumber  Daya  Manusia,  beberapa  hal  yang  perlu diperhatikan diantaranya adalah:
a. Penempaan karakter masyarakat sehingga menghasilkan sumber daya manusia seperti tersurat
dalam misi pembangunan Provinsi Papua Barat; b.
Penciptaan Sumber Daya Manusia yang berkualitas melalui peningkatan kualitas pendidikan dan kualitas kesehatan.
3. Penciptaan Kesempatan Kerja
Penciptaan  kesempatan  kerja  khususnya  bagi  orang  Papua  bukan  hanya  menunggu  kesempatan datangnya  investor  yang  membuka  lapangan  kerja  tetapi  juga  upaya  dalam  mengoptimalkan
pengusahaan  pemanfaatan  sektor-sektor  potensial  dan  modal-modal  daerah  yang  dimiliki.  Penciptaan lapangan  kerja  ini  juga  berarti  mendorong  terciptanya  unit-unit  usaha  baik  dalam  skala  mini  mikro,
mikro, kecil, menengah, maupun besar yang diupayakan secara profesional oleh masyarakat. Hal  lain  yang  dapat  diupayakan  bagi  terciptanya  lebih  banyak  kesempatan  kerja  khususnya  bagi  orang
Papua  misalnya  saja  melalui  penentuan  kuota  dan  rekrutmen  yang  dapat  diatur  melalui  penciptaan regulasi.  Jelasnya,  bagaimanapun  pemerintah  serta  segenap  stakeholder  pembangunan  perlu
mengupayakan  penciptaan  kesempatan  kerja  khususnya  bagi  orang  Papua  demi  kesejahteraan  hidup yang lebih baik dan demi peningkatan ekonomi wilayah.
118
4. Penerapan Sistem Ekonomi yang Berkeadilan
Kelemahan  yang  selama  ini  terjadi  adalah  pembangunan  bidang  ekonomi  yang  hanya  tertuju  pada kenaikan  produksi  pertumbuhan  dan  mengabaikan  keterlibatan  dan  manfaat  yang  nyata  kepada
masyarakat.  Dengan  demikian  aspek  keadilan  diabaikan  sehingga  yang  terjadi  adalah  marginalisasi kelompok  masyarakat  tertentu.  Sejalan  dengan  hal  ini,  maka  misi  Otonomi  Khusus  di  Provinsi  Papua
Barat  menghendaki  agar  pembangunan  ekonomi  wilayah  harus  menjamin  aspek  keadilan  bagi masyarakat.  Dalam  hubungan  ini,  melalui  pemberdayaan  ekonomi  kerakyatan,  peran  masyarakat  lokal
diperkuat dan memiliki akses yang nyata dalam pemanfaatan Sumber Daya Alam Provinsi Papua Barat. Sistem ekonomi yang berkeadilan dengan konsep ekonomi kerakyatannya merupakan salah satu konsep
aplikatif dari Undang-Undang Otonomi Khusus Papua Barat yang diusung demi membawa kemaslahatan bagi penduduk Provinsi Papua Barat pada umumnya dan orang Asli Papua pada khususnya. Upaya keras
nantinya  akan  sangat  dibutuhkan  mengingat  agar  tepat  sasaran,  penerapan  sistem  ekonomi  yang berkeadilan  ini  membutuhkan  orang  Asli  Papua  khususnya  untuk  mengubah  cara  hidupnya  dengan
membiasakan  bekerja  keras  demi  memenuhi  kebutuhannya.  Modal  sumber  daya  alam  yang  melimpah bukan  lagi  hanya  milik  investor-investor  besar  dengan  peralatan  yang  mutakhir,  namun  menjadi  milik
masyarakat yang mau berusaha. Titik tekan pada penerapan sistem ekonomi yang berkeadilan ini adalah: a.
Penguasaan  faktor-faktor  produksi  oleh  penduduk  Provinsi  Papua  Barat  umumnya,  dan  orang Asli Papua khususnya;
b. Pemberdayaan  penduduk  Provinsi  Papua  Barat  umumnya  dan  orang  Asli  Papua  khususnya,
untuk berperan dalam sektor usaha; c.
Pengutamaan penduduk Provinsi Papua Barat umumnya dan orang asli Papua khususnya, untuk menempati lapangan pekerjaan yang tersedia;
d. Pembagian keuntungan seadil-adilnya bagi penduduk Provinsi Papua Barat umumnya dan orang
asli Papua khususnya, atas pengusahaan potensi daerah.
5. Pembangunan Infrastruktur
Ketersediaan  infrastruktur  sifatnya  sangat  vital  bagi  pembangunan  baik  dalam  skala  wilayah  maupun dalam  skala  kebutuhan  rumah  tangga  masyarakat.  Pemenuhan  kebutuhan  infrastruktur  wilayah  dalam
skala  yang  lebih  besar  berpengaruh  terhadap  penciptaan  kemudahan  investasi  skala  besar.  Pemenuhan kebutuhan  infrastruktur  dasar  masyarakat  berpengaruh  terhadap  tingkat  kesejahteraan  hidup
masyarakat. Walau bagaimanapun, infrastruktur adalah kebutuhan masyarakat yang wajib dipenuhi oleh negara.
Minimnya infrastruktur di Papua Barat baik infrastruktur transportasi energi, air bersih, telekomunikasi, pengelolaan  lingkungan,  infrastruktur  sosial-ekonomi,  dan  sebagainya  perlu  dipacu  pertumbuhannya
agar  dalam  5  tahun  ini  bisa  memenuhi  kebutuhan  segenap  masyarakat  Papua  Barat  khususnya  orang Papua. Banyak kendala ditemui dalam upaya pembangunannya, namun diharapkan dukungan dana dari
pihak eksternal dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin agar betul-betul dapat sampai ke masyarakat.
119
6. Meningkatkan kemampuan tata kelola pemerintahan yang baik demi memberikan pelayanan
prima bagi masyarakat;
Salah  satu  masalah  pokok  di  Provinsi  Papua  Barat  adalah  pengelolaan  pembangunan.  Sebagai  wilayah yang  baru  saja  dikembangkan  menjadi  Provinsi,  Provinsi  Papua  Barat  membutuhkan  pengelola
pembangunan  berupa  sumber  daya  aparatur  yang  berkualitas.  Bidang  ini  menghadapi  permasalahan berupa  keterbatasan  baik  dalam  bentuk  jumlah  maupun  kompetensi  sehingga  mempersulit
terlaksananya pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu, kemampuan untuk mengelola pembangunan yang terbatas menyebabkan juga mutu dan intensitas pelayanan kepada masyarakat ikut terkendala.
Seperti  dijabarkan  sebelumnya,  tata  kelola  pemerintahan  yang  baik  good  governance  dewasa  ini  telah berkembang menjadi isu global. Kelemahan praktik pemerintahan hampir di seluruh bidang dan seluruh
wilayah  di  tanah  air  membawa  dampak  turunan  yang  lebih  buruk  di  Provinsi  Papua  Barat. Bagaimanapun,  salah  satu  stakeholder  penentu  keberjalanan  roda  kehidupan  di  Provinsi  Papua  Barat
adalah  aparat  pemerintah.  Pembenahan  tata  kerja  atau  sistem  dan  prosedur  kerja  menjadi  pusat perhatian  dalam  peningkatan  kemampuan  untuk  melaksanakan  pelayanan  kepada  masyarakat  di
Provinsi  Papua  Barat.  Pembentukan  mainstream  atas  tata  kelola  pemerintahan  yang  baik  diantaranya bertumpu pada:
a. Pelibatan  masyarakat  sebesar-besarnya  dan  seluas  luasnya,  dari  mulai  tahap  penyusunan,
penentuan, pengawasan, sampai pada tahap evaluasi dalam penyelenggaraan pemerintahan; b.
Pelibatan  para  wakil  adat,  agama,  dan  kaum  perempuan  dari  mulai  tahap  penyusunan, penentuan, pengawasan, sampai pada tahap evaluasi dalam penyelenggaraan pemerintahan;
c. Penyelenggaraan pemerintahan yang transparan dan bertanggungjawab kepada masyarakat;
d. Prioritas  pembinaan  kapabilitas  teknis  pemerintahan  bagi  orang  Asli  Papua  sebagai  calon
pemimpin dan pemangku jabatan struktural maupun fungsional di pemerintahan; e.
Peningkatan kapasitas aparat pemerintah dan pembenahan kelembagaan; f.
Sinergisasi antar Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat; g.
Sinkronisasi  fungsi  kelembagaan  antar  bidang  melalui  optimalisasi  intensitas  dan  efektivitas koordinasi.
7. Optimalisasi  pemanfaatan  sumber  daya  alam  bagi  kesejahteraan  masyarakat  dengan
memperhatikan kelestarian dan kualitas lingkungan
Sumber  daya  alam  dapat  dikatakan  menjadi  modal  terbesar  bagi  Provinsi  Papua  Barat.  Logikanya,  jika dapat  dimanfaatkan  secara  tepat  guna  dan  tepat  sasaran  maka  semestinya  tidak  ada  masyarakat  yang
tergolong  miskin.  Namun  sayangnya  pada  kenyataannya  sumber  daya  alam  yang  dimiliki  kondisinya menjadi  dua  kemungkinan.  Dimanfaatkan,  tapi  oleh  pihak  asing  sehingga  tidak  memberi  keuntungan
signifikan bagi daerah ataupun masyarakat lokal. Kemungkinan yang kedua adalah belum dimanfaatkan sama
sekali karena
minimnya minat
investor dan
minimnya keterjangkauan
terhadap teknologi.Karenanya pada rencana pembangunan jangka menengah ini, pengarusutamaan terkait sumber
daya alam Provinsi Papua Barat diantaranya adalah:
120 a.
Pemanfaatan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat lokal; b.
Penanaman tanggung jawab atas pemanfaatan sumber daya alam dan keberlanjutannya di masa depan;
c. Penanaman prinsip untuk menjaga kelestarian lingkungan dalam kegiatan pemanfaatan sumber
daya alam; d.
Penanaman  prinsip  untuk  menjaga  kualitas  lingkungan  dalam  kegiatan  pemanfaatan  sumber daya alam.
8. Pemberantasan kemiskinan dalam arti luas
Kemiskinan dalam arti luas bukan hanya kemiskinan yang melulu  diukur dengan indikator kepemilikan aset  pribadi,  meskipun  lebih  mudah  menggolongkan  kemiskinan  menggunakan  ukuran-ukuran
kesejahteraan  khususnya  yang  ada  pada  komponen  Indeks  Pembangunan  Manusia  IPM.  Tetapi  di  lain sisi, termasuk juga didalamnya kemiskinan atas ketiadaan harapan di masa depan secara fisik dan mental.
Taraf hidup yang cenderung tidak berubah dan terlihat semakin terpuruk ditengah perkembangan global juga  bisa  digolongkan  sebagai  salah  satu  ukuran  kemiskinan.  Pengarusutamaan  pada  persoalan
kemiskinan diantaranya adalah sebagai berikut: a.
Pemenuhan ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat dengan harga terjangkau; b.
Pemberian jaminan pelayanan terutama pelayanan kesehatan dan pendidikan; c.
Pembinaan mengenai upaya-upaya peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup; d.
Memotivasi pertumbuhan dan perkembangan kegiatan wirausaha masyarakat lokal; e.
Pembinaan mengenai tata kelola usaha yang baik dan benar demi peningkatan kesejahteraan; f.
Perluasan pembukaan lapangan pekerjaan; g.
Mendorong berkembangnya budaya rajin menabung.
9. Menyeimbangkan kemajuan antarwilayah dan antarkelompok masyarakat di Provinsi Papua
Barat
Banyak  kegagalan  yang  terjadi  selama  ini  terkait  dengan  kurang  dipahaminya  dengan  baik  aspek kewilayahan dan penataan ruang. Provinsi Papua Barat yang dominan memiliki kawasan konservasi dan
memerlukan  perlakuan  yang  spesifik  butuh  pemahaman  yang  baik  tentang  aspek  kewilayahan  dan penataan ruang.
Dari segi kewilayahan, kesenjangan yang terjadi selama ini oleh karena kurang dipahaminya dengan baik aspek  ini  dalam  penyusunan  program  maupun  implementasinya.  Bersamaan  dengan  hal  ini,  ketaatan
pada  tata  ruang  sebagaimana  yang  digariskan  dalam  RTRW  Provinsi  Papua  Barat  dapat  memberikan kontribusi  yang  positif.  Pemanfaatan  sumber  daya  alam  serta  degradasi  mutu  lingkungan  di  Provinsi
Papua  Barat  sangat  ditentukan  oleh  penyebaran  kegiatan  pembangunan  serta  ketaatan  pada  aturan penataan  ruang  wilayah.  Setelah  RTRW  Provinsi  Papua  Barat  maka  pada  gilirannya  akan  disiapkan
Rencana Terinci dan Rencana Teknik Kawasan yang nantinya akan menjadi dasar dalam pemberian izin
121 pemanfaatan  ruang  melalui  ketentuan  zonasi.  Dalam  kurun  waktu  jangka  menengah  kedepan,  aspek  ini
akan  diutamakan  penyelesaianya  sehingga  kebutuhan  ruang  bagi  suatu  program  secara  spesifik  telah nampak wilayah dan aspek keruangannya.
Ketimpangan  antarwilayah  dan  antarkelompok  bukan  hanya  berujung  pada  kemelaratan,  tetapi  juga dapat  menimbulkan  perpecahan  dan  konflik.  Karenanya  salah  satu  visi  pembangunan  di  masa  depan
haruslah  menuju  kepada  pemerataan  pembangunan  di  semua  wilayah  dan  semua  lapisan  masyarakat, terutama kaitannya dengan aspek ekonomi serta sarana dan prasarana. Untuk menuju ke arah itu,  pada
rencana pembangunan jangka menengah ini diupayakan dengan penentuan mainstream sebagai beriku: a.
Pemenuhan  infrastruktur  dasar  di  setiap  wilayah  terutama  di  sentra-sentra  Permukiman penduduk;
b. Penggalian dan inventarisasi potensi khas dan potensi unggulan setiap daerah sebagai sumber
Penerimaan Asli Daerah PAD; c.
Penyuksesan program ketahanan pangan di seluruh wilayah; d.
Pentaatan  Rencana  Tata  Ruang  Wilayah  RTRW  Provinsi  Papua  Barat  sebagai  referensi  dasar pembangunan terutama aspek spasial;
e. Prioritas pembangunan pada wilayah tertinggal;
f. Mengaktifkan peran lembaga masyarakat kampung dan masyarakat adat;
g. Meleburkan klaster spasial maupun sosial antara masyarakat asli dan masyarakat pendatang;
h. Mengutamakan tata cara pengambilan keputusan yang menekankan musyawarah dan penggalian
masalah melalui dialog dan tukar pengalaman di antara para pihak.
10.  Melanjutkan revitalisasi nilai sosial budaya masyarakat Provinsi Papua Barat.
Nilai  sosial  budaya  terutama  ditujukan  untuk  mengaktualisasikan  jati  diri,  identitas  dan  karakter masyarakat Papua berdasarkan nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan tatanan aturan dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan dengan tetap memperhatikan tatanan secara nasional. Kemandirian budaya juga berkaitan  dengan  perlindungan  terhadap  berbagai  khasanah  adat  istiadat  serta  memahami
keragamannya  sebagai  suatu  kekayaan  untuk  dijadikan  inspirasi  pembangunan  sebagai  upaya transformasi  untuk  menjaga  kelestariannya.  Pentingnya  nilai  sosial  budaya  sehingga  untuk  Provinsi
Papua  Barat  perlu  adanya  penekanan  dari  segi  ini  terhadap  pembangunan  yang  akan  berjalan,  dengan pengarusutamaan sebagai berikut:
a. Inventarisasi kekayaan budaya daerah baik yang bersifat fisik maupun non fisik;
b. Pembangunan sentra-sentra kebudayaan;
c. Penyusunan mekanisme upaya proteksi budaya daerah;
d. Penetrasi pengenalan budaya daerah ke ranah pendidikan;
e. Pengawasan dan pengendalian pada penggunaan teknologi;
f. Pembinaan sekaligus pelestarian sekolah-sekolah adat yang masih tersisa;
g. Fasilitasi pengenalan dan promosi kekayaan budaya daerah seluas-luasnya;
h. Pembinaan masyarakat lokal untuk menjadi agen pewaris kebudayaan.
122
11.  Pemberdayaan perempuan
Masalah peranan gender di Provinsi Papua Barat merupakan salah satu isu utama dalam pembangunan. Peningkatan  peran  perempuan  disejumlah  bidang  pembangunan  pada  umumnya  masih  lemah  dan
terbatas.  Hal  ini  disebabkan  oleh  karena  kemampuan  perempuan  di  Provinsi  Papua  Barat  masih memerlukan  penguatan  baik  secara  perorangan  maupun  kelembagaan.  Aspek  budaya  masih  kuat
pengaruhnya  dalam  pengembangan  peran  perempuan.  Oleh  sebab  itu,  pemberdayaan  perempuan  di Provinsi Papua Barat akan menyentuh aspek budaya masyarakat disamping terus mengembangkan peran
aktif perempuan Provinsi Papua Barat yang saat ini telah mulai berkembang. Dalam  bidang  politik,  kedudukan  perempuan  mulai  menunjukkan  peran  yang  nyata  dimana  sejumlah
posisi legislatif telah berada ditangan kaum perempuan. Juga didalam lembaga eksekutif sejumlah posisi penting  kini  telah  dijalani  oleh  kaum  perempuan.  Demikian  pula  dalam  lembaga  pendidikan  tinggi,
peneliti, pekerja atau pelayan sosial, atau fungsi kemasyarakatan lainnya telah banyak dilaksanakan oleh kaum perempuan. Dimasa mendatang kondisi ini terus ditingkatkan terutama dikampung dan perkotaan
se-Provinsi Papua Barat. Pada intinya, perempuan harus mengambil peran di setiap proses pembangunan Provinsi Papua Barat.
Dari paparan arahan strategi dan kebijakan umum diatas, maka berikut ini adalah strategi pembangunan dan  arah  kebijakan  pembangunan  yang  spesifik,  yang  disusun  berdasarkan  urgensi  pencapaian  tujuan
dan misi pembangunan yang disajikan dalam tabel berikut:
123
Tabel 6-1. Matriks Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Arah Kebijakan Pembangunan MISI
TUJUAN SASARAN
STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
1 Menanamkan Amanat
Otonomi Khusus Sebagai Paradigma Baru
Pembangunan Menyelenggarakan
pembangunan dengan menomorsatukan
perlindungan, pencerdasan, dan pemberdayaan
masyarakat orang Asli Papua
1 Terjangkaunya pelayanan
pendidikan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi
oleh seluruh masyarakat   Penyediaan pelayanan
pendidikan yang dekat dengan masyarakat
  Pengakomodasian masyarakat agar dekat
dengan pelayanan pendidikan
  Peringanan biaya pendidikan
  Penyesuaian pelayanan pendidikan dengan
karakteristik wilayah dan karakteristik masyarakat
  Pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan pendidikan 1
Menyediakan pelayanan pendidikan di lokasi yang mudah diakses
masyarakat di seluruh wilayah baik pendidikan formal maupun informal
2 Memfasilitasi masyarakat yang ingin
berada dekat dengan pelayanan pendidikan dengan menyediakan
sistem pelayanan pendidikan dan prasarana dan sarana spesifik
3 Menyediakan pelayanan pendidikan
yang murah bahkan bebas biaya bagi masyarakat
4 Menyesuaikan pokok-pokok
pengajaran dengan kebutuhan wilayah dan kearifan lokal yang ada
5 Melibatkan masyarakat dalam
penyelenggaraan layanan pendidikan termasuk dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan
6 Menyediakan layanan pendidikan
dinamis yang mampu menyentuh lokasi-lokasi terpencil dan terisolir
124
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
2 Terjangkaunya pelayanan
kesehatan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi
oleh seluruh masyarakat   Penyediaan pelayanan
kesehatan yang dekat dengan masyarakat
  Pengakomodasian masyarakat agar dekat
dengan pelayanan kesehatan
  Peringanan biaya kesehatan   Penyesuaian pelayanan
kesehatan dengan karakteristik wilayah dan
karakteristik masyarakat
  Pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan 1
Menyediakan pelayanan kesehatan di lokasi yang mudah diakses
masyarakat di seluruh wilayah
2 Menyediakan layanan kesehatan
dinamis yang mampu menyentuh lokasi-lokasi terpencil dan terisolir
3 Menyediakan pelayanan kesehatan
yang murah bahkan bebas biaya
4 Menyesuaikanlayanan kesehatan
sesuai kebutuhan wilayah dan kearifan lokal yang ada
5 Melibatkan masyarakat dalam
penyelenggaraan layanan kesehatan termasuk dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan
3 Terpenuhinya kebutuhan
infrastruktur transportasi, energi, komunikasi,
perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan
lingkungan yang menjangkau seluruh
kampung dan dapat dinikmati seluruh
masyarakat;   Percepatan pembangunan
infrastruktur yang menjangkau seluruh
kampung dan dapat dinikmati seluruh
masyarakat
  Penjalinan kerjasama dengan investor maupun
1 Mempercepat pembangunan
infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih,
sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang menjangkau seluruh kampung
dan dapat dinikmati seluruh masyarakat;
125
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
pemerintah pusatprovinsi lain
  Penyelesaian persoalan pertanahan
  Penyusunan rencana pengembangan
infrastruktur terintegrasi
4 Meningkatnya
perekonomian wilayah dan tumbuhnya kegiatan
ekonomi masyarakat yang disertai dengan
pengembangan keterampilan
  Pengembangan sektor- sektor potensial yang
berbasis pemanfaatan SDA lokal
  Stimulasi pertumbuhan usaha kecil dan mikro serta
pembinaan efektivitas usaha usaha mini mikro
  Pembinaan keterampilan kerja dan usaha masyarakat
  Penciptaan lapangan kerja 1
Mengembangkan usaha pemanfaatn sektor-sektor potensial yang
berbasis SDA lokal
2 Menstimulasi pertumbuhan usaha
menengah, kecil, dan mikro dengan pemberian bantuan modal,
pemberian skema kredit ringan, dan pembekalan keterampilan usaha
3 Memfasilitasi kebutuhan usaha mini
mikro agar berlangsung efisien dan pembinaan keterampilan
pengembangan usaha
4 Membina keterampilan kerja dan
usaha masyarakat
5 Menciptakan lapangan kerja
126
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
5 Terlaksananya affirmative
action   Perekrutan orang asli
papua dalam pemerintahan dan lapangan kerja usaha
  Penentuan kuota   Promosi
  Penyesuaian regulasi 1
rekrutmen orang asli papua dalam pemerintahan, jasa kemasyarakatan,
perdagangan besar, dan industri
2 Penentuan kuota untuk rekrutmen
orang asli papua dan untuk target capaian pembangunan
3 Promosi
4 Penyesuaian regulasi yang relevan
dengan kebutuhan Papua Barat
2 Memacu Peningkatan
Perekonomian Wilayah Meningkatkan kemampuan
finansial daerah untuk membiayai pembangunan
dari penerimaan asli daerah
1 Meningkatnya realisasi
investasi dalam dan luar negeri di sektor-sektor
primer   Penciptaan iklim investasi
yang kondusif   Penyiapan SDM lokal
  Pemetaan potensi daerah dan peluang investasi
  Peningkatan promosi potensi daerah dan peluang
investasi   Pengembangan klaster-
klaster pada simpul-simpul strategis wilayah
  Pengembangan komoditas spesifik daerah.
1 Meningkatkan kualitas dan
produktivitas tenaga kerja lokal;
2 Meningkatnya
pertumbuhan produktivitas sektor-sektor sekunder dan
tersier 2
Menciptakan iklim investasi yang kondusif
3 Memantapkan kesatuan bangsa dan
politik internal wilayah
3 Meningkatnya jalinan
kerjasama ekonomi 4
Memantapkan kerjasama perdagangan lokal, regional, dan
internasional melalui pengembangan klaster pada kawasan strategis;
127
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
  Peredaman ekonomi biaya tinggi dengan menyiasati
proses produksi dan distribusi
5 Meningkatkan pertumbuhan dan
kontribusi industri kecil dan menengah;
3 Menanggulangi Kemiskinan
Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan
sosial masyarakat 1
Meningkatnya indeks kesehatan
  Pelaksanaan program- program spesifik otonomi
khusus   Peningkatan kuantitas dan
kualias pelayanan publik   Pemberdayaan masyarakat
  Kemitraan dengan lembaga agama, sosial, adat, dan
pihak pemerhati lainnya 1
Meningkatkan indeks kesehatan masyarakat melalui upaya
peningkatan mutu tenaga kesehatan dan layanan kesehatan bagi seluruh
lapisan masyarakat.
2 Terbinanya masyarakat
dalam upaya peningkatan indeks kesehatan
2 Membina masyarakat dalam upaya
peningkatan kesehatan diri dan lingkungan;
3 Terpenuhinya kebutuhan
perumahan layak hun 3
Memenuhi kebutuhan perumahan layak huni bagi seluruh masyarakat;
4 Terbina dan
terberdayakannya perempuan dan anak
sebagai agen perubahan masyarakat
4 Membinaan dan memberdayakan
perempuan dan anak sebagai agen perubahan kondisi masyarakat;
5 Terbina dan terpeliharanya
masyarakat yang memiliki kerawanan sosial;
5 Membina dan Memelihara
masyarakat yang memiliki kerawanan sosial;
6 Meningkatnya
pertumbuhan dan 6
Meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha
128
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
produktivitas koperasi dan kecil menengah;
usaha kecil menengah 7
Terberdayakannya masyarakat perkampungan
7 Memberdayakan masyarakat
perkampungan
8 Meningkatnya
kesejahteraan petani 8
Meningkatkan kesejahteraan petani.
4 Membenahi Tata Kelola
Pemerintahan Mendukung proses
percepatan kegiatan pembangunan Provinsi
Papua Barat serta memberikan pelayanan
publik yang prima bagi masyarakat
1 Meningkatnya kompetensi
dan profesionalitas aparatur pemerintahan
  Pelaksanaan sistem pengawasan dan evaluasi
secara struktural dan fungsional baik dari
internal pemerintah Provinsi Papua Barat,
maupun dari Pemerintah Pusat, masyarakat, dan
lembaga independen lain 1
2 Meningkatkan kinerja setiap SKPD
melalui perbaikan sistem kerja dan perbaikan kualitas dan kapasitas
aparatur.
Merencanakan pembangunan wilayah yang sinergis antarwilayah
dan antarsektor; 2
Diterapkannya sistem pemerintahan dan sistem
kerja pemerintah yang akuntabel, transparan,
partisipatif, profesional, efisien, efektif, dan taat
hukum
3 Tersusunnya dokumen
rencana pembangunan dan rencana kerja pemerintah
3 Memperbaiki kearsipan serta tata
administrasi kewilayahan dan kependudukan
129
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
4 Tersusunnya regulasi yang
relevan dengan kebutuhan daerah
4 Meningkatkan kapasitas lembaga
legislatif daerah
5 Menyusun berbagai regulasi yang
diperlukan
5 Mewujudkan Pemerataan
Pembangunan Menciptakan kesejahteraan
ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat
1 Terpenuhinya kebutuhan
prasarana dan sarana transportasi, utilitas publik,
dan pelayanan publik di seluruh wilayah
  Pembukaan akses ke daerah-daerah terisolir dan
terpencil   Prioritas pembangunan
pada wilayah strategis, daerah terisolir, dan daerah
terpencil
  Prioritas pembangunan ditujukan kepada
masyarakat miskin dan orang asli Papua
  Penerapan skema-skema pembangunan non
konvensional 1
Menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tata
ruang sesuai dengan RTRW provinsi dan RTRW kabupatenkota;
2 Memenuhi infrastruktur
transportasi, energi, telekomunikasi, air bersih  air minum, dan
pengelolaan lingkungan di seluruh wilayah, baik perkotaan maupun
perKampungan
3 Menyusun sistem pengelolaan
infrastruktur dan pengelolaan lingkungan hidup
4 Meningkatkan pencapaian keluarga
sejahtera
5 Meratakan pembangunan wilayah
melalui transmigrasi
6 Membangun Sumber Daya
Manusia yang Kontributif Mendukung proses
percepatan pembangunan 1
Terciptanya SDM berkualitas dengan indeks
  Peningkatan kualitas 1
Meningkatkan indeks pendidikan melalui upaya peningkatan
130
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
Dalam Pembangunan Provinsi Papua Barat
pendidikan dan penguasaan keterampilan
yang baik layanan pendidikan formal
dan informal   Pembinaan pemuda dan
pembinaan melalui olahraga
  Fasilitasi sarana komunikasi dan informasi
partisipasi masyarakat, mutu tenaga pendidik, layanan, dan manajemen
pendidikan formal dan non formal.
2 Terbinanya generasi
pemuda sebagai aset strategis
2 Meningkatkan daya saing SDM
melalui pembinaan pemuda dan olah raga
3 Meningkatnya kecerdasan
serta meluasnya penguasaan pengetahuan
dan informasi, serta meningkatnya motivasi
untuk hidup yang lebih baik 3
Mencerdaskan masyarakat melalui sarana komunikasi dan informasi
7 Memanfaatkan Sumber
Daya Alam Bagi Kesejahteraan Masyarakat
Menciptakan kesejahteraan ekonomi
masyarakatdengan kegiatan ekonomi berbasis
SDA sekaligus memberdayakan
masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan
alam 1
Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan
peningkatan produktivitas pertanian, perikanan, dan
peternakan   Optimalisasi pemanfaatan
teknologi tepat guna   Pelaksanaan sistem
pengawasan atas pemanfaatan SDA
  Pemberdayaan masyarakat lokal dalam pelaksanaan,
pengelolaan dan pengawasan upaya
pemanfaatan SDA 1
Mewujudkan ketahanan pangan wilayah melalui peningkatan
produktivitas pertanian dan meningkatkan pendapatan
masyarakat dari kegiatan perkebunan
2 Meningkatnya kegiatan
perkebunan rakyat 2
Memanfaatkan potensi Sumber Daya Hutan dengan tetap berprinsip
kepada kelestarian dan keberlanjutan lingkungan alam
3 Meningkatnya pemanfaatan
sumber daya hutan 3
Membina dan mengawasi pengusahaan bidang pertambangan
131
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
4 Meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam kegiatan pertambangan
4 Mengembangkan kepariwisataan
daerah yang berbasis pengembangan masyarakat lokal
5 Mengelola pariwisata yang
berbasis pengembangan masyarakat local
5 Mengembangkan usaha kelautan dan
perikanan bagi masyarakat pesisir terutama dengan meningkatkan
pertumbuhan usaha budidaya perikanan
8 Melestarikan Lingkungan
Alam dan Budaya Mempersiapkan dan
menyediakan kualitas lingkungan hidup yang baik
bagi generasi yang akan datang
1 Terjaganya keberadaan
budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam
  Persiapan perangkat mitigasi bencana dan
mitigasi bencana khusus masyarakat di wilayah-
wilayah yang sulit diakses serta mencerdaskan
seluruh masyarakat dalam menghadapi bencana;
  Selektif dalam memberikan izin-izin usaha yang
berpotensi mengancam eksistensi dan
kesejahteraan masyarakat, lingkungan budaya, dan
lingkungan alam;
  Taat kepada RTRW provinsi, RTRW kabupaten
kota, dan rencana rincinya dalam pengembangan
1 Pengembangan dan mengelola nilai
budaya dan kekayaan budaya;
2 Terehabilitasinya
lingkungan yang  statusnya kritis
2 Rehabilitasi dan perlindungan
lingkungan alam;
3 Terlaksananya upaya
perlndungan lingkungan dan pengawasan
lingkungan
4 Menurunnya kasus
pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA
3 Peningkatan kesadaran dan
penegakan hukum dalam pendayagunaan SDA
5 Tertanganinya kasus
pelanggaran hukum dalam
132
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
pemanfaatan SDA program-program
pembangunan   Pencarian solusi bagi
persoalan hak ulayat   Relokasi penduduk dari
wilayah rawan bencana ke lokasi yang layak dan sesuai
dengan kultur
  Pengerahan jajaran pemerintah dan membina
seluruh masyarakat untuk menjaga hutan dan SDA
dari eksploitasi yang mengganggu
sustainabilitasnya 6
Terlaksananya upaya mitigasi bencana alam
4 Implementasi mitigasi bencana alam.
133
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN
Target  dan  sasaran  misi  pembangunan  pada  masa  ini  ditekankan  pada  upaya  mencapai  kemandirian wilayah.  Kemandirian  wilayah  yang  tercermin  dari  kemandirian  aparatur  pemerintah  dan  aparatur
penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, ketersediaan SDM yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan  kebutuhan  dan  kemajuan  pembangunannya,    ketergantungan  pembiayaan  pembangunan  yang
bersumber  dari  pendapatan  regional  yang  makin  kokoh  sehingga  ketergantungan  kepada  sumber  lain menjadi  kecil,  dan  kemampuan  memenuhi  sendiri  kebutuhan  pokok  wilayahnya,  yang  diwujudkan
melalui  kebijakan  bidang  pendidikan,  kesehatan,  infrastruktur,  ekonomi  kerakyatan,  affirmative  action, tata-kelola pemerintahan, dan kekuatan fiskal.
Dasar-dasar  penentuan  kebijakan  mencapai  Papua  Barat  yan  mandiri  dipengaruhi  pertimbangan  akan ketersediaan  pemasukan  dan  alokasi  dana  untuk  sektor-sektor  pembangunan,  agenda  nasional  yang
memberikan pengaruh penting terhadap  ekonomi lokal, serta variabel sensitif lain  yang mempengaruhi pertumbuhan  pembangunan  yang  terjadi.  Berdasarkan  hal  tersebut,  secara  khusus  untuk  bidang  tata
kelola pemerintahan dan kekuatan fiskal,didasari akan, ketersediaan dan alokasi anggaran serta agenda nasional  yang  diharapkan  berujung  pada  upaya  perwujudan  meningkatnya  kemampuan  ekonomi  dan
kesejahteraan  masyarakat  yang  terlihat  dari  meningkatnya  pendapatan  serta  tingginya  angka penyerapan  tenaga  kerja.  Sedangkan  untuk  kelima  bidang  lainnya  merupakan  variabel  sensitif
pembangunan  dan  agenda  nasional  yang  memberikan  tanggung  jawab  khusus  sebagai  daerah  otonomi khusus  untuk  melakukan  percepatan  pembangunan  di  Papua  Barat.  Keseluruhan  bidang  menjadi  satu
kesatuan dalam menciptakan kemandirian yang meliputi skenario kebijakan utama: 1.
Perbaikan tatanan pengelolaan, kinerja dan kapasitas kelembagaan daerah. Seperti  yang  telah  dipaparkan  penekanan  utama  skenario  menciptakan  Papua  Barat  yang
mandiri  adalah  dengan  memperbaiki  tatanan  pemerintahan  yang  diindikasikan  dengan ketersediaan  perdasus  dan  perdasi  pada  tahun  ketiga  pembangunan,  dan  tersedianya  perdasus
serta perdasi mengenai sistem kelembagaan daerah yang berbasis kinerja dengan kapasitas yang baik  pada  akhir  tahun  rencana.  Kebijakan  tersebut  tidak  akan  terlepas  dari  proses  pembinaan
aparatur secara bertahap yang dipedomani alokasi anggaran pertahunnya hingga mencapai 20 sehingga target pada akhir tahun rencana sebesar 100 aparatur terbina dapat tercapai.
2. Pemenuhan infrastruktur dasar yang menjangkau seluruh kampung.
Pemenuhan infrastruktur dasar menekankan pada peningkatan akses seluruh kampung terhadap segala bentuk informasi dan kegiatan ekonomi dari luar daerahnya. Untuk sektor telekomunikasi
134 kebijakan  diarahkan  pertambahan  pemenuhan  kebutuhan  kampung  yang  terjangkau  jaringan
telekomunikasi  sebesar  15  setiap  tahunnya,  sehingga  pada  akhir  periode  rencana  mencapai 75 diatas target sebesar 70. Sedangkan pembukaan akses jalan diupayakan setiap tahunnya
ada  pembukaan  akses  terhadap  kampung  yang  terisolir  sehingga  menjadi  dibawah  sepuluh persen  pada  akhir  periode  rencana.  Sejalan  dengan  dua  kebijakan  diatas,  untuk  pelayanan
kebutuhan  listrik  juga  diupayakan  peningkatan  akses  rumah  tangga  terhadap  energi  listrik sebesar  12  dari  jumlah  rumah  tangga  yang  belum  teraliri  listrik  melalui  berbagai  sumber
energi skala kecil, sehingga pada akhir tahun rencana 100 permukiman teraliri listrik. 3.
Pengembangan kontribusi ekonomi kerakyatan. Skenario  kebijakan  ini  diupayakan  melalui  pencapaian  pertumbuhan  unit  usaha  mikro  sebesar
7  setiap  tahunnya,  sehingga  mencapai  pertumbuhan  usaha  mikro  lebih  dari  30  pada  akhir tahun  rencana.  Untuk  kampung-kampung  yang  belum  memiliki  sumber  mata  pencaharian
berkelanjutan  maupun  modal  kerja  berputar,  pada  tahun  pertama  akan  dilakukan  studi menyeluruh sehingga dalam sisa empat tahun akan diupayakan realisasi mata pencaharian pada
kampung  yang  belum  memiliki  sumber  utama  sebesar  25  setiap  tahunnya,  dengan  dukungan modal kerja berputar untuk 15 kampung yang tidak memiliki modal setiap tahunnya.
4. Peningkatan akses, layanan dan kualitas pendidikan.
Kemandirian  wilayah  melalui  akses,  layanan,  dan  kualitas  pendidikan  diusahakan  untuk mengejar  kenaikan  angka  melek  huruf  sebesar  1  setiap  tahunnya  sehingga  100  penduduk
papua melek huruf. Hal ini akan diupayakan dengan pembangunan sekolah berpola asrama yang didukung  program  kemitraan  pada  minimal  15  distrik  setiap  tahunnya.  Selain  kedua  taget
tersebut, setiap tahunnya dilakukan pembinaan tenaga pengajar di Papua Barat sebesar 20 dari total pengajar dan kemudian diberikan stimulus dana ataupun rekrutmen baru untuk disebarkan
kedalam kampung-kampung terisolir secara merata dan bertahap. 5.
Peningkatan akses pelayananan kesehatan dalam menunjang produktivitas SDM. Kemandirian  Papua  Barat  membutuhkan  dukungan  dari  pelayanan  kesehatan  sehingga
menunjang  produktivitas  tenaga  kerja  untuk  memajukan  pembangunan.  Dalam  mengejar  hal tersebut  program  pembangunan  diarahkan  untuk  memberikan  jaminan  kesehatan  untuk  20
rumah  tangga  di  Papua  Barat  setiap  tahunnya.  Jaminan  tersebut  harus  ditunjang  dengan pembangunan prasarana dan sarana kesehatan disetiap kampung dengan strategi pembangunan
untuk daerah yang terjangkau akses, maupun kegiatan pelayanan keliling untuk daerah terisolir, sehingga  diharapkan  100  kampung  terlayani  fasilitas  kesehatan.  Keseluruhan  skenario
tersebut  tidak  terlepas  dari  pembinaan  tenaga  kesehatan  secara  berkala  untuk  10  tenaga kesehatan  setiap  tahunnya.  Melalui  pembinaan  yang  bekerjasama  dengan  pemerintah  pusat
diharapkan dapat mendorong pelayanan kesehatan yang optimal.
135 6.
Peningkatan penyerapan dan pembinaan tenaga kerja lokal. Kemandirian  wilayah  sangat  bergantung  pada  penyerapan  tenaga  kerja  lokal  khususnya  orang
Papua  Barat  asli.  Untuk  menciptakan  perkembangan  ekonomi  yang  mandiri,  pembinaan  tenaga kerja lokal harus secara terbuka dilakukan pemerintah setiap tahunnya paling tidak sebesar 20
dari  total  tenaga  kerja.  Dengan  adanya  pembinaan  ini  diharapkan  adanya  peningkatan  kualitas tenaga  kerja  dan  pembukaan  lapangan  kerja  baru  yang  mampu  menyerap  tenaga  kerja  lebih
besar  dari  pertumbuhannya  ditambah  peningkatan  sebesar  10  dari  tenaga  kerja  yang  ada setiap tahunnya.
7. Optimalisasi sumber pendapatan daerah.
Secara  garis  besar  kebutuhan  utama  untuk  mencapai  kemandirian  wilayah  Papua  Barat  adalah dengan  dukungan  fiskal  pendapatan  daerah  yang  dapat  menutupi  kebutuhan  pembangunan
setiap tahunnya. Peningkatan sebesar 200  dari PAD saat ini diperlukan, hal ini dapat terpenuhi dengan  peningkatan  pendapatan  disektor  retribusi  maupun  pendapatan  lain  diluar  pajak
minimal  hingga  berimbang  pada  akhir  tahun  rencana.  Selain  itu  penerapan  berbagai  skema pembiayaan  pembangunan  yang  melibatkan  sektor  swasta  dibutuhkan  minimal  pada  pos-pos
anggaran pembangunan infrastruktur. Agar  dapat  mencapai  misi-misi  pembangunan  secara  terarah  dan  tepat  sasaran,  maka  ada  beberapa
kebijakan  umum  yang  dianggap  tepat  sebagai  instrumen  untuk  mengatasi  permasalahan-permasalah pembangunan yang ada di Provinsi Papua Barat. Kebijakan-kebijakan umum tersebut antara lain adalah:
a. Percepatan pembangunan
Berbagai kebijakan nasional seperti dibentuknya Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan  Provinsi  Papua  Barat  UP4B,  munculnya  Instruksi  Presiden  mengenai  percepatan
pembangunan  Provinsi  Papua  Barat,  serta  masuknya  koridor  Papua-Maluku  dalam  Masterplan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI adalah beberapa kebijakan
eksternal  yang  turut  membantu  pelaksanaan  percapatan  pembangunan  di  Papua  Barat  ini. Idelanya  pelaksanaan  rencana  aksi  yang  ada  dari  kebijakan  tersebut  harus  sinergis  dengan
rencana  pembangunan  yang  ingin  dicapai  oleh  Papua  Barat  dan  perlu  disambut  baik  oleh segenap stakeholders pembangunan terutama pemerintah dan masyarakat. sehingga komunikasi
dan kinerja yang terbangun nantinya bersifat konstruktif. b.
SDM sebagai sasaran utama Tidak  ada  yang  menyangkal  bahwa  pembangunan  SDM  sebagai  kunci  dari  keberhasilan
pembangunan  untuk  jangka  waktu  yang  panjang,  karena  proses  pembangunan  tidak  berhenti dalam  waktu  dekat.  Pembangunan  SDM  saat  ini  akan  sangat  bermanfaat  dan  bisa  dihitung
sebagai  investasi  bagi  pembangunan  puluhan  tahun  kedepan.  Dengan  masih  terbatasnya kapasitas SDM Papua Barat, maka pembangunan saat ini diarahkan untuk membangun SDM agar
136 berkualitas  dan  berdaya  saing  sehingga  dapat  berkontribusi  bagi  pembangunan  Papua  Barat
untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. c.
Aktualisasi kearifan lokal Papua  Barat  memiliki  karakteristik  masyarakat  yang  khas,  yang  telah  ada  sejak  sebelum
pemerintahan  formal  masuk.  Kunci  keberhasilan  dari  pembangunan  adalah  mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan. Agar masyarakat mau ikut ambil bagian dalam
pembangunan  maka  kepentingannya  perlu  diakomodir,  termasuk  kepentingannya  dalam  hal adat.  Saat  ini  yang  menjadi  persoalan  ketidakefektifan  penyelenggaraan  pembangunan  salah
satunya  adalah  orang  Papua  secara  tidak  langsung  termarginalkan  karena  kebijakan-kebijakan yang  diambil  tidak  berpihak  kepada  mereka.  Maka  untuk  pembangunan  saat  ini  diupayakan
semaksimal  mungkin  untuk  mengakomodir  kearifan  lokal  yang  ada  dan  menunjukkan keberpihakan penuh terhadap mereka.
d. Memacu aktivitas ekonomi
Seperti  yang  seringkali  dibahas  sebelumnya,  aktivitas  ekonomi  terutama  yang  sifatnya  riil dikalangan masyarakat masih belum berputar. Begitu juga dengan investasi-investasi besar yang
ada  yang  diharapkan  dapat  memicu  munculnya  aktivitas  ekonomi  lainnya  dengan  masyarakat lokal  sebagai  pelakunya  belum  memperlihatkan  dampak  langsung  yang  signifikan.  Perlu  ada
sistem baru untuk menggerakan ekonomi masyarakat yang masih berjalan pada tingkatan mikro bahkan mini mikro.
e. Ramah lingkungan
Inisiatif untuk menjalankan suatu aktivitas yang ramah lingkungan biasanya baru muncul setelah kerusakan  lingkungan  terjadi  dalam  stadium  yang  cukup  parah.  Papua  Barat  sendiri  masih
memiliki  kualitas  lingkungan  yang  sangat  baik,  namun  tidak  ada  salahnya  jika  asas  ramah lingkungan  mulai  dibiasakan  untuk  diterapkan  dalam  setiap  kegiatan  pembangunan.  Manfaat
yang  dapat  diambil  berupa  lingkungan  hidup  yang  berkualitas  akan  dapat  dinikmati  jauh puluhan  tahun  kedepan.  Bagaimanapun  lingkungan  hidup  yang  sehat  akan  menjadikan
masyarakat yang hidup disekitarnya menjadi sehat pula. f.
Penciptaan iklim investasi yang kondusif Investasi  baik  dari  dalam  maupun  luar  negeri  apalagi  dengan  skala  yang  besar  tentunya  masih
sangat  dibutuhkan  oleh  Papua  Barat  demi  memacu  pertumbuhan  ekonominya.  Namun  masuk atau  tidaknya  investasi  tentunya  bukan  tanpa  alasan.  Iklim  investasi  di  satu  wilayah  terutama
menjadi  salah  satu  pertimbangan  utama  investor.  Karenanya  program-program  pembangunan yang dipilih harus mendukung ke arah penciptaan iklim investasi yang kondusif.
137
Tabel 7-1. Program Pembangunan Berdasarkan Misi Pembangunan Program Berdasarkan Misi Pertama:
  Program pendidikan gratis bagi orang Papua   Program wajib melek huruf dini bagi orang Papua
  Program wajib melek huruf dewasa bagi orang Papua   Program SD kecil tingkat kampung
  Program sekolah pola asrama tingkat distrik   Program pengiriman tenaga pengajar ke kampung terpencil dan kampung terisolir
  Program pelibatan dan pembinaan orang tua siswa Papua dalam lembaga pendidikan   Program pendidikan guru bagi orang Papua
  Program beasiswa ilmu khusus berbasis keunggulan lokal Papua Barat   Program penyesuaian kurikulum dengan muatan lokal Papua Barat
  Program kemitraan pendidikan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat   Program dana stimulus bagi tenaga pengajar di daerah terpencil dan daerah terisolir
  Program sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal Papua Barat   Program taman penitipan anak Papua
  Program taman bacaan kampung bagi orang Papua   Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait pendidikan bagi orang Papua
  Program jaminan pendidikan bagi orang Papua
  Program pelayanan kesehatan door to door bagi orang Papua   Program jaminan kesehatan bagi orang Papua
  Program pelayanan kesehatan dan obat-obatan gratis bagi orang Papua   Program pengembangan obat-obatan tradisional Papua
  Program pengembangan cara-cara pengobatan tradisional Papua   Program pembinaan tenaga kesehatan tradisional Papua
  Program pencegahan dan pengobatan khusus HIV, kusta, dan malaria bagi orang Papua   Program pengiriman dan pendisiplinan tenaga kesehatan ke ke kampung terpencil dan kampung
terisolir   Program kemitraan kesehatan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat
  Program pembangunan prasarana dan sarana kesehatan tingkat kampung   Program perencanaan dan pengendalian keluarga Papua
  Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait kesehatan bagi orang Papua   Program rujukan kesehatan bagi orang Papua
  Program rumah layak huni bagi orang Papua   Program penyediaan sanitasi bagi permukiman dan perumahan orang Papua
  Program penyediaan air bersih bagi permukiman dan perumahan orang Papua
138
Program Berdasarkan Misi Pertama:
  Program penyediaan listrik bagi perumahan dan permukiman orang Papua   Program penyediaan telekomunikasi yang menjangkau kampung terpencil dan terisolir
  Pembukaan akses transportasi ke seluruh kampung terpencil dan terisolir   Program pengelolaan sampah dan pembinaan orang Papua dalam mengelola sampah
  Program pengembangan sistem usaha mikro bagi orang Papua   Program pembinaan usaha mini mikro bagi orang Papua
  Program pengembangan pertanian tanaman pangan pokok orang Papua keladi, jagung, ubi, kacang-
kacangan, bunga pepaya, dan sebagainya   Program pengembangan tanaman perkebunan khas Papua pala, sagu, dan sebagainya
  Program pengelolaan kawasan lindung sekitar permukiman orang Papua   Program pengembangan peternakan hewan khas orang Papua babi, rusa, dan sebagainya
  Program pengelolaan kawasan dan pembinaan orang Papua dengan skema transmigrasi lokal   Program pembukaan lapangan kerja bagi orang Papua
  Program pengelolaan pariwisata berbasis Orang Papua   Program pengelolaan carbon trade
  Program pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja dan usaha bagi tenaga kerja pemuda Papua   Program pengembangan mata pencaharian berkelanjutan berbasis pelatihan SDM Papua
  Program pemberian dan perputaran modal kerja bagi orang Papua   Program pengembangan lembaga kredit dan usaha bersama orang Papua
  Penyusunan regulasi penentuan kuota orang Papua dalam pemerintahan   Program rekruitmen orang Papua menjadi aparatur pemerintah
  Program pembinaan orang Papua dalam pemerintahan   Program promosi orang Papua dalam pemerintahan
  Penyusunan regulasi persyaratan izin usaha terkait pelibatan orang Papua   Penyusunan database kependudukan orang Papua
  Program pemetaan tanah ulayat   Program pengelolaan administrasi hak ulayat
  Penyusunan Perdasus dan Perdasi   Penyesuaian nomenklatur pada penyusunan data dan informasi statistik daerah
Program Berdasarkan Misi Kedua:
  Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja   Program Peningkatan Kesempatan Kerja
  Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
139   Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
  Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi   Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah
  Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan   Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal
  Program pengembangan wawasan kebangsaan   Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaaan
  Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan   Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat pekat
  Program pendidikan politik masyarakat
  Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional   Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor
  Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri   Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
  Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan.
  Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi   Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
  Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri   Program Penataan Struktur Industri
  Program pengembangan sentra-sentra industri potensial
Program Berdasarkan Misi Ketiga:
  Program Obat dan Perbekalan Kesehatan   Program Pengawasan Obat dan Makanan
  Program Pengembangan Obat Asli Indonesia   Program Perbaikan Gizi Masyarakat
  Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular   Program standarisasi pelayanan kesehatan
  Program pelayanan kesehatan penduduk miskin   Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas puskesmas
pembantu dan jaringannya   Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakitrumah sakit jiwarumah sakit
paru-parurumah sakit mata   Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakitrumah sakit jiwarumah sakit paru-paru
rumah sakit mata   Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan
140
Program Berdasarkan Misi Ketiga:
  Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita   Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia
  Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan   Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
  Program pengembangan lingkungan sehat   Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
  Program Upaya Kesehatan Masyarakat   Program Lingkungan Sehat Perumahan
  Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
  Program Pengembangan Perumahan   Program perbaikan perumahan akibat bencana alamsosial
  Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran   Program pengelolaan areal pemakaman
  Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan   Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
  Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan   Program peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan
  Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak
  Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil KAT dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS Lainnya
  Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial   Program pembinaan anak terlantar
  Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma   Program pembinaan panti asuhan panti jompo
  Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit
sosial lainnya   Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
  Program penciptaan iklim usaha Usaha Kecil Menengah yang kondusif   Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah
  Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah   Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
  Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat PerKampungan   Program pengembangan lembaga ekonomi peKampungan
  Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun Kampung
141
Program Berdasarkan Misi Ketiga:
  Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah Kampung   Program peningkatan peran perempuan di perKampungan
  Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Program Berdasarkan Misi Keempat:
  Program Pelayanan Administrasi Perkantoran   Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
  Program peningkatan disiplin aparatur   Program fasilitasi pindahpurna tugas PNS
  Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur   Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
  Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah   Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupatenkota
  Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan Kampung   Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH
  Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan   Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan
  Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi   Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat
  Program Pendidikan Kedinasan   Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur
  Program pembinaan dan pengembangan aparatur
  Program pengembangan datainformasi   Program kerjasama pembangunan
  Program Pengembangan Wilayah Perbatasan   Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
  Program perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar   Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah
  Program perencanaan pembangunan daerah   Program perencanaan pembangunan ekonomi
  Program perencanaan sosial dan budaya   Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam
  Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana   Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
142
Program Berdasarkan Misi Keempat:
  Program Penataan Daerah Otonomi Baru   Program Penataan Administrasi Kependudukan
  Program pengembangan datainformasistatistik daerah   Program perbaikan sistem administrasi kearsipan
  Program penyelamatan dan pelestarian dokumenarsip daerah   Program pemeliharaan rutinberkala sarana dan prasarana kearsipan
  Program peningkatan kualitas pelayanan informasi
  Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah   Program Penataan Peraturan PerUndang-Undangan
Program Berdasarkan Misi Kelima:
  Program Perencanaan Tata Ruang   Program Pemanfaatan Ruang
  Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang   Program pembangunan sistem pendaftaran tanah
  Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah   Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan
  Program pengembangan sistem informasi pertanahan
  Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan   Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ
  Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan
  Program peningkatan pelayanan angkutan   Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas
  Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor   Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
  Program Keluarga Berencana   Program Kesehatan Reproduksi Remaja
  Program pelayanan kontrasepsi   Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KBKR yang mandiri
  Program promosi kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok kegiatan dimasyarakat   Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR
  Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIVAIDS
143
Program Berdasarkan Misi Kelima:
  Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang ana   Program penyiapan tenaga pendamping kelompok bina keluarga
  Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU
  Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi   Program Transmigrasi lokal
  Program Transmigrasi regional
Program Berdasarkan Misi Keenam:
  Program Pendidikan Anak Usia Dini   Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
  Program Pendidikan Menengah   Program Pendidikan Non Formal
Program Pendidikan Luar Biasa   Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
  Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan   Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
  Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda   Program peningkatan peran serta kepemudaan
  Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda   Program upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba
  Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olah Raga   Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga
  Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga
  Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa   Program pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi
  Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi   Program kerjasama informasi dengan mas media
Program Berdasarkan Misi Ketujuh:
  Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanianperkebunan   Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanianperkebunan
  Program peningkatan penerapan teknologi pertanianperkebunan
144
Program Berdasarkan Misi Ketujuh:
  Program peningkatan produksi pertanianperkebunan   Program pemberdayaan penyuluh pertanianperkebunan lapangan
  Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak   Program peningkatan produksi hasil peternakan
  Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan   Program peningkatan penerapan teknologi peternakan
  Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan   Program pemanfaatan kawasan hutan industri
  Program pembinaan dan penertiban industri hasil hutan   Program perencanaan dan pengembangan hutan
  Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan   Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan
  Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan
  Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata   Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
  Program Pengembangan Kemitraan
  Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir   Program pengembangan budidaya perikanan
  Program pengembangan perikanan tangkap   Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan
  Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan   Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar
Program Berdasarkan Misi Kedelapan:
  Program Pengembangan Nilai Budaya   Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
  Program Pengelolaan Keragaman Budaya   Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya
  Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat
  Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup   Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
  Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam   Program peningkatan pengendalian polusi
145
Program Berdasarkan Misi Kedelapan:
  Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan dikawasan-kawasan konservasi laut dan hutan
  Program pengendalian kebakaran hutan   Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut
  Program pengelolaan ruang terbuka hijau RTH   Program rehabilitasi hutan dan lahan
  Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan
  Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup   Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan
  Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut
  Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam   Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut
146
Tabel 7-2. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Menyelenggarakan pembangunan
dengan menomorsatukan
perlindungan, pencerdasan, dan
pemberdayaan masyarakat orang
asli papua 1
Terjangkaunya pelayanan
pendidikan dilihat dari segi lokasi
dan segi ekonomi oleh seluruh
masyarakat 1.
Penyediaan pelayanan
pendidikan yang dekat dengan
masyarakat
2. Pengakomodasian
masyarakat agar dekat dengan
pelayanan pendidikan
3. Peringanan biaya
pendidikan 4.
Penyesuaian pelayanan
pendidikan dengan
karakteristik wilayah dan
karakteristik masyarakat
5. Pelibatan
masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan pendidikan
1. Menyediakan
pelayanan pendidikan di lokasi yang mudah
diakses masyarakat di seluruh wilayah baik
pendidikan formal maupun informal
2. Memfasilitasi
masyarakat yang ingin berada dekat
dengan pelayanan pendidikan dengan
menyediakan sistem pelayanan pendidikan
dan prasarana dan sarana spesifik
3. Menyediakan
pelayanan pendidikan yang murah bahkan
bebas biaya bagi masyarakat
4. Menyesuaikan pokok-
pokok pengajaran dengan kebutuhan
wilayah dan kearifan lokal yang ada
5. Melibatkan
Persentase siswa Papua yang mendapat
pendidikan gratis 1
Program pendidikan gratis bagi orang Papua
Wajib Dinas
Pendidikan AMH siswa SD
2 Program wajib melek
huruf dini bagi orang Papua
Wajib Dinas
Pendidikan AMH dewasa
3 Program wajib melek
huruf dewasa bagi orang Papua
Wajib Dinas
Pendidikan Persentase kampung
dengan SD kecil 4
Program SD kecil tingkat kampung
Wajib Dinas
Pendidikan Persentase distrik
dengan sekolah pola asrama
5 Program sekolah pola
asrama tingkat distrik Wajib
Dinas Pendidikan
Persentase kampung yang didatangi tenaga
pengajar 6
Program pengiriman tenaga pengajar ke
kampung terpencil dan kampung terisolir
Wajib Dinas
Pendidikan Persentase orang tua
siswa terlibat 7
Program pelibatan dan pembinaan orang tua
siswa Papua dalam lembaga pendidikan
Wajib Dinas
Pendidikan Jumlah guru Papua
yang dididik 8
Program pendidikan guru bagi orang Papua
Wajib Dinas
Pendidikan
147
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
masyarakat dalam penyelenggaraan
layanan pendidikan termasuk dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan
6. Menyediakan layanan
pendidikan dinamis yang mampu
menyentuh lokasi- lokasi terpencil dan
terisolir Persentase siswa
Papua yang mendapat beasiswa
9 Program beasiswa ilmu
khusus berbasis keunggulan lokal Papua
Barat Wajib
Dinas Pendidikan
Jumlah kurikulum yang disesuaikan
10 Program penyesuaian
kurikulum dengan muatan lokal Papua
Barat Wajib
Dinas Pendidikan
Persentase sekolah dengan program
kemitraan 11
Program kemitraan pendidikan dengan
lembaga agama, lembaga adat, dan
lembaga masyarakat Wajib
Dinas Pendidikan
Persentase tenaga pengajar yang
mendapat dana stimulus
12 Program dana stimulus
bagi tenaga pengajar di daerah terpencil dan
daerah terisolir Wajib
Dinas Pendidikan
Persentase distrik memiliki sekolah
kejuruan berbasis keunggulan lokal
13 Program sekolah
kejuruan berbasis keunggulan lokal Papua
Barat Wajib
Dinas Pendidikan
Persentase kampung memiliki taman
penitipan anak Papua 14
Program taman penitipan anak Papua
Wajib Dinas
Pendidikan Persentase kampung
memiliki taman bacaan 15
Program taman bacaan kampung bagi orang
Papua Wajib
Dinas Pendidikan
148
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase kampung mendapat pembinaan
16 Program pembentukan
perilaku gender dan life skill terkait pendidikan
bagi orang Papua Wajib
Dinas Pendidikan
Persentase orang Papua mendapat
jaminan pendidikan 17
Program jaminan pendidikan bagi orang
Papua Wajib
Dinas Pendidikan
2 Terjangkaunya
pelayanan kesehatan dilihat
dari segi lokasi dan segi ekonomi
oleh seluruh masyarakat
1. Penyediaan
pelayanan kesehatan yang
dekat dengan masyarakat
2. Pengakomodasian
masyarakat agar dekat dengan
pelayanan kesehatan
3. Peringanan biaya
kesehatan 4.
Penyesuaian pelayanan
kesehatan dengan karakteristik
wilayah dan karakteristik
masyarakat
5. Pelibatan
masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehataN
1. Menyediakan
pelayanan kesehatan di lokasi yang mudah
diakses masyarakat di seluruh wilayah
2. Menyediakan layanan
kesehatan dinamis yang mampu
menyentuh lokasi- lokasi terpencil dan
terisolir
3. Menyediakan
pelayanan kesehatan yang murah bahkan
bebas biaya 4.
Menyesuaikanlayanan kesehatan sesuai
kebutuhan wilayah dan kearifan lokal
yang ada
5. Melibatkan
masyarakat dalam penyelenggaraan
layanan kesehatan termasuk dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan
Persentase orang Papua sakit terlantar
1 Program pelayanan
kesehatan door to door bagi orang Papua
Wajib Dinas
Kesehatan Persentase orang
Papua mendapat jaminan kesehatan
2 Program jaminan
kesehatan bagi orang Papua
Wajib Dinas
Kesehatan Persentase orang
Papua mendapat layanan dan obat
gratis 3
Program pelayanan kesehatan dan obat-
obatan gratis bagi orang Papua
Wajib Dinas
Kesehatan Jumlah obat
tradisional dikembangkan
4 Program
pengembangan obat- obatan tradisional
Papua Wajib
Dinas Kesehatan
Jumlah cara pengobatan
tradisional dikembangkan
5 Program
pengembangan cara- cara pengobatan
tradisional Papua Wajib
Dinas Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan tradisional
dibina 6
Program pembinaan tenaga kesehatan
tradisional Papua Wajib
Dinas Kesehatan
Persentase pengidap HIV, kusta, dan malaria
7 Program pencegahan
dan pengobatan khusus HIV, kusta, dan malaria
bagi orang Papua Wajib
Dinas Kesehatan
149
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
pengawasan Persentase kampung
yang didatangi tenaga kesehatan
8 Program pengiriman
dan pendisiplinan tenaga kesehatan ke ke
kampung terpencil dan kampung terisolir
Wajib Dinas
Kesehatan Persentase prasarana
kesehatan dengan program kemitraan
9 Program kemitraan
kesehatan dengan lembaga agama,
lembaga adat, dan lembaga masyarakat
Wajib Dinas
Kesehatan Persentase kampung
memiliki prasarana dan sarana kesehatan
10 Program pembangunan
prasarana dan sarana kesehatan tingkat
kampung Wajib
Dinas Kesehatan
Pertumbuhan jumlah orang Papua
11 Program perencanaan
dan pengendalian keluarga Papua
Wajib Dinas
Kesehatan Persentase kampung
mendapat pembinaan 12
Program pembentukan perilaku gender dan life
skill terkait kesehatan bagi orang Papua
Wajib Dinas
Kesehatan Persentase pasien
sakit berat dirujuk 13
Program rujukan kesehatan bagi orang
Papua Wajib
Dinas Kesehatan
3 Terpenuhinya
kebutuhan infrastruktur
transportasi, energi,
komunikasi, perumahan, air
bersih, sanitasi, dan pengelolaan
1. Percepatan
pembangunan infrastruktur
transportasi, energi,
komunikasi, perumahan, air
bersih, sanitasi, dan pengelolaan
1 Mempercepat
pembangunan infrastruktur
transportasi, energi, komunikasi,
perumahan, air bersih, sanitasi, dan
pengelolaan lingkungan yang
Persentase keluarga Papua memiliki rumah
layak 1
Program rumah layak huni bagi orang Papua
Wajib Dinas
Pekerjaan Umum
Persentase permukiman dan
rumah memiliki sanitasi
2 Program penyediaan
sanitasi bagi permukiman dan
perumahan orang Papua
Wajib Dinas
Pekerjaan Umum
150
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
lingkungan yang menjangkau
seluruh kampung dan dapat
dinikmati seluruh masyarakat;
lingkungan yang menjangkau
seluruh kampung dan dapat
dinikmati seluruh masyarakat
2. Penjalinan
kerjasama dengan investor maupun
pemerintah pusatprovinsi lain
3. Penyelesaian
persoalan pertanahan
4. Penyusunan
rencana pengembangan
infrastruktur yang terintegrasi
menjangkau seluruh kampung dan dapat
dinikmati seluruh masyarakat;
Persentase permukiman dan
rumah memiliki air bersih
3 Program penyediaan air
bersih bagi permukiman dan
perumahan orang Papua
Wajib Dinas
Pekerjaan Umum
Persentase permukiman dan
rumah memiliki listrik 4
Program penyediaan listrik bagi perumahan
dan permukiman orang Papua
Wajib Dinas
Pekerjaan Umum
Persentase kampung terjangkau
telekomunikasi 5
Program penyediaan telekomunikasi yang
menjangkau kampung terpencil dan terisolir
Wajib Dinas
Pekerjaan Umum
Persentase kampung terisolir
6 Pembukaan akses
transportasi ke seluruh kampung terpencil dan
terisolir Wajib
Dinas Pekerjaan
Umum Persentase kampung
dengan pengelolaan sampah mandiri
7 Program pengelolaan
sampah dan pembinaan orang Papua dalam
mengelola sampah Wajib
Dinas Pekerjaan
Umum 4
Meningkatnya perekonomian
wilayah dan tumbuhnya
kegiatan ekonomi masyarakat yang
disertai dengan pengembangan
1. Pengembangan
sektor-sektor potensial yang
berbasis pemanfaatan SDA
lokal
2. Stimulasi
1. Mengembangkan
usaha pemanfaatn sektor-sektor
potensial yang berbasis SDA lokal
2. Menstimulasi
pertumbuhan usaha Pertumbuhan unit
usaha mikro 1
Program pengembangan sistem
usaha mikro bagi orang Papua
Wajib Dinas UMKM
dan Koperasi Persentase usaha mini
mikro terbina 2
Program pembinaan usaha mini mikro bagi
orang Papua Wajib
Dinas UMKM dan Koperasi
151
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
keterampilan pertumbuhan
usaha kecil dan mikro serta
pembinaan efektivitas usaha
usaha mini mikro
3. Pembinaan
keterampilan kerja dan usaha
masyarakat 4.
Penciptaan lapangan kerja
menengah, kecil, dan mikro dengan
pemberian bantuan modal, pemberian
skema kredit ringan, dan pembekalan
keterampilan usaha
3. Memfasilitasi
kebutuhan usaha mini mikro agar
berlangsung efisien dan pembinaan
keterampilan pengembangan usaha
4. Membina
keterampilan kerja dan usaha masyarakat
5. Menciptakan
lapangan kerja Persentase kampung
terpencil memiliki lahan pertanian
tanaman pangan pokok
3 Program
pengembangan pertanian tanaman
pangan pokok orang Papua keladi, jagung,
ubi, kacang-kacangan, bunga pepaya, dan
sebagainya Pilihan
Dinas Pertanian
Persentase kabupaten memiliki perkebunan
tanaman khas Papua 4
Program pengembangan
tanaman perkebunan khas Papua pala, sagu,
dan sebagainya Pilihan
Dinas Pertanian Persentase
permukiman sekitar kawasan lindung
terbina 5
Program pengelolaan kawasan lindung sekitar
permukiman orang Papua
Wajib Dinas
Kehutanan Persentase kampung
memiliki peternakan hewan khas Papua
6 Program
pengembangan peternakan hewan khas
orang Papua babi, rusa, dan sebagainya
Pilihan Dinas
Perternakan Jumlah kawasan per
kabupaten yang dibina dengan skema
transmigrasi 7
Program pengelolaan kawasan dan
pembinaan orang Papua dengan skema
transmigrasi lokal Pilihan
Dinas Kependudukan,
Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi Persentase tenaga
kerja terserap 8
Program pembukaan lapangan kerja bagi
orang Papua Wajib
Dinas Kependudukan,
Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi
152
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase ODTW dikelola orang Papua
9 Program pengelolaan
pariwisata berbasis Orang Papua
Pilihan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata
Persentase hutan lindung dikelola
10 Program pengelolaan
carbon trade Pilihan
Dinas Kehutanan
Persentase pemuda Papua dididik dan
dilatih 11
Program pendidikan dan pelatihan
keterampilan kerja dan usaha bagi tenaga kerja
pemuda Papua Wajib
Dinas Kependudukan,
Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi Persentase kampung
memiliki mata pencaharian utama
yang berkelanjutan 12
Program pengembangan mata
pencaharian berkelanjutan berbasis
pelatihan SDM Papua Wajib
Dinas Kependudukan,
Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi Persentase kampung
memiliki modal kerja berputar
13 Program pemberian
dan perputaran modal kerja bagi orang Papua
Wajib Persentase unit usaha
milik orang Papua mendapat kredit
14 Program
pengembangan lembaga kredit dan
usaha bersama orang Papua
Wajib
5 Terlaksananya
affirmative action 1.
Perekrutan orang asli papua dalam
pemerintahan dan lapangan kerja
1. rekrutmen orang asli
papua dalam pemerintahan, jasa
kemasyarakatan, perdagangan besar,
Ketersediaan regulasi 1
Penyusunan regulasi penentuan kuota orang
Papua dalam pemerintahan dan
lapangan kerjausaha Wajib
153
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
usaha 2.
Penentuan kuota 3.
Promosi 4.
Penyesuaian regulasi
dan industri 2.
Penentuan kuota untuk rekrutmen
orang asli papua dan untuk target capaian
pembangunan
3. Promosi tenaga kerja
lokal 4.
Penyesuaian regulasi yang relevan dengan
kebutuhan Papua Barat
Persentase orang Papua dalam
pemerintahan 2
Program rekrutmen orang Papua dalam
pemerintahan serta lapangan kerja jasa
kemasyarakatan, perdagangan besar,
dan industri Wajib
Persentase aparatur pemerintah orang
Papua yang dibina 3
Program pembinaan orang Papua dalam
pemerintahan serta lapangan kerja jasa
kemasyarakatan, perdagangan besar,
dan industri Wajib
Persentase aparatur pemerintah orang
Papua yang mendapat promosi
4 Program promosi orang
Papua dalam dalam pemerintahan serta
lapangan kerja jasa kemasyarakatan,
perdagangan besar, dan industri
Wajib
Ketersediaan regulasi 5
Penyusunan regulasi tentang pelibatan
orang papua dalam pemerintahan serta
lapangan kerja jasa kemasyarakatan,
perdagangan besar, dan industri
Wajib
Ketersediaan database 6
Penyusunan database kependudukan orang
Papua Wajib
Ketersediaan peta tanah ulayat
7 Program pemetaan
tanah ulayat Wajib
154
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Ketersediaan peraturan administrasi
hak ulayat 8
Program pengelolaan administrasi hak ulayat
Wajib Ketersediaan Perdasus
dan Perdasi 9
Penyusunan Perdasus dan Perdasi
Wajib Kesesuaian
nomenklatur statistik daerah
10 Penyesuaian
nomenklatur pada penyusunan data dan
informasi statistik daerah
Wajib
Meningkatkan kemampuan
finansial daerah untuk membiayai
pembangunan dari penerimaan asli
daerah 1
Terciptanya iklim investasi yang
kondusif 1
Penciptaan iklim investasi yang
kondusif 1
Meningkatkan kualitas dan
produktivitas tenaga kerja lokal;
Persentase angkatan kerja yang terbina
1 Program Peningkatan
Kualitas dan Produktivitas Tenaga
Kerja Wajib
2 Penyiapan SDM
lokal tingkat pengangguran
terbuka 2
Program Peningkatan Kesempatan Kerja
Wajib 3
Pemetaan potensi daerah
dan peluang investasi
Ketersediaan jaminan perlindungan dan
lembaga ketenagakerjaan
3 Program Perlindungan
dan Pengembangan Lembaga
Ketenagakerjaan Wajib
4 Peningkatan
promosi potensi daerah dan
peluang investasi 2
Menciptakan iklim investasi yang
kondusif Jumlah promosi dan
kerjasama investasi baru
1 Program Peningkatan
Promosi dan Kerjasama Investasi
Wajib
5 Pengembangan
klaster-klaster pada simpul-
simpul strategis wilayah
Persentase realisasi investasi
2 Program Peningkatan
Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
Wajib Pemetaan sumber
daya, sarana dan prasarana daerah
potensial 3
Program penyiapan potensi sumberdaya,
sarana dan prasarana daerah
Wajib
155
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
3 Meningkatnya
jalinan kerjasama ekonomi
6 Pengembangan
komoditas spesifik daerah
3 Memantapkan
kesatuan bangsa dan politik internal
wilayah Tingkat keamanan dan
kenyamanan lingkungan
1 Program peningkatan
keamanan dan kenyamanan
lingkungan Wajib
7 Peredaman
ekonomi biaya tinggi dengan
menyiasati proses produksi
dan distribusi Persentase tindak
kriminal yang ditindak 2
Program pemeliharaan kantrantibmas dan
pencegahan tindak kriminal
Wajib
Persentase kampung yang mendapat
pembinaan wawasan kebangsaan
3 Program
pengembangan wawasan kebangsaan
Wajib
Persentase pembinaan wawasan kebangsaan
berbasis kemitraan 4
Program kemitraan pengembangan
wawasan kebangsaaan Wajib
Persentase kegiatan penertiban dan
pengamanan yang melibatkan
masyarakat 5
Program pemberdayaan
masyarakat untuk menjaga ketertiban dan
keamanan Wajib
Persentase penyakit masyarakat yang
diberantas 6
Program peningkatan pemberantasan
penyakit masyarakat pekat
Wajib
Tingkat partisipasi masyarakat dalam
bidang politik 7
Program pendidikan politik masyarakat
Wajib 4
Memantapkan kerjasama
perdagangan lokal, regional, dan
Jumlah kerjasama perdagangan
internasional yang baru
1 Program Peningkatan
Kerjasama Perdagangan
Internasional Pilihan
156
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
internasional melalui pengembangan
klaster pada kawasan strategis;
Pertumbuhan nilai ekspor
2 Program Peningkatan
dan Pengembangan Ekspor
Pilihan Laju pertumbuhan nilai
perdagangan dalam negeri
3 Program Peningkatan
Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri
Pilihan
Jumlah kasus pelanggaran
perdagangan yang ditindak
4 Program Perlindungan
Konsumen dan Pengamanan
Perdagangan Pilihan
Persentase pedagang kaki lima yang terbina
5 Program pembinaan
pedagang kaki lima dan asongan.
Wajib 3
Meningkatnya realisasi investasi
dalam dan luar negeri di sektor-
sektor primer 5
Meningkatkan pertumbuhan dan
kontribusi industri kecil dan menengah;
Jumlah industri kecil dan menengah dengan
sistem produksi berbasis Iptek
1 Program Peningkatan
Kapasitas Iptek Sistem Produksi
Pilihan
Pertumbuhan industri kecil dan menengah
2 Program
Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Pilihan
Persentase industri yang memenuhi
standar 3
Program Peningkatan Kemampuan Teknologi
Industri Pilihan
Jumlah industri yang saling terkait
4 Program Penataan
Struktur Industri Pilihan
sentra-sentra industri yang dikembangkan
5 Program
pengembangan sentra- sentra industri
potensial Pilihan
157
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Menciptakan kesejahteraan
ekonomi dan kesejahteraan
sosial masyarakat 1
Meningkatnya indeks kesehatan
1 Pelaksanaan
program- program spesifik
otonomi khusus 1
Meningkatkan indeks kesehatan
masyarakat melalui upaya peningkatan
mutu tenaga kesehatan dan
layanan kesehatan bagi seluruh lapisan
masyarakat. Persediaan obat dan
perbekalan kesehatan 1
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Wajib
2 Peningkatan
kuantitas dan kualias pelayanan
publik Persentase kasus obat
dan makanan bermasalah tertangani
2 Program Pengawasan
Obat dan Makanan Wajib
3 Pemberdayaan
masyarakat Jumlah obat asli
Indonesia yang dikembangkan
3 Program
Pengembangan Obat Asli Indonesia
Wajib
4 Kemitraan
dengan lembaga agama, sosial,
adat, dan pihak pemerhati
lainnya Persentase kampung
bergizi buruk 4
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Wajib
Persentase pengidap penyakit menular
5 Program pencegahan
dan penanggulangan penyakit menular
Wajib
Pemenuhan SPM kesehatan
6 Program standarisasi
pelayanan kesehatan Wajib
Persentase penduduk miskin mendapat
layanan kesehatan 7
Program pelayanan kesehatan penduduk
miskin Wajib
158
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase pemenuhan sarana
prasarana puskesmas 8
Program pengadaan, peningkatan dan
perbaikan sarana dan prasarana puskesmas
puskesmas pembantu dan jaringannya
Wajib
Persentase pemenuhan sarana
prasarana rumah sakit 9
Program pengadaan, peningkatan sarana dan
prasarana rumah sakitrumah sakit
jiwarumah sakit paru- parurumah sakit mata
Wajib
Penyusutan sarana dan prasarana
10 Program pemeliharaan
sarana dan prasarana rumah sakitrumah
sakit jiwarumah sakit paru-paru rumah sakit
mata Wajib
Persentase kegiatan pelayanan kesehatan
berbasis kemitraan 11
Program kemitraan peningkatan pelayanan
kesehatan Wajib
Kinerja pelayanan kesehatan anak balita
12 Program peningkatan
pelayanan kesehatan anak balita
Wajib
Kinerja pelayanan kesehatan lansia
13 Program peningkatan
pelayanan kesehatan lansia
Wajib
159
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase kasus makanan bermasalah
yang ditangani 14
Program pengawasan dan pengendalian
kesehatan makanan Wajib
Rasio kematian ibu dan anak
15 Program peningkatan
keselamatan ibu melahirkan dan anak
Wajib 2
Terbinanya masyarakat dalam
upaya peningkatan
indeks kesehatan 2
Membina masyarakat dalam
upaya peningkatan kesehatan diri dan
lingkungan; Persentase kampung
dengan lingkungan sehat
1 Program
pengembangan lingkungan sehat
Wajib
Persentase kampung yang dibina
2 Program Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Wajib
Persentase kampung sehat
3 Program Upaya
Kesehatan Masyarakat Wajib
Persentase perumahan dengan
lingkungan sehat 4
Program Lingkungan Sehat Perumahan
Wajib Persentase
perumahan dengan komunitas aktif
5 Program
Pemberdayaan Komunitas Perumahan
Wajib
3 Terpenuhinya
kebutuhan perumahan layak
huni 3
Memenuhi kebutuhan
perumahan layak huni bagi seluruh
masyarakat; Pemenuhan
kebutuhan perumahan bagi masyarakat
1 Program
Pengembangan Perumahan
Wajib
Persentase perumahan
direhabilitasi 2
Program perbaikan perumahan akibat
bencana alamsosial Wajib
160
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase perumahan yang
dibina 3
Program peningkatan kesiagaan dan
pencegahan bahaya kebakaran
Wajib
Persentase areal pemakaman yang
dikelola dengan baik 4
Program pengelolaan areal pemakaman
Wajib 4
Terbina dan terberdayakannya
perempuan dan anak sebagai agen
perubahan masyarakat
4 Membinaan dan
memberdayakan perempuan dan anak
sebagai agen perubahan kondisi
masyarakat; Keserasian Kebijakan
Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan
1 Program Keserasian
Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan
Perempuan Wajib
Tingkat keberhasilan pengarusutamaan
gender dalam program pembangunan
2 Program Penguatan
Kelembagaan Pengarusutamaan
Gender dan Anak Wajib
Peningkatan kualitas hidup  dan
perlindungan perempuan
3 Program Peningkatan
Kualitas Hidup dan Perlindungan
Perempuan Wajib
Peningkatan peran serta dan kesetaraan
gender dalam pembangunan
4 Program peningkatan
peran serta dan kesetaraan jender
dalam pembangunan Wajib
Peningkatan kualitas hidup  dan
perlindungan perempuan
5 Program penguatan
kelembagaan pengarusutamaan
gender dan anak Wajib
161
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
5 Terbina dan
terpeliharanya masyarakat yang
memiliki kerawanan sosial;
5 Membina dan
Memelihara masyarakat yang
memiliki kerawanan sosial;
Persentase  fakir miskin, komunitas adat
terpencil dan penyandang masalah
kesejahteraan sosial yang diberdayakan
1 Program
Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat
Terpencil KAT dan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial PMKS Lainnya
Wajib
Cakupan pelayanan dan rehabilitasi
kesejahteraan sosial 2
Program Pelayanan dan Rehabilitasi
Kesejahteraan Sosial Wajib
Persentase anak terlantar yang dibina
3 Program pembinaan
anak terlantar Wajib
Persentase penyandang cacat dan
trauma yang dibina 4
Program pembinaan para penyandang cacat
dan trauma Wajib
Persentase panti asuhan panti jompo
yang terbina 5
Program pembinaan panti asuhan panti
jompo Wajib
Persentase eks penyandang penyakit
sosial 6
Program pembinaan eks penyandang
penyakit sosial eks narapidana, PSK,
narkoba dan penyakit sosial lainnya
Wajib
Persentase lembaga kesejahteraan sosial
yang terbedayakan 7
Program Pemberdayaan
Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
Wajib
6 Meningkatnya
pertumbuhan dan produktivitas
koperasi dan usaha kecil
menengah 6
Meningkatkan pertumbuhan dan
produktivitas koperasi dan usaha
kecil menengah; iklim usaha UKM  yang
kondusif 1
Program penciptaan iklim usaha Usaha Kecil
Menengah yang kondusif
Wajib
162
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase wirausaha dan UKM yang
berkembang 2
Program Pengembangan
Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif
Usaha Kecil Menengah Wajib
Ketersediaan sistem pendukung UMKM
3 Program
Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi
Usaha Mikro Kecil Menengah
Wajib
Persentase koperasi aktif
4 Program Peningkatan
Kualitas Kelembagaan Koperasi
Wajib 7
Terberdayakannya masyarakat
perkampungan 7
Memberdayakan masyarakat
perkampungan Persentase kampung
mandiri 1
Program Peningkatan Keberdayaan
Masyarakat PerKampungan
Wajib Persentase kampung
yang memiliki lembaga ekonomi
2 Program
pengembangan lembaga ekonomi
peKampungan Wajib
Persentase kegiatan yang melibatkan
masyarakat 3
Program peningkatan partisipasi masyarakat
dalam membangun Kampung
Wajib
Persentase aparatur pemerintah Kampung
yang dibina 4
Program peningkatan kapasitas aparatur
pemerintah Kampung Wajib
Persentase partisipasi perempuan
5 Program peningkatan
peran perempuan di perKampungan
Wajib 8
Meningkatnya kesejahteraan
petani 8
Meningkatkan kesejahteraan
petani. Persentase
kesejahteraan petani meningkat
1 Program Peningkatan
Kesejahteraan Petani Wajib
163
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Mendukung proses percepatan
kegiatan pembangunan
Provinsi Papua Barat
1 Meningkatnya
kompetensi dan profesionalitas
aparatur pemerintahan
1 Pelaksanaan
sistem pengawasan dan
evaluasi secara struktural dan
fungsional baik dari internal
pemerintah Provinsi Papua
Barat, maupun dari Pemerintah
Pusat, masyarakat, dan
lembaga independen lain
1 Meningkatkan
kinerja setiap SKPD melalui perbaikan
sistem kerja dan perbaikan kualitas
dan kapasitas aparatur.
Kebutuhan administrasi
perkantoran yang terpenuhi
1 Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran
Wajib
Memberikan pelayanan publik
yang prima bagi masyarakat
2 Diterapkannya
sistem pemerintahan dan
sistem kerja pemerintah yang
akuntabel, transparan,
partisipatif, profesional,
efisien, efektif, dan taat hukum
Sarana dan prasarana aparatur yang
terpenuhi 2
Program peningkatan sarana dan prasarana
aparatur Wajib
Persentase aparat yang terbukti
melakukan pelanggaran disiplin
3 Program peningkatan
disiplin aparatur Wajib
Kebutuhan pindahpurna tugas
PNS 4
Program fasilitasi pindahpurna tugas
PNS Wajib
Persentase sumber daya aparatur terbina
5 Program Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Wajib Akuntabilitas laporan
capaian kinerja dan keuangan
6 Program peningkatan
pengembangan sistem pelaporan capaian
kinerja dan keuangan Wajib
Tingkat akuntabilitas laporan pengelolaan
keuangan daerah 7
Program peningkatan dan pengembangan
pengelolaan keuangan daerah
Wajib
164
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Tingkat akuntabilitas laporan pengelolaan
keuangan kabupatenkota
8 Program pembinaan
dan fasilitasi pengelolaan keuangan
kabupatenkota Wajib
Tingkat akuntabilitas laporan pengelolaan
keuangan Kampung 9
Program pembinaan dan fasilitasi
pengelolaan keuangan Kampung
Wajib
Efektivitas dan efisiensi sistem
pengawasan internal dan pengendalian
pelaksanaan kebijakan KDH
10 Program peningkatan
sistem pengawasan internal dan
pengendalian pelaksanaan kebijakan
KDH Wajib
Persentase tugas pemeriksanaan dan
pengawasan yang dilaksanakan
11 Program peningkatan
profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur
pengawasan Wajib
Ketersediaan kebijakan sistem dan
prosedur pengawasan 12
Program penataan dan penyempurnaan
kebijakan sistem dan prosedur pengawasan
Wajib
Persentase SKPD berbasis teknologi
informasi 13
Program optimalisasi pemanfaatan teknologi
informasi Wajib
Jumlah pengaduan masyarakat yang
terselesaikan 14
Program mengintensifkan
penanganan pengaduan masyarakat
Wajib
Persentase kegiatan pendidikan kedinasan
15 Program Pendidikan
Kedinasan Wajib
165
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase aparatur pemerintah memenuhi
standar kualifikasi 16
Program peningkatan kapasitas sumberdaya
aparatur Wajib
Persentase aparatur yang dibina
17 Program pembinaan
dan pengembangan aparatur
Wajib Kota-kota menengah
dan besar yang dikembangkan
18 Program perencanaan
pengembangan kota- kota menengah dan
besar Wajib
Keterpaduan penyelenggaraan
pembangunan 19
Program peningkatan kapasitas kelembagaan
perencanaan pembangunan daerah
Wajib
3 Tersusunnya
dokumen rencana pembangunan
dan rencana kerja pemerintah
2 Merencanakan
pembangunan wilayah yang sinergis
antarwilayah dan antarsektor;
Pemenuhan kebutuhan data dan
informasi 1
Program pengembangan
datainformasi Wajib
2 Program kerjasama
pembangunan Wajib
3 Program
Pengembangan Wilayah Perbatasan
Wajib Kawasan strategis dan
cepat tumbuh yang dikembangkan
4 Program Perencanaan
Pengembangan Wilayah Strategis dan
Cepat Tumbuh Wajib
Kota-kota menengah dan besar yang
dikembangkan 5
Program perencanaan pengembangan kota-
kota menengah dan besar
Wajib
166
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Keterpaduan penyelenggaraan
pembangunan 6
Program peningkatan kapasitas kelembagaan
perencanaan pembangunan daerah
Wajib
Keterpaduan rencana pembangunan daerah
7 Program perencanaan
pembangunan daerah Wajib
Keterpaduan rencana pengembangan
ekonomi 8
Program perencanaan pembangunan ekonomi
Wajib Keterpaduan rencana
bidang sosial dan budaya
9 Program perencanaan
sosial dan budaya Wajib
Keterpaduan rencana pengembangan dan
pemanfaatan prasarana wilayah dan
sumber daya alam 10
Program perencanaan prasarana wilayah dan
sumber daya alam Wajib
Ketersediaan rencana pembangunan daerah
rawan bencana 11
Program perencanaan pembangunan daerah
rawan bencana Wajib
Keterpaduan wilayah se Provinsi
12 Program Peningkatan
Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
Wajib Kesiapan administrasi
daerah otonom baru 13
Program Penataan Daerah Otonomi Baru
Wajib 3
Memperbaiki kearsipan serta tata
administrasi kewilayahan dan
kependudukan Persentase
kelengkapan data administrasi penduduk
1 Program Penataan
Administrasi Kependudukan
Wajib
Pemenuhan datainformasistatistik
daerah 2
Program pengembangan
datainformasistatistik daerah
Wajib
167
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Tingkat kemudahan akses informasi
3 Program perbaikan
sistem administrasi kearsipan
Wajib Persentase
pengarsipan dokumenarsip daerah
4 Program penyelamatan
dan pelestarian dokumenarsip daerah
Wajib
Persentase sarana prasarana dengan
kategori baik 5
Program pemeliharaan rutinberkala sarana
dan prasarana kearsipan
Wajib
Pelayanan prima 6
Program peningkatan kualitas pelayanan
informasi Wajib
4 Tersusunnya
regulasi yang relevan dengan
kebutuhan daerah 4
Meningkatkan kapasitas lembaga
legislatif daerah Persentase tugas
lembaga perwakilan rakyat daerah yang
dilaksanakan 1
Program peningkatan kapasitas lembaga
perwakilan rakyat daerah
Wajib
5 Menyusun berbagai
regulasi yang diperlukan
Pemenuhan peraturan perUndang-Undangan
yang dibutuhkan 1
Program Penataan Peraturan PerUndang-
Undangan Wajib
Menciptakan kesejahteraan
ekonomi dan kesejahteraan
sosial masyarakat 1
Terpenuhinya kebutuhan
prasarana dan sarana
transportasi, utilitas publik, dan
pelayanan publik di seluruh wilayah
1 Pembukaan
akses ke daerah- daerah terisolir
dan terpencil 1
Menyelenggarakan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian tata
ruang sesuai dengan RTRW provinsi dan
RTRW kabupatenkota;
Pemenuhan kebutuhan dokumen
rencana tata ruang 1
Program Perencanaan Tata Ruang
Wajib
2 Prioritas
pembangunan pada wilayah
strategis, daerah terisolir, dan
daerah terpencil Persentase kesesuaian
pemanfaatan ruang 2
Program Pemanfaatan Ruang
Wajib
168
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
3 Prioritas
pembangunan ditujukan kepada
masyarakat miskin dan orang
asli Papua Jumlah kasus
pelanggaran penataan ruang
3 Program Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Wajib
Persentase lahan yang terdaftar
4 Program pembangunan
sistem pendaftaran tanah
Wajib 4
Penerapan skema-skema
pembangunan non konvensional
Persentase lahan dikelola dengan baik
5 Program penataan
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah Wajib
Persentase konflik- konflik pertanahan
yang ditangani sampai tuntas
6 Program penyelesaian
konflik-konflik pertanahan
Wajib
Ketersediaan sistem informasi pertanahan
yang mudah diakses dan termutakhirkan
7 Program
pengembangan sistem informasi pertanahan
Wajib
2 Memenuhi
infrastruktur transportasi, energi,
telekomunikasi, air bersih  air minum,
dan pengelolaan lingkungan di seluruh
wilayah, baik perkotaan maupun
perKampungan Pemenuhan prasarana
dan fasilitas perhubungan
1 Program Pembangunan
Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
Wajib
169
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase prasarana dan fasilitas
perhubungan dengan kondisi baik layak
2 Program Rehabilitasi
dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas
LLAJ Wajib
Pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana perhubungan
3 Program pembangunan
sarana dan prasarana perhubungan
Wajib
3 Menyusun sistem
pengelolaan infrastruktur dan
pengelolaan lingkungan hidup
Pemenuhan kebutuhan layanan
angkutan reguler 1
Program peningkatan pelayanan angkutan
Wajib
Pemenuhan SPM perhubungan lalu
lintas dan angkutan jalan
2 Program pengendalian
dan pengamanan lalu lintas
Wajib
Persentase kendaraan bermotor layak yang
jalan 3
Program peningkatan kelaikan pengoperasian
kendaraan bermotor Wajib
Persentase distrik dengan sistem
pengelolaan sampah terpadu
4 Program
Pengembangan Kinerja Pengelolaan
Persampahan Wajib
4 Meningkatkan
pencapaian keluarga sejahtera
Laju pertumbuhan dari kelahiran
1 Program Keluarga
Berencana Wajib
Persentase partisipasi remaja terbina
2 Program Kesehatan
Reproduksi Remaja Wajib
Cakupan kampung yang terlayani alat
kontrasepsi 3
Program pelayanan kontrasepsi
Wajib
170
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase masyarakat yang
terbina 4
Program pembinaan peran serta masyarakat
dalam pelayanan KBKR yang mandiri
Wajib
Cakupan promosi kelompok kegiatan di
masyarakat 5
Program promosi kesehatan ibu, bayi dan
anak melalui kelompok kegiatan dimasyarakat
Wajib
Persentase distrik dengan pusat
pelayanan informasi dan konseling KRR
6 Program
pengembangan pusat pelayanan informasi
dan konseling KRR Wajib
Kasus narkoba, dan PMS yang
ditanggulangi 7
Program peningkatan penanggulangan
narkoba, PMS termasuk HIVAIDS
Wajib
Ketersediaan bahan informasi tentang
pengasuhan dan pembinaan tumbuh
kembang anak 8
Program pengembangan bahan
informasi tentang pengasuhan dan
pembinaan tumbuh kembang anak
Wajib
Jumlah tenaga pendamping yang
dipersiapkan 9
Program penyiapan tenaga pendamping
kelompok bina keluarga Wajib
Ketersediaan model operasional BKB-
Posyandu-PADU 10
Program pengembangan model
operasional BKB- Posyandu-PADU
Wajib
5 Meratakan
pembangunan wilayah melalui
Kemandirian kawasan transmigrasi
1 Program
Pengembangan Wilayah Transmigrasi
Pilihan
171
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
transmigrasi Jumlah kawasan yang
Dibina dengan Skema Transmigrasi
2 Program Transmigrasi
lokal Pilihan
- 3
Program Transmigrasi regional
Pilihan Mendukung
proses percepatan pembangunan
Provinsi Papua Barat
1 Terciptanya SDM
berkualitas dengan indeks
pendidikan dan penguasaan
keterampilan yang baik
1 Peningkatan
kualitas layanan pendidikan
formal dan informal
1 Meningkatkan
indeks pendidikan melalui upaya
peningkatan partisipasi
masyarakat, mutu tenaga pendidik,
layanan, dan manajemen
pendidikan formal dan non formal.
Cakupan pelayanan pendidikan anak usia
dini 1
Program Pendidikan Anak Usia Dini
Wajib
2 Pembinaan
pemuda dan pembinaan
melalui olahraga Cakupan pelayanan
pendidikan dasar sembilan tahun
2 Program Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
Wajib 3
Fasilitasi sarana komunikasi dan
informasi Cakupan pelayanan
pendidikan menengah 3
Program Pendidikan Menengah
Wajib Cakupan pelayanan
pendidikan non formal 4
Program Pendidikan Non Formal
Wajib
Cakupan pelayanan pendidikan luar biasa
5 Program Pendidikan
Luar Biasa Wajib
Persentase pendidik dan tenaga
kependidikan yang dibina
6 Program Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Wajib
172
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase taman bacaanperpustakaan
aktif 7
Program Pengembangan Budaya
Baca dan Pembinaan Perpustakaan
Wajib
Kinerja pelayanan pendidikan
8 Program Manajemen
Pelayanan Pendidikan Wajib
2 Terbinanya
generasi pemuda sebagai aset
strategis 2
Meningkatkan daya saing SDM melalui
pembinaan pemuda dan olah raga
Ketersediaan kebijakan terkait
kepemudaan 1
Program Pengembangan dan
Keserasian Kebijakan Pemuda
Wajib
Persentase partisipasi pemuda dalam
kegiatan 2
Program peningkatan peran serta
kepemudaan Wajib
Banyaknya pemuda yang dibina
3 Program peningkatan
upaya penumbuhan kewirausahaan dan
kecakapan hidup pemuda
Wajib
Banyaknya pemuda yang dibina
4 Program upaya
pencegahan penyalahgunaan
narkoba Wajib
Cabang olahraga yang terbina dengan baik
5 Program
Pengembangan Kebijakan dan
Manajemen Olah Raga Wajib
Raihan prestasi olah raga
6 Program Pembinaan
dan Pemasyarakatan Olah Raga
Wajib Persentase
pemenuhan sarana dan prasarana olah
raga 7
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Olah Raga Wajib
173
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
3 Meningkatnya
kecerdasan serta meluasnya
penguasaan pengetahuan dan
informasi, serta meningkatnya
motivasi untuk hidup yang lebih
baik 3
Mencerdaskan masyarakat melalui
sarana komunikasi dan informasi
Ketimpangan akses masyarakat terhadap
informasi 1
Program Pengembangan
Komunikasi, Informasi dan Media Massa
Wajib
Jumlah pengkajian dan penelitian yang
diselenggarakan 2
Program pengkajian dan penelitian bidang
informasi dan komunikasi
Wajib
Jumlah pendidikan dan latihan yang
diselenggarakan 3
Program fasilitasi Peningkatan SDM
bidang komunikasi dan informasi
Wajib
Persentase informasi kegiatan yang
disampaikan lewat media massa
4 Program kerjasama
informasi dengan media massa
Wajib
Menciptakan kesejahteraan
ekonomi masyarakatdengan
kegiatan ekonomi berbasis SDA
sekaligus memberdayakan
masyarakat dalam upaya pelestarian
lingkungan alam 1
Terwujudnya ketahanan
pangan wilayah dengan
peningkatan produktivitas
pertanian, perikanan, dan
peternakan 1
Optimalisasi pemanfaatan
teknologi tepat guna
1 Mewujudkan
ketahanan pangan wilayah melalui
peningkatan produktivitas
pertanian dan meningkatkan
pendapatan masyarakat dari
kegiatan perkebunan Peningkatan
ketahanan pangan wilayah
1 Program Peningkatan
Ketahanan Pangan pertanianperkebunan
Pilihan
2 Pelaksanaan
sistem pengawasan atas
pemanfaatan SDA
Perluasan pasar produk pertanian
2 Program peningkatan
pemasaran hasil produksi
pertanianperkebunan Pilihan
2 Meningkatnya
kegiatan perkebunan
rakyat 3
Pemberdayaan masyarakat lokal
dalam pelaksanaan,
Persentase pertanian berbasis teknologi
3 Program peningkatan
penerapan teknologi pertanianperkebunan
Pilihan
174
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
pengelolaan dan pengawasan
upaya pemanfaatan
SDA Peningkatan hasil
panen 4
Program peningkatan produksi
pertanianperkebunan Pilihan
Jumlah kabupatenkota
dengan tenaga penyuluh terlatih
5 Program
pemberdayaan penyuluh
pertanianperkebunan lapangan
Pilihan
Persentase ternak yang terjangkit
penyangkit 6
Program pencegahan dan penanggulangan
penyakit ternak Pilihan
Peningkatan nilai produksi peternakan
7 Program peningkatan
produksi hasil peternakan
Pilihan Perluasan pasar
produk peternakan 8
Program peningkatan pemasaran hasil
produksi peternakan Pilihan
Persentase peternakan berbasis
teknologi 9
Program peningkatan penerapan teknologi
peternakan Pilihan
3 Meningkatnya
pemanfaatan sumber daya
hutan 2
Memanfaatkan potensi Sumber Daya
Hutan dengan tetap berprinsip kepada
kelestarian dan keberlanjutan
lingkungan alam Peningkatan
kontribusi sektor kehutanan
1 Program Pemanfaatan
Potensi Sumber Daya Hutan
Pilihan Lahan hutan industri
terlantar 2
Program pemanfaatan kawasan hutan industri
Pilihan Persentase industri
hasil hutan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan
3 Program pembinaan
dan penertiban industri hasil hutan
Pilihan
175
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Kesesuaian dengan RTRW
4 Program perencanaan
dan pengembangan hutan
Pilihan 4
Meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam kegiatan
pertambangan 3
Membina dan mengawasi
pengusahaan bidang pertambangan
Persentase usaha pertambangan
berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan 1
Program pembinaan dan pengawasan
bidang pertambangan Pilihan
Jumlah kegiatan rakyat yang berpotensi
merusak lingkungan yang ditertibkan
2 Program pengawasan
dan penertiban kegiatan rakyat yang
berpotensi merusak lingkungan
Pilihan
Peningkatan pasokan daya listrik
3 Program pembinaan
dan pengembangan bidang
ketenagalistrikan Pilihan
5 Mengelola
pariwisata yang berbasis
pengembangan masyarakat lokal
4 Mengembangkan
kepariwisataan daerah yang berbasis
pengembangan masyarakat lokal
Jumlah destinasi pariwisata unggulan
yang dipromosikan 1
Program Pengembangan
Pemasaran Pariwisata Pilihan
Jumlah destinasi pariwisata yang
dikembangkan 2
Program Pengembangan
Destinasi Pariwisata Pilihan
Jumlah kegiatan kemitraan pariwisata
3 Program
Pengembangan Kemitraan
Pilihan 1
Terwujudnya ketahanan
pangan wilayah dengan
peningkatan produktivitas
pertanian, perikanan, dan
5 Mengembangkan
usaha kelautan dan perikanan bagi
masyarakat pesisir terutama dengan
meningkatkan pertumbuhan usaha
budidaya perikanan Peningkatan
kesejahteraan masyarakat pesisir
1 Program
pemberdayaan ekonomi masyarakat
pesisir Pilihan
176
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
peternakan
Pertumbuhan nilai produksi budidaya
perikanan 2
Program pengembangan
budidaya perikanan Pilihan
Pertumbuhan nilai produksi perikanan
tangkap 3
Program pengembangan
perikanan tangkap Pilihan
Terciptanya sistem penyuluhan perikanan
baru yang efektif 4
Program pengembangan sistem
penyuluhan perikanan Pilihan
Pertumbuhan nilai produksi perikanan
5 Program optimalisasi
pengelolaan dan pemasaran produksi
perikanan Pilihan
Persentase kawasan budidaya laut, air
payau dan air tawar yang dikembangkan
6 Program
pengembangan kawasan budidaya laut,
air payau dan air tawar Pilihan
Mempersiapkan dan menyediakan
kualitas lingkungan hidup
yang baik bagi generasi yang akan
datang 1
Terjaganya keberadaan
budaya dan adat istiadat yang
beraneka ragam 1
Persiapan perangkat
mitigasi bencana dan mitigasi
bencana khusus masyarakat di
wilayah-wilayah yang sulit diakses
serta mencerdaskan
seluruh masyarakat
dalam menghadapi
1 Pengembangan dan
mengelola nilai budaya dan
kekayaan budaya; Intensitas
penyelenggaraan event kebudayaan
lokal 1
Program Pengembangan Nilai
Budaya Wajib
Kekayaan budaya yang terkelola
2 Program Pengelolaan
Kekayaan Budaya Wajib
Keragaman budaya yang terkelola
3 Program Pengelolaan
Keragaman Budaya Wajib
177
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
bencana; 2
Selektif dalam memberikan izin-
izin usaha yang berpotensi
mengancam eksistensi dan
kesejahteraan masyarakat,
lingkungan budaya, dan
lingkungan alam; Jumlah kerjasama baru
yang terjalin terkait pengelolaan kekayaan
budaya 4
Program pengembangan
kerjasama pengelolaan kekayaan budaya
Wajib
3 Taat kepada
RTRW provinsi, RTRW kabupaten
kota, dan rencana rincinya
dalam pengembangan
program- program
pembangunan Persentase kampung
pesisir yang tercerdaskan
5 Program peningkatan
kegiatan budaya kelautan dan wawasan
maritim kepada masyarakat
Wajib
2 Terehabilitasinya
lingkungan yang statusnya kritis
4 Pencarian solusi
bagi persoalan hak ulayat
2 Rehabilitasi dan
perlindungan lingkungan alam;
Persentase kasus pencemaran dan
kerusakan LH ditangani
1 Program Pengendalian
Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup Wajib
5 Relokasi
penduduk dari wilayah rawan
bencana ke lokasi yang layak dan
sesuai dengan kultur
Kesesuaian pelaksanaan rencana
perlindungan dan konservasi SDA
2 Program Perlindungan
dan Konservasi Sumber Daya Alam
Wajib
6 Pengerahan
jajaran pemerintah dan
membina seluruh masyarakat
untuk menjaga Persentase cadangan
SDH yang direhabilitasi dan dipulihkan
3 Program Rehabilitasi
dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya
Alam Wajib
178
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
hutan dan SDA dari eksploitasi
yang mengganggu
sustainabilitasnya
Tingkat polusi 4
Program peningkatan pengendalian polusi
Wajib Tingkat kerusakan
lingkungan kawasan- kawasan konservasi
laut dan hutan akibat pengembangan
ekowisata dan jasa lingkungan
5 Program
pengembangan ekowisata dan jasa
lingkungan dikawasan- kawasan konservasi
laut dan hutan Wajib
Kasus kebakaran hutan yang ditangani
dengan baik 6
Program pengendalian kebakaran hutan
Wajib Kondisi ekosistem
pesisir dan laut 7
Program pengelolaan dan rehabilitasi
ekosistem pesisir dan laut
Wajib
Pemenuhan RTH kawasan perkotaan
8 Program pengelolaan
ruang terbuka hijau RTH
Wajib Penurunan jumlah
hutan dan lahan kritis 9
Program rehabilitasi hutan dan lahan
Wajib Sumber daya hutan
terlindungi 10
Perlindungan dan konservasi sumber daya
hutan Wajib
3 Terlaksananya
upaya perlndungan
lingkungan dan pengawasan
lingkungan 3
Peningkatan kesadaran dan
penegakan hukum dalam
pendayagunaan SDA Ketersediaan sistem
informasi SDA dan LH 1
Program Peningkatan Kualitas dan Akses
Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup Wajib
179
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
4 Menurunnya
kasus pelanggaran
hukum dalam pemanfaatan SDA
Partisipasi masyarakat dalam pengawasan
dan pengendalian sumberdaya kelautan
2 Program
pemberdayaan masyarakat dalam
pengawasan dan pengendalian
sumberdaya kelautan Wajib
5 Tertanganinya
kasus pelanggaran
hukum dalam pemanfaatan SDA
Jumlah kasus pelanggaran
pendayagunaan sumber daya laut yang
ditindak 3
Program peningkatan kesadaran dan
penegakan hukum dalam pendayagunaan
sumberdaya laut Wajib
6 Terlaksananya
upaya mitigasi bencana alam
4 Implementasi
mitigasi bencana alam.
Pencegahan dini dan penanggulangan
korban bencana alam terkoordinir dengan
baik 1
Program pencegahan dini dan
penanggulangan korban bencana alam
Wajib
Penerapan mitigasi bencana di kawasan
pesisir 2
Program peningkatan mitigasi bencana alam
laut dan prakiraan iklim laut
Wajib
180
BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI