13
Gambar 1-3Skema Hubungan RPJMD dengan Dokumen Rencana Lainnya
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika substansi RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika penulisan, dan maksud tujuan penyusunan RPJMD.
BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA BARAT
Berisi gambaran umum kondisi aspek geografi demografi, kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan daya saing daerah.
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Berisi kinerja keuangan masa lalu, kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu, dan kerangka pendanaan.
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Berisi permasalahan pembangunan dan isu strategis.
BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
Berisi visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan jangka menengah.
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Berisi strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah.
14
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Berisi kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah sektoral dan berdasarkan wilayah-kawasan.
BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN
PENDANAAN
Berisi rencana program prioritas yang dijabarkan sampai kepada target setiap tahun dan kebutuhan pendanaannya.
BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
Berisi indikator yang merupakan ukuran keberhasilan pembangunan jangka menengah daerah dari setiap program.
BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
Berisi pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan program-program yang ada dalam RPJMD.
1.5 Maksud dan Tujuan
1.5.1 Maksud
Penyusunan dokumen RPJMDProvinsi Papua Barat tahun 2012-2016dimaksudkan untuk menghasilkan rumusan arah kebijakan dan program pembangunan yang efektif, efisien dan terpadu sebagai wujud
penjabaran visi, misi dan tujuan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Papua Barat, dengan memperhatikan keberlanjutan program pembangunan
sebelumnya dan dengan tetap berpedoman pada RPJPD, RPJMN dan berbagai aspirasi seluruh pemangku kepentingan yang ada di Provinsi Papua Barat.
1.5.2 Tujuan
Tujuan penyusunan dokumen RPJMD Propinsi Papua Barat periode tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan acuan dan arahan bagi segenap Satuan Kerja Perangkat Daerah atau SKPD dan
KementerianLembaga di Provinsi Papua Barat dalam menjabarkan Visi dan Misi Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat ke dalam arah kebijakan dan program pembangunan, terarah dan
terukur bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat. 2.
Menyediakan satu acuan resmi bagi SKPD Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat dalam menentukan prioritas program pembangunan yang akan dilaksanakan di Provinsi Papua Barat.
3. Mendorong terwujudnya perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan yang terintegrasi dan
harmonis antar program dan antar sector. 4.
Menyediakan tolak ukur untuk mengevaluasi kinerja setiap SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat.
15
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Luas wilayah Provinsi Papua Barat mencapai97.024,37 Km² berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2008 habis dibagi menjadi 10 Kabupaten dan 1 Kota, yang terdiri
atas 154 Distrik dan 1.421 Kampung.
Tabel 2-1.Daerah Administratif Provinsi Papua Barat menurut KabupatenKota Tahun 2010
KabupatenKota Ibukota
Jumlah Distrik
Jumlah Kampung
Jumlah Kelurahan
Kabupaten Fakfak Fakfak
9 120
5
Kabupaten Kaimana Kaimana
7 84
2
Kabupaten Teluk Wondama Raisei
13 75
1
Kabupaten Teluk Bintuni Bintuni
24 115
2
Kabupaten Manokwari Manokwari
25 412
9
Kabupaten Sorong Selatan Teminabuan
13 117
2
Kabupaten Sorong Aimas
19 128
15
Kabupaten Raja Ampat Waisai
24 117
4
Kota Sorong Sorong
6 -
31
Kabupaten Tambrauw Sausapor
7 53
Kabupaten Maybrat Kumurkek
11 128
1 Total
154 1.421
72 Sumber: Provinsi Papua Barat Dalam Angka 2011
Sedangkan untuk batas wilayah secara administratif adalah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Samudera Pasifik Sebelah Selatan
: Laut Banda dan Provinsi Maluku Sebelah Barat
: Laut Seram dan Provinsi Maluku Sebelah Timur
: Provinsi Papua
16 2.
Letak dan Kondisi Geografis a.
Provinsi Papua Barat secara astronomis terletak pada 124°-132° Bujur Timur dan 0°-4° Lintang Selatan, tepat berada di bawah garis khatulistiwa dengan ketinggian 0-100 meter
dari permukaan laut. b.
Wilayah Provinsi Papua Barat terdiri dari 7,95 merupakan puncak gunung, 18,73 berada di lembah. Wilayah lain lebih dari separuhnya berada di daerah hamparan. Seluruh wilayah
KabupatenKota di Papua Barat berbatasan dengan laut, namun hanya 37,04 Kampung yang berada di daerah pesisir. Wilayah Kampung lainnya tidak berbatasan dengan laut
bukan pesisir, yaitu sebesar 62,96.
Gambar 2-1.Persentase KampungKelurahan Berdasarkan Karakteristik Wilayah
Sumber: Sensus Potensi Kampung Podes, 2011 angka sementara 3.
Topografi a.
Kondisi topografi Provinsi Papua Barat sangat bervariasi membentang mulai dari dataran rendah, rawa sampai dataran tinggi, dengan tipe tutupan lahan berupa hutan hujan tropis,
padang rumput dan padang alang-alang. Ketinggian wilayah di Provinsi Papua Barat bervariasi dari 0 sampai dengan 1000 m. Kondisi topografi antar wilayah di Provinsi Papua
Barat cukup bervariasi. Kondisi ini merupakan salah satu elemen yang menjadi barrier transportasi antar wilayah, terutama transportasi darat, serta dasar bagi kebijakan
pemanfaatan lahan. b.
Sebagian besar wilayah Provinsi Papua Barat memiliki kelas lereng 40 dengan bentuk wilayah berupa perbukitan. Kondisi tersebut menjadi kendala utama bagi pemanfaatan lahan
baik untuk pengembangan sarana dan prasarana fisik, sistem transportasi darat maupun
17 bagi pengembangan budidaya pertanian terutama untuk tanaman pangan. Sehingga,
dominasi pemanfaatan lahan diarahkan pada hutan konservasi disamping untuk mencegah terjadinya bahaya erosi dan longsor.
4. Geologi
a. Secara geofisik, evolusi tektonik Wilayah Papua Barat bersama Papua merupakan produk
dari pertumbukan benua yang dihasilkan dari tubrukan Lempeng Samudera Pasifik dan Lempeng Australia. Kondisi inilah yang menyebabkan wilayah ini rentan terhadap gempa
bumi, karena berada dalam lintasan sesar besar. Informasi yang dipetakan oleh Badan Meteorogi dan Geofisika menunjukkan bahwa Papua Barat merupakan kawasan yang aktif
mengalami gempa bumi yang potensial menimbulkan tsunami. b.
Karakteristik bencana yang ada di Provinsi Papua Barat yaitu Gempa dan Tsunami. Kawasan rawan bencana alam ini meliputi kawasan rawan gempa dan tsunami yang terletak di daerah
pesisir maupun daratan di Provinsi Papua. Umumnya daerah patahan aktif Sesar Sorong merupakan zona yang sangat rawan gempa bumi. Wilayah Manokwari merupakan daerah
yang paling rawan gempa. Akan tetapi, secara umum wilayah Papua Barat rawan terhadap gempa bumi.
5. Hidrologi
a. Di Provinsi Papua Barat terdapat beberapa sungai yang membentuk beberapa Daerah Aliran
Sungai DAS. Sebagian besar Daerah Aliran Sungai yang terbentuk adalah pada kabupaten- kabupaten di Wilayah Pengembangan Sorong. Sungai-sungai yang termasuk dalam kategoti
terpanjang adalah Sungai Kamundan 425 km, Sungai Beraur 360 km, dan Sungai Warsamsan 320 km, sedangkan sungai-sungai yang termasuk kategori terlebar adalah
Sungai Kaibus 80-2700 m, Sungai Minika 40-2200 m, Sungai Karabra 40-1300 m, Sungai Seramuk 45-1250 m, dan Sungai Kamundan 140-1200 m. Sungai-sungai ini
sebagian besar terletak di kabupaten-kabupaten di Wilayah Pengembangan Sorong. Beberapa sungai yang memiliki kecepatan arus paling deras antara lain adalah Sungai
Seramuk 3,06 kmjam, Sungai Kaibus 3,06 kmjam, Sungai Beraur 2,95 kmjam, Sungai Aifat 2,88 kmjam, dan Sungai Karabra 2,88 kmjam. Sungai-sungai tersebut terletak
pada Wilayah Pengembangan Sorong.
Tabel 2-2. Pembagian Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Papua Barat KABUPATEN
WILAYAH SUNGAI NAMA DAS
LUAS KM2
T. Bintuni, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Wasian 4.851,000
T. Bintuni, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Sebyar 12.981,400
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Kasi 693,200
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Mangopi 1.917,200
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Prafi 1.169,300
18
KABUPATEN WILAYAH SUNGAI
NAMA DAS LUAS KM2
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Maruni 193,320
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Masabui 111,110
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Ransiki 584,300
T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar
Windesi 23,560
T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar
Wosimi 617,400
T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar
Wondiwoi 172,820
T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar
Woworama 279,700
Kaimana, Nabire A2-27 Omba
Omba 8.610,200
Kaimana A2-27 Omba
Laenatum 379,500
Kaimana A2-27 Omba
Lengguru 1.870,000
Kaimana A2-27 Omba
Berari 1.029,900
Kaimana, Fak Fak A2-27 Omba
Madefa 4.605,570
Fak Fak, Fak Fak A2-27 Omba
Karufa 477,400
Fak Fak A2-27 Omba
Bedidi 1.355,600
Fak Fak A2-27 Omba
Fak Fak 88,760
Fak Fak, T. Bintuni A2-27 Omba
Bomberai 2.033,300
Sorong Selatan, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Wariagar 6.720,000
Manokwari, Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar
Kamundan 9.732,250
Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar
Kais 4.232,740
Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar
Sekak 830,700
Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar
Waromga 810,430
Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Seremuk 884,600
Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Karabra 5.989,230
Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Kladuk 3.131,150
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Klasegun 848,510
Raja Ampat B-50 Kamundan-Sebyar
Misol 848,160
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Salawati 368,910
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Samate 82,000
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Batanta 69,490
Raja Ampat B-50 Kamundan-Sebyar
Waigeo 598,160
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Remu 46,440
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Warsamson 2.437,131
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar
Mega 1.048,340
MANOKWARI B-50 KAMUNDAN-SEBYAR
MAON 682,300
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Wesauni 626,933
T. Bintuni B-50 Kamundan-Sebyar
Kasuari 1.971,850
T. Bintuni B-50 Kamundan-Sebyar
Wagura 1.799,100
T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar
Arumasa 2.497,000
T. Bintuni, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar
Muturi 5.381,300
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005 b.
Wilayah Provinsi Papua Barat dilewati beberapa sungai yang tersebar di beberapa wilayah KabupatenKota. Dari sungai besar di Papua Barat sebagian besar mengalir di wilayah
pengembangan Sorong. Sungai-sungai tersebut menjadi sebuah sistem daerah aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun.
19
Tabel 2-3. Debit Sungai Dirinci Menurut DPSdi Provinsi Papua Barat No
No. DPS NAMA DPS
SWS Catchment
Area Km2 Qn m3s
Kabupaten
1 17
Omba B
– 49 8,610.200
316.919 Kaimana, Nabire
2 18
Laenatum B
– 49 379.500
29.086 Kaimana
3 19
Lengguru B
– 49 1,870.000
141.454 Kaimana
4 20
Berari B
– 49 1,029.900
96.869 Kaimana
5 21
Madefa B
– 50 4,605.570
374.730 Kaimana, Fak Fak
6 22
Karufa B
– 49 477.400
38.903 Kaimana, Fak Fak
7 23
Bedidi B
– 49 1,355.600
107.968 Fak Fak
8 24
Fak Fak B
– 49 88.760
11.747 Fak Fak
9 25
Bomberai B
– 49 2,033.300
146.870 Fak Fak, T. Bintuni
10 26
Kasuari B
– 50 1,971.850
142.232 T. Bintuni
11 27
Wagura B
– 50 1,799.100
165.546 T. Bintuni
12 28
Arumasa B
– 50 2,497.000
127.979 T,Wondama
13 29
Muturi B
– 50 5,381.300
476.337 T. Bintuni, Manokwari
14 30
Wasian B
– 50 4,851.000
364.562 T. Bintuni, Manokwari
15 31
Sebyar B
– 50 12,981.400
825.032 T. Bintuni, Manokwari
16 32
Wariagar B
– 50 6,720.000
432.319 Sorong Selatan, Manokwari
17 33
Kamundan B
– 50 9,732.250
796.177 Manokwari, Sorong Selatan
18 34
Kais B
– 50 4,232.740
221.554 Sorong Selatan
19 35
Sekak B
– 50 830.700
46.634 Sorong Selatan
20 36
Waromga B
– 50 810.430
50.282 Sorong Selatan
21 37
Seremuk B
– 50 884.600
58.182 Sorong Selatan, Sorong
22 38
Karabra B
– 50 5,989.230
302.739 Sorong Selatan, Sorong
23 38 a
Kladuk B
– 50 3,131.150
195.716 Sorong
24 39
Klasegun B
– 50 848.510
58.497 Sorong
25 40
Misol B
– 50 848.160
53.437 Raja Ampat
26 41
Salawati B
– 50 368.910
27.064 Sorong
27 42
Samate B
– 50 82.000
6.183 Sorong
28 43
Batanta B
– 50 69.490
5.338 Sorong
29 44
Waigeo B
– 50 216.500
13.309 Raja Ampat
30 45
Remu B
– 50 46.440
4.721 Sorong
31 46
Warsamson B
– 50 2,437.131
147.467 Sorong
32 47
Mega B
– 50 1,048.340
120.947 Sorong
33 48
Koor B
– 50 1,202.800
140.594 Sorong
34 49
Maon B
– 50 682.300
104.163 Manokwari
35 50
Wesauni B
– 50 626.933
108.648 Manokwari
36 51
Kasi B
– 50 0.000
128.883 Manokwari
37 52
Mangopi B
– 50 1,917.200
222.960 Manokwari
38 53
Prafi B
– 50 1,169.300
161.814 Manokwari
39 54
Maruni B
– 50 193.320
25.129 Manokwari
40 55
Masawui B
– 50 111.110
18.958 Manokwari
41 56
Ransiki B
– 50 584.300
76.153 Manokwari
42 57
Windesi B
– 50 23.560
3.574 T,Wondama
43 58
Wasimi B
– 50 617.400
45.854 T,Wondama
44 59
Wondiwoi B
– 50 172.820
18.816 T,Wondama
45 60
Woworama B
– 50 279.700
30.974 T,Wondama
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005.
20
Tabel 2-4. Luas dan Penyebaran Danau di Provinsi Papua Barat No
Nama Danau Luas Ha
Kabupaten
01 Aiwasa
10,240 Kaimana
02 Laamora
16,740 Kaimana
03 Urema
12,600 Kaimana
04 Mbula
6,024 Kaimana
05 Kamakawalor
23,340 Kaimana
06 Berari
6,916 Kaimana
07 Makiri
7,527 Tel. Bintuni
08 Tanemot
17,640 Tel. Bintuni
09 Anggi Gigi
21,370 Manokwari
10 Anggi Gita
22,830 Manokwari
11 Ayamaru
10,850 Sorong Sel.
12 Hain
4,596 Sorong Sel.
Sumber: Dinas PU 2003. Studi Aplikasi SWS di Tanah Papua 6.
Klimatologi a.
Provinsi Papua Barat memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak
banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal
dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim penghujan. b.
Berdasarkan jumlah curah hujannya wilayah Papua Barat memiliki tiga kelas curah hujan, yaitu kelas I dengan curah hujan antara 0 s.d. 1000 mmtahun; kelas II dengan curah hujan
antara 1000 s.d. 2000 mmtahun; kelas III dengan curah hujan antara 2000 s.d. 3000 mmtahun; kelas IV dengan curah hujan antara 3000 s.d. 4000 mmtahun; dan kelas V
dengan curah hujan antara 4000 s.d. 5000 mmtahun. Hampir seluruh wilayah Papua Barat memiliki kelas curah hujan tipe III pola C, dengan curah hujan sekitar 2000 s.d. 3000
mmtahun.
Tabel 2-5. Keadaan Iklim menurut KabupatenKota di Provinsi Papua Barat Tahun 2010 Uraian
Minimum Maksimum
Suhu Udara Rata-rata 26,60
Fakfak 27,30
Kab. Sorong Rata-rata Kelembaban Udara
83,00 Kaimana
85,60 Fakfak
Tekanan Udara Rata-rata 993,35
Fakfak 1.006,80
Kab. Sorong Curah Hujan
1.581,0 Manokwari
4.306,0 Kab. Sorong
Hari Hujan 219
Manokwari 286
Kab. Sorong Rata-rata Penyinaran Matahari
25,33 Kaimana
135,74 Fakfak
Sumber: Papua Barat Dalam Angka Tahun 2011
21 7.
Penggunaan Lahan Pencatatan data mengenai penggunaan lahan di Papua Barat masih sangat terbatas. Data
mengenai lahan antara satu dan yang lainnya kerap menunjukkan perbedaan. Faktor kondisi fisik Provinsi Papua Barat yang berbukit dengan banyak pulau menyebabkan pencatatan penggunaan
lahan relatif lebih sulit dilakukan. Berikut ini adalah data penggunaan lahan di Provinsi Papua Barat yang dibedakan ke dalam beberapa kategori penggunaan lahan secara umum.
Tabel 2-6. Penggunaan Lahan di Provinsi Papua Barat Berdasarkan KabupatenKota dan Jenis Penggunaan Tahun 2010 Ha
Kampung Perumahan
Sawah Tegalan
Kebun Kebun
Campur Hutan
Semak Tanah
Rusak Lain-
lain Fak-Fak
- -
- -
- -
- -
-
Kaimana
1.754,73 -
424,27 4.426,73
5.395,91 173.280,12
37.489,11 84.731,3
Teluk Wondama
- -
- -
- -
- -
-
Teluk Bintuni
19.636,95 -
169,64 9.642,64
4.303,06 1.844.082,43
23.600,67 -
115.430,82
Manokwari
11.466,2 3.974,47
5.905,59 12.838,57
15.999,48 1.292.134,84
141.863,38 -
47.794,83
Sorong Selatan
3.907,35 -
90,52 -
29.372, 48 1.015.973,59
55.831,44 -
82.428,59
Sorong
- -
- -
- -
- -
-
Raja Ampat
29.533,54 -
132,48 -
994,87 699.981,84
26.343,14 -
29.602,61
Kota Sorong
- -
- -
- -
- -
-
Tambrauw
- -
- -
- -
- -
-
Maybrat
- -
- -
- -
- -
-
Papua Barat
66.289,77 3.974,47
6.712,50 26.889,76
55.955,79 6.590.452,82
285.127,74 -
359
Sumber: Papua Barat Dalam Angka Tahun 2011
2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Sektor unggulan yang ada di Papua Barat adalah pertanian subsektor perikanan dan kehutanan, pertambangan migas, dan bangunan. Untuk sektor pertanian dapat dikembangkan pada daerah datar
dengan kondisi keairan yang baik pada daerah tengah Kepala Burung. Untuk lebih detail mengenai potensi pengembangan wilayah Papua Barat adalah sebagai berikut :
1. Pertanian
a. Sektor pertanian sampai dengan tahun 2008 selalu memberikan kontribusi utama dalam
perekonomian Papua Barat. Persentase penduduk yang bekerja sebagai petani pun sampai saat ini selalu memiliki persentase tertinggi. Sejak tahun 2009, sektor pertanian menjadi kontributor
terbesar kedua dalam PDRB Papua Barat, di tahun 2010 kontribusinya sebesar 20,71 dan persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian mencapai 54,04. Sumber: Statistik
Daerah Provinsi Papua Barat, 2011.
22 b.
Produksi dan luas panen tanaman jagung tahun 2010 kembali mengalami peningkatan. Luas panen meningkat dari 965 Ha di tahun 2009 menjadi 1.162 Ha di tahun 2010. Sedangkan
produksinya kembali meningkat dari 1.584 ton di tahun 2009 menjadi 1.930 ton di tahun 2010. Peningkatan luas panen dan produksi jagung turut mendongkrak produktivitas jagung. Di tahun
2010 produktivitasnya meningkat tipis menjadi 16,61 KwHa dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 16,41 KwHa.
c. Komoditas unggulan di subsektor perkebunan diantaranya adalah pala, kelapa sawit, dan kakao.
Perkebunan kelapa sawit berada di Kabupaten Manokwari, sedangkan perkebunan pala terutama di Kabupaten Fakfak dan Kabupaten Kaimana.
i. Produksi pala tahun 2010 mencapai 1.921 ton dengan luas areal perkebunan seluas
5.492 Ha. ii.
Produksi kelapa sawit mencapai 17.116 ton dengan luas areal perkebunan seluas 15.937 Ha.
iii. Produksi kakaomencapai 5.152 ton dengan areal seluas 11.154 Ha.
d. Dari sisi peternakan, peningkatan yang paling signifikan adalah pada peternakan babi. Ternak
babi meningkat dari 43.678 ekor di tahun 2008 menjadi 53.706 ekor di Tahun 2009. Jumlah tersebut kembali meningkat di tahun 2010 menjadi 63.138 ekor. Tingginya peningkatan jumlah
ternak babi diduga terjadi karena tingginya permintaan konsumsi daging babi. Sedangkan pada ternak sapi dan kambing, peningkatannya tidak setinggi pada ternak babi.
e. Nilai produksi perikanan tahun 2010 mencapai 116.593,30 ton. Tiga KabupatenKota dengan
produksi tertinggi adalah Kota Sorong yaitu 36.786,4 ton, Kabupaten Fakfak 24.571,2 ton, dan Kabupaten Manokwari 11.987,2 ton.Beberapa komoditi ekonomis penting perikanan yang
merupakan sumberdaya perikanan dari perairan 4 empat wilayah pengembangan seperti kakap, kerapu dan napoleon memiliki peluang ekspor yang besar dengan permintaan yang
tinggi di pasaran luar negeri. f.
Sumber daya kehutanan masih sangat potensial untuk lebih mengembangkan nilai tambah dari produksi hasil hutan.
2. Pertambangan dan Energi
a. Papua Barat adalah salah satu provinsi yang kaya akan Sumber Daya Alam SDA. Banyak potensi
SDA berupa bahan tambang di Papua Barat yang masih belum tereksplorasi maupun yang telah dieksploitasi untuk dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Dua tambang besar yang dimiliki
Papua Barat adalah tambang minyak di Kabupaten Sorong dan tambang Liquid Natural Gas LNG di Kabupaten Teluk Bintuni. Bahkan tambang LNG ini diperkirakan memiliki kandungan
gas alam cair yang besar dan termasuk tiga produsen LNG terbesar di Indonesia.
23 b.
Besarnya PDRB atas dasar harga berlaku sektor pertambangan dan penggalian Papua Barat tahun 2010 mencapai 2.302,78 miliar Rupiah. Nilai tersebut setara dengan 10,22 dari total
PDRB Papua Barat yang mencapai 22.527,36 miliar Rupiah. Kontribusi sektor ini adalah yang terbesar ketiga di Papua Barat setelah sektor industri pengolahan 35,45 dan sektor pertanian
20,71. c.
Cadangan bahan tambang baik mineral logam maupun non logam masih tinggi. Potensi pertambangan yang dieksplorasi dan dieksploitasi di Papua Barat adalah pertambangan nikel di
pulau-pulau sekitar Kepala Burung seperti Waigeo. Potensi batugamping dapat dijumpai di sekitar Pegunungan Kemum.
d. Khusus untuk potensi minyak dan gas di daerah Papua Barat ada pada Cekungan Bintuni,
Cekungan Salawati, dan Cekungan Waiponga.
3. Industri Pengolahan
a. Kontribusi sektor industri pengolahan dalam perekonomian Papua Barat memiliki prospek yang
sangat baik. sektor ini terus mengalami peningkatan share terhadap total PDRB. Di tahun 2010 kontribusinya meningkat sangat signifikan menjadi 35,45. Kontribusi sektor industri
pengolahan menempati posisi pertama dalam PDRB Papua Barat sejak tahun 2009. b.
Pada tahun 2010 sektor ini tumbuh mencapai 149,52 dibandingkan tahun 2009 dipicu oleh mulai beroperasinya industri LNG di Kabupaten Teluk Bintuni.
c. Di tahun 2009, ada 21 perusahaan industri besar-sedang. Jenis industri terbanyak yaitu industri
makanan dan minuman sebesar 47,62. Industri terbanyak kedua adalah industri kayu selain mebeller yaitu sebesar 19,05. Industri lainnya adalah industri penerbitan, percetakan, dan
reproduksi media rekam; industri barang-barang dari batubara, pengilangan dan pengolahan minyak bumi; industri barang galian bukan logam; dan industri alat angkutan selain kendaraan
bermotor roda empat atau lebih dengan persentase kurang dari 35. d.
Menurut sebarannya, industri besar-sedang hanya terdapat di 4 empat KabupatenKota, yaitu kabupaten Teluk Bintuni 5,92, Manokwari 19,05, Sorong 14,29, dan Kota Sorong
57,14. e.
Menurut kepemilikanya, sebesar 9,52 adalahmilik pemerintah pusat; 4,76 milik pemerintah daerah; 61,90 milik swasta nasional dan asing; serta 4,76 adalah milik pemerintah pusat dan
asing.
24 4.
Konstruksi PDRB sektor konstruksi Papua Barat tahun 2009 mencapai 648,21 miliar Rupiah. Share sektor ini
terus mengalami peningkatan beberapa tahun ini. Kontribusinya sebesar 8,00 di Tahun 2009. Walaupun bukan sebagai kontributor utama dalam PDRB Papua Barat namun pertumbuhannya
berada pada peringkat kedua setelah sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor
bangunankonstruksi mampu menyerap banyak tenaga kerja memiliki nilai pengganda tinggi.
5. Hotel dan Pariwisata
a. Subsektor hotel dan pariwisata cukup menjanjikan meskipun kontribusinya hanya sekitar 0,19
dari total PDRB Papua Barat. Pertumbuhan subsektor ini cukup pesat. Pada tahun 2010 jumlah hotel menjadi 80 unit, yang terdiri dari 10 hotel Bintang dan 70 hotel Melati. Hotel Berbintang
hanya tersebar di kabupaten Fakfak, Manokwari, dan Kota Sorong. b.
Jumlah objek wisata di Papua Barat tahun 2010 sebanyak 79 objek. Objek wisata tersebut terdiri dari 20 objek wisata alam, 8 objek wisata tirtabahari, 32 objek wisata budaya, dan 19 objek
wisata agro. Objek wisata yang telah mendunia saat ini adalah objek wisata bawah laut di Kepulauan Raja Ampat
c. Papua Barat terkenal dengan panorama keindahan alam yang eksotis. Sebagian besar panorama
alam tersebut bahkan masih sangat alami dan belum terjamah komersialisasi pariwisata. Sebagian besar objek wisata belum terekspos sehingga belum banyak dikenal khalayak umum.
Salah satu objek wisata yang mulai popular adalah wisata bawah laut Kepulauan Raja Ampat. Kurang lebih ada 610 pulau. Hanya sekitar 35 pulau yang berpenghuni. Perairan Raja Ampat
merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan diperkirakan menjadi nomor satu untuk kelengkapan dan keanekaragaman hayati flora dan
fauna bawah laut saat ini. d.
Wisata alam lain yang menjadi andalan Papua Barat adalah Taman Nasional Teluk Cendrawasih TNTC yang terletak di Kabupaten Teluk Wondama. Panjang garis pantainya 500 Km dengan
luas daratan mencapai 68.200 ha, luas laut 1.385.300 ha dengan rincian 80.000 ha kawasan terumbu karang dan 12.400 ha lautan.
e. Ekowisata di kepala burung pulau Papua terdapat Cagar AlamPegunungan Arfak di Kabupaten
Manokwari, dengan luas mencapai 68.325 ha dengan ketinggian mencapai 2.940 mdpl. Terdapat juga Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gita yang berada pada ketinggian 2000 mdpl.
f. Baru-baru ini di Kabupaten Manokwari ditemukan sebuah goa yang diklaim sebagai goa
terdalam di dunia oleh Tim Ekspedisi Speleologi Ahli Goa Perancis di Kawasan Pegunungan Lina di Iranmeda, Distrik Didohu dengan kedalaman gua mencapai 2000 meter.
25 g.
Di kabupaten Kaimana terdapat wisata pantai dan laut teluk Triton disamping keindahan panorama Senja di Kaimana yang melegenda.
6. Transportasi dan Komunikasi
a. Dalam perekonomian Provinsi Papua Barat tahun 2010, sektor pengangkutan transportasi dan
komunikasi memang tidak memberikan kontribusi hanya 6,38 dengan nilai agregat PDRB sebesar 1.437,07 miliar Rupiah Atas Dasar Harga Berlaku atau 612,20 miliar Rupiah Atas
Dasar Harga Konstan. b.
Pada tahun 2010, sektor transportasi dan komunikasi memiliki angka pertumbuhan tertinggi kedua terhadap tahun 2009 dibandingkan dengan sektor tersier lainnya.
c. Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang diamanahkan dalam
Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat adalah Program Pengembangan Infrastruktur Dasar. Program tersebut rencananya akan
membangun dan meningkatkan jalan Trans Papua dan Trans Papua Barat. d.
Sebagian besar orang memanfaatkan fasilitas perhubungan laut dan udara. Namun tren pengguna fasilitas perhubungan laut cenderung menurun, sebaliknya jumlah pengguna fasilitas
perhubungan udara meningkat signifikan 2008-2010.
7. Perbankan dan Investasi
a. Dalam tiga tahun, fasilitas kredit perbankan yang disalurkan ke masyarakat baik rupiah maupun
valuta asing lebih banyak digunakan untuk investasi. Penggunaan kredit untuk keperluan modal kerjausaha justru lebih kecil digunakan dari penggunaan kredit untuk keperluan konsumsi.
b. Penggunaan kredit perbankan untuk investasi meningkat dari 40,58 di tahun 2007menjadi
57,60 di tahun 2010. Hal tersebut menyiratkan bahwa kesadaran masyarakat untuk berinvestasi dalam perbankan semakin membaik. Sedangkan lebih tingginya penggunaan kredit
untuk konsumsi daripada untuk modal kerja menunjukkan perilaku konsumtif masyarakat meskipun persentasenya berangsur-angsur menurun.
26
2.1.3. Wilayah Rawan Bencana
Secara geologi, Provinsi Papua Barat memiliki struktur yang cukup kompleks dengan kelurusan umum kearahBarat-Timur diapit dua lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik yang
berpengaruh terhadap kerawanan terhadap gempa tektonik berpotensi diikuti oleh tsunami.Seluruh wilayah kepala burung rawan gempa bumi. Dari data, daerah tsunami di wilayah ini, tingginya mencapai
15 m, meliputi daerah Oransbari, Yapen, dan Nabire. Sebagai gambaran, zona rawan gempa bumi berdasarkan tingkat kerawanannya dapat dilihat pada
Gambar 2-2.Untuk tingkat kerawanan bencana lainnya seperti banjir dan longsor di wilayah Papua Barat, kondisi lingkungan yang rata-rata memiliki tekstur pergunungan yang terjal dan dataran rendah di
bagian tengah yang mengalir sungai-sungai secara intensif berpotensi tinggi memberikan kontribusi bencana yang fluktuatif. Sebagai gambaran, zona rawan longsor berdasarkan tingkat kerawanannya
dapat dilihat pada Gambar 2-3.
Gambar 2-2. Zona Rawan Gempa Bumi Berdasarkan Tingkat Kerawanan
Zona 1 paling rawan gempa, sedangkan Zona 6 paling aman dari gempa
Sumber:Draft RTRW Provinsi Papua Barat 2008-2028.
27
Gambar 2-3. Zona Rawan Longsor Papua Barat Berdasarkan Tingkat Kerawanan
Sumber:Draft RTRW Provinsi Papua Barat 2008-2028. Belum ada jalur resmi evakuasi bencana yang direncanakan, baik dalam skala regional maupun lokal.
Bencana alam besar yang terjadi pada Oktober 2010 di Kabupaten Teluk Wondama seharusnya menjadi pemantik bagi pemerintah untuk segera membuat rencana jalur evakuasi bencana.
Alat pemadam kebakaran dinamis berupa mobil pemadam kebakaran dengan jumlah yang sangat terbatas telah ada di setiap ibukota kabupaten kecuali di Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Maybrat.
Untuk alat pemadam kebakaran statis berupa hidran umum belum banyak terdapat di area publik atau pusat permukiman penduduk, hanya terdapat di gedung-gedung tertentu saja misalnya gedung kantor
pemerintahan. Perangkat posko bencana baru terdapat dengan jumlah yang terbatas di Kabupaten Manokwari,
selebihnya masih mengandalkan bantuan dari lembaga-lembaga pemerhati kebencanaan dan sifatnya insidental. Perangkat peringatan dini belum dimiliki oleh wilayah-wilayah potensi bencana tsunami dan
gempa bumi. Perangkat evakuasi belum dimiliki selain mengandalkan kendaraan milik pemerintah, polisi, dan tentara.
2.1.4. Aspek Demografi
1. Sejak pertama kali dilaksanakan sensus penduduk pada Tahun 1971, Papua Barat mengalami
pertumbuhan penduduk dengan oika kurva mirip distribusi logistik. 2.
Data paling mutakhir jumlah penduduk Papua Barat diperoleh dari hasil sensus penduduk tahun 2010 adalah 760.422 jiwa, terdiri dari 402.398 laki-laki dan 358.024 perempuan. Jumlahtersebut
28 menjadikannya sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terkecil di Indonesia, kontribusinya
hanya sekitar 0,32 terhadap total penduduk nasional. 3.
Rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 3,71. Laju pertumbuhan penduduk Papua Barat adalah yang terbesar ke-empat di Indonesia setelah Provinsi Papua 5,39, Provinsi
Kepulauan Riau 4,95, dan Provinsi Kalimantan Timur 3,81. Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi ini juga dipengaruhi tingkatmigrasi masuk karena memiliki faktor penarik
migranakibat SDA dan prospek ekonominya. Laju pertumbuhan penduduk palimg tinggi di Kabupaten Sorong 5,41 per tahun dan terendah adalah Kabupaten Tambrauw 0,38 per
tahun. 4.
Struktur penduduk Papua Barat dilihat dari piramida penduduk tergolong dalam struktur penduduk muda. Struktur penduduk ini masih sangat dipengaruhi oleh tingginya fertilitas. Hal ini
terlihat pada alas piramida penduduk yang paling lebar pada kelompok umur 0-4 tahun. Dilihat dari median umur pun semakin menguatkan bahwa komposisi penduduk muda begitu dominan.
Median umur penduduk Papua Barat adalah 18,60 tahun.Jumlah penduduk usia produktif termasuk tinggi sehingga sumber daya manusia masih ada kesempatan untuk digali kembali.
Gambar 2-4. Piramida Penduduk Provinsi Papua Barat
Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010 5.
Sebaran penduduk Provinsi Papua Barat menurut kabupatenkota masih dominan di dua daerah yaitu di Kota Sorong 25,07 dan Kabupaten Manokwari 24,69. Hampir setengah dari total
penduduk Papua Barat tinggal di kedua daerah tersebut. Kota Sorong menjadi pintu gerbangnya Papua Barat dari
dunia luar karena terdapat Bandar Udara dan pelabuhan kapal besar sebagai pintu keluar masuk penumpang dan barang dari dan ke Papua Barat maupun kabupaten lainnya
di Papua Barat. 6.
Kabupaten Manokwari semakin padat ketika Papua Barat dimekarkan dari Provinsi Papua dan Kabupaten Manokwari ditetapkan sebagai ibukota dan pusat pemerintahan Provinsi Papua
Barat. Sebagai pusat pemerintahan, Kabupaten Manokwari aktif membangun, mulai dari fasilitas
29 pemerintahan, akses transportasi, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur lainnya.
7. Jika dilihat dari kepadatan penduduknya, Papua Barat adalah provinsi dengan kepadatan
terendah di Indonesia. Kepadatan penduduknya hanya 8 jiwaKm2. Kepadatan penduduk tertinggi di Papua Barat berada di Kota Sorong sebesar 290 jiwaKm2 sementara kepadatan
penduduk terendah adalah Kabupaten Tambrauw yaitu 1 jiwaKm2. 8.
Sex ratio Papua Barat adalah sebesar 112,39, artinya diantara 100 orang penduduk perempuan, 112 orang adalah laki-laki. Sex ratio Papua Barat adalah yang tertinggi kedua di
Indonesia setelah Provinsi Papua 113,44. 9.
Dependency ratio atau rasio ketergantungan Papua Barat sebesar 55,72, artinya dari 100 orang usia produktif harus menanggung beban hidup sekitar 55-56 orang yang belum produktif dan
tidak produktif. Beban tanggungan perempuan lebih besar daripada laki-laki, terlihat dari rasionya yaitu 54,21 untuk laki-laki dan 57,46 untuk perempuan.
Tabel 2-7. Indikator Kependudukan Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2010 Uraian
2008 2009
2010
Jumlah Penduduk jiwa 729.962
743.860 760.422
Pertumbuhan Penduduk 1,95
1,90 2,23
Sex Ratio 110,44
110,20 112,39
Jumlah Rumah Tangga ruta 169.439
169.945 168.080
Rata-rata ART jiwaruta 4,31
4,38 4,52
Penduduk menurut kelompok umur 0-14
32,16 31,08
34,13 15-64
68,33 67,39
64,22 65+
1,47 1,53
1,65 Sumber: Proyeksi Penduduk dan SP 2010, BPS.
10. Penduduk Asli Papua di Papua Barat
a. Jumlah penduduk Asli Papuasebesar 405.074 jiwa, yang terdiri dari 208.658 laki-laki dan
196.416 perempuan. Dengan demikian, jumlah penduduk non asli Papua sudah hampir berimbang dengan penduduk asli Papua dengan perbandingan 46,73 dan 53,27.
b. Dari 405.074 jiwa penduduk Asli Papua, 91,76 benar-benar penduduk Asli Papua karena
memiliki ayah dan ibu Papua. Sementara itu, yang memiliki ayah Papua atau ibu Papua saja sebesar 2,28 dan 2,12.
c. Sex ratio Penduduk Asli Papua 106,23.
d. Penduduk Asli Papua tersebar di seluruh kabupatenkota di Papua Barat. Persentase
penduduk Asli Papua terbesar berada di Kabupaten Maybrat 96,04 dan Kabupaten Tambrauw 95,67. Sementara penduduk Asli Papua terkecil berada di Kabupaten Sorong
37,38 dan Kota Sorong 32,56.
30 e.
Berdasarkan distribusinya, lebih dari seperempat penduduk Asli Papua tinggal di Kabupaten Manokwari. Jumlahnya mencapai 107.857 jiwa 26,63. Sedangkan Kota Sorong
memberikan kontribusi terbesar kedua, yaitu 62.070 jiwa 15,32. Kontributor terkecil penduduk Asli Papua adalah Kabupaten Tambrauw, yaitu 1,45.
f. Struktur penduduk Asli Papua sangat berbeda dengan penduduk Non Asli Papua. Pada
piramida penduduk asli papua, penduduk usia muda sangat dominan karena dipengaruhi oleh tingkat fertilitas yang tinggi. Sedangkan struktur penduduk Non Asli Papua didominasi
oleh penduduk usia produktif, terutama 25-29 tahun. g.
Dependency ratio pada penduduk Non Asli Papua hanya sebesat 47,27 sedangkan pada penduduk asli papua sebesar 64,07. Rendahnya dependency ratio pada penduduk Non Asli
Papua tidak lepas dari tingginya persentase penduduk usia produktif 15-64 tahun yang mencapai 67,90, terutama disumbang oleh penduduk laki-laki.
Tabel 2-8. Indikator Kependudukan Asli Papua dan Non Asli Papua di Provinsi Papua Barat URAIAN
PENDUDUK ASLI PAPUA PENDUDUK NON ASLI PAPUA
Jumlah Penduduk jiwa 405.074
355.348 Laki-laki
208.658 193.740
Perempuan 196.416
161.608 Persentase Penduduk
53,27 46,73
Sex Ratio 106,23
119,88 Median Umur th
16,39 20,19
Dependency Ratio 64,07
47,27 Penduduk menurut kelompok umur
0-14 37,30
30,57 15-64
60,95 67,90
65+ 1,75
1,53 Jumlah Rumah Tangga
84.747 83.333
Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2011.
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga, dipaparkan sebagai berikut:
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1. Pertumbuhan PDRB
Dalam perkembangan PDRB Papua Barat, baik dari segi nilai tambah bruto maupun kontribusi sektoral memiliki kontribusi terhadap PDB Nasional sekitar 0,26 di Tahun 2009, yang berarti
kapasitas perekonomian wilayah ini masih sebatas pada level lokal saja. Nilai absolut PDRB Papua Barat harga konstan Tahun 2000 pada Tahun 2008 sebesar Rp. 6.369,37 miliar, naik
menjadi Rp. 6.768,20 miliar pada Tahun 2009. Kenaikan ini cukup positif akan tetapi belum
31 menunjukan perubahan yang signifikan terhdap pembangunan Provinsi Papua Barat
Gambar 2-5. Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dengan Migas dan Tanpa Migas Tahun 2006-2010
Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2011 Terkait dengan tingkat kesejahteraan, meskipun PDRB Provinsi Papua Barat memiliki laju
pertumbuhan yang cukup baik namun prosentase tingkat kemiskinan Provinsi Papua Barat berada di posisi kedua nasional. Berbagai faktor berpengaruh atas kenaikan garis kemiskinan
seperti kebijakan energi, kebijakan harga, kelancaran arus distribusi barang, kondisi alam dan lain-lain. Papua Barat tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh dari luar disamping dari internal
wilayah ini sendiri. Garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pekampungan karena perbedaan harga barang dan jasa antara Kota dan Kampung dimana harga
di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di peKampungan.
PDRB Dengan Migas
a. Dalam kurun waktu 2007-2010 Papua Barat dapat dikatakan stabil memperlihatkan
pertumbuhan yang tinggi dan menunjukkan percepatan setiap tahunnya. Hal ini jelas terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 26,82 pada Tahun 2010 setelah memasukkan
nilai tambah gas alam cair LNG. Sementara pertumbuhan tanpa migas mencapai 6,83. b.
Pada Tahun 2010, pertumbuhan tertinggi sebesar 149,52 dicapai oleh sektor industri pengolahan didorong oleh pertumbuhan subsektor migas terutama pertumbuhan gas alam
cair akibat tercakupnya produksi gas alam cair di Teluk Bintuni. Sementara sektor pertambangan dan penggalian justru mengalami kontraksi mencapai minus o,84.
c. Sektor pertanianm industri pengolahan, dan bangunan tetap menjadi sumber utama
pertumbuhan ekonomi. Bahkan 21,94 dari pertumbuhan ekonomi 26,82 pada Tahun 4.55
6.95 7.84
7.02 26.82
7.63 8.61
9.25 7.86
6.83
2006 2007
2008 2009
2010 PDRB Dengan Migas
PDRB Tanpa Migas
32 2010 berasal dari sektor industri pengolahan. Sektor pertanian memberikan kontribusi
pertumbuhan sebesar 0,93. d.
Sektor-sektor utama perekonomian Papua Barat pada periode 2007-2010 adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian. Ketiga
sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari 60 PDRB Papua Barat. e.
PDRB per kapita Papua Barat ADHB pada tahun 2010 meningkat 26,63 terhadap Tahun 2009, yaitu dari 23,40 juta Rupiah menjadi 29,62 juta rupiah. PDRB per kapita Papua Barat
ADHK mencapai 11,42 juta Rupiah atau meningkat 22,72 terhadap Tahun 2009 9,31 juta Rupiah.
Gambar 2-6. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 dalam
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011
Tabel 2-9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Menurut Penggunaan Tahun 2006
–2009
NO SEKTOR
2006 2007
2008 2009
1 Konsumsi Rumah Tangga
9.19 6.15
10.57 6.18
2 Lembaga Swasta Nirlaba
9.54 7.59
5.3 19.91
3 Konsumsi Pemerintah
19.21 15.61
10.62 5.45
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto
4.08 5.53
2.46 4.01
5 Perubahan Stok
2.19 2.24
-0.38 -11.04
6 Ekspor
11.04 0.18
-6.99 -27.15
7 Dikurangi Impor
17.88 1.47
-3.98 -24.1
PDRB Dengan Migas 4.55
6.95 7.33
6.26
1.72
-0,13
21.94
0.03 0.93
0.42 0.88
0.25 0.80
33
Gambar 2-7. Peranan Sektor Dominan Terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 dalam
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011
PDRB Tanpa Migas
a. Pertumbuhan ekonomi tanpa migas yang tercipta pada tahun 2010 sebesar 6,83.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 12,20. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan di sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan sebesar 11,02; sektor pengangkuan dan komunikasi 10,93; sektr bangunan 9,77; sektor jasa-jasa 7,34; sektor listrik dan air bersih 7,30; sektor pertanian 6,20;
sektor pengangkutan dan komunikasi 3,99. Sementara sektor industri pengolahan hanya tumbuh 2,77.
Gambar 2-8. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2007-2010 dalam Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011
20 40
60 80
100
2007 2008
2009 2010
62.27 62.27
62.29 66.37
37.28 37.73
37.71 33.63
Sektor Pertanian, Pertambangan Penggalian, Industri Pengolahan Sektor Lainnya
- 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
2.19
0.14 0.29
0.04 1.19
0.53 1.12
0.31 1.01
34 b.
Dalam rentang waktu empat tahun terakhir, tiga sektor utama yang mendominasi penciptaan PDRB tanpa migas di Papua Barat adalah sektor pertanian, sektor bangunan, dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari 60 terhadap PDRB tanpa migas Papua Barat.
Gambar 2-9. Peranan Sektor Dominan terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 dalam
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011 c.
PDRB per kapita ADHB mencapai 18,01 juta Rupiah. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 10,15 dibandingkan dengan PDRB per kapita pada Tahun 2009. Sementara PDRB
per kapita ADHK 2000 bernilai 7,55 juta Rupiah dan mengalami pertumbuhan sebesar 3,37 dibandingkan keadaan tahun 2009.
2. Laju Inflasi Provinsi
a. Indeks Harga Konsumen IHK Papua Barat Tahun 2010 sebesar 143,49 artinya terjadi
kenaikan harga secara umum sebesar 43,49 dibandingkan dengan harga tahun dasar 2007, atau dengan kata lain, harga secara umum saat ini hampir satu setengah kali lebih mahal
daripada tahun 2007. Selama tahun 2008-2011, inflasi lebih banyak terjadi daripada deflasi. Bila mencermati fluktuasi yang ada, tampaknya perkembangan harga belum terkontrol
dengan baik b.
Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35 yang terjadi di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar -0,76.
c. Inflasi tahun 2010 tercatat 6,25. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok pengeluaran
bahan makanan, yaitu sebesar 8,34. Inflasi kelompok pengeluaran sandang memiliki 20
40 60
80 100
2007 2008
2009 2010
63.79 63.63
63.07 62.69
36.21 36.37
36.93 37.31
Sektor Pertanian, Bangunan, Perdagangan, Hotel, Restoran Sektor Lainnya
35 tingkat inflasi terendah, yaitu hanya 2,36. Pada tahun 2010 inflasi terjadi pada seluruh
kelompok pengeluaran. d.
Laju inflasi perKampungan tahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86, lebih tinggi dari tahun 2009 sebesar 4,53. Berarti tingkat kenaikan harga di tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan
tahun 2009. e.
Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35 yang terjadi di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar -0,76.
f. Inflasi tahun 2010 tercatat 6,25. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok pengeluaran
bahan makanan, yaitu sebesar 8,34. Inflasi kelompok pengeluaran sandang memiliki tingkat inflasi terendah, yaitu hanya 2,36. Pada tahun 2010 inflasi terjadi pada seluruh
kelompok pengeluaran. g.
Laju inflasi perKampungan tahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86, lebih tinggi dari tahun 2009 sebesar 4,53. Berarti tingkat kenaikan harga di tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan
tahun 2009.
3. Indeks Gini
Koefisien Gini pada tahun 2007 sebesar 0,33 naik menjadi 0,35 pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi 0,37. Meskipun terjadi kenaikan koefisien gini, namun status ketimpangan
pendapatan masih pada posisi diantara ketimpangan rendah. 4.
Tingkat Pemerataan Pendapatan Menurut Bank Dunia a.
Tingkat kemerataan menurut Bank Dunia, Provinsi Papua Barat masih dalam kategori ketimpangan rendah.
b. Selama periode 2007-2010, proporsi pengeluaran dari kelompok penduduk 40 terbawah
terhadap total pengeluaran seluruh penduduk masih diatas 17.
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
1. Pendidikan
a. Angka Melek Huruf AMH Provinsi Papua Barat tahun 2010 adalah sebesar 93,19,. dan
92,34.Angka melek huruf pada tahun 2010 meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 90,15; tahun 2008 sebesar 92,15; pada tahun 2007 sebesar 90,32; dan tahun
2006 sebesar 88,55. Semakin tinggi angka melek huruf maka kenaikan persentase angka melek huruf ini akan cenderung semakin lambat. Dalam artian pertumbuhan angka melek
36 hurufnya semakin kecil atau mengalami perlambatan. Dengan menggunakan angka melek
huruf dapat diketahui jumlah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.
Gambar 2-10. Perkembangan Angka Melek Huruf dan Angka Buta Huruf di Provinsi Papua Barat Tahun 2007-2010
b. AMH penduduk laki-laki tahun 2009 sebesar 94,95 atau mengalami peningkatan
dibandingkan dengan kondisi tahun 2008 yaitu sebesar 93,01 dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 95,33.
c. AMH penduduk perempuan walaupun selalu lebih rendah daripada laki-laki namun selalu
mengalami peningkatan menjadi 90,83 di tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2008 yang masing masing sebesar 88,55 dan 88,35.
Gambar 2-11. Perkembangan Angka Melek Huruf Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi Papua Barat Tahun 2007-2010
d. Angka rata-rata lama sekolah terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 rata-rata lama
sekolah sebesar 8,21 tahun atau mengalami peningkatan dari tahun 2009 dan 2008 yakni sebesar 8,01 tahun dan 7,67 tahun. Artinya rata-rata penduduk baru mampu menempuh
pendidikan sampai kelas 2 SLTP. Berarti pencapaian pendidikan di Provinsi Papua Barat 90.32
92.15 92.94
93.19
9.68 7.85
7.06 6.81
2007 2008
2009 2010
Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf
92.69 93.61
94.95 95.33
87.86 88.35
89.55 93.19
2007 2008
2009 2010
Laki - Laki Perempuan
37 belum memenuhi Program Wajib Belajar 9 Tahun. Meskipun demikian, masih ada disparitas
gender, dimana penduduk perempuan belum sepenuhnya memperoleh pendidikan yang setara dengan penduduk laki
–laki. Sehingga perlu diperhatikan lagi faktor–faktor yang menjadi penyebab masih lambatnya kemajuan peningkatan pendidikan bagi perempuan di
Provinsi Papua Barat. e.
Angka Partisipasi Murni APM SDMI pada tahun 2010 sebesar 91,91 meningkat dari tahun 2009 sebesar 91,25.APM SLTPMTs meningkat menjadi 49,65 di tahun 2010
setelah tahun sebelumnya sebesar 49,03. Artinya banyak penduduk yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTPMTs.APM SLTAMA tahun 2010 hanya mencapai
43,93 atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebesar 43,55.
Gambar 2-12. Angka Partisipasi Sekolah APS dan Angka Partisipasi Murni APM Antar Jenjang Pendidikan Tahun 2010
f. APK SDMI tahun 2010 sebesar 115,00, menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar
117,50. Tertinggi di Kabupaten Raja Ampat 142,15 dan terendah di Kabupaten Tambrauw 107,98.APK SLTPMTs tahun 2009 sebesar 66,29 mengalami peningkatan
menjadi 66,68 pada tahun 2010 setelah sebelumnya mengalami penurunan dari 89,99 tahun 2008. Tertinggi di Kabupaten Teluk Wondama 87,72 dan terendah Kabupaten
Sorong Selatan 43,24.APK SLTAMA terus meningkat dari tahun 2008 sebesar 57,25 menjadi 62,04 di tahun 2009 dan 72,07 di tahun 2010.
g. Angka Pendidikan yang Ditamatkan APT SDMI mengalami penurunan pada tahun 2010
menjadi 26,24 sementara pendidikan tinggi SLTA keatas sebesar 32,95 dengan rincian 24,59 berpendidikan SLTAsederajat dan 8,36 berpendidikan perguruan tinggi.
Meningkat 1,54 dibandingkan dengan tahun 2008 dan 2009. Menandakan terdapat perbaikan kualitas pendidikan dengan menurunnya persentase pendidikan rendah dan
meningkatnya persentase pendidikan tinggi. Kota Sorong dengan tingkat pendidikan tertinggi dan Kabupaten Tambrauw yang terendah.
94,04 89.95
58,98
14,45 91,91
49,65 43,93
7,36 SDMI
SMPMTS SMASMKMA
PT APS
APM
38 2.
Kesehatan a.
Angka rata-rata anak lahir hidup tahun 2010 sebesar 2,55 dan angka rata-rata anak masih hidup sebesar 2,39.
b. Secara umum Angka Harapan Hidup AHH di masing-masing daerah mengalami kemajuan.
di tahun 2010 AHH Papua Barat mencapai 68,51 pertahun. AHH tertinggi di Kota Sorong sebesar 71,95pertahun dan terendah di Kabupaten Tambrauw sebesar 66,51pertahun.
Tahun 2009-2010 AHH mengalami kemajuan 0,31pertahun. Peningkatan tertinggi di Kabupaten Raja Ampat dan Kota Sorong sebesar 0.42 pertahun dan terendah di Kabupaten
Sorong Selatan sebesar 0,17 pertahun. c.
Status gizi buruk pada Balita di Papua Barat tahun 2010 tercatat mencapai 9,1, sedangkan gizi kurang mencapai 17,4. Angka ini masih diatas angka nasional yang hanya mencapai
4,9 dan 13,1.
Gambar 2-13. Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Provinsi PapuaBarat
3. Kemiskinan
a. Dilihat dari aspek ekonomi, jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat mengalami
penurunan dari tahun ke tahun dalam kurun waktu tahun 2006 – 2010, meskipun sempat
mengalami peningkatan sebesar dari 35,12 pada tahun 2008 menjadi 35,71 pada tahun 2009 atau meningkat sebesar 0,59. Bila dilihat perbandingan antara penduduk miskin dan
tidak miskin pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat, jumlah penduduk tidak miskin adalah sebesar 65,12, sedangkan penduduk miskin adalah sebesar 34,88 dengan persentase
penduduk miskin kota sebesar 1,32 dan penduduk miskin Kampung sebesar 33,56. b.
Penurunan angka kemiskinan di perKampungan pada tahun 2009 sebesar 44,71 menjadi 43,48 di Tahun 2010 sedangkan angka kemiskinan di perkotaan naik dari 5,22 menjadi
5,73. 36
32.7 31.6
30.5 2006 2007 2008 2009 2010
Angka Kematian Bayi
67.3 67.6
67.9 68.2 68.96
2006 2007 2008 2009 2010
Angka Harapan Hidup
39
Gambar 2-14. Perbandingan Jumlah Penduduk Provinsi Papua Barat Berdasarkan Status Kemiskinan Tahun 2010
c. Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat memiliki angka
kemiskinan diatas 40 sehingga membutuhkan effort yg sangat besar untuk penanggulangannya. Diduga karena wilayahnya yang terbilang cukup terisolir sehingga
tingginya biaya transportasi dalam pengadaan kebutuhan barang dan jasa. d.
Garis kemiskinan Provinsi Papua Barat tahun 2010 sebesar 294.727 Rupiah per kapita per bulan, terdiri dari garis kemiskinan makanan sebesar 237.147 rupiah dan garis kemiskinan
non makanan sebesar 57.580 Rupiah. Kontribusi garis kemiskinan makanan terthadap garis kemiskinan sebesr 80,46. Dibandingkan tahun 2009, garis kemiskinan tahun 2010
mengalami kenaikan sebesar 6,24. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan 4,74 lebih rendah daripada kenaikan garis kemiskinan di perKampungan 6,74.
e. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 10,47 di tahun 2010 menjadi 8,78 di tahun
2011.
f. Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami penurunan dari 4,30 menjadi 3,43 di
tahun 2010. g.
Penurunan kedua indeks kemiskinan mengandung makna bahwa kondisi kemiskinan di Papua Barat semakin membaik. Artinya rata-rata pendapatan penduduk miskin dengan garis
kemiskinan semakin dekat dan ketimpangan pendapatan antar penduduk miskin semakin rendah.
4. Kesempatan Kerja
a. Dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2007-2010 mencapai 13,54 dan laju pertumbuhan
kesempatan kerja sebesar 0,65, elastisitas kesempatan kerja Papua Barat hanya mencapai 0,05. Artinya bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi 1 hanya akan menciptakan
kesempatan kerja sebesar 0,05 Penduduk
Miskin Kota,
1.32 Penduduk
Miskin Desa,
33.56 Penduduk
Tidak Miskin,
65.12
41.34 39.31
35.12 35.71
34.88 31.92
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Penduduk Miskin
40 b.
Angkatan kerja tahun 2010 meningkat menjadi 342.888 orang dari 330.121 orang di tahun 2009 dan 319.675 orang di tahun 2008. Pada periode 2008-2010, peningkatan angkatan
kerja diikuti oleh peningkatan penduduk yang bekerja namun jumlah penduduk yang menganggur justru juga mengalami peningkatan. Jumlah penduduk bekerja meningkat dari
295.223 orang di tahun 2008 menjadi 316.547 orang di tahun 2010. Sementara jumlah penganggur meningkat dari 24.452 orang di tahun 2008 menjadi 26.341 orang di tahun
2010.
2.3 Aspek Pelayanan Umum
Pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah Provinsi Dan KabupatenKota dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan
ketentuan perUndang-Undangan. Secara umum penjelasan mengenai pelayanan umum terbagi kedalam dua urusan pokok yang terkait dengan layanan urusan wajib dan layanan urusan pilihan.
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib
1. Pendidikan
a. Pada tahun 2010, Angka Partisipasi Sekolah usia 7-12 tahun mencapai 94,04, usia 13-15
tahun menurun menjadi 89,95, usia 16-18 tahun mencapai 58,98, dan untuk usia 19-24 hanya mencapai 14,45.
b. Rasio SiswaGuru: Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswaguru pada tahun 2007
mencapai 22 siswa, pada tahun 2008 mencapai 20 siswa, pada tahun 2009 mencapai 21 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 20 siswa.
c. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswaguru pada tahun 2007 mencapai 10 siswa, pada
tahun 2008 mencapai 9 siswa, pada tahun 2009 mencapai 11 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 14 siswa.
d. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswaguru pada tahun 2007 mencapai 13 siswa, pada
tahun 2008 mencapai 13 siswa, pada tahun 2009 mencapai 12 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 13 siswa.
e. Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswakelas pada tahun 2007 mencapai 23 siswa per
kelas, pada tahun 2008 mencapai 23 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 30 siswa per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 25 siswa per kelas.
f. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswakelas pada tahun 2007 mencapai 36 siswa per
kelas, pada tahun 2008 mencapai 27 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa
41 per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 33 siswa per kelas.
g. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswakelas pada tahun 2007 mencapai 32 siswa, pada
tahun 2008 mencapai 33 siswa, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 32 siswa.
h. Rasio kelassekolah pada jenjang pendidikan SD bernilai 5,59 pada tahun 2008. Pada tahun
2009 rasio kelassekolah menurun menjadi 4,03. Namun pada tahun 2010 rasio tersebut meningkat menjadi 6,15.
i. Rasio kelassekolah pada jenjang pendidikan SLTP bernilai 7,34 pada tahun 2008. Pada
tahun 2009 rasio kelassekolah menurun menjadi 5,87. Namun pada tahun 2010 rasio tersebut meningkat menjadi 6,84.
j. Rasio kelassekolah pada jenjang pendidikan SLTA bernilai 10,26 pada tahun 2008. Pada
tahun 2009 rasio kelassekolah menurun menjadi 9,64. Pada tahun 2010 rasio tersebut menurun menjadi 9,57.
2. Kesehatan
a. Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 110 Puskesmas, 367 Puskesmas
Pembantu, 145 Puskesmas Keliling, dan 297 Puskesmas Polindes. Ketersediaan fasilitas kesehatan di Provinsi Papua Barat yang paling banyak di Kabupaten Manokwari jika
dibandingkan dengan kabupaten lainnya, yaitu terdapat 22 Puskesmas, 84 Puskesmas Pembantu, 19 Puskesmas Keliling, dan 74 Unit Poliklinik Kampung.
b. Jika diamati dari jumlah penduduk, dapat dikatakan bahwa 14 Rumah Sakit yang ada di
Provinsi Papua Barat tahun 2010 melayani 760.433 penduduk. Hal ini berarti satu rumah sakit melayani sekitar 54.316 penduduk.
c. Jika diperhatikan dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barattahun 2010 dan jumlah dokter
yang tersedia, maka rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter di Provinsi Papua Barat adalah sebesar 4.045 atau dengan kata lain satu dokter rata-rata melayani 4.045 orang.
Faktanya pada tahun 2010 jumlah dokter telah meningkat dan distribusinya telah tersebar dengan alokasi yang lebih baik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio ini menurun jika
dibandingkan dengan rasio 5.026 pada tahun 2009. Artinya terjadi coverage yang lebih baik dalam hal tertanganinya penduduk dengan peningkatan jumlah dokter. Rasio penduduk
terhadap dokter tertinggi berada di Kota Sorong yaitu sebesar 9.531 penduduk dan yang terkecil berada di Kabupaten Teluk Wondama dengan rasio sebesar 1.645 penduduk per
seorang dokter.
42
Gambar 2-15. Cakupan Layanan Kesehatan di Provinsi Papua Barat Tahun 2006-2009
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat 3.
Lingkungan Hidup Perkembangan akses penduduk di Provinsi Papua Barat terhadap air bersih pada tahun 2008-
2010 menunjukkan peningkatan. Peningkatan konsumsi air bersih untuk air minum dari 42,81 persen pada tahun 2008 menjadi 49,20 pada tahun 2009, dan 53,11 pada tahun 2011. Akses air
bersih tertinggi pada tahun 2010 di Kota Sorong yaitu 78,44 dan terendah di Kabupaten Maybrat yaitu sebesar 9,76 .
4. Sarana dan Prasarana Umum
a. Jaringan Jalan
i. Infrastruktur utama yang berperan penting dalam aspek daya saing daerah merupakan
sarana dan prasarana yang terkait dengan sistem transportasi. Wilayah Papua Barat secara regional sangat bergantung kepada moda transportasi udara yang menjangkau
hampir seluruh wilayah KabupatenKota. ii.
Selain keberadaan transportasi udara, moda transportasi laut dan darat ikut berperan dalam pengembangan wilayah Papua Barat. Untuk wilayah laut, keberadaan pelabuhan
sebagai simpul pengangkut orang maupun barang tersebar menjadi tiga pelabuhan utama. Untuk Pelabuhan internasional wilayah Papua Barat terdapat di Kota Sorong,
sedangkan dua pelabuhan utama lainnya merupakan pelabuhan nasonal di wilayah Manokwari dan Kaimana.
iii. Berbeda dengan kedua jenis transportasi sebelumnya, salah satu kunci pencapaian
transportasi darat terlihat dari perkembangan rasio panjang jalan per jumlah kendaraan yang menunjukan angka perbandingan 1:0.077 pada tahun 2006. Angka ini
berarti setiap satu kendaraan dilayani oleh jalan dengan panjang 0,077 km. Peningkatan pada sektor ini terjadi hingga menunjukan angka perbandingan 1:0,101
58.46 58.46
70.15 68.18
27.76 27.76
27.70 26.22
50.58 55.99
57.83 60.43
2006 2007
2008 2009
Cakupan puskesmas Cakupan puskesmas pembantu
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
43 pada tahun 2009.
Gambar 2-16. Rencana Jaringan Transportasi Provinsi Papua Barat
Sumber: Draft RTRW Provinsi Papua Barat.
Gambar 2-17. Kondisi Jalan Strategis di Provinsi Papua Barat
44 Sumber: Laporan Indikasi Program Pengembangan Infrastruktur Provinsi Papua Barat, 2009
b. Jaringan Irigasi
i. Banyaknya sungai besar yang mengalir di seluruh wilayah Provinsi Papua Barat dan
beberapa danau cukup menguntungkan dalam upaya penyediaan air bersih. Persentase sumber air bersih berasal dari sungai mencapai 54,6, mata air 45,3 dan sumber
lainnya 0,1
1
. Namun tetap saja hal tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan air bersih penduduk sampai ke rumah tangga di daerah-daerah terpencil karena
keterbatasan kapabilitas untuk menjangkau dari sumber air. Adanya keterbatasan ini menuntut perlu dicari alternatif lokasi lain yang dapat dijadikan sebagai catchment
areawaduk guna dapat menampung air sungai. ii.
Sebagian besar wilayah memakai sistem pompa dan sistem gravitasi. Sistem pompa dilakukan pada sumber pengambilan air water intake ke rumah pompa water
treatment plant. Sedangkan dengan sistem gravitasi, air cukup dialirkan dari sumber atau unit produksi ke unitblok distribusi reservoir. Untuk mengetahui rencana dan
realisasi saluran irigasi Provinsi Papua Barat pada tahun 2009, dapat dilihat pada Tabel 2-3 berikut.
iii. Pengadaan saluran irigasi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi pertanian terus
diupayakan pemenuhannya mencapai target yang telah ditetapkan. Hingga saat ini baru dilakukan proses pembangunan saluran irigasi seluas 9.929 Ha, jauh dibawah target
realisasi seluas 28.651 Ha.
Tabel 2-10. Rencana dan Realisasi Saluran Irigasi Provinsi Papua Barat Tahun 2009 Rencana
Ha Realisasi
Ha Hambatan
Produksi tonHa
Kab. Manokwari 12,666
5,100 Pembebasan lahanketerbatasan dana
20.80 Kab. Teluk Bintuni
2,500 450
Pembebasan lahanketerbatasan dana 6.00
Kab. Sorong 9,104
2,413 Pembebasan lahanketerbatasan dana
44.85 Kab. Raja Ampat
250 155
Pembebasan lahanketerbatasan dana 8.60
Kab. Fakfak 1,431
1,431 Pembebasan lahanketerbatasan dana
6.25 Kab. Sorong Selatan
1,500 300
Pembebasan lahanketerbatasan dana 2.65
Kab. Teluk Wondama 1,200
80 Pembebasan lahanketerbatasan dana
6.00
Total 28,651
9,929 95.15
Sumber:Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009 1
Papua Barat Dalam Angka 2009
45 c.
Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 734 masjid, 1.531 gereja protestan, 163 gereja katholik, 46 pura, 5 vihara, dan 1 kelenteng. Secara total terdapat 2.479 tempat
peribadatan di Provinsi Papua Barat 5.
Rumah Tinggal Bersanitasi a.
Persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri, pembuangan akhir tinja, dan jenis kloset angsa selama tahun 2009-2010 mengalami peningkatan. Rumah tangga yang memiliki
jamban sendiri mengalami peningkatan yaitu sebesar 59,48 tahun 2009 menjadi 61,07 pada tahun 2010.
b. Rumah tangga yang memiliki TPAT septik TankSPAL mengalami peningkatan yaitu sebesar
55,09 tahun 2009 menjadi 63,76 pada tahun 2010.Rumah tangga yang memiliki kloset leher angsa mengalami peningkatan yaitu sebesar 46,04 tahun 2009 menjadi 66,35 pada
tahun 2010. Persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB pada periode 2009- 2010 mengalami penurunan dari 17,16 menjadi 15,3
6. Persampahan
Persampahan belum betul-betul dikelola secara terpadu di Provinsi Papua Barat. Tempat Pembuangan Akhir TPA hanya dimiliki oleh Kabupaten Sorong tepatnya di Distrik Makbon.
Persampahan di Kota Sorong di Klasaman sudah tidak layak karena sangat dekat dengan pemukiman dan dikhawatirkan akan terjadi pencemaran air tanah di pemukiman masyarakat
pada saat musim hujan system open dumping. sedangkan di wilayah lainnya, pengelolaan sampah dilakukan secara individual oleh masing-masing rumah tangga atau instansi, biasanya
dengan cara ditimbun, dibakar, atau bahkan dibuang ke sungai atau laut. Hingga saat ini memang dianggap belum menumbulkan masalah karena jumlahnya belum signifikan, namun bukan
berarti tidak perlu diperbaiki dan dikelola secara terpadu. 7.
Rumah Layak Huni a.
Terjadi peningkatan persentase rumah tangga yang memiliki tempat tinggal yang layak huni pada tahun 2008-2010 berdasarkan empat indikator rumah layak huni.
b. Persentase rumah tangga yang memiliki lantai bukan tanah meningkat dari 91,08 pada tahun
2008, 91,6 pada tahun 2009, dan 93,02 pada tahun 2010. c.
Persentase rumah tangga yang memiliki atap layak tidak beratap dedaunan meningkat dari 90,64 pada tahun 2008, 93,6 pada tahun 2009, dan 94,85 pada tahun 2010.
d. Persentase rumah tangga yang memiliki dinding permanen meningkat dari 51,34 pada tahun
2008, 52,27 pada tahun 2009, dan 56,68 pada tahun 2010. e.
Persentase rumah tangga yang memiliki luas lantai per kapita 10m2 menurun dari 43,26
46 pada tahun 2008, 38,36 pada tahun 2009, dan 39,86 pada tahun 2010.
Gambar2-18. Kelayakan Rumah di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Rumah Tangga Tahun 2007-2010
Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2011
2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan
1. Penanaman Modal
a. Jumlah proyek dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak 40
proyek. Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2008 dan 2009 dengan jumlah proyek sebanyak 41 proyek.
b. Jumlah proyek dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak 61
proyek. Jumlah ini mengalami kenaikan dari tahun 2008 dan 2009 dengan jumlah proyek sebanyak 49 dan 58 proyek.
c. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010
sebesar 1.185.429 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 967.478 juta rupiah.
d. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010
sebesar 98,459 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu sebesar 78.360 juta rupiah.
Berlantai layak Berdinding
layak Atap layak
Bersanitasi baik
90.10 43.14
87.01 52.69
91.08 51.34
92.40 45.52
91.60 52.27
93.60 59.49
93.02 56.68
94.85 61.07
2007 2008
2009 2010
47 2.
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, Koperasi terus tumbuh dengan persentase
pertumbuhan hampir mencapai 40. Pada tahun 2008 sejumlah 916 unit Koperasi kemudian tumbuh menjadi 967 unit sampai dengan tahun 2010 menjadi 1.257 unit dengan 701 unit
Koperasi aktif dan 556 Koperasi tidak aktif yang tersebar di seluruh KabupatenKota di Provinsi Papua Barat.
3. Ketenagakerjaan
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK Papua Barat terus mengalami peningkatan dari
tahun 2007-2009. TPAK tahun 2010 meningkat menjadi 69,29 dari kondisi tahun 2009 dan 2008 yakni 68,52 dan 68,15.
b. TPAK tertinggi tahun 2010 dicapai oleh Kabupaten Manokwari yaitu sebesar 78,78,
sementara TPAK terendah berada di Kabupaten Fakfak yaitu hanya mencapai 54,00. c.
Jumlah penganggur tahun 2010 meningkat menjadi 26.341 orang dari sebelumnya sebanyak 24.452 orang pada tahun 2008. Sebanyak 32,90 penduduk yang bekerja termasuk kedalam
setengah pengangguran. Tingkat setengah pengangguran mencapai 30,37. Umumnya setengah pengangguran mempunyai produktivitas yang rendah, oleh karena itu perlu
dicermati dalammelihat jumlah penduduk yang bekerja, sebab dapat terjadi absolut penduduk yang bekerja tinggi namun ternyata masih tercakup didalamnya setengah
pengangguran dalam jumlah yang tinggi. d.
Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Papua Barat mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke tahun2010. TPT meningkat dari 7,65 di tahun 2008 menjadi 7,68 di tahun
2010.
2.4 Aspek Daya Saing Daerah
1. Kemampuan Ekonomi Daerah
a. Meskipun proporsi konsumsi rumah tangga terhadap komoditi makanan masih cukup
dominan tetapi persentasenya menunjukkan penurunan selama tahun 2008-2009. Peningkatan proporsi konsumsi non makanan berimbas pada peningkatan pengeluaran
rumah tangga untuk biaya pendidikan dan kesehatan. b.
Pada tahun 2008 proporsi konsumsi makanan oleh penduduk Papua Barat mendekati 60, tetapi pada tahun 2009 persentasenya berkurang menjadi 55,84.
c. Proporsi konsumsi non makanan meningkat dari 41,21 pada tahun 2005 menjadi 44,07
pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi 52,33.
48 d.
Kondisi perumahan tahun 2010 di Papua Barat secara umum mengalami perbaikan kualitas dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2010 di Papua Barat secara umum mengalami
perbaikan kualitas dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2010, hampir duapertiga rumah tangga telah memiliki rumah dengan status milik sendiri sebesar 63,67. Sedangkan untuk
status sewa 9,84, kontrak 4,66 dan lainnya dinas, bebas sewa, milik keluarga, lainnya 21,83
e. Nilai Tukar Petani NTP Papua Barat tahun 2011 sd September sebesar 103,23 lebih
tinggi dibandingkan NTP 2010 sebesar 103,05. 2.
Fasilitas Wilayah Infrastruktur a.
Aksesibilitas i.
Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang diamanahkan dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan
Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat adalah Program Pengembangan Infrastruktur Dasar. Selama ini belum seluruhnya KabupatenKota belum terhubung
dengan jalan darat. Sebagian pembangunan jalan sedang dilakukan, meskipun sebagian kabupaten telah terhubung namun belum dibuka untuk umum. Dengan
masih terbatasnya akses perhubungan lewat darat, sebagian besar orang memanfaatkan fasilitas perhubungan melalui laut dan udara.
ii. Panjang jalan di Papua Barat tahun 2010 sepanjang 5.729,22 Km. Kondisi ini
mengalami perbaikan dibandingkan pada tahun 2008 yaitu sepanjang 5.400,71 Km. Kondisi panjang jalan tersebut terbagi menjadi 412,31 Km 7,20 jalan negara;
938,48 Km 76,42 adalah jalan kabupaten. Sedangkan menurut jenis permukaannya terbagi menjadi 1.328,49 Km 23,19 jalan aspal; 1.639,25 Km 28,61 jalan
dengan permukaan kerikil; 2.222,13 Km 38,79 jalan dengan permukaan tanah; dan 539,35 Km 9,41 jalan dengan permukaan lainnya.
iii. Pada tahun 2008 jumlah penumpang kapal datang 281.200 orang dan berangkat
277.700 orang dengan jumlah armada 880 kapal. Di tahun 2010 jumlahnya mengalami penurunan menjadi 237.200 orang yang datang dan 252.900 orang yang berangkat
dengan jumlah armada yang juga menurun menjadi 669 unit. iv.
Jumlah penumpang pesawat udara cenderung memiliki tren meningkat signifikan selama 2008-2010. Jumlah penumpang datang mencapai 334.700 orang dengan
jumlah penerbangan 11.656 dan berangkat 349.200 orang dengan jumlah penerbangan 11.820 kali di tahun 2010. Rata-rata penumpang pesawat untuk
debarkasi 29 orang dan untuk embarkasi 30 orang.
49 3.
Penataan Ruang Sampai dengan tahun 2011, belum ada RTRW baik tingkat Provinsi maupun KabupatenKota
yang sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang sudah dijadikan Peraturan Daerah Perda. Sehingga upaya pelaksanaan, pengawasan, dan
pengendalian penataan ruang pun belum optimal. Belum dapat diketahui berapa persen ketaatan wilayah terhadap RTRWnya.
4. Fasilitas Keuangan dan Perbankan
Jumlah kantor bank di Provinsi Papua Barat terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari tahun 2007 yang hanya 49 unit 5 unit bank swasta nasional, 44 unit bank persero dan pemerintah
menjadi 67 unit kantor bank 13 unit bank swasta nasional, 54 unit bank persero dan pemerintah.
5. Fasilitas Air Bersih
Persentase terbesar rumah tangga pengguna air bersih memiliki sendiri fasilitasnya, sebesar 49,02. Meningkat dari kondisi tahun 2009 yaitu sebesar 46,65 dari total rumah. Sementara
25,33 menggunakan air bersih secara bersama dan 16,73 masih menggunakan fasilitas umum. 8,92 tidak memiliki akses terhadap air bersih.
6. Fasilitas Energi Listrik
Rumah tangga di Papua Barat hanya 57,67 yang menggunakan listrik PLN. Belum seluruh Kampungdi Papua Barat teraliri listrik dan belum seluruh Kabupaten mendapatkan pasokan
listrik 24 jam dalam sehari. Masyarakat yang tidak teraliri listrik 24 jam biasanya menggunakan genset. Untuk Kampung-Kampung yang tidak teraliri listrik, terutama di daerah yang jauh dari
ibukota Kabupaten umumnya menggunakan pelitasenteroborlainnya. Persentase rumah tangga yang menggunakan jenis penerangan tersebut mencapai 17,83.
Kondisi penggunaan energi listrik terutama yang memanfaatkan listrik negara PLN masih belum maksimal. Belum seluruh Kabupaten mendapatkan pasokan listrik 24 jam, seperti
contohnya di Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat. Hanya 32,37 Kampungsaja yang telah terjangkau layanan PLN. Sulitnya kondisi geografis dan terbatasnya
ketersediaan energi listrik menjadi penyebab belum meratanya pasokan listrik. Dari total 168.000 rumah tangga di Papua Barat, hanya 80.421 rumah tangga yang terdaftar sebagai
pelanggan PLN.
50
Gambar 2-19. Cakupan Pelayanan Listrik dan Air Bersih Pada Perkampungan
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009 7.
Fasilitas Telekomunikasi a.
Untuk jaringan telekomunikasi di Provinsi Papua Barat berkembang pesat melalui pelayanan provider telepon selular yang mulai mengembangkan jaringan paling tidak di kawasan
perkotaan ataupun ibukota setiap Distrik di masing-masing KabupatenKota. Untuk di kawasan perkampungan, penggunaan telepon satelit masih diandalkan.
b. Telekomunikasi menggunakan jaringan internet juga berkembang cukup pesat meskipun
hanya di kawasan perkotaan dengan layanan gabungan dari provider telepon seluler maupun dari PT.Telkom sebagai perusahaan negara yang menangani masalah penyediaan
layanan komunikasi.Untuk sistem jaringan nirkabel untuk internet, belum dikembangkan secara umum dan gratis dari pemerintah. Namun di banyak tempat umum, sudah mulai
disediakan dengan jenis dan ketentuan layanan yang berbeda-beda dan sebagian besar bersifat komersil.
c. Kantor Pos juga masih diandalkan oleh masyarakat baik untuk pengiriman suratdokumen
dan barang. Kantor Pos besar hanya terdapat di dua wilayah yaitu Kota Sorong dan Manokwari sementara Kantor Pos Pembantu terdapat di semua wilayah kecuali Kabupaten
Raja Ampat. Kebutuhan pos di Raja Ampat dipenuhi oleh Rumah Pos dan Kantor Pos Kampung.
8. Iklim Investasi
a. Kondisi investasi di Papua Barat menunjukan kecenderungan yang terus membaik.
Peningkatan jumlah proyek yang dijalankan memberikan gambaran meningkatnya kepercayaan publik dalam menanamkan modal yang dimilikinya. Penanaman modal yang
berasal dari dalam negeri maupun asing atau luar negeri secara jumlah memang mengalami peningkatan, namun secara nilai tidak terlalu meningkat.
2007 2008
2009 70.28
53.41 25.86
89.47 86.04
89.13
Cakupan pelayanan listrik pada kampung Cakupan pelayanan air bersih pada kampung
51
Tabel 2-11. Kondisi Investasi Provinsi Papua Barat
Tahun Realisasi Dalam Negeri
Realisasi Asing Jumlah Proyek
Nilai Investasi dalam juta rupiah
Jumlah Proyek Nilai Investasi
dalam ribu USD
2010 40
1.185.429 61
98.459 2009
41 967.468
58 98.459
2008 41
967.468 49
98.459 2007
38 967.468
26 78.360
2006 35
967.468 28
78.360 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010
b. Di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 telah terjadi 89 kasus kriminal. 74 kasus atau
sekitar 83,1 diantaranya telah ditangani oleh pihak yang berwenang. Kasus yang paling banyak terjadi adalah kasus pencurian kendaraan bermotor yaitu sebanyak 15 kasus
16,85. Kasus yang paling sedikit terjadi adalah kasus pemerkosaan yaitu sebanyak 1 kali 1,12. Tidak ada kasus kejahatan terhadap kepala negara.
9. Sumber Daya Manusia
a. Dilihat dari latar belakang pendidikan, persentase penduduk yang bekerja ternyata sebagian
besar berpendidikan rendah. Sebesar 49,16 penduduk yang bekerja 26,91 belum bersekolahtidak tamat SD dan 22,25 tamat SD. 18,32 tamat SLTA. Hanya 9,50 yang
berijazah perguruan tinggi. b.
Kesejahteraan penduduk di suatu daerah dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia IPM di daerah tersebut. IPM di Provinsi Papua Barat pada Tahun 2010 adalah
69,15.Meningkat dari kurun waktu tahun 2007 – 2009, yaitu sebesar 67, 28 pada tahun
2007, pada tahun 2008 sebesar 67,95 dan pada tahun 2009 sebesar 68,58. KabupatenKota yang memiliki nilai IPM terbesar di Provinsi Papua Barat pada tahun 2009 adalah Kota
Sorong, yaitu sebesar 76,84 diikuti oleh Kabupaten Fak-Fak dan Kaimana dengan masing- masing nilai IPM sebesar 70,8 dan 69,8, sedangkan nilai IPM terendah terdapat di Kabupaten
Tambrauw yaitu sebesar 49,12.
52
Gambar 2-20.Indeks Pembangunan Manusia IPM Provinsi Papua Barat dan Perkembangannya
Sumber: Buku IPM Provinsi Papua Barat 201.
2.5 Sebagian Capaian BidangSektor di Provinsi Papua Barat Tahun 2011
2.5.1. Kehutanan
Berbeda halnya dengan bidang transmigrasi, di bidang kehutanan berbagai upaya rehabilitasi telah digalakan terutama pada kawasan hutan dan lahan mangrove guna meningkatkan daya dukung lahan.
Capaian bidang kehutanan dalam 5 tahun terakhir diantaranya adalah sebagai berikut: Terlaksananya kegiatan pemantapan keamanan dalam negeri dan konservasi sumber daya alam
melalui operasi pengamanan hutan gabungan terpusat. Inventarisasi daerah rawan kebakaran hutan di wilayah Provinsi Papua Barat.
Penataan batas sementara dan pembuatan trayek batas hutan lindung terutama pada wilayah Distrik Ayamaru, Kebar, Batanta Timur, Batanta Barat, dan hutan lindung pada kawasan Pulau
Gam. Monitoring dan Evaluasi kegiatan pengusahaan hutan melalui monitoring ke lapangan baik yang
merupakan kegiatan rutin maupun yang berdasarkan pada laporan Dinas Kehutanan Kabupaten. Mempertahankan luasan lahan konservasi sebesar 1,7 juta hektar pada tahun 2009.
Merehabilitasikan sekitar 48.385,47 hektar lahan kritis dari 1.785.441,79 hektar lahan kritis dalam kawasan hutan.
Mempertahankan kerjasama dengan lembaga sosial masyarakat maupun lembaga donor sehubungan dengan program kehutanan berbasis masyarakat.
2.5.2. Transmigrasi
Pelayanan bidang transmigrasi tidak terlepas pula dari upaya penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
67.28 67.95
68.58 69.15
2007 2008
2009 2010
IPM Papua Barat
Kota Sorong Fak-Fak
Kaimana Sorong
Manokwari Teluk Bintuni
Sorong Selatan Maybrat
Teluk Wondama Raja Ampat
Tambrauw 77.18
71.46 70.13
68.5 67.19
66.58 66.31
66 65.76
64.58 50.51
53 hingga saat ini telah terealisasi 2 unit bina dengan jumlah 450 Kepala Keluarga di wilayah Manokwari dan
Teluk Wondama. Pembangunan tersebut dibarengi oleh pelaksanaan forum komunikasi, informasi dan edukasi ketransmigrasian sebagai bagian dari pengembangan masyarakat. Capaian bidang transmigrasi
di Provinsi Papua Barat diantaranya adalah sebagai berikut: Pembinaan pembangunan kawasan transmigrasi terutama pada wilayah Kabupaten Manokwari
dan Teluk Wondama yang terealisasi sebanyak 2 UPT terdiri dari 450 Kepala Keluarga KK; Terlaksananya forum komunikasi, informasi, dan edukasi ketransmigrasian selama 2 tahun pada
suatu wilayah; Koordinasi dan konsultasi teknis pembinaan pembangunan dan pengembangan masyarakat dan
kawasan transmigrasi dengan Ditjen P2KT P2MKT Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia;
Pembinaan Kampung Transmigrasi Kabupaten Teluk Wondama terhadap 200 KK; Pembinaan Kampung Transmigrasi Kabupaten Manokwari terhadap 200 KK Tahun 2010.
2.5.3. Pendidikan
Sub-Bidang Akses dan Pemerataan Pendidikan Peningkatan partisipasi sekolah pada seluruh jenjang pendidikan.
Pemberian beasiswa berprestasi kepada 10 orang siswa-siswi berprestasi untuk kuliah di China dan Jerman.
Pengembangan ICT di Kabupaten Manokwari dan Sorong dengan memanfaatkan jejaring pendidikan nasional guna mencanangkan schoolnet untuk 40 sekolah yang akan berakses
internet dan intranet. Peningkatan Angka Melek Huruf AMH Provinsi Papua Barat dari 88,55 persen pada tahun 2006,
menjadi 92,34 pada tahun 2009.
Sub-Bidang Mutu, Daya Saing, dan Relevansi Pendidikan Peningkatan nilai rata-rata standar kompentensi kelulusan jenjang pendidikan Sekolah Dasar
atau sederajat UASBN dari 5,8 pada tahun 2009, menjadi 6,51 pada tahun 2010. Peningkatan nilai rata-rata standar kompentensi kelulusan jenjang pendidikan Sekolah
Menengah Pertama atau sederajat UNAS dari 6,7 pada tahun 2009, menjadi 6,89 pada tahun 2010.
Nilai rata-rata standar kompentensi kelulusan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat UNAS sebesar 7,01 pada tahun 2010.
Penurunan angka putus sekolah jenjang pendidikan Sekolah Dasar atau yang sederajatnya dari 3,5 persen pada tahun 2008, menjadi 1,21 persen pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik
54 Provinsi Papua Barat.
Penurunan angka putus sekolah jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama atau yang sederajatnya dari 8,3 persen pada tahun 2008, menjadi 2,89 persen pada tahun 2010 Badan
Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. Penurunan angka putus sekolah jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas atau yang
sederajatnya dari 16,51 persen pada tahun 2008, menjadi 11,97 persen pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.
Peningkatan angka rata-rata lama sekolah dari 7,2 tahun pada tahun 2006, menjadi 8,01 tahun pada tahun 2009.
Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat PAUD dengan mayoritas merupakan lulusan SMA sebesar 43,18 persen.
Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat SD dengan mayoritas merupakan lulusan SMA sebesar 43,24 persen Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.
Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat SMP dengan mayoritas merupakan lulusan S1 sebesar 37,25 persen dari seluruh tenaga pendidik tingkat SMP Badan Pusat Statistik Provinsi Papua
Barat. Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat SMA dengan mayoritas merupakan lulusan S1
berjumlah 943 Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. Peningkatan kepemilikan perpustakaan pada setiap jenjang pendidikan.
Sumber data: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sub-Bidang Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik
Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi program bidang pendidikan dalam kurun waktu 6
bulan sekali. Pembangunan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar BPKB Provinsi Papua Barat.
Sertifikasi guru perjenjang yang mencapai angka 447 untuk tingkat Sekolah Dasar, 276 untuk Sekolah Menengah Pertama, 125 untuk Sekolah Menengah Atas dan 58 untuk jenjang Sekolah
Menengah Kejuruan. Perbaikan angka putus sekolah dan mengulang sekolah di Provinsi Papua Barat
Capaian Kinerja Sektor Kesehatan
Sub-Bidang Pelayanan Kesehatan Peningkatan usia harapan hidup Provinsi Papua Barat dari 67,3 tahun pada tahun 2006 menjadi
68,2 tahun pada tahun 2009 Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. Prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk di Provinsi Papua Barat sebesar 26,5 riset
kesehatan dasar, 2010. Prevalensi Balita pendek dan sangat pendek di Provinsi Papua Barat sebesar 49,2 riset
kesehatan dasar, 2010.
55 Prevalensi Balita kurus dan sangat kurus di Provinsi Papua Barat sebesar 11,5 riset kesehatan
dasar, 2010. Prevalensi Balita gemuk di Provinsi Papua Barat sebesar 14,8 riset kesehatan dasar, 2010.
Angka Kematian Bayi baru lahir di Provinsi Papua Barat sebesar 21 kematian per 1000 kelahiran hidup Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 2007.
Angka Kematian Bayi di Provinsi Papua Barat sebesar 36 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2006, menurun menjadi 30,5 kematian pada tahun 2009. Survei Demografi
Kesehatan Indonesia dan Badan Pusat Statistik, 2007-2010. Angka Kematian Balita di Provinsi Papua Barat sebesar 62 kematian per 1000 kelahiran hidup
Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 2007. Angka Kematian Ibu di Provinsi Papua Barat sebesar 56 kematian per 1000 kelahiran hidup
Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 2007. Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan
Peningkatan jumlah Puskesmas sebanyak 76 unit pada tahun 2007 menjadi 105 unit pada tahun 2009 Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.
Rasio Puskesmas berbanding dengan 100.000 penduduk sebesar 14. Peningkatan jumlah Rumah Sakit dari 10 unit pada tahun 2007 menjadi 13 unit pada tahun 2010.
Jumlah Rumah Tangga miskin yang menerima jaminan kesehatan meningkat menjadi 127.518.
Bidang Bina Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan Rasio Dokter Umum per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 31,66, semakin
mendekati target nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk tahun 2009. Rasio Dokter Gigi per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 6,3, berada jauh
dibawah target nasional sebesar 11 per 100.000 penduduk tahun 2009. Rasio Dokter Ahli per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 5,14, sementara target
nasional sebesar 6 per 100.000 penduduk tahun 2009. Rasio tenaga Perawat Sarjana, DIII, dan SPK per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat
sebesar 201, diatas target nasional sebesar 117,5 per 100.000 penduduk tahun 2009. Rasio tenaga Apoteker Kefarmasian per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar
3,97, berada jauh dibawah target nasional sebesar 10 per 100.000 penduduk tahun 2009. Rasio Tenaga Gizi per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 12,61, berada jauh
dibawah target nasional sebesar 22 per 100.000 penduduk tahun 2009. Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar
10,55, berada jauh dibawah target nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk tahun 2009. Rasio Tenaga Sanitasi per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 5,76, sementara
target nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk tahun 2009. Rasio Tenaga Teknisi Medis per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 48,79 tahun
56 2009.
Sub-Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan Angka kesakitan DBD menunjukan perubahan dari 59 kasus, dengan 4 orang meninggal menjadi
309 kasus dengan 2 orang meninggal. Anual Parasite Incidence API Provinsi Papua Barat adalah 82 positif Malaria per 1000
penduduk pada tahun 2008, menurun menjadi 64 positif malaria per 1000 penduduk pada tahun 2010.
Prevalensi pengidapan HIVAIDS sebesar 1. Angka kematian Pneumoni Balita 4,8-3 per 1000 penduduk.
Angka kematian Balita akibat diare adalah 2,5 – 1,25 per 1000 penduduk.
57
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
SERTA KERANGKA PENDANAAN
3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu
Hal yang berkaitan dengan penerimaan daerah secara jelas telah diatur dalam regulasi nasional yaitu Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.
Beberapa perubahan mendasar dalam sistem perencanaan pembangunan dan penganggaran daerah menuntut dilakukannya sejumlah perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah, terutama dalam aspek
anggaran, akuntansi dan pemeriksaan. Serangkaian perubahan tersebut mengarahkan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan pada konsep money follow function yaitu pengelolaan keuangan daerah
secara ekonomis, efektif, efisien, transparan dan akuntabel yang implikasinya dalam sistem anggaran berbasis kinerja. Konsep itu sendiri mengandung 3 tiga elemen yang harus dilakukan pemerintah
daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan publiknya, yang meliputi: 1 secara ekonomis dapat meminimalisir input yang digunakan; 2 efisien mencapai hasil yang optimal dengan biaya yang minimal
outputinput; 3 efektif mencapai target yang ditetapkan outcomeoutput. Kinerja keuangan Provinsi Papua Barat pada periode sebelumnya dapat diukur dari perkembangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah periode dimaksud. Berdasarkan data yang ada, menujukkan trend positif yang ditandai oleh meningkatnya realisasi Pendapatan Daerah. Namun apabila dicermati
lebih mendalam, trend positif yang ditunjukan oleh kinerja pendapatan daerah didominasi oleh semakin meningkatnya perolehan pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah.
3.1.1 Kinerja Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Sumber penerimaan Daerah dapat berasal dari berbagai macam sumber penerimaan yang secara garis besar dikelompokan menjadi tiga bagian yang terdiri atas:
1 Pendapatan Asli Daerah PAD yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah; 2 Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana
Alokasi Umum, serta Dana Alokasi Khusus; 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah yang terdiri dari Dana Otonomi Khusus, Dana Tambahan
58 Infrastruktur, serta Dana Penyesuaian.
Gambar 3-1. Struktur Penerimaan Daerah Provinsi Papua Barat
Berdasarkan data yang ada, perkembangan keuangan daerah Provinsi Papua Barat dalam kurun waktu 2011-2012 dari sisi realisasi pendapatan daerah cenderung mengalami kenaikan akan tetapi kontribusi
dana perimbangan dan pendapatan lain terutama dari dana terkait status Otonomi Khusus masih menjadi yang paling dominan dalam pemasukan Daerah. Minimnya kontribusi Pendapatan Asli Daerah
merupakan gambaran minimnya daya saing wilayah dan tingkat ketergantungan ekonomi yang sangat tinggi. Kebijakan dan strategi khusus perlu diperhatikan dalam mendorong pertumbuhan perekonomian
yang lebih baik. Distribusi persentase komponen pendapatan daerah secara keseluruhan terdistribusikan dengan proporsi sebagai berikut:
Tabel 3-2. Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatanh Daerah Tahun 2011
– 2012 Provinsi Papua Barat
No. Uraian
2008 2009
2010 2011
Rp 2012
Rp s
1 PENDAPATAN
3,385,707,354,738 3,939,327,152,609.8
8 16.35
1.1. Pendapatan Asli Daerah
98,962,042,000 155,916,595,419.00
57.55
1.1. 1.
Pajak daerah 66.640.510.000
.000 67.076.900.000.
000 41.184.500.000.
000 80,050,000,000
123,414,840,000.00 54.17
1.1. 2.
Retribusi daerah 294.100.000.00
294.100.000.00 322.090.000.00
1,490,000,000.00 922,000,000.00
- 38.12 1.1.
3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang
dipisahkan 4,386,860,000.00
8,809,755,419.00 100.82
1.1. 4.
Lain-lain PAD yang sah 365,700.000.00
365,700.000.00 5.644.200.000.0
00 13,035,182,000.00
22,770,000,000.00 74.68
1.2. Dana Perimbangan
1,332,510,408,788. 00
1,596,161,163,190.8 8
19.79
1.2. 1.
Dana bagi hasil pajak bagi hasil bukan pajak
1.289.100.000. 000
4.543.040.000.0 00
2.067.250.000.0 00
591,526,598,788.00 656,129,600,190.88
10.92 1.2.
2. Dana alokasi umum
59.576.000.000 60.579.000.000
700,444,910,000.00 901,398,453,000.00
28.69
Penerimaan Daerah
Pendapatan Asli Daerah PAD
Dana Perimbangan Pendapatan Lain yang
Sah
59
No. Uraian
2008 2009
2010 2011
Rp 2012
Rp s
1.2. 3.
Dana alokasi khusus 595.760.000.00
605.790.000.00 40,538,900,000.00
38,633,110,000.00 - 4.70
1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang
Sah 1,954,234,903,950.
00 2,187,249,394,000.0
11.92
1.3. 1
Hibah -
- -
1,037,958,000.00 -
100.00 1.3.
4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus
1.118.480.000.0 00
1.154.940.000.00 1,953,196,945,950.
00 2,187,249,394,000.0
11.98
Sumber: Badan Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah
Tabel 3-2. Distribusi Persentase Realisasi Penerimaan DaerahProvinsi Papua Barat
No. Komponen Pendapatan
Tahun 2006
2007 2008
2009 1.
Pendapatan Asli Daerah 2,25
4,77 5,09
2,61 1.1
Pajak Daerah 1,11
3,70 4,43
2,31 1.2
Retribusi Daerah 0,01
0,01 1.3
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1.4
Lain-Lain PAD yang Sah 1,14
1,06 0,66
0,29 2
Dana Perimbangan 95,89
95,23 57,01
36,50 3
Lain-Lain Pendapatan yang Sah 1,86
0,00 37,90
60,89 Jumlah
100,00 100,00
100,00 100,00
Sumber: Statistik Keuangan Daerah Provinsi Papua Barat, 2009. Sedangkan, penjabaran kondisi perekonomian secara umum dan penerimaan daerah secara khusus yang
terkait dengan pendanaan program maupun kegiatan sesuai dengan prinsip desentralisasi Fiskal di Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka desentralisasi. Dana
perimbangan juga merupakan komponen paling dominan dalam Pendapatan Daerah yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu: Dana Bagi Hasil atau DBH, Dana Alokasi Umum atau DAU serta
Dana Alokasi Khusus atau DAK. Komposisi ini telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah dan dilaksanakan
dari tahun ketahun.
a. Dana Bagi Hasil DBH
Dana Bagi Hasil sesungguhnya merupakan kontribusi Pemerintah Pusat kepada Daerah sebagai wujud dari kesatuan wilayah Nasional Repbulik Indonesia. Besaran Dana Bagi
Hasil ini ditetapkan sesuai dengan tingkat pemanfaatan sumber daya alam di Provinsi
60 Papua Barat. Tingginya besaran DBH sangat tergantung pada investasi yang terlaksana
terkait pemanfaatan potensi sumber daya alam yang terkandung di wilayah Papua Barat. Berdasarkan pengertian tersebut, besarnya alokasi DBH bagi wilayah Papua Barat
sangat ditentukan sesuai kebijakan perekonomian khususnya dalam peningkatan pemanfaatan Sumber Daya Alam. Adapun Dana Bagi Hasil itu sendiri terdiri dari
klasifikasi sebagai berikut: i.
Dana Bagi Hasil Pajak meliputi: Dana Bagi Hasil PBB, BPHTB, PPH dan Dana Bagi Hasil Cukai. Beberapa komponen DBH ini belum dilaksanakan di Papua Barat.
ii. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam meliputi: Dana Bagi Hasil Kehutanan,
Pertambangan Umum, Perikanan dan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi. Selama tahun 2008-2010, perkembangan alokasi pengeluaran transfer yang berasal dari
DBH Pemerintah Pusat ke Pemerintah Provinsi Papua Barat mengalami kondisi yang tidak menentu. Perkembangan jumlah alokasi pada tahun 2008-2009 sangat berbeda
dengan perubahan yang terjadi pada tahun 2009-2010. Penurunan penerimaan alokasi yang terjadi sangat mempengaruhi penerimaan pendapatan daerah secara umum di
Papua Barat, berikut merupakan rincian perubahan yang terjadi.
Tabel 3-1. Alokasi Dana Bagi Hasil Provinsi Papua Barat Milyar Rupiah Klasifikasi
Tahun 2008
2009 2010
DBH Sumber Daya Alam 382,63
2.617,70 1.130,90
DBH Pajak 906,47
1.925,34 936,35
Total DBH 1.289,10
4.543,04 2.067,25
Sumber: Kementerian Keuangan, 2010
b. Dana Alokasi Umum DAU
Prinsip dasar dari Dana Alokasi Umum atau DAU adalah merupakan upaya Pemerintah Pusat melakukan pemerataan kemampuan keuangan Daerah. Transfer dana dari
Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah dalam bentuk DAU bermaksud menutupi kesenjangan fiskal fiscal gap yang terjadi sebagai upaya perwujudan kemandirian
Pemerintah Daerah dalam melayani masyarakat. Penetapan besaran DAU sendiri, didasari oleh ketersediaan data dasar celah fiskal yang
dirumuskan hingga menjadi jumlah penentuan alokasi DAU bagi Provinsi Papua Barat. Oleh karenanya, secara tidak langsung intensifikasi besaran DAU ditentukan oleh mutu
data dasar yang antara lain berupa: jumlah penduduk, luas wilayah, tingkat harga,
61 kondisi sumber daya manusia, serta PDRB per kapita.Realisasi pengeluaran transfer
dalam bentuk DAU dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Namun walaupun begitu jumlah realisasi penerimaan masih sangat jauh dibawah alokasi
penerimaan yang ditetapkan pemerintah pusat.
Tabel 3-2. Penerimaan Transfer Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2010 Milyar Rupiah
TAHUN ALOKASI PENERIMAAN
2 REALISASIDAU
3
2009 7.839,76
595,76 2010
3.418,07 605,79
Sumber: Kementerian Keuangan RI, 2010 dan BAKD Papua Barat, 2011
c. Dana Alokasi Khusus DAK
Dana Alokasi Khusus ini berasal dari Pendapatan APBN dan dialokasikan ke Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan
kepentingan nasional. Kegiatan khusus yang dimaksud, memiliki kriteria kebutuhan
khusus yang ditetapkan melalui peraturan perundangan yang berlaku, sebagai berikut:
Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Kebutuhan yang digunakan untuk membiayai kegiatan reboisasi dan
penghijauan oleh daerah penghasil. Kebutuhan yang tidak dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumusan
Dana Alokasi Umum. Berdasarkan pemahaman tersebut, pada dasarnya DAK ditujukan untuk tujuan spesifik
yang telah tergambarkan berdasarkan kebutuhannya. Untuk wilayah Papua Barat sendiri, dalam tiga tahun terakhir memiliki jumlah DAK yang berubah-ubah.
Menurunnya tingkat kebutuhan khusus yang ada di Papua Barat telah mendorong terjadinya perubahan besaran DAK yang ditransfer Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah Papua Barat. Berikut merupakan gambaran pengalokasian Dana Alokasi Khusus atau DAK di Papua Barat:
Tabel 3-3. Dana Alokasi Khusus Provinsi Papua Barat dalam Milyar Rupiah Tahun
AlokasiDAK RealisasiDAK
2009 1.195,07
68,58
2
Alokasi meliputi Provinsi Dan KabupatenKota se Papua Barat sumber: Kementerian Keuangan RI Tahun 2011 3
Realisasi hanya Provinsi Papua Barat saja sumber: BAKD Provinsi Papua Barat, Agustus 2011
62 2010
419,73 21,76
Sumber : Kementerian Keuangan RI, 2010 dan BAKD Papua Barat, 2011
2. Pendapatan Asli Daerah PAD
Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh Daerah berdasarkan pungutan dana yang digunakan untuk memenuhi keperluan daerah membiayai kegiatannya sesuai dengan peraturan daerah
yang mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Bagian Laba Usaha Daerah, dan Penerimaan Lain-lain. Pendapatan Asli Daerah Provinsi
Papua Barat dalam kurun waktu jangka menengah kedepan diperkirakan akan terus meningkat. Prediksi peningkatan PAD tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan Laba Usaha Daerah
yang berhubungan dengan pendapatan lain PAD. Tabel 3-4. Pendapatan Asli Daerah Provinsi Papua BaratJutaan Rupiah
NO JENIS
PENERIMAAN DAERAH TAHUN
2007 2008
2009 2010
1 Pajak Daerah
25.436,70 66.640,51
67.076,90 41.184,50
2 Retribusi
73,10 294,10
294,10 322,09
3 Pendapatan Lain
7.285,65 365,70
365,70 5.644,20
Jumlah 32.795,45
67.300,31 67.736,70
47.150,79 Sumber: Dispenda Papua Barat, 2010, dan Statistik Keuangan Daerah, 2009.
3. Penerimaan Lain yang Sah a. Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat
Penetapan Provinsi Papua Barat sebagai daerah berkategori Otonomi Khusus berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagimana telah diubah
denganUndang-Undang Nomor 35 Tahun 2008, menyebabkan diberikannya dana transfer berupa Dana Otonomi Khusus yang besarannya adalah 2 dari Dana Alokasi
Umum atau DAU Nasional. Peningkatan angka DAU Nasional dari tahun ke tahun ikut mendorong terjadinya peningkatan alokasi Dana Otonomi Khusus untuk wilayah Papua
Barat.
Gambar 3-2 Realisasi Dana Otonomi Khusus Papua Barat
63 Sumber: BAKD Papua Barat, Agustus 2011.
Penetapan Dana Otonomi Khusus terkait dengan total belanja Pemerintah Pusat yang pada tahun 2010 menunjukan angka Rp. 781,5 triliun atau sebesar 69, 40 dari total
belanja keseluruhan. Sementara itu, alokasi dana transfer ke Daerah pada tahun yang sama ditetapkan sebesar Rp. 344,6 triliun. bedasarkan besaran alokasi nasional dana
transfer tersebut, komponen Dana Alokasi Umum atau DAU sebesar 57,73 , dimana porsi Dana Otonomi Khusus adalah sebesar 2,7 dari Dana Alokasi Umum.
Kemudian dalam tahun 2011, porsi belanja Pemerintah Pusat menunjukan peningkatan menjadi sebesar Rp. 823, 6 triliun atau 68,52 dari total belanja keseluruhan.
sementara alokasi dana transfer ke Daerah sebesar Rp. 378,4 triliun dengan nilai DAU adalah sebesar 58,63 dan selanjutnya Dana Otonomi Khusus Papua sebesar 2,72
dari DAU yang tersedia.
Tabel 3-5. Posisi Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat dalam Trilyun Rupiah
KLASIFIKASI TAHUN
2010 2011
Total Belanja Pemerintah Pusat 781,50
823,60 Total Belanja Transfer Pusat ke Daerah
344,60 378,40
Persentase DAU dari total belanja transfer Pusat ke Daerah 57,73
58,63 Persentase Dana Otsus dari DAU
2,70 2,72
Persentase Alokasi Provinsi Papua Barat terhadap Dana Otsus 30
30 Sumber: Kementerian Keuangan RI, tahun 2010, Angka tahun 2011 adalah versi RAPBN 2011.
b. Dana Tambahan Infrastruktur Otonomi Khusus Papua Barat.
Realisasi alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Otonomi Khusus Papua Barat hingga saat ini belum menunjukan dampak pemanfaatan yang maksimal. Alokasi yang diusulkan
Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat ini, diupayakan pemanfaatannya dalam 900
950 1000
1050 1100
1150 1200
M il
y a
r R
u p
ia h
64 beberapa kurun waktu mendatang guna meningkatkan kemampuan pembangunan
infrastruktur. Untuk wilayah Papua Barat sendiri realisasi pada tahun 2010 menunjukan angka Rp.
600 Milyar Rupiah, meningkat Rp. 30,5 Milyar dibandingkan jumlah yang terealisasi pada tahun 2008. Berikut merupakan gambaran peningkatan jumlah realisasi dana
tambahan infrastruktur yang terjadi.
Gambar 3-3. Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Barat dalam Milyar Rupiah
Sumber: BAKD Provinsi Papua Barat, Agustus 2011
c. Dana Penyesuaian
Dana bantuan dari Pemerintah Pusat yang diberikan kepada Daerah yang mengalami kekurangan anggaran DAU dan DBH sehubungan dengan komponen personil, peralatan,
pembiayaan dan dokumentasi P3D pelaksanaan Otonomi Daerah merupakan suatu bentuk dana penyesuaian keuangan. Penerimaan dana penyesuaian untuk wilayah
Provinsi Papua Barat sendiri baru dirasakan pada tahun 2010 dengan besaran jumlah sebesar Rp. 64,05 milyar untuk Pemerintah Provinsi, dan Rp. 594,17 milyar untuk
pemerintah KabupatenKota. Penggunaan Dana Penyesuaian ini diarahkan untuk:
Dana Tambahan Penghasilan bagi Guru PNSD Dana Tambahan Tunjangan Profesi Guru
Dana Insentif Daerah serta Bantuan Operasional Sekolah BOS
d. Dana DekonsentrasiTugas Perbantuan
65 Dana ini dimaksudkan untuk membiayai kegiatan atau program Kementerian dan
Lembaga di Provinsi Papua Barat dengan nilai alokasi pada tahun 2011 sebesar Rp.3.094,37 Milyar Kantor Wilayah Kementerian Keuangan Jayapura, 2011. Sedangkan
untuk jumlah besaran dana dekonsentrasi atau tugas perbantuan tahun-tahun sebelumnya masih merupakan satu gabungan alokasi dana dengan Provinsi Papua.
4. Skema Penerimaan Lain a. Pinjaman dan Hibah Dalam Negeri
Sekalipun diijinkan oleh regulasi keuangan daerah, penerimaan yang bersumber dari Pinjaman dan Hibah dalam negeri belum dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Papua
Barat, termasuk KabupatenKota. Peluang pemanfaatan sumber penerimaan yang berasal dari pinjaman dan hibah dalam
negeri masih memerlukan regulasi di tingkat Daerah. Oleh sebab itu, penerimaan ini masih lebih bersifat potensial dan belum effektif. Dalam periode 2012 - 2016, potensi ini
bisa dimanfaatkan untuk memperkuat kapasitas fiskal Papua Barat mengingat pendapatan daerah ini dapat berbentuk devisa, rupiah, barang atau jasa, serta pelatihan
yang tidak perlu dibayarkan kembali.
b. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Jenis penerimaan yang berasal dari Kekayaan Daerah yang dipisahkan maupun Hasil Perusahaan Milik Daerah dalam wujud bentuk keuntungan usaha, bagian keuntungan
Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD baik yang bersifat lembaga keuangan, non- keuangan, maupun penyediaan pelayanan dasar hingga saat ini belum dimanfaatkan
secara optimal. Potensi kontribusi nyata dapat diberikan sehubungan dengan rencana pengembangan BUMD Provinsi Papua Barat. Dalam kurun waktu perencanaan jangka
menengah kedepan tahun 2012-2016, peluang ini berusaha dihasilkan melalui perantara BUMD guna memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan yang dibutuhkan Provinsi
Papua Barat terutama terkait dengan pengadaan infrastruktur dasar wilayah.
c. Sumber Pendanaan Luar Negeri.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pinjaman dan Hibah Luar Negeri, dapat diusahakan masuknya dana dari mitra luar negeri dalam
bentuk Pinjaman dan Hibah. Hak dan kewenangan melakukan Pinjaman Luar Negeri dan pengaliran Dana Hibah kepada Daerah ditetapkan melalui persetujuan Menteri
Keuangan Republik Indonesia berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Besaran Dana Pinjaman dan Hibah Luar Negeri diteruskan kepada Pemerintah Daerah
hingga saat ini tidak tercatat dalam APBD Provinsi Papua Barat, akan tetapi
66
pemanfaatannya dirasakan secara nyata untuk kepentingan sebagai berikut :
1. Hibah digunakan untuk membiayai program penguatan kapasitas kelembagaan,
peningkatan kualitas sumber daya aparatur, pembangunan sumber daya manusia, pelayanan kesehatan dan pendidikan, penanggulangan kemiskinan, dan pengelolaan
lingkungan hidup. 2.
Sedangkan untuk pinjaman yang diteruskan ke Daerah diarahkan untuk pembangunan infrastruktur serta pembangunan berbagai program yang memiliki
nilai strategis yang tinggi serta memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat.
5. Skema pendanaan khusus.
Skema pendanaan khusus ini dapat dilaksanakan dalam bentuk pembangunan sarana tertentu khususnya yang memiliki peluang pengembalian modal investasi dan dilaksanakan dalam bentuk
Publik Private Partnership PPP atau Kerangka Pembiayaan Swasta. Untuk wilayah Papua Barat, dapat diusahakan pengembangan pola PPP dalam pemenuhan pengelolaan air bersihair minum,
pemenuhan kebutuhan listrik, dan sarana pelabuhan komersial. Diluar skema PPP, dapat diusahakan pendanaan melalui program kepedulian sosial dikalangan
dunia usaha atau Corporate Social Responsibility CSR. Pola seperti ini dilaksanakan sejalan dengan beroperasinya perusahaan-perusahaan yang berinvestasi dalam memanfaatkan potensi
sumber daya alam di Papua Barat dengan penanaman modal baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Sebagai contoh, pelaksanaan skema CSR ini telah berjalan seiring dengan operasional BP
Tangguh di Kabupaten Teluk Bintuni.
67
3.1.2. Neraca Daerah Tabel 3-6. Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2007 - 2011
No. Uraian
2007 2008
2009 2010
2011 Rata-rata
Pertumbu han
1 ASET
538.796.181.431,86 1.134.862.630.270,38
2.042.066.129.869,69 3.333.281.577.007,42
4.005.940.483.297,95 68,49
1.1 ASET LANCAR
189.629.783.550,86 78.806.406.869,38
142.197.016.263,69 362.578.447.582,42
404.117.023.796,95 47,11
1.1.1 Kas
188.253.783.625,86 75.865.371.054,38
131.502.834.234,69 358.977.892.215,42
398.982.993.830,95 49,44
1.1.1.1 Kas di Kas Daerah
166.741.703.982,86 75.865.371.054,38
131.502.834.234,69 331.870.798.393,42
368.375.760.064,95 11,00
1.1.1.2 Kas di Bendahara
Pengeluaran 21.438.979.643,00
27.043.952.214,00 30.607.233.766,00
13,18 1.1.1.3
Kas di Bendahara Penerimaan
73.100.000,00 63.141.608,00
0,00 -100,00
1.1.1.4 Investasi Jangka Pendek
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
1.1.2 Piutang
0,00 993.512.432,00
56.146.909,00 240.508.364,00
5.134.029.966,00 756,22
1.1.2.1 Piutang Pajak
0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 1.1.2.2
Piutang Retribusi 0,00
0,00 0,00
0,00 1.1.2.3
Bagian lancar pinjaman kepada perusahaan negara
0,00 0,00
0,00 0,00
1.1.2.4 Bagian lancar pinjaman
kepada perusahaan daerah 0,00
0,00 0,00
0,00 1.1.2.5
Bagian lancar pinjaman kepada Pemerintah Pusat
0,00 0,00
0,00 0,00
1.1.2.6 Bagian lancar pinjaman
kepada pemerintah daerah lainnya
0,00 0,00
0,00 0,00
1.1.2.7 Bagian lancar taguhan
penjualan angsuran 0,00
0,00 0,00
0,00 1.1.2.8
Bagian lancar tuntutan 0,00
0,00 0,00
0,00
68
No. Uraian
2007 2008
2009 2010
2011 Rata-rata
Pertumbu han
perbendaharaan 1.1.2.9
Bagian lancar tuntutan ganti rugi
0,00 0,00
0,00 0,00
1.1.2.10 Piutang lainnya
0,00 993.512.432,00
56.146.909,00 240.508.364,00
5.134.029.966,00 756,22
1.1.3 Persediaan
1.375.999.925,00 1.947.523.383,00
10.638.035.120,00 3.360.047.003,00
0,00 79,84
1.2. INVESTASI JANGKA
PANJANG 0,00
0,00 25.000.000.000,00
100.000.000.000,00 125.000.000.000,00
162,50 1.2.1
Investasi Non Permanen 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 1.2.1.1
Pinjaman kepada perusahaan negara
0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 1.2.1.2
Pinjaman kepada perusahaan daerah
0,00 0,00
0,00 0,00
1.2.1.3 Pinjaman kepada
perusahaan daerah lainnya 0,00
0,00 0,00
0,00 1.2.1.4
Investasi dalam Surat Utang Negara
0,00 0,00
0,00 0,00
1.2.1.5 Investasi non permanen
lainnya 0,00
0,00 0,00
0,00 1.2.2
Investasi Permanen 0,00
0,00 25.000.000.000,00
100.000.000.000,00 125.000.000.000,00
162,50 1.2.2.1
Penyertaan modal pemerintah daerah
0,00 0,00
25.000.000.000,00 100.000.000.000,00
125.000.000.000,00 25,00
1.2.2.2 Penyertaan modal dalam
proyek pembangunan 0,00
0,00 0,00
0,00 1.2.2.3
Penyertaan modal perusahaan patungan
0,00 0,00
0,00 0,00
1.2.2.4 Investasi permanen lainnya
0,00 0,00
0,00 0,00
1.3 ASET TETAP
349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00
1.874.869.113.606,00 2.870.703.129.425,00
3.476.823.459.501,00 88,55
1.3.1 Tanah
12.190.279.525,00 40.374.699.775,00
61.873.919.775,00 91.738.556.775,00
112.533.856.775,00 88,85
1.3.2 Peralatan dan mesin
90.016.716.848,00 214.358.047.404,00
314.601.444.788,00 476.292.865.793,00
628.234.955.342,00 67,05
69
No. Uraian
2007 2008
2009 2010
2011 Rata-rata
Pertumbu han
1.3.3 Gedung dan bangunan
103.504.249.445,00 279.331.085.495,00
477.217.057.886,00 923.250.691.142,00
1.083.730.540.221,00 87,89
1.3.4 Jalan, irigasi, dan jaringan
114.218.175.209,00 398.359.510.333,00
690.761.274.219,00 1.274.217.674.715,00
1.523.543.761.163,00 106,55
1.3.5 Aset tetap lainnya
12.485.475.000,00 44.277.511.550,00
74.047.206.000,00 105.203.341.000,00
128.780.346.000,00 96,59
1.3.6 Konstruksi dalam
pengerjaan 16.751.501.854,00
79.355.368.844,00 256.368.210.938,00
0,00 0,00
165,59 1.3.7
Akumulasi penyusutan 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00
1.4 DANA CADANGAN
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
1.4.1 Dana cadangan
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
1.5 ASET LAINNYA
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
1.5.1 Tagihan penjualan
angsuran 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 1.5.2
Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
1.5.3 Kemitraan dengan pihak
kedua 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 1.5.4
Aset tak berwujud 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 1.5.5
Aset lain-lain 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 JUMLAH ASET
538.796.181.431,86 1.134.862.630.270,38
2.042.066.129.869,69 3.333.281.577.007,42
4.005.940.483.297,95 68,49
2. KEWAJIBAN
0,00 27.574.448.071,77
3.942.313.430,28 3.925.152.879,91
3.905.989.031,91 -28,88
2.1 KEWAJIBAN JANGKA
PENDEK 0,00
27.574.448.071,77 3.942.313.430,28
3.925.152.879,91 3.905.989.031,91
-28,88 2.1.1
Utang perhitungan pihak ketiga
0,00 24.486.891.071,77
854.101.884,28 837.595.879,91
818.432.031,91 -33,58
2.1.2 Utang bunga
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
2.1.3 Utang pajak
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
2.1.4 Bagian lancar utang jangka
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
70
No. Uraian
2007 2008
2009 2010
2011 Rata-rata
Pertumbu han
panjang - Utang bank 2.1.5
Bagian lancar utang jangka panjang - Utang obligasi
0,00 0,00
0,00 0,00
2.1.6 Bagian lancar utang jangka
panjang - Utang Pemerintah Pusat
0,00 0,00
0,00 0,00
2.1.7 Bagian lancar utang jangka
panjang - Utang pemerintah provinsi
0,00 0,00
0,00 0,00
2.1.8 Bagian lancar utang jangka
panjang - Utang pemerintah
kabupatenkota 0,00
0,00 0,00
0,00 2.1.9
Pendapatan diterima di muka
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
2.1.10 Utang jangka pendek
lainnya 0,00
3.087.557.000,00 3.088.211.546,00
3.087.557.000,00 3.087.557.000,00
0,00
2.2 KEWAJIBAN JANGKA
PANJANG 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 2.2.1
Utang dalam negeri - sektor perbankan
0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 2.2.2
Utang dalam negeri - obligasi
0,00 0,00
0,00 0,00
2.2.3 Utang dalam negeri -
Pemerintah Pusat 0,00
0,00 0,00
0,00 2.2.4
Utang dalam negeri - Pemerintah provinsi
0,00 0,00
0,00 0,00
2.2.5 Utang dalam negeri -
Pemerintah kabupatenkota
0,00 0,00
0,00 0,00
2.2.6 Utang luar negeri - sektor
perbankan 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00
71
No. Uraian
2007 2008
2009 2010
2011 Rata-rata
Pertumbu han
3 EKUITAS DANA
538.796.181.431,86 1.107.288.182.198,61
2.038.123.816.439,41 3.329.356.424.127,51 4.002.034.494.266,04
68,28 3.1
EKUITAS DANA LANCAR 189.629.783.550,86
51.231.958.797,61 138.254.702.833,41
358.653.294.702,51 400.211.034.765,04
66,97 3.1.1
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran SILPA
188.253.783.625,86 51.378.479.982,61
130.281.243.721,91 358.077.154.727,51
398.107.844.546,04 66,72
3.1.2 Cadangan untuk piutang
0,00 993.512.432,00
56.146.909,00 240.508.364,00
5.134.029.966,00 756,22
3.1.3 Cadangan untuk
persediaan 0,00
1.947.523.383,00 10.638.035.120,00
3.360.047.003,00 0,00
92,61 3.1.4
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang
jangka pendek 1.375.999.925,00
-3.087.557.000,00 -3.088.211.546,00
-3.087.557.000,00 -3.087.557.000,00
-81,10 3.1.5
Pendapatan yang ditangguhkan
0,00 0,00
367.488.628,50 63.141.608,00
56.717.253,00 -46,50
3.2 EKUITAS DANA INVESTASI
349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00
1.899.869.113.606,00 2.970.703.129.425,00
3.601.823.459.501,00 89,99
3.2.1 Diinvestasikan dalam
investasi jangka panjang 0,00
0,00 25.000.000.000,00
100.000.000.000,00 125.000.000.000,00
162,50 3.2.2
Diinvestasikan dalam aset tetap
349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00
1.874.869.113.606,00 2.870.703.129.425,00
3.476.823.459.501,00 88,55
3.2.3 Diinvestasikan dalam aset
lainnya 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 3.2.4
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang
jangka panjang 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00
3.3 EKUITAS DANA
CADANGAN 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 3.3.1
Diinvestasikan dalam dana cadangan
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
3.4 REKENING KORAN PPKD
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
3.4.1 Rekening koran PPKD
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
538.796.181.431,86 1.134.862.630.270,38
2.042.066.129.869,69 3.333.281.577.007,42
4.005.940.483.297,95 68,49
72
73
3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan MasaLalu
1. Penyusunan dan Pemantapan Anggaran
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, pengelolaan keuangan daerah harus dilaksanakan secara terpadu antara perencanaan
dan penganggaran, tertib, efektif, efisien, transparan, dan bertanggung jawab. Penyediaan pendanaan program maupun kegiatan yang berasal dari keuangan daerah direncanakan dalam
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD maupun dokumen acuan lainnya yang berupa Rencana Strategis SKPD Renstra SKPD dan Rencana Kerja SKPD Renja
SKPD. Khususnya dalam RPJMD, indikasi pembiayaan yang bersifat jangka menengah akan dijabarkan menjadi pembiayaan tahunan yang tercermin dalam APBD dan APBN tahun
bersangkutan. a. Penyiapan Dokumen Acuan Penganggaran
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, penyusunan anggaran
mengacu kepada sejumlah dokumen perencanaan dan dokumen kerja lainnya. Dokumen acuan tersebut terdiri dari dokumen acuan tahap perencanaan dan dokumen acuan
teknis sebelum menjadi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah RAPBD. Untuk dokumen acuan perencanaan terdiri dari dokumen RPJMD, Renstra SKPD, Renja
SKPD, dan RKPD, sedangkan dokumen teknis yang menjadi agenda lebih lanjut terdiri dari Kebijakan Umum Anggaran KUA, Penetapan Plafond Anggaran Sementara PPAS,
Rencana Kerja Anggaran RKA SKPD, dan RAPBD.
Keterikatan antara satu dokumen acuan dengan dokumen acuan lainnya menuntut kinerja yang optimal dan penyelesaian tepat waktu dalam penyusunan berbagai
dokumen acuan tersebut. Hubungan antar dokumen acuan lebih lanjut tergambar pada diagram keterpaduan berikut ini.
Berdasarkan struktur dokumen perencanaan wilayah, setiap SKPD wajib menyusun rencana strategis yang nantinya menjadi acuan dalam penyusunan Renja SKPD. Renja
SKPD selanjutnya menjadi materi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah atau RKPD yang merupakan penjabaran tahunan dari program jangka menengah
dalam RPJMD. Dokumen RKPD yang bersifat tahunan memuat materi mengenai rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah
serta rencana kerja yang terukur berikut pendanaannya.
74
Gambar 3-4. Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Keuangan
Gambar 3-5. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Lebih lanjut lagi, Rencana Kerja Pemerintah Daerah diterjemahkan kedalam rencana penganggaran dalam bentuk Kebijakan Umum Anggaran atau KUA yang bersifat tahunan.
Gambaran mengenai prioritas kegiatan disampaikan oleh masing-masing SKPD dan dituliskan dalam KUA sebagai arahan prioritas penyediaan anggaran tahunan daerah.
Berdasarkan informasi tersebut maka disusunlah Penetapan Plafond Anggaran Sementara atau PPAS yang merupakan pedoman penyusuan APBD Provinsi Papua Barat.
Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Dokumen
Rencana Tahunan Muatan Materi:
1. Rancangan
Kerangka Ekonomi Daerah.
2. PrioritasPembang
3.
75
76
Gambar 3-6. Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran KUA
b. Pemantapan Dokumen Acuan Penganggaran
Secara teknis, KUA dan PPAS dipaparkan dan dibahas lebih lanjut oleh lembaga eksekutif maupun lembaga legislatif daerah. Pembahasan ini kemudian menghasilkan Nota
Kesepakatan antara Pimpinan DPRD dengan GubernurKepala Daerah yang menjadi persetujuan penyusunan dan pembahasan RKA SKPD. Program maupun kegiatan yang
terbahas dalam RKA SKPD secara nyata telah mengadposi kepentingan maupun prioritas
program yang menjadi upaya perwujudan misi pembangunan daerah. Gambar 3-7. Proses Penetapan Plafond Sementara atau PPAS
Anggaran yang telah tercantum dalam PPAS selanjutnya dituangkan kedalam RKA-SKPD dengan berlandaskan prinsip-prinsip Anggaran Berbasis Kinerja. Melalui prinsip tersebut
Kebijak an
Muatan Materi Rancangan PPAS:
1. Skala prioritas
urusan wajib dan
2.
DPRD Pemerint
ah Rancan
gan PPAS
Muatan Materi PPAS:
1. Program
prioritas. 2.
77 diharapkan seluruh penanggung jawab memahami betul hal-hal terkait dengan masukan,
keluaran, hasil, indikator kinerja, tolok ukur kinerja serta target kinerja yang akan dievaluasi dari masing-masing pengguna anggaran.
Gambar 3-8. Proses dan Mekanisme Penyusunan RKA-SKPD
2. Alokasi Anggaran
Penggunaan anggaran yang diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah dengan perwujudan dalam
bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial, secara teknis, dapat menggunakan
perangkat kerangka kerja logis atau logical frame work guna mencapai pemanfaatan sumber daya yang optimal. Perwujudan kualitas kehidupan masyarakat digambarkan dalam prestasi kinerja
dan pencapaian standar minimal pelayanan masing-masing satuan kerja. Sesuai dengan pedoman penyusunan anggaran yang diterbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri,
alokasi anggaran untuk satuan kerja terkelompokan menurut klasifikasi Urusan Wajib dan Urusan Pilihan penyelenggaraan Pemerintahan. Dalam hubungan ini, faktor utama yang menjadi
pertimbangan adalah penyediaan anggaran atau dana berdasarkan asas pelaksanaan tugas kelembagaan atau money follows function guna memberikan pengaruh manfaat yang sebesar-
besarnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pembagian tugas Pemerintah Pusat dan Daerah
dikelompokkan berdasarkan urusan sebagai berikut: Urusan Wajib
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Pekerjaan Umum
4. Perumahan
5. Penataan Ruang
6. Perencanaan Pembangunan
78 7.
Perhubungan 8.
Lingkungan Hidup 9.
Pertanahan 10. Kependudukan dan Catatan Sipil
11. Pemberdayaan Perempuan 12. Keluarga Berencana dan
Kesejahteraan Keluarga 13. Sosial
14. Tenaga Kerja 15. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
16. Penanaman Modal 17. Kebudayaan
18. Pemuda dan Olah Raga 19. Kesatuan Bangsa dan Politik DN
20. Pemerintahan Umum 21. Kepegawaian
22. Pemberdayaan Masyarakat Kampung 23. Statistik
24. Kearsipan 25. Komuniksasi dan Informatika.
Urusan Pilihan
1. Pertanian
2. Kehutanan
3. Energi dan Sumber Daya Mineral
4. Pariwisata
5. Kelautan dan Perikanan
6. Perdagangan
7. Perindustrian
8. Transmigrasi.
Berdasarkan klasifikasi urusan tersebut, maka alokasi anggaran dalam APBD tahunan ditetapkan dan kemudian selanjutnya dijabarkan kedalam RKA-SKPD sesuai dengan bidang urusan yang ada.
3. Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
Pencapaian sasaran maupun target pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJMD maupun Renstra masing-masing SKPD diukur melalui penganggaran yang berbasis kinerja dan mengacu
pada pelaksanaan program-program. Penganggaran berbasis kinerja bertujuan untuk memastikan bahwa dana yang dialokasikan bisa diukur efesiensi dan efektifitas dari capaian
suatu program. Dengan menggunakan kerangka kerja logis maka komponen anggaran berbasis kinerja seperti: indikator kinerja, kinerja, keluaran, masukan dengan mudah bisa dicantumkan
dalam penyusunan Rencana Kerja Anggaran SKPD atau KementerianLembaga. Selain itu, pendekatan berbasis kinerja dalam penyediaan anggaran juga berupaya mencapai
keluaran atau output masukan berupa dana maupun komponen masukan lainnya yang tidak terikat dengan pendanaan. Masukan atau Input yang dimaksud dapat berupa segenap sumber
daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program atau kegiatan, sementara keluaran atau output adalah semua barang dan jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan tersebut.
Hal penting yang menjadi bagian dari penganggaran berbasis kinerja adalah rumusan-rumusan yang berhubungan dengan penetapan indikator, tolok ukur, serta target kinerja. Untuk indikator
kinerja sendiri terdiri dari masukan, keluaran, dan hasil kinerja. Sedangkan tolak ukur kinerja meliputi ukuran prestasi kerja yang dapat dicapai berupa mutu, kuantitas, tingkat efisiensi,
efektifitas. Selanjutnya target kinerja yang merupakan dorongan upaya pelayanan yang diberikan meliputi hal-hal yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan dari pencapaian program atau
79 kegiatan berdasarkan tolok ukur yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Keseluruhan rumusan
tersebut kemudian dipertimbangkan dalam penyusunan RKA-SKPD maupun RKA tingkat kementerian dan lembaga.
4. Tugas Dekonsentrasi dan Perbantuan
Pemerintah Provinsi maupun KabupatenKota disamping melaksanakan tugas desentraliasi juga melaksanakan tugas dekonsentrasi dan perbantuan. Meskipun kedua jenis tugas tersebut
menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat, namun dalam kenyataannya tanggung jawab tersebut didelegasikan kepada Kepala Daerah untuk melakukan proses koordinasi.
Untuk tugas-tugas dekonsentrasi, dana atau anggarannya disalurkan berdasarkan organisasi kementerian dan lembaga di Daerah. Dalam tahun anggaran 2011, jumlah alokasi untuk wilayah
Papua Barat adalah sebesar Rp. 3.094,37 milyar.
Penerimaan Daerah Provinsi Papua Barat secara garis besar dipergunakan untuk membiayai belanja pemerintah, baik yang bersifat belanja langsung maupun tidak langsung. Belanja langsung sendiri
dibedakan menjadi 8 delapan klasifikasi, sedangkan untuk belanjalangsung dibedakan menjadi 3 tiga klasifikasi utama. Adapun belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta
belanja modal. Untuk belanja tidak langsung terdiri dari belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja pegawai, belanja bagi hasil kepada ProvinsiKabupatenKota dan juga
pemerintah Kampung, belanja bantuan keuangan bagi provinsikabupatenkota dan juga Pemerintah Kampung, serta belanja tidak terduga.
3.3 Kerangka Pendanaan Pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016
Berdasarkan realisasi penganggaran pembangunan, target pertumbuhan ekonomi yang direncanakan pada tahun 2012-2016 minimal sebesar 7,5 per tahun menuntut kebutuhan pendanaan pembangunan
setiap tahunnya paling kurang Rp. 10 trilyun. Kebutuhan tersebut tetap akan dipenuhi oleh sumber pembiayaan pembangunan dari sektor pembiayaan fiskal. Pembiayaan sektor fiskal tersebut bersumber
dari APBN dalam bentuk dana transfer dari Pemerintah Pusat ke Daerah yang berupa DBH, DAU, DAK, Dana Penyesuaian serta Dana Otonomi Khusus. Pembiayaan lain yang menjadi tulang punggung
merupakan dana program dekonsentrasitugas-tugas perbantuan guna membiayai kegiatan kementerian di Papua Barat. Diluar pembiayaan utama tersebut, diupayakan sumber pendanaan lain berbentuk PAD,
dana lain serta dana hibah donor luar negeri. Komponen pembiayaan ini dibandingkan kedua komponen bersumber APBN memiliki nilai yang relatif kecil. Secara rinci, keseluruhan sumber pembiayaan
pembangunan Provinsi Papua Barat diluar dana hibah luar negeri tercantum dalam dokumen APBN, APBD Provinsi, dan APBD KabupatenKota se Papua Barat.
80
Tabel 3-7. Estimasi APBD Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 URAIAN
ESTIMASI
Pendapatan Daerah 3.778.766.466.950
Belanja Daerah 3.883.765.466.950
Defisit 104.999.000.000
Pembiayaan Daerah - Penerimaan Pembiayaan
130.000.000.000 - Pengeluaran Pembiayaan
25.000.000.000 Pembiayaan Netto
105.000.000.000
Selisih lebih 1.000.000.00
Tabel 3-8. Estimasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 URAIAN
ESTIMASI Pendapatan daerah
3.778.766.466.950 1
Pendapatan AsliDaerah 134.500.000.000
a Pajak Daerah
105.000.000.000 b
Retribusi Daerah 1.000.000.000
c Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerahyg dipisahkan
5.000.000.000 d
Lain-lain PAD yang sah 23.500.000.000
2 Dana perimbangan
1.690.031.563.000
a Dana Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak
750.000.000.000 b
Dana Alokasi Umum 901.398.453.000
c Dana Alokasi Khusus
38.633.110.000
3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
1.954.234.903.950
a Hibah
1.037.958.000 b
Dana Darurat -
c Dana Bagi Hasil Pajak dari Provdan pemda lainnya
- d
Dana Otonomi Khusus 1.353.196.945.950
e Dana sarana prasarana
600.000.000.000 f
Bantuan Keu dari Prov atau Pemda lainnya -
81
Tabel 3-9. Estimasi Belanja Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 URAIAN
ESTIMASI Belanja daerah
3.883.765.466.950 1
Belanja Tidak Langsung 2.069.885.775.100
a Belanja Pegawai
237.066.138.400 b
Belanja Bunga -
c Belanja Subsidi
- d
Belanja Hibah 204.452.611.000
e Belanja Bantuan Sosial
5.174.000.000 f
Belanja Bagi Hasil Kepada KabKota dan Pemdes 646.955.163.700
g Belanja Bantuan Keu Kepada KabKota dan
Pemerintah Kampung 951.237.862.000
h Belanja Tidak Terduga
25.000.000.000
2 Belanja langsung
1.813.879.691.850
a BelanjaPegawai
126.284.362.500 b
Belanja Barangdan Jasa 871.980.601.350
c Belanja Modal
815.614.728.000
Tabel 3-10. Estimasi Pembiayaan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 URAIAN
PERKIRAAN
1 Penerimaan pembiayaan
130.000.000.000 2
Pengeluaranpembiayaan 25.000.000.000
Pembiayaan Netto 105.000.000.000
Tabel 3-11. Ringkasan Pembagian ke KabupatenKota Tahun Anggaran 2012 URAIAN
NILAI 1
Jumlah Pendapatan 3.778.766.466.950
100,00
2 Ke KabKota Berupa:
A Dana Otsus
951.237.862.000 25,00
B Dana Bagi Hasil
646.955.163.700 17,00
82
URAIAN NILAI
C Jumlah ke KabKota
1.598.193.025.700 42,00
D Sisa dikelola Provinsi
2.180.573.441.250 58,00
83
Analisis Pertumbuhan Pendapataan Daerah dan ProyeksiBelanja Daerah Provinsi Papua Barat 2012-2016
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah. Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran
tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah. Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu APBD maka analisis
pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap APBD dan laporan keuangan daerah pada umumnya. Analisis dilakukan terhadap penerimaan daerah yaitu pendapatan dari penerimaan pembiayaan daerah.
Kapasitas keuangan daerah pada dasarnya ditempatkan sejauh mana daerah mampu mengoptimalkan penerimaan dari pendapatan daerah. Berbagai objek penerimaan daerah dianalisis untuk memahami
perilaku atau karakteristik penerimaan selama ini. Analisis dilakukan berdasarkan pada data dan informasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
pendapatan daerah, antara lain: 1
Angka rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah masa lalu; 2
Asumsi indikator makro ekonomi PDRBlaju pertumbuhan ekonomi, inflasi dan lain-lain; 3
Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah; 4
Kebijakan dibidang keuangan negara.
Kemudian akan dilakukan lagi analisis proyeksi belanja daerah untuk memperoleh gambaran kebutuhan belanja tidak langsung daerah dan belanja langsung Provinsi Papua Barat. Analisis dilakukan dengan
proyeksi 5 lima tahun kedepan untuk penghitungan kerangka pendanaan pembangunan daerah terhitung mulai 2012- 2016.
84
Tabel 3-12.Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Provinsi Papua Barat
No Uraian
Tahun 2012 Rp
Tingkat partum buhan
Proyeksi Tahun 2013
Rp Tahun 2014
Rp Tahun 2015
Rp Tahun 2016
Rp A
Belanja TidakLangsung 2,330,898,319,267.92
10 2,563,988,151,194.71
2,820,386,966,314.18 3,102,425,662,945.60 3,412,668,229,240.16
1 Belanja Pegawai
254,897,739,260.00 10
280,387,513,186.00 308,426,264,504.60
339,268,890,955.06 373,195,780,050.57
2 Belanja Hibah
396,776,031,000.00 10
436,453,634,100.00 480,098,997,510.00
528,108,897,261.00 580,919,786,987.10
3 Belanja Bantuan Sosial
7,202,429,204.00 10
7,922,672,124.40 8,714,939,336.84
9,586,433,270.52 10,545,076,597.58
4 Belanja
Bagi Hasil
Kepada KabupatenKota
609,710,138,803.92 10
670,681,152,684.31 737,749,267,952.74
811,524,194,748.02 892,676,614,222.82
5 Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Kabupaten, Kota, Distrik, Kelurahan dan Kampung.
1,052,311,981,000.00 10
1,157,543,179,100.00 1,273,297,497,010.00
1,400,627,246,711.00 1,540,689,971,382.10
6 Belanja Tak Terduga
10,000,000,000.00 10
11,000,000,000.00 12,100,000,000.00
13,310,000,000.00 14,641,000,000.00
B Belanja Langsung
1,813,879,691,850.00 10
1,995,267,661,035.00 2,194,794,427,138.50
2,414,273,869,852.35 2,655,701,256,837.59
1 Belanja Pegawai.
126,599,662,500.00 10
139,259,628,750.00 153,185,591,625.00
168,504,150,787.50 185,354,565,866.25
2 Belanja Barang dan Jasa
871,008,602,600.00 10
958,109,462,860.00 1,053,920,409,146.00
1,159,312,450,060.60 1,275,243,695,066.66
3 Belanja Modal
816,271,426,750.00 10
897,898,569,425.00 987,688,426,367.50
1,086,457,269,004.25 1,195,102,995,904.68
TOTAL BELANJA 4,144,778,011,117.92
4,559,255,812,229.71 5,015,181,393,452.68
5,516,699,532,797.95 6,068,369,486,077.75
85
86
3.4 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah
Keuangan Daerah merupakan elemen penting pendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan kepada publik. Dalam upaya mewujudkan sasaran maupun target
pembangunan Provinsi Papua Barat, secara umum dibutuhkan dukungan pendanaan untuk seluruh sektor pembangunan. Kebutuhan pendanaan baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri pada
umumnya merupakan hasil upaya pemerintah yang berasal dari masyarakat maupun dunia usaha secara luas.
Berbagai permasalahan wilayah berupa tingginya angka kemiskinan, pelayanan infrastruktur yang kurang memadai, dan persebaran pemukiman penduduk yang tidak merata mendorong penetapan target
pertumbuhan ekonomi wilayah Papua Barat dengan angka yang cukup tinggi. Penetapan target tersebut sejalan dengan penetapan status otonomi khusus untuk wilayah Papua Barat yang diupayakan dalam
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sumber daya manusia. Dalam kurun waktu lima tahun kedepan, rencana target pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat
sebesar 7,5 hingga 10 per tahun membutuhkan dukungan sarana dan prasarana wilayah yang memadai. Oleh karenanya, berbagai investasi yang terkait dengan sektor fiskal diarahkan penggunaannya
dalam membangun berbagai kebutuhan dasar berupa prasarana, peningkatan pelayanan, pembangunan kelembagaan dan sumber daya manusia, penanggulangan kemiskinan, serta upaya penyelamatan
lingkungan. Untuk sumber pembiayaan lain yang tergolong dalam kelompok sektor non-fiskal termasuk didalamnya investasi yang dilakukan sektor swasta, baik berupa investasi langsung maupun penanaman
kembali bagian keuntungannya diupayakan sesuai skenario pengembangan wilayah yang ditetapkan. Sejalan dengan target peningkatan pertumbuhan ekonomi, karakteristik wilayah Papua Barat menuntut
kebutuhan pendanaan program maupun kegiatan yang lebih besar secara jumlah. Sehubungan dengan hal tersebut, status Otonomi Khusus memberikan tambahan pendanaan dalam membiayai berbagai program
yang mampu mendorong percepatan pengembangan wilayah. Program-program percepatan tersebut memiliki sasaran khusus dalam meningkatkan kinerja pembangunan infrastruktur dasar dan sumber
daya manusia sebagai katalisator peningkatan pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
3.4.1 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah
Formulasi kebijakan dalam mendukung pengelolaan anggaran pendapatan daerah akan lebih difokuskan pada upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi. Kebijakan target pertumbuhan ekonomi yang
diperkirakan sebesar 7,5 hingga 10 persen per tahun, akan diupayakan melalui beberapa kebijakan yang meliputi:
a. Kepastian penyediaan pendanaan untuk membiayai program prioritas dalam kurun waktu tahun
2012-2016, baik untuk Pemerintah Provinsi maupun bagi Pemerintah KabupatenKota. Kepastian ini akan didasarkan pada prediksi yang tepat mengenai potensi penerimaan daerah
baik yang berupa pendapatan yang berasal dari APBN maupun APBD.
87 b.
Optimalisasi sumber pendanaan yang bertujuan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi sumber pendapatan yang berasal dari dalam maupun luar daerah. Melalui kebijakan ini
diharapkan adanya dorongan upaya penggalangan sumber pendanaan dari pihak swasta, masyarakat maupun kemitraan internasional yang lebih maksimal.
c. Pembentukan skema kerja sama mitra yang maksimum dalam pengupayaan sumber pendanaan
atas dasar kemitraan. Untuk kemitraan internasional pelaksanaannya disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman
dan Hibah. Penggunaan dana pinjaman atau hibah yang dimaksud, dilaksanakan berdasarkan Standar Operasi dan Prosedur SOP dengan arahan pemanfaatan untuk pembiayaan program
yang mempunyai implikasi besar dan luas terhadap pengembangan wilayah Papua Barat. d.
Mengupayakan pendanaan dengan mekanisme pinjaman dan hibah dari luar negeri guna membiayai berbagai program prioritas dalam pembangunan didaerah. Bentuk program prioritas
tersebut dapat berupa program penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan kelembagaan dan sumber daya aparatur, pembangunan sumber daya manusia, dan program pengembangan
ekonomi kerakyatan. e.
Melanjutkan pemanfaatan dana hibah luar negeri dengan melibatkan secara langsung Pemerintah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota se Papua Barat untuk berperan dalam
proses penyusunan dokumen kegiatan, ataupun penyediaan tenaga konsultan nasional melalui penyediaan dana pendukung nasional atau counterpart budget baik yang berasal dari APBN
maupun APBD.
3.4.2 Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah
Strategi utama pendanaan pembangunan yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pengembangan sumber dan skema pendanaan pembangunan daerah baik yang sedang berjalan
maupun skema baru lainnya, seperti: mengupayakan pemanfaatan pendanaan karbon atau carbon trading, dan mendorong pelaksanaan Corporate Social Responsibility atau CSR oleh pihak swasta.
Diharapkan dengan adanya kolaborasi skema pendanaan lama dan yang baru pemenuhan kebutuhan pendanaan dapat lebih memadai khusus untuk pendanaan yang berkaitan dengan kelestarian
lingkungan hidup di Papua Barat. b.
Peningkatan mutu atau kualitas pemanfaatan sumber dan skema pendanaan pembangunan dengan pembiayaan program strategis pembangunan. Melalui strategi ini, pengalokasian anggaran
difokuskan pada penyediaan dana bagi program prioritas dengan beban anggaran yang seminimum mungkin.
c. Peningkatan alokasi pendanaan kegiatan yang bersifat mendukung pelaksanaan tugas dekonsentrasi
88 atau tugas perbantuan guna mengimbangi keadaan keterbatasan fiskal di Provinsi Papua Barat.
Berdasarkan strategi ini maka kontribusi pendanaan APBN bagi Papua Barat merupakan salah satu sumber utama pembiayaan pembangunan wilayah.
d. Memaksimalkan pemanfaatan dana transfer pemerintah pusat berupa Dana Otonomi Khusus dan
Dana Tambahan Infrastruktur yang difokuskan pada pendanaan program pembangunan bidang pendidikan, pelayanan kesehatan masyarakat, pembangunan infrastruktur, serta pengembangan
ekonomi masyarakat, yang secara keseluruhan diupayakan keberpihakannya kepada peningkatan kontribusi dan pelayanan bagi masyarakat Asli Papua.
89
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Dari Analisis Lingkungan internal dan eksternal Papua Barat sesuai dengan yang dipaparkan dari masing- masing SKPD kemudian disimpulkan menjadi isu-isu strategis umum Provinsi Papua Barat, sebagai
berikut:
4.1 Permasalahan Pembangunan
4.1.1 Permasalahan Internal
1. Secara geologi, tingkat kemampuan tanah sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi,semakin
banyak faktor penghambat yang dijumpai di suatu wilayah seperti lereng terjal, ketersediaan air kurang dan mudah terjadi erosi maka dapat dikatakan kemampuan pada wilayah tersebut rendah.
2. Salah satu fenomena mencolok yang terdapat di Provinsi Papua Barat adalah kepadatan penduduk
yang masih sangat rendah yakni rata-rata 27 jiwakm2 pada tahun 2008. Kotamadya yang terpadat 153 jiwakm
2
dan Kabupaten yang paling jarang penduduknya kurang dari 2 jiwakm
2
. Dari satu sisi gejala ini dapat dinilai sebagai pertanda besarnya peluang ekonomi, dari sisi lain rendahnya tingkat
hunian suatu wilayah dapat pula dilihat sebagai pertanda bahwa di wilayah tersebut ada sesuatu hal atau banyak hal yang menyebabkan wilayah tersebut kurang menarik bahkan dihindari atau menjadi
pilihan terakhir. 3.
Bila ditinjau dari latar belakang geomorfologi dan geologinya, tanah di Provinsi Papua Barat sangat rawan erosi, rawan longsor, sementara tebing cenderung rawan gugur.
4. Dilihat dari sumberdaya alam darat Provinsi Papua Barat memiliki kekayaan alam yang besar berupa
hamparan hutan tropika humid yang sangat luas yang didalamnya terdapat kawasan lindung. Di kawasan lindung ini pula terkandung sumberdaya andalan Provinsi Papua Barat berupa batu bara
dan mineral galian. Kombinasi keruangan yang paling rawan ialah batubara dan hutan. Sejarah Papua Barat telah mencatat bahwa eksploitasi hutan di formasi yang mengandung batubara telah
menghasilkan bencana banjir. 5.
Karena sifat fisik ruang habitatnya sumberdaya alam perairan laut cenderung tidak sepenuhnya dapat dikuasaidimanfaatkan oleh penduduk. Ada peluang infiltrasi pemanfaatan oleh kekuatan
ekonomi dari luar daerah, yang dari segi teknologi maupun organisasi produksi cenderung lebih unggul. Meskipun demikian paling tidak ada dua zona di mana penduduk daerah mempunyai
keunggulan akses, baik dari segi fisik maupun segi hukum, yakni wilayah perairan zona I 6mil dan perairan interface payau. Sumber kerawanan utama di kawasan ini adalah apabila terjadi
eksploitasi yang berlebihan dan pencemaran air karena penambangan emas, batubara dan minyak bumi.
90 6.
Secara kultural penduduk Asli Papua Barat masih terpisah oleh sekat-sekat nilai adat yang dalam beberapa hal sangat eksklusif. Dari segi pendidikan, pendatang cenderung memiliki pendidikan lebih
tinggi. Orientasi adat asli dalam memanfaatkan sumber alam pada umumnya mengandung kebijakan ekologi yang tinggi. Sementara itu sebagian besar pendatang berorientasi komersial. Ada semangat
datang, lihat, ambil dan hengkang pergi. Papua Barat bagi mereka bukan habitat, tetapi tidak lebih dari kesempatan investasi dan ekstrasi.
7. Jaringan jalan merupakan salah satu unsur utama yang diperlukan dalam proses pemaduan potensi-
potensi wilayah ke dalam satu sistem interaksi yang produktif. Melalui jaringan yang terangkai secara sistemik sinergi keruangan yang produktif antara sumberdaya, baik yang ada di dalam wilayah
maupun yang ada di luar wilayah dapat dikembangkan di Provinsi Papua Barat. Dari segi fisik pembangunan jalan berhadapan dengan medan pegunungan yang dari segi geomorfologi sangat
rawan. Ini berarti beban biaya konstruksi dan beban biaya perawatan yang mahal. Pengembangan jaringan menerobos pegunungan yang sebagian berfungsi sebagai kawasan lindung dan kawasan
hutan produksi akan merangsang eksploitasi hutan dan tambang yang secara ekologis sulit dikendalikan keamanannya.
8. Minimnya infrastruktur disuatu wilayah seperti kondisi jalan, alat transportasi, penerangan dan air
bersih seringkali menjadi penyebab kemiskinan suatu wilayah. Meskipun di wilayah tersebut dihasilkan produk-produk pertanian atau lainnya, namun karena minimnya infrastruktur maka
produk tersebut tidak dapat dipasarkan dengan baik. 9.
Di Bidang Perlindungan dan Pengamanan Masyarakat, permasalahan yang dihadapiadalah kurangnya sumberdaya manusia yang menangani perlindungan dan pengamanan serta minimnya prasarana dan
sarana yang mendukung bidang tersebut, sementara di Provinsi Papua Barat merupakan wilayah yang rawan bencana alam terutama Gempa Bumi dan Banjir.
10. Permasalahan yang dihadapi di Bidang Kependudukan dan sumberdaya manusia Provinsi Papua
Barat adalah kualitas dan kuantitas SDM yang masih rendah, SDM belum mampu bersaing dalam dunia global yang semakin menuntut kompetensi tinggi, jumlah penduduk yang tidak merata dan
tersebar dalam kelompok-kelompok kecil di daerah pedalaman dan pulau-pulau terpencil, serta cenderung terpusat di daerah perkotaan.
11. Permasalahan di Bidang Pendidikan yang terjadi di Provinsi Papua Barat antara lain perlunya
peningkatan pengetahuan masyarakat, pemerataan pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan di semua jenjang pendidikan, peningkatan
pelayanan serta sarana dan prasarana pendidikan. 12.
Sementara di Bidang Kebudayaan, sebagaimana diketahui bahwa Provinsi Papua Barat memiliki masyarakat yang heterogen dan multi etnis. Besarnya jumlah migran yang masuk ke wilayah Provinsi
Papua Barat telah menimbulkan berbagai persoalan budaya dalam interaksi antar etnik pendatang dengan penduduk setempat. Salah satu persoalan yang menonjol yang dialami oleh Suku Asli Papua
91 Barat adalah peliknya masalah hak ulayat.
13. Provinsi Papua Barat mempunyai luas wilayah 97.024,62 Km
2
, sebagian besar berupa daerah hutan.Dengan luas hutan yang sedemikian besar maka produksi hasil hutan merupakan andalan
untuk memperoleh pendapatan bagi Provinsi Papua Barat. Masalah yang dihadapi dalam pengembangan Sub Sektor Kehutanan antara lain adanya penurunan produktivitas hasil hutan alam
akibat konversi lahan dari lahan hutan sekunder ke areal HTI, perkebunan, transmigrasi, pertambangan dan lain-lain. Pelanggaran lalu lintas hasil hutan, tebang liar serta perambahan hutan
cenderung meningkat sementara jumlah personil pengamanan perlindungan hutan JAGAWANA terbatas dan belum didukung oleh sarana operasional yang memadai. Permasalahan lainnya adalah
belum adanya data yang akurat tentang luas dan letak lahan kritis sehingga kurang membantu dalam penyusunan program. Pelaksanaan proyek reboisasi dan penghijauan di hutan lindung sering
terhambat dengan masalah okupasi lahanperambahan hutan oleh masyarakat yang status kepemilikannya belum jelas.
14. Dalam setiap kegiatan pengembangan wilayah, salah satu bidang yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah bidang infrastruktur. Bila dilihat dari wilayah Provinsi Papua Barat yang sangat luas dengan jarak antar Kota Kabupaten yang relatif jauh menjadikan permasalahan infrastruktur
terutama jalan menjadi hal yang sangat menKampungk. 15.
Di Bidang Agroindustri, kendala yang dihadapi adalah pelaksanaan kegiatan yang belum terkoordinasi dengan baik dan kesulitan mengubah pola pikir petani terhadap pembaharuan dan
penerimaan inovasi bidang agrobisnis dan agorindustri. 16.
Di Bidang Sosial, penduduk Provinsi Papua Barat dengan latar belakang budaya dan etnis yang beragam sangat rentan terhadap terjadinya konflik horisontal, terutama disebabkan adanya
kesenjangan sosial. 17.
Di Bidang Pariwisata, realitas pembangunan kepariwisataan baik wisata alam maupun wisata buatan di Provinsi Papua Barat dianggap masih sebatas skenariowacana, sehingga belum dikembangkan
dan dikelola secara profesional.
4.1.2 Pengaruh Eksternal
Kebijakan Otonomi Khusus Papua
Melalui Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, memberikan Hak Otonomi Khusus bagi
Provinsi Papua Barat. Hal ini dikarenakan Provinsi Papua yang sebelumnya diberikan Otonomi Khusus telah dimekarkan menjadi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Adanya Otonomi Khusus ini
memberikan keleluasaan bagi Provinsi Papua Barat untuk melakukan percepatan pembangunan
92 khususnya bidang sosial, ekonomi, dan politik, serta infrastruktur. Kemudian dengan adanya Otonomi
Khusus Provinsi Papua Barat, aparat daerah dituntut lebih meningkatkan diri agar mampu berfikir dengan kritis, bertindak efisien dan efektif dalam menyusun rencana untuk membangun dan
mengembangkan daerahnya. Perencanaan yang disusun harus bersifat strategis agar sumberdaya yang dimiliki oleh Provinsi Papua Barat dapat dioptimalkan dengan baik.
Melalui Undang-Undang Otonomi Khusus, Provinsi Papua Barat memiliki wewenang yang luas, baik dalam urusan pemerintahan maupun pelaksanaan pembangunan. Kewenangan yang luas di satu sisi
dapat dipandang sebagai kesempatan bagi wilayah untuk berkembang, tetapi di sisi lain merupakan tantangan baru yang cukup berat. Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Undang-Undang tersebut
dapat lebih leluasa menggunakan kewenangannya untuk mengurusi daerahnya, tetapi di lain pihak Pemerintah Provinsi Papua Barat juga dibebani tanggung jawab yang lebih besar.
Potensi Provinsi Papua Barat dalam Konstelasi Nasional dan Konstelasi Pulau Papua
Dalam konteks Nasional, Provinsi Papua Barat mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Provinsi Papua Barat memiliki 1 wilayah yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional PKN yaitu Kota
Sorong dan tiga wilayah yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah PKW di Provinsi Papua Barat terdiri dari Kabupaten Manokwari, Kabupaten Fak-Fak, dan Kabupaten Ayamaru. Pusat Kegiatan
Nasional PKN Kota Sorong berdampingan dengan Jayapura dan Timika untuk wilayah Provinsi Papua dan Pusat Kegiatan Wilayah PKW Kabupaten Manokwari, Kabupaten Fak-Fak, dan Kabupaten Ayamaru
berdampingan dengan 8 delapan Pusat Kegiatan Wilayah PKW di Provinsi Papua. Struktur Ruang Nasional yang terbentuk memberikan peran yang lebih besar kepada kota-kota di Provinsi Papua Barat
untuk berkembang. Berdasarkan prospek perkembangan yang terjadi, maka strategi pengembangan ruang wilayah Pulau
Papua untuk Provinsi Papua Barat adalah diarahkan sebagai Kota yang berfungsi sebagai pusat Pertumbuhan Wilayah Nasional yang berorientasi pada aktivitas produksi hasil hutan, perikanan
budidaya, serta hasil tambang.
Peluang Pengembangan Industri Pendukung Agroindustri dan Agrobisnis
Mengingat tingginya resiko yang harus ditanggung oleh penduduk Provinsi Papua Barat karena ketergantungan yang besar terhadap sektor yang bertumpu pada sumberdaya alam non lestari maka
perlu segera mengembangkan alternatif lain sektor ekonomi yang akan dijadikan sebagai leading sector dalam perekonomian Provinsi Papua Barat. Sektor ekonomi terpilih yang akan dijadikan leading sektor
tersebut mulai dikembangkan sedini mungkin. Sehingga pada saat industri minyak dan gas kehabisan bahan baku, maka sektor ekonomi yang terpilih tersebut sudah berkembang dengan mantap dan mampu
menggantikan posisi industri minyak dan gas sebagai penggerak utama perekonomian Provinsi Papua
93 Barat. Beberapa hal dapat dijadikan sebagai kriteria bagi sektor ekonomi mampu berperan sebagai
leading sector. Kriteria-kriteria tersebut adalah kriteria peluang pasar, kemampuan bersaing, keterkaitan ke belakang dan ke depan, ketersediaan dan kemudahan memperoleh bahanbakusumberdaya dalam
proses produksi dan daya serap pasar dan mempunyai jaminan keberlangsungan yang lestari. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut sektor ekonomi yang diperkirakan mampu sebagai penggerak
utama perekonomian Papua Barat di masa mendatang setelah kemampuan industri minyak dan gas menurun merupakan industri yang mendukung agrobisnis dan agroindustri. Industri ini diharapkan
dapat memberikan pasokan kebutuhan bagi kepentingan pengembangan agrobisnis dan agroindustri di daerah-daerah dalam wilayah pulau Papua. Industri pendukung agrobisnis dan agroindustri mempunyai
peluang pasar yang sangat besar. Peluang pasar yang tercermin dari adanya potensi permintaan akan produk hasil kegiatan sektor ekonomi tersebut di pasaran lokal, regional dan internasional. Potensi
permintaan lokal dapat dilihat dari kemungkinan semakin meningkatnya jumlah penduduk Provinsi Papua Barat. Potensi permintaan regional terutama berasal dari wilayah Provinsi Papua yang mempunyai
rencana untuk mengembangkan agrobisnis dan agroindustri untuk pembangunan daerahnya. Sedangkan potensi permintaan internasional dapat dikembangkan dari terkenalnya nama Provinsi Papua Barat
sebagai penghasil salah satu penhasil minyak dan gas terbesar di Indonesia di mata dunia. Kebutuhan dunia terhadap sumberdaya mineral dan migas yang cukup tinggi dan mulai berkurangnya sumber-
sumber mineral dan migas di wilayah lain menjadikan Provinsi Papua Barat berpeluang besar terhadap pasar internasional.
Dengan adanya permintaan regional dan internasional akan mempengaruhi permintaan perekonomian daerah melalui 2 jalan yang masing-masing berdampak ganda. Di satu sisi permintaan tersebut akan
menentukan jumlah dan harga bahan yang akan dihasilkan dan diekspor oleh Daerah. Dengan demikian permintaan tersebut akan menentukan secara langsung besarnya penerimaan pendapatan daerah, tinggi
rendahnya pendapatan penduduk, besar kecilnya kesempatan kerja yang ada dan permintaan barang dan jasa di daerah itu sendiri. Dengan demikian selanjutnya dapat menentukan tinggi rendahnya kegiatan
ekonomi daerah secara keseluruhan baik dalam waktu yang berjalan maupun pada masa yang akan datang. Permintaan pasaran regional dan internasional ini akan menentukan besar kecilnya penerimaan
dan devisa yang akan diperoleh. Sehingga pada gilirannya akan menentukan kemampuan daerah untuk mengimpor barang dan jasa yang diperlukan bagi berbagai kegiatan produksi yang ada di daerah. Namun
di sisi lain bila dieksploitasi secara terus menerus dan tak terkendali akan mengancam kelestarian lingkungan hidup.
Selain itu, kebutuhan dunia akan kayu tropis dan hasil hutan untuk bahan baku untuk obat-obatankimia akan mendorong eksploitasi hutan di Provinsi Papua Barat. Industri pendukung agrobisnis dan
agroindustri mempunyai keterkaitan yang tinggi baik ke belakang maupun ke depan dengan sektor ekonomi yang lain. Tingginya keterkaitan tersebut secara langsung dan tidak langsung akan
mengembangkan dan menggerakan sektor-sektor ekonomi yang lain. Meningkatnya berbagai aktivitas sektor-sektor ekonomi tersebut akan meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat,
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan ekonomi Provinsi Papua Barat secara
94 keseluruhan.
4.1.3 Analisis Lingkungan Internal
Kekuatan Strength Sumber Daya Alam SDAyang melimpah
Ketersediaan Sumber Daya Alam yang melimpah merupakan kekuatan yang harus dimanfaatkan sebesar- besarnya untuk kesejahteraan masyarakat Papua Barat. Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang melimpah
ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah tingginya kemiskinan dan kesenjangan di Provinsi Papua Barat. Sumber Daya Alam yang melimpah juga bukan hanya berguna bagi kepentingan
lokal, tetapi juga kepentingan regional dan bahkan internasional.
Budaya masyarakat yang khas
Budaya masyarakat yang khas akan memberikan nilai tambah bagi para investor yang hendak berinvestasi di Provinsi Papua Barat, terutama terkait dengan potensi wisata yang cukup besar. Dengan
semakin banyaknya investor yang berinvestasi maka pembangunan Provinsi Papua Barat diharapkan akan mengalami percepatan, terutama dari segi ekonomi.
Ekosistem masih terjaga dengan baik
Dengan kondisi ekosistem yang masih terjaga dengan baik diharapkan dapat menjadi indikator pembangunan yang berwawasan lingkungan di Provinsi Papua Barat. Ekosistem yang baik juga
mengindikasikan bahwa sumber daya alam hayati yang terdapat di Provinsi Papua Barat masih sangat besar dan bisa menjadi suatu komoditas andalan.
Posisi geografis yang strategis
Jalur perdagangan yang semula berpusat di Eropa Samudera Atlantik kini mulai bergeser menuju arah Pasifik Asia. Posisi Provinsi Papua Barat yang terletak di Samudera Pasifik sangat menguntungkan
karena berarti akan dilewati oleh jalur perdagangan internasional.
Kuatnya komitmen segenap pelaku pembangunan
Pelaksanaan pembangunan di Provinsi Papua Barat didukung dengan komitmen Kepala Daerah dan pejabat struktural dalam melaksanakan pembangunan. Bentuk dari komitmen tersebut diwujudkan
dengan pelaksananaan Good Governance sebagai langkah awal penyelenggaraan pembangunan yang berkomitmen.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor
95
35 Tahun 2008 tentang Otonomi Khusus Bagi Papua dan Papua Barat
Dengan adanya peraturan perundang-undangan terkait Otonomi Khusus akan memberikan keleluasaan bagi Provinsi Papua Barat untuk melakukan percepatan pembangunan khususnya di bidang sosial,
ekonomi, dan politik, serta infrastruktur.
Karakter masyarakat yang religius
Persentase pemeluk agama Nasrani adalah 57,39 dan merupakan pemeluk agama paling besar di Provinsi Papua Barat diikuti oleh pemeluk agama Islam dengan persentase 42,27. Kedua pemeluk
agama di Provinsi Papua Barat tersebut merupakan pemeluk agama yang taat. Hal ini bisa dijadikan modal awal dalam membangun Papua Barat dalam bentuk pembangunan karakter dan akhlak.
Masyarakat yang taat kepada tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat
Di Provinsi Papua Barat terdapat dua hal yang dipercaya dan dipegang teguh penduduk, yang pertama adalah adat dan yang kedua adalah agama, sehingga masyarakat memiliki kecenderungan untuk taat
kepada tokoh agama, adat dan tokoh masyarakat. Hal ini merupakan sebuah kekuatan karena para tokoh adat dan agama bisa menjadi penghubung antara masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam upaya
mengembangkan Provinsi Papua Barat
Kelemahan Weakness Sebaran permukiman penduduk yang luas dengan jumlah penduduk yang terbatas
Persebaran penduduk sampai ke pelosok yang sulit diakses akan berpotensi menimbulkan ketimpangan pembangunan sumber daya manusia dan ketersampaian informasi, yang tentu saja memiliki pengaruh
terhadap proses pembangunan di Provinsi Papua Barat.
Minimnya infrastruktur wilayah
Di Provinsi Papua Barat masih terdapat daerah –daerah yang belum mendapat akses untuk menikmati
infrastruktur wilayah, salah satunya adalah infrastruktur air bersih dan listrik. Hal tersebut disebabkan karena asksesibilitas di Provinsi Papua Barat belum mampu menjangkau sampai ke pelosok - pelosok
Kurangnya SDM yang memiliki kualitas dan daya saing
Kompetensi, kualitas serta daya saing penduduk Asli pada dasarnya sudah cukup banyak yang tinggi, namun jumlahnya sangat sedikit dan masih kalah apabila dibandingkan dengan jumlah pendatang yang
memiliki kompetensi, kualitas serta daya saing yang sama atau bahkan di atas penduduk Asli.
Banyaknya potensi konflik tidak diimbangi dengan kesiapan aparat
96 Tema sentral yang sering menjadi pemicu ketegangankonflik diantara masyarakat adalah: perempuan,
babi dan tanah dan hingga saat ini masih sering terjadi perdebatan yang akhirnya berujung pada kerusuhan. Hal tersebut tentu saja menimbulkan rasa tidak aman pada penduduk untuk melakukan
aktivitas yang berakibat pada terhambatnya pembangunan. Reaksi aparat penegak hukum dalam mengatasi konflik yang terjadi di Provinsi Papua Barat juga masih kurang cepat.
Rendahnya kapasitas fiskal dan non fiskal Daerah
Berdasarkan statistik keuangan Provinsi Papua Barat, pada tahun 2008 persentase PAD Provinsi Papua Barat adalah 5,09 dari total penerimaan daerah dan mengalami penurunan menjadi 2,61 pada tahun
2009.
Problem terkait hak ulayat belum terselesaikan dengan baik
Adanya beda pemahaman atas kepemilikan atas tanah terkait dengan hak ulayat, dimana menurut versi masyarakat tidak dikenal hak perorangan atas sumber daya alam melainkan hak adat, sementara
menurut hukum nasional masyarakat hukum adat tidak memiliki akan tetapi hanya menguasai saja. Pemerintah seharusnya menyesuaikan dengan kondisi masyarakat di Provinsi Papua Barat, karena biar
bagaimanapun juga hak ulayat merupakan bagian dari tataran adat masyarakat Papua sejak turun temurun.
Tata kelembagaan yang belum terkelola dengan baik
Salah satu penyebab hal ini adalah minimnya SDM berkualitas dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk menempati suatu posisi, sehingga berakibat pada rendahnya kinerja kelembagaan seperti masih
belum tersedianya Standard Operational Procedure SOP pada masing-masing SKPD.
Dokumen-dokumen acuan belum memadai
Dokumen yang dijadikan acuan di dalam pembangunan suatu daerah adalah dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW yang di dalamnya memuat rencana dan strategi untuk mengembangkan daerah
tersebut, begitu pun dengan pembangunan di Provinsi Papua Barat, namun hingga saat ini RTRW Provinsi Papua Barat masih dalam tahap mendapat persetujuan DPRD dan belum di-sahkan.
Data dan informasi sangat terbatas
Data dan informasi kewilayahan di Provinsi Papua Barat masih sangat minim dan bahkan masih banyak instansi yang tidak memiliki data terkait bidang yang ditangani.
Lemahnya kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya alam
97 Yang lebih jeli dalam memanfaatkan SDA di Provinsi Papua Barat bukanlah penduduk Asli, melainkan
para pendatang. Sebagai contoh adalah eksplorasi pertambangan BP Tangguh yang terletak di Kabupaten Teluk Bintuni.
Kebijakan-kebijakan pembangunan yang kurang dapat mengakomodir kebutuhan-kebutuhan daerah
Kebijakan pembangunan yang digunakan sebagai acuan di Provinsi Papua Barat sebagian besar merupakan acuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat Standar Nasional dan belum mengakomodir
implementasi Otonomi Khusus di Provinsi Papua Barat.
4.1.4 Analisis Lingkungan Eksternal
Peluang Opportunity Adanya komitmen Nasional dalam memacu pembangunan Papua Barat melalui kebijakan-
kebijakan Nasional
Komitmen Nasional yang dimaksud salah satunya adalah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 dan Perpres 66 Tahun 2011 tentang Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat.
Wilayah yangsedang berkembang lebih mudah menyerap inovasi
Lebih mudah menyerap dan mengimplementasikan sistem-sistem baru dan inovasi-inovasi mutakhir yang lebih efektif karena masih belum terkontaminasi dengan idealisme pembangunan yang banyak
terdapat di kota-kota metropolitan di Indonesia.
Tersedianya sumber-sumber penerimaan fiskal lain diluar PAD
Selain PAD, Provinsi Papua Barat juga memiliki sumber penerimaan dari Dana Alokasi Khusus DAK terkait dengan Otonomi Khusus. Pada tahun 2008 dana Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua Barat
adalah sebesar 37,90 dari total penerimaan dan pada tahun 2009 naik menjadi sebesar 60,89 dari total penerimaan.
Munculnya keinginan pasar dunia akan produk-produk ramah lingkungan
Demand pasar dunia akan produk ramah lingkungan memberikan peluang untuk kemajuan pembangunan Provinsi Papua Barat, karena produk ramah lingkungan tersebut dapat dijadikan
komoditas perdagangan Papua Barat untuk memenuhi demand pasar dunia yang tinggi.
Luasnya peluang usaha karena demand yang tinggi dengan supply yang terbatas
98 Sebagai provinsi termuda di dalam NKRI, Papua Barat masih kesulitan di dalam memenuhi demand
masyarakat akan barang dan jasa. Hal ini berpotensi untuk dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai upaya meningkatkan taraf hidup mereka dengan membuka usaha baik skala kecil maupun
menengah untuk menyediakan supply barang dan jasa.
Dinamisasi perdagangan dunia yang bergeser ke wilayah Pasifik
Wilayah Provinsi Papua Barat merupakan salah satu simpul perdagangan yang strategis karena didukung letaknya yang berada di jalur pelayaran internasional Samudera Pasifik sehingga diharapkan dapat
menjadi gerbang perdagangan skala internasional bagi Indonesia.
Isu-isu yang memberi peluang kapitalisasi SDA
Beberapa isu-isu ranah internasional memberikan peluang kepada Provinsi Papua Barat untuk dapat mengambil nilai tambah dari SDA yang dimiliki. Misalnya saja isu perubahan iklim. Dengan luas kawasan
hutan lindung yang direncanakan di atas 70, maka hutan di Provinsi Papua Barat memiliki fungsi konservasi yang berskala internasional. Bentuk kapitalisasi SDA terkait dengan isu perubahan iklim
adalah dengancarbon trade.
Minat investasi yang tinggi baik dari dalam maupun luar negeri
Minat investor dalam maupun luar negeri dapat dimanfaatkan sebagai pemacu percepatan pembangunan di Provinsi Papua Barat, dengan catatan tidak mengeksploitasi secara berlebihan sumber daya alam yang
ada di Provinsi Papua Barat.
Ancaman Threat Sebagian besar wilayah merupakan wilayah rawan bencana
Provinsi Papua Barat terbentuk akibat tumbukan lempeng Samudera Pasifik dan lempeng Australia yang menyebabkan wilayah ini sangat rentan terhadap gempa bumi karena berada di dalam lintasan sesar
besar, selain itu kondisi daratannya yang didominasi oleh pegunungan juga menjadikan Provinsi Papua Barat menjadi wilayah rawan longsor.
Eksploitasi SDA yang berlebihan dan tidak ramah lingkungan
Eksploitasi sumber daya di Provinsi Papua Barat terutama terkait dengan kegiatan eksplorasi pertambangan di Provinsi Papua Barat yang memiliki sumber daya mineral serta minyak dan gas bumi
sangat besar, apabila tidak dikendalikan maka bisa terjadi pemanfaatan SDA yang tidak berwawasan lingkungan, selain itu penggundulan hutan juga masih sering ditemui di Provinsi Papua Barat, bahkan
sampai menyebabkan terjadinya bencana. Salah satu contohnya adalah bencana banjir bandang yang terjadi di Wasior akibat penebangan hutan yang tidak berwawasan lingkungan.
99
Komoditas perdagangan dan jasa yang sama dengan wilayah lain
Komoditas perdagangan dan jasa dari wilayah lain cenderung memiliki harga beli yang lebih murah, dengan kata lain secara ekonomi komoditas perdagangan dan jasa dari wilayah lain lebih memiliki daya
saing, selain itu supply komoditas perdagangan dan jasa Provinsi Papua Barat masih rendah sehingga belum dapat memenuhi demand.
Implikasi globalisasi termasuk perdagangan bebas internasional
Globalisasi akan mengakibatkan banyaknya pendatang dari luar Provinsi Papua Barat yang cenderung memiliki kompetensi lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk Asli di berbagai sektor yang
berpotensi mematikan kesempatan penduduk Asli, terutama dalam hal mencari kerja. Selain itu perdagangan bebas internasional juga berpotensi mematikan usaha lokal di Provinsi Papua Barat,
terutama yang memiliki skala kecil akibat persaingan yang datang bukan hanya dari luar daerah namun juga dari luar negeri.
Ada ancaman infiltrasi pemanfaatan oleh kekuatan ekonomi dari luar daerah
Apabila SDA yang terdapat di Provinsi Papua Barat lebih banyak dimanfaatkan oleh kekuatan ekonomi dari luar daerah, maka hal tersebut dikhawatirkan justru akan berimbas negatif karena secara ekonomi
yang akan menikmati hasilnya bukan Provinsi Papua Barat melainkan daerah lain.
Kedudukannya sebagai wilayah terluar memberi ancaman infiltrasi kejahatan internasional, misalnya narkoba dan human trafficking
Lokasi Papua Barat yang berada di wilayah terluar tidak didukung dengan pengamanan yang memadai sehingga arus barang maupun manusia yang keluar masuk bisa tidak terkendali dan memberikan peluang
terjadinya tindak kejahatan, yang dalam hal ini adalah penyelundupan.
4.2 Isu Strategis
Isu-isu strategis yang di Provinsi Papua Barat saat ini yang paling menKampungk dan perlu diperhatikan oleh pemerintah Provinsi dalam pelaksanaan pembangunan wilayah 5 lima tahun mendatang diuraikan
sebagai berikut.
Belum Efektifnya Implementasi Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat
Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua pada dasarnya adalah pemberian kewenangan yang lebih luas bagi Provinsi dan rakyat Papua untuk mengatur dan mengurus diri sendiri di dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan yang lebih luas berarti pula tanggung jawab yang lebih besar bagi Provinsi dan rakyat Papua untuk menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan
kekayaan alam di Provinsi Papua untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua sebagai bagian dari rakyat Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan ini berarti pula
100 kewenangan untuk memberdayakan potensi sosial-budaya dan perekonomian masyarakat Papua,
termasuk memberikan peran yang memadai bagi orang-orang Asli Papua melalui para wakil adat, agama, dan kaum perempuan. Peran yang dilakukan adalah ikut serta merumuskan kebijakan daerah,
menentukan strategi pembangunan dengan tetap menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan masyarakat Papua, melestarikan budaya serta lingkungan alam Papua.Pembangunan yang telah
dilaksanakan selama ini menimbulkan berbagai masalah yang menyebabkan penduduk Asli Papua Barat terabaikan.
Masih Rendahnya Peran Perempuan Dalam Pembangunan
Masalah peranan gender di Provinsi Papua Barat merupakan salah satu isu utama dalam pembangunan. Peningkatan peran perempuan disejumlah bidang pembangunan pada umumnya masih lemah dan
terbatas. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan perempuan di Provinsi Papua Barat masih memerlukan penguatan baik secara perorangan maupun kelembagaan. Aspek budaya masih kuat
pengaruhnya dalam pengembangan peran perempuan. Oleh sebab itu, pemberdayaan perempuan di Provinsi Papua Barat akan menyentuh aspek budaya masyarakat disamping terus mengembangkan peran
aktif perempuan Provinsi Papua Barat yang saat ini telah mulai berkembang. Dalam bidang politik, kedudukan perempuan mulai menunjukkan peran yang nyata dimana sejumlah
posisi legislatif telah berada ditangan kaum perempuan. Juga didalam lembaga eksekutif sejumlah posisi penting kini telah dijalani oleh kaum perempuan. Demikian pula dalam lembaga pendidikan tinggi,
peneliti, pekerja atau pelayan sosial, atau fungsi kemasyarakatan lainnya telah banyak dilaksanakan oleh kaum perempuan. Dimasa mendatang kondisi ini terus ditingkatkan terutama dikampung dan perkotaan
se-Provinsi Papua Barat. Pada intinya, perempuan harus mengambil peran di setiap proses pembangunan Provinsi Papua Barat.
Masih Rendahnya Kuantitasdan Kualitas Sumber Daya Manusia
Jumlah penduduk Provinsi Papua Barat yang relatif sedikit bila dibandingkan dengan luas wilayahnya serta kepadatan penduduk sangat rendah yang tersebar secara tidak merata dan hanya terkonsentrasi di
wilayah-wilayah tertentu saja menjadikan sulitnya percepatan pembangunan di Provinsi Papua Barat. Isu lain yang muncul adalah kualitas penduduk Asli Papua Barat yang relatif lebih rendah jika dilihat dari
tingkat pendidikannya, sehingga belum mampu bersaing dengan penduduk pendatang dari luar wilayah Provinsi yang sengaja mencari peluang di Provinsi Papua Barat. Di satu sisi para pendatang tersebut
mampu membawa pengaruh positif terhadap perkembangan wilayah dengan turut serta dalam kegiatan pembangunan, namun di sisi lain akan mempersempit peluang bagi penduduk Asli dalam
memperebutkan kesempatan kerja.
Belum Terpenuhinya Infrastruktur Dasar
Belum rampungnya pembangunan Jalan Raya Trans Papua Barat menimbulkan persoalan dalam
101 pembangunan Provinis Papua Barat. Hal ini dikarenakan jalan merupakan infrastruktur utama dalam
menggerakkan pertumbuhan perkenomian karena menyangkut perpindahan barang terutama komoditas bernilai ekonomis tinggi dan penumpang. Dengan adanya jaringan jalan juga dapat mendorong
percepatan pembangunan karena mempermudah akses antar wilayah yang terdapat di Provinsi Papua Barat. Kendala Utama dalam pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Papua adalah bentuk morfologi
yang didominasi oleh pegunungan sehingga membutuhkan biaya konstruksi dan biaya perawatan yang tinggi.
Perlu adanya peningkatan Infrastruktur perhubungan laut mengingat wilayah Papua Barat yang dibatasi oleh Laut untuk mencapai wilayah Provinsi lain, selain itu juga Transportasi Laut dapat digunakan
sebagai alternatif penghubung antar wilayah KabupatenKota di Provinsi Papua Barat. Kemudian selain infrastruktur perhubungan; prasarana dasar menyangkut ketersediaan energi, kemudahan sarana
telekomunikasi, ketersediaan pasokan air bersih yang memadai, irigasi yang memadai, lingkungan permukiman penduduk yang sehat juga menjadi isu strategis pembangunan Provinsi Papua Barat.
Degradasi Kualitas Lingkungan Alam dan Lingkungan Hidup
Dengan potensi sumberdaya alamnya yang begitu besar selain berdampak ekonomi terutama terhadap Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Papua Barat, juga membawa dampak negatif terhadap
keberlangsungan lingkungan hidup. Kegiatan pengelolaan sumberdaya alam yang kurang bijak telah mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup yang sudah cukup mengkhawatirkan kelestarian alam.
Beberapa kegiatan yang rawan berakibat kerusakan lingkungan hidup adalah kegiatan pertambangan dan pembalakan liar.
Provinsi Papua Barat memiliki hutan 70 dari keseluruhan luas wilayah dan sebagian merupakan kawasan lindung. Di kawasan lindung ini terkandung sumberdaya andalan Provinsi Papua Barat yang
berupa batu bara, minyak bumi, dan bahan galian mineral. Kombinasi keruangan yang paling rawan ialah batubara dan hutan. Eksploitasi hutan yang berlebihan di kawasan hutan inilah yang telah menghasilkan
bencana banjir terburuk di Provinsi Papua Barat dalam 10 tahun terakhir pada tahun 2010. Pada bulan Oktober 2010 di Provinsi Papua Barat telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian material
yang berupa kerusakan infrastruktur yang sangat besar.
Masih Rendahnya Kontinuitas dan Kualitas Produksi Pertanian
Bila ditinjau dari produksi beberapa komoditi pangan, hortikultura, dan perkebunan selama beberapa tahun terakhir memperlihatkan peningkatan yang kurang signifikan. Kenyataan tersebut akan
mengurangi kemampuan berkembangnya sistem agrobisnis secara keseluruhan termasuk tidak terjaminnya keberlanjutan pengembangan agrobisnis itu sendiri.
Pada sisi lain tampak pula bahwa masih banyak potensi yang belum dimanfaatkan sedangkan sisanya masih berupa lahan tidur. Kondisi tersebut merupakan indikasi bahwa masyarakat terutama petani di
daerah ini masih belum mampu memanfaatkan potensi daerah secara optimal. Dari sisi ekonomi hal tersebut menunjukkan masih terjadi under-capacity dari sistem agrobisnis yang secara umum akan
102 menyebabkan inefisiensi dalam penggunaan sumberdaya.
Masih Rendahnya Kegiatan Perekonomian Wilayah dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Dalam jangka waktu dari 2003-2006 peningkatan PDRB di sektor pertanian tidak sebesar pertumbuhan sektor lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian yang menjadi sektor unggulan di
Provinsi Papua Barat belum kompetitif, ini terbukti dengan masih didatangkannya kebutuhan masyarakat Papua Barat dari luar daerah atau antar pulau. Selain itu, persoalan yang dihadapi oleh sektor pertanian
adalah nilai tukar produk peKampungan tergolong rendah di Papua Barat dan kantong kemiskinan utama di Papua Barat berada di wilayah peKampungan.
Dari data dan informasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang secara dinamis berkembang dari waktu ke waktu dalam periode 5 tahun RPJMD Provinsi Papua Barat 2012-2016 perlu dilakukan
peninjauan tentang strategi pengembanganperkembangan daerahnya yang sesuai dengan tingkat berkecamuknya kehidupan yang berubah dan berkembang.
103
BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
5.1 Visi Pembangunan
Pembangunan Provinsi Papua Barat lima tahun kedepan Visi pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 adalah:
PROVINSI PAPUA BARAT YANG MAJU, MANDIRI, BERMARTABAT, DAN LESTARI
MAJU Provinsi Papua Barat yang mengalami pergerakan kondisi ke arah yang
lebih baik yang merujuk kepada kemandirian yang dicita-citakan dalam pembangunan jangka panjang Provinsi Papua Barat.
MANDIRI Provinsi Papua Barat yang mampu melaksanakan kegiatan pemerintahan,
mengayomi kehidupan masyarakat, dan melaksanakan pembangunan daerah dengan memanfaatkan modal-modal daerah yang dimiliki.
Kemandirian Provinsi Papua Barat diharapkan dapat tercermin dari kemandirian prasarana dan sarana wilayah, keuangan daerah, ketahanan
pangan, tata kelola pemerintahan, serta stabilitas politik, pertahanan, dan keamanan wilayah.
BERMARTABAT Pemerintah dan Masyarakat Provinsi Papua Barat yang tangguh dalam
mengaktualisasikan budaya dan sistem nilai yang berkembang secara positif dan mengaplikasikannya dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan
pembangunan Provinsi Papua Barat.
LESTARI Provinsi Papua Barat yang senantiasa menjaga kualitas lingkungan hidup
serta keanekaragaman budaya dalam rangka menyediakan kualitas hidup yang baik bagi generasi di masa yang akan datang.
104
5.2 Misi Pembangunan
Visi pembangunan Provinsi Papua Barat yaitu Menuju Provinsi yang Maju, Mandiri, Bermartabat, dan Lestari akan diwujudkan melalui penjabaran dalam Misi Pembangunan Provinsi Papua Barat. Penjabaran
Visi Pembangunan ke dalam Misi Pembangunan dilakukan dengan memperhatikan amanat Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008
tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat. Misi Pembangunan Provinsi Papua Barat periode Tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut:
Misi 1 Menanamkan Amanat Otonomi Khusus Sebagai Paradigma Baru Pembangunan
Visi Terkait Maju, Mandiri, Bermartabat, Lestari
Secara spesifik, paradigma pembangunan di Provinsi Papua Barat berdasarkan Undang-Undang Otonomi Khusus adalah pembangunan yang bukan semata-mata pada sektor ekonomi secara sempit akan tetapi
mengandung makna yang lebih dalam terhadap hubungannya dengan penanggulangan kemiskinan dan penciptaan keadilan terhadap penduduk Asli Papua. Penekanan utamanya pada pembangunan dimana
nantinya keberhasilan perkembangan dan pertumbuhan wilayah diiringi dengan perubahan karakter masyarakat, penciptaan keadilan, serta pemenuhan hak dasar khususnya bagi penduduk Asli Papua.
Amanat Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat haruslah diterapkan dalam setiap sektorbidang pembangunan. Sebagai koreksi terhadap pendekatan yang konvensional maka
implementasi amanat Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat bukan hanya membawa keuntungan bagi masyarakat Asli Papua dalam jangka pendek, tetapi sampai pada keberjalanan kehidupan di Provinsi
Papua Barat di masa yang akan datang. Dengan kata lain, bukan hanya upaya-upaya pemberian keuntungan secara langsung namun mengkader masyarakat untuk menyelenggarakan pembangunan
dari, oleh, dan untuk mereka sendiri. Secara lebih rinci, hal-hal utama yang termaknai dari Undang- Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat adalah:
a. Perlindungan terhadap hak kekayaan dan hak intelektual orang Asli Papua sesuai dengan
peraturan perUndang-Undangan; b.
Pencerdasan akan hakikat hidup bermasyarakat dan bernegara, serta makna hidup mandiri dan sejahtera;
c. Pemberdayaan, pemberian kesempatan dan pengutamaan orang Asli Papua untuk mendapatkan
pekerjaan dalam semua bidang pekerjaan di wilayah Provinsi Papua berdasarkan pendidikan dan keahliannya; dan
105 d.
Penanaman tanggung jawab yang lebih besar bagi Provinsi Papua Barat dan rakyat Papua untuk menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Provinsi Papua
Barat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua. Secara khusus, fokus dalam pembangunan Provinsi Papua Barat menyangkut lima hal, yakni: 1
pendidikan;2 kesehatan;3 ekonomi rakyat; 4 prasarana dan sarana; 5 ekonomirakyat; serta 6 upaya affirmative action.
Misi 2 Memacu Peningkatan Perekonomian Wilayah
Visi Terkait Maju, Mandiri
Laju pertumbuhan ekonomi wilayah Provinsi Papua Barat jika dilihat secara umum berada di kisaran angka yang cukup baik. Namun jika dilihat secara parsial, dari sisi realisasinya masih jauh dari maksimal.
Belum lagi jika dibandingkan dengan sumber daya yang ada dan kebutuhan pembiayaan daerah yang jelas tidak sebanding. Artinya, modal-modal yang dimiliki masih belum dapat dimanfaatkan secara
optimal.Pertumbuhan ekonomi antar wilayah juga masih jauh dari pemerataan. Bahkan untuk wilayah KabupatenKota yang bersebelahan sekalipun. Misalnya saja antara Kota Sorong dengan Kabupaten
Tambrauw. Banyak sekali faktor yang menghalangi rantai penghubung kegiatan perekonomian antarwilayah, yang paling vital misalnya infrastruktur.
Oleh karena itu, dalam pembangunan 5 tahun kedepan, perlu dicapai peningkatan perekonomian wilayah yang signifikan bukan saja secara angka umum, tetapi peningkatan yang signifikan di setiap wilayah dan
setiap sektornya. Dalam upaya pencapaian misi ini, fokus pembangunan ada pada pembinaan SDM, manajemen SDA, serta perbaikan sistem pemerintahan dalam rangka penciptaan iklim usaha dan iklim
investasi.
Misi 3 Menanggulangi Kemiskinan
Visi Terkait Maju, Mandiri
Walaupun angka kemiskinan telah menurun setiap tahunnya dengan angka yang cukup signifikan, akan tetapi jika dimaknai lebih dalam dari indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan
kemiskinan,apalagi dengan melihat kenyataan di lapangan, angka kemiskinan masih sangat tinggi terutama di perkotaan. Provinsi Papua Barat masih berada dalam peringkat tertinggi dari daftar wilayah
miskin di Indonesia.
106 Menurunkan angka kemiskinan menjadi salah satu agenda utama yang harus dapat dicapai sebagai
pembuktian keberhasilan konsep Otonomi Khusus. Penanggulangan kemiskinan merupakan agenda pembangunan yang sifatnya multisektor. Meskipun tingkat kemiskinan hanya diukur berdasarkan
ukuran-ukuran ekonomi, namun jika disusuri lebih dalam maka kuncinya ada di hampir semua sektor. Untuk periode lima tahun ini, penanggulangan kemiskinan difokuskan pada pembenahan infrastruktur,
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat, yang semuanya menekankan pada pemberdayaan SDM.
Misi 4 Membenahi Tata Kelola Pemerintahan
Visi Terkait Maju, Mandiri, Bermartabat
Tata kelola pemerintahan termasuk didalamnya menyediakan pelayanan primabagi masyarakat merupakan salah satu isu nasional dan global saat ini. Tata kelola pemerintahan dan pelayanan yang
buruk cenderung menjadikan pemerintahan koruptif dan inefisien, sehingga tidak mampu menyajikan pelayanan prima, yang berdampak melemahkan dan bahkan menurunkan kewibawaan Pemerintah di
mata masyarakat. Misi ini ditujukan untuk menghapus citra buruk atas kondisi tata kelola Pemerintahan secara umum di
Indonesia dan khususnya Pemerintah Daerah. Hal tersebut sekaligus dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat. Perbaikan tata kelola pemerintahandilakukan dengan penyelenggaraan teknis
Pemerintahan yang berdasarkan prinsip akuntabel, terkontrol, responsif, profesional, efisien dan efektif, transparan, egaliter, visioner strategis, partisipatif dan mengutamakan supremasi hukum.
Pelayanan kepada masyarakat khususnya di kampung dan pedalaman yang sebelumnya tidak tersentuh, merupakan perhatian utama dari misi pembangunan ini sebagaimana yang telah diamanatkan dalam
Undang-Undang Otonomi Khusus.
Misi 5 Mewujudkan Pemerataan Pembangunan
Visi Terkait Maju, Mandiri
Kesenjangan tingkat kesejahteraan masyarakat Provinsi Papua Barat cukup mencolok. Baik antara masyarakat Pendatang dan masyarakat Asli, maupun antara masyarakat yang tinggal di perkotaan
dengan masyarakat yang tinggal di perkampungan atau pedalaman. Sesuai dengan hakikat pembangunan
107 nasional yang bertujuan untuk memeratakan tingkat kesejahteraan di semua wilayah dan semua lapisan
masyarakat, maka pengurangan kesenjangan sampai kesenjangan tersebut sirna menjadi target utama dalam pembangunan Provinsi Papua Barat. Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat
mengamanatkan perlunya mengatasi masalah ini sesegera mungkin untuk menghindari masalah turunan yang mungkin diakibatkan. Dengan demikian, program peningkatan kesejahteraan masyarakat akan
menjadi inti dari misi pembangunan daerah ini pembangunan yang bersifat inklusifinclusive development.
Misi 6 Membangun Sumber Daya Manusia yang Kontributif Dalam Pembangunan
Visi Terkait Maju, Bermartabat
Sebagai titik sentral dalam pembangunan, sumber daya manusia menjadi target utama dari semua bidangsektor pembangunan. Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat menegaskan
tentang pentingnya aspek Sumber Daya Manusia khususnya warga Asli Papua untuk diprioritaskan. Hal tersebut dilakukan demi menyiapkan warga Asli Papua untuk memegang tanggung jawab dalam
menggerakkan roda kehidupan Provinsi Papua Barat ke arah yang lebih baik. Untuk itulah dibutuhkan SumberDaya Manusia yang berkarakter positif dengan tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan yang
baik.
Misi 7 Memanfaatkan Sumber Daya Alam Bagi Kesejahteraan Masyarakat
Visi Terkait Maju, Mandiri, Lestari
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Otonomi Khusus, kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Provinsi Papua Barat harusdiambil manfaatnya secara bijak bagi sebesar-besarnya kemakmuran
masyarakat. Ironis jika Provinsi Papua Barat yang kaya akan SDA namun kehidupannya tidak sejahtera. Jika keadaannya demikian, tentunya ada yang belum optimal atau bahkan ada yang salah dalam pola
pemanfaatan SDA yang selama ini dilakukan.Karenanya pola pemanfaatan yang diupayakan lima tahun kedepan harus dilakukan dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat Provinsi Papua Barat
umumnya, dan khususnya orangAsli Papua. Pemanfaatan Sumber Daya Alam ini juga yang nantinya ditujukan untuk membantu mengatasi masalah tingginya kemiskinan dan kesenjangan di Provinsi Papua
Barat.
108
Misi 8 Melestarikan Lingkungan Alam dan Budaya
Visi Terkait Lestari
Pembangunan yang mengabaikan aspek kelestarian lingkungan merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup umat manusia. Provinsi Papua Barat pada dasarnya memiliki kerentanan lingkungan yang tinggi
sehingga pengendalian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaaatan Sumber Daya Alam menjadi sangat penting. Oleh karena itu, aspek lingkungan harus menjadi salah satu komponen utama
pertimbangan bagi kebijakan pembangunan sektoral maupun kewilayahan. Dalam hal ini, implementasi berbagai regulasi terkait dengan penataan ruang merupakan salah satu program utama.
Keanekaragaman budaya sesungguhnya merupakan aset pembangunan yang jika dikelola secara baik dan dipadukan dengan perkembangan wilayah akan memberikan nilai tambah lain baik dari sudut pandang
sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu, perlu ada pendalaman dan pengembangan nilai-nilai luhur yang melekat dalam aneka ragam budaya yang murni berasal dari Provinsi Papua Barat. Aktualisasi aspek
sosial budaya masyarakat Provinsi Papua Barat merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari upaya penguatan dan peningkatan martabat.
5.3 Tujuan dan Sasaran Pembangunan
Berdasarkan rumusan Visi dan Misi PembangunanJangka Menengah Provinsi Papua Barat Tahun 2012 - 2016,maka berikut ini dirumuskan tujuan-tujuan pembangunan Provinsi Papua Barat untuk lima tahun
kedepan yang selanjutnya dirinci lagi menjadi sasaran pembangunan.
5.3.1 Tujuan Pembangunan
Tujuan pembangunan adalah tujuan dari masing-masing misi pembangunan, yaitu sebagai berikut:
MISI PEMBANGUNAN TUJUAN PEMBANGUNAN
1. Menanamkan Amanat Otonomi Khusus
sebagai Paradigma Baru Pembangunan. Menyelenggarakan pembangunan dengan
menomorsatukan perlindungan, pencerdasan, dan pemberdayaan masyarakat orang Asli
Papua.
109
MISI PEMBANGUNAN TUJUAN PEMBANGUNAN
2. Memacu Peningkatan Perekonomian
Wilayah. Meningkatkan kemampuan finansial Daerah
untuk membiayai pembangunan dari Penerimaan Asli Daerah.
3. Menanggulangi Kemiskinan.
Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat.
4. Membenahi Tata Kelola Pemerintahan.
Mendukung proses percepatan kegiatan pembangunan Provinsi Papua Barat.
Memberikan pelayanan publik yang prima bagi masyarakat.
5. Mewujudkan Pemerataan Pembangunan.
Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat.
6. Membangun Sumber Daya Manusia yang
Kontributif Dalam Pembangunan. Mendukung proses percepatan pembangunan
Provinsi Papua Barat.
7. Memanfaatkan Sumber Daya Alam Bagi
Kesejahteraan Masyarakat. Menciptakan kesejahteraan ekonomi
masyarakatdengan kegiatan ekonomi berbasis SDA sekaligus memberdayakan
masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan alam.
8. Melestarikan Lingkungan Alam dan
Budaya. Mempersiapkan dan menyediakan kualitas
lingkungan hidup yang baik bagi generasi yang akan datang.
110
5.3.2 Sasaran Pembangunan
Untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan yang telah dirumuskan diatas, maka sasaran pembangunan yang harus dicapai adalah sebagai berikut:
1 Terjangkaunya pelayanan pendidikan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh
masyarakat.
2 Terjangkaunya pelayanan kesehatan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh
masyarakat.
3 Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air
bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat.
4 Meningkatnya perekonomian wilayah dan tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat yang
disertai dengan pengembangan keterampilan. 5
Terlaksananya affirmative action. 6
Meningkatnya realisasi investasi dalam dan luar negeri di sektor-sektor primer. 7
Meningkatnya pertumbuhan produktivitas sektor-sektor sekunder dan tersier. 8
Meningkatnya jalinan kerjasama ekonomi. 9
Meningkatnya indeks kesehatan. 10
Terbinanya masyarakat dalam upaya peningkatan indeks kesehatan. 11
Terpenuhinya kebutuhan perumahan layak huni. 12
Terbina dan terberdayakannya perempuan dan anak sebagai agen perubahan masyarakat. 13
Terbina dan terpeliharanya masyarakat yang memiliki kerawanan social. 14
Meningkatnya pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha kecil menengah. 15
Terberdayakannya masyarakat perkampungan. 16
Meningkatnya kesejahteraan petani. 17
Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas aparatur pemerintahan. 18
Diterapkannya sistem pemerintahan dan sistem kerja pemerintah yang akuntabel, transparan, partisipatif, profesional, efisien, efektif, dan taat hokum.
19 Tersusunnya dokumen rencana pembangunan dan rencana kerja pemerintah.
20 Tersusunnya regulasi yang relevan dengan kebutuhan daerah.
21 Terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana transportasi, utilitas publik, dan pelayanan
publik di seluruh wilayah.
111 22
Terciptanya SDM berkualitas dengan indeks pendidikan dan penguasaan keterampilan yang baik.
23 Terbinanya generasi pemuda sebagai aset strategis.
24 Meningkatnya kecerdasan serta meluasnya penguasaan pengetahuan dan informasi, serta
meningkatnya motivasi untuk hidup yang lebih baik.
25 Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan peningkatan produktivitas pertanian,
perikanan, dan peternakan. 26
Meningkatnya kegiatan perkebunan rakyat. 27
Meningkatnya pemanfaatan sumber daya hutan. 28
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertambangan. 29
Mengelola pariwisata yang berbasis pengembangan masyarakat local. 30
Terjaganya keberadaan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam. 31
Terehabilitasinya lingkungan yang statusnya kritis. 32
Terlaksananya upaya perlndungan lingkungan dan pengawasan lingkungan. 33
Menurunnya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA. 34
Tertanganinya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA. 35
Terlaksananya upaya mitigasi bencana alam.
112
Tabel 6-1. Matriks Keterkaitan Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan MISI
TUJUAN SASARAN
1 Menanamkan Amanat Otonomi
Khusus Sebagai Paradigma Baru Pembangunan
Menyelenggarakan pembangunan dengan menomorsatukan
perlindungan, pencerdasan, dan pemberdayaan masyarakat Orang
Asli Papua 1
Terjangkaunya pelayanan pendidikan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat.
2 Terjangkaunya pelayanan kesehatan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi
oleh seluruh masyarakat. 3
Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang menjangkau
seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat.
4 Meningkatnya perekonomian wilayah dan tumbuhnya kegiatan ekonomi
masyarakat yang disertai dengan pengembangan keterampilan. 5
Terlaksananya affirmative action. 2
Memacu Peningkatan Perekonomian Wilayah
Meningkatkan kemampuan finansial daerah untuk membiayai
pembangunan dari penerimaan asli daerah
1 Meningkatnya realisasi investasi dalam dan luar negeri di sektor-sektor primer.
2 Meningkatnya pertumbuhan produktivitas sektor-sektor sekunder dan tersier.
3 Meningkatnya jalinan kerjasama ekonomi.
3 Menanggulangi Kemiskinan
Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial
masyarakat 1
Meningkatnya indeks kesehatan. 2
Terbinanya masyarakat dalam upaya peningkatan indeks kesehatan. 3
Terpenuhinya kebutuhan perumahan layak huni. 4
Terbina dan berdayanya perempuan dan anak sebagai agen perubahan masyarakat.
113
MISI TUJUAN
SASARAN
5 Terbina dan terpeliharanya masyarakat yang memiliki kerawanan social.
6 Meningkatnya pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha kecil
menengah. 7
Terberdayakannya masyarakat perkampungan. 8
Meningkatnya kesejahteraan petani. 4
Membenahi Tata Kelola Pemerintahan
Mendukung proses percepatan kegiatan pembangunan Provinsi
Papua Barat
Memberikan pelayanan publik yang prima bagi masyarakat
1 Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas aparatur pemerintahan.
2 Diterapkannya sistem pemerintahan dan sistem kerja pemerintah yang
akuntabel, transparan, partisipatif, profesional, efisien, efektif, dan taat hokum. 3
Tersusunnya dokumen rencana pembangunan dan rencana kerja pemerintah. 4
Tersusunnya regulasi yang relevan dengan kebutuhan daerah. 5
Mewujudkan Pemerataan Pembangunan
Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial
masyarakat 1
Terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana transportasi, utilitas publik, dan pelayanan publik di seluruh wilayah.
6 Membangun Sumber Daya
Manusia yang Kontributif Dalam Pembangunan
Mendukung proses percepatan pembangunan Provinsi Papua Barat
1 Terciptanya SDM berkualitas dengan indeks pendidikan dan penguasaan
keterampilan yang baik. 2
Terbinanya generasi pemuda sebagai aset strategis. 3
Meningkatnya kecerdasan serta meluasnya penguasaan pengetahuan dan informasi, serta meningkatnya motivasi untuk hidup yang lebih baik
114
MISI TUJUAN
SASARAN
7 Memanfaatkan Sumber Daya
Alam Bagi Kesejahteraan Masyarakat
Menciptakan kesejahteraan ekonomi masyarakatdengan
kegiatan ekonomi berbasis SDA sekaligus memberdayakan
masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan alam
1 Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan peningkatan produktivitas
pertanian, perikanan, dan peternakan. 2
Meningkatnya kegiatan perkebunan rakyat. 3
Meningkatnya pemanfaatan sumber daya hutan. 4
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertambangan. 5
Mengelola pariwisata yang berbasis pengembangan masyarakat local. 8
Melestarikan Lingkungan Alam dan Budaya
Mempersiapkan dan menyediakan kualitas lingkungan hidup yang
baik bagi generasi yang akan dating 1
Terjaganya keberadaan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam. 2
Terehabilitasinya lingkungan yang statusnya kritis. 3
Terlaksananya upaya perlndungan lingkungan dan pengawasan lingkungan. 4
Menurunnya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA. 5
Tertanganinya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA. 6
Terlaksananya upaya mitigasi bencana alam.
115
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
6.1 Strategi Pembangunan
Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya mencakup:
a. hubungan yang rasional antara visi dan misi dengan prioritas program Kepala Daerah terpilih.
b. hubungan yang kuat dengan analisis daerah dan isu-isu strategic.
c. pernyataan yang umum guna memandu pengembangan program pembangunan tahunan selama
lima tahun. d.
dikembangkan dalam suatu pemetaan strategi daerah. Strategi diperlukan untuk memperjelas arah pengembangan program prioritas Kepala Daerah.
Untuk mencapai kondisi yang dica-citakan dalam Visi Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Papua Barat, pembangunan dilakukan bersama-sama dari atas dan dari bawah. Artinya,
pembangunan pembangunan diletakkan pada pembenahan pemerintahan dan pembangunan masyarakat sebagai kunci vital keberhasilan pembangunan. Gambarannya kira-kira sebagai berikut:
Gambar 6-1. Pola Pembangunan Pemerintah dan Masyarakat Provinsi Papua Barat
116 Untuk mencapai pemerataan pembangunan, maka dilihat dari segi kewilayahan, harus dilakukan
pembukaan akses ke wilayah-wilayah terpencil dan terisolasi dengan membangun prasarana dan sarana transportasi. Pembangunan prasarana dan sarana publik serta pelayanan pendidikan dan
kesehatan di perkampungan. Untuk meningkatkan perekonomian wilayah, pembangunan dilakukan di kawasan-kawasan strategisekonomi yang secara lebih detail dipaparkan dalam
RTRW. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan prasarana dan sarana serta pelayanan publik, maka
dihitung dengan mempertimbangkan aspek efektivitas terutama efektif dari segi jangkauan pelayanan. Karena jika dihitung dengan model-model umum yang biasa digunakan pada wilayah
yang kompak, maka akan banyak wilayah atau penduduk yang tidak tersentuh. Pembenahan tata kelola pemerintahan mutlak harus dilakukan. Reformasi institusional terkait
sistem dan kapasitasi aparatur menjadi salah satu kunci suksesnya pembangunan dimana pemerintah memiliki multifungsi utama sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali meskipun
nantinya akan diselenggarakan bersama-sama dengan masyarakat. Hal lain yang tidak kalah penting adalah mengenai pemetaan berbagai informasi dasar daerah
seperti potensi spesifik daerah, peluang investasi, kerawanan wilayah, hak ulayat, dan sebagainya yang nantinya akan dipakai sebagai rujukan untuk menentukan porsi pembangunan
yang proporsional di masing-masing wilayah atau aspek pembangunan.
6.2 Arah Kebijakan Pembangunan
Sejumlah isu pokok pembangunan di daerah memerlukan pengarusutamaan mainstreaming dalam penyusunan kebijakan maupun program pembangunannya. Secara umum, kebijakan pembangunan yang
disusun harus memiliki dasar yang kuat terkait dengan hal-hal berikut:
1. Implementasi amanat Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat
Amanat Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat haruslah diterapkan dalam setiap sektorbidang pembangunan. Sebagai koreksi terhadap pendekatan yang konvensional maka
implementasi amanat Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat bukan hanya membawa keuntungan bagi masyarakat Asli Papua dalam jangka pendek, tetapi sampai pada keberjalanan kehidupan di Provinsi
Papua Barat di masa yang akan datang. Dengan kata lain, bukan hanya upaya-upaya pemberian keuntungan secara langsung namun mengkader masyarakat untuk menyelenggarakan pembangunan
dari, oleh, dan untuk mereka sendiri.Secara lebih rinci, hal-hal utama yang termaknai dari Undang- Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat adalah:
a. Perlindungan terhadap hak kekayaan dan hak intelektual orang Asli Papua sesuai dengan
peraturan perUndang-Undangan;
117 b.
Pencerdasan akan hakikat hidup bermasyarakat dan bernegara, serta makna hidup mandiri dan sejahtera;
c. Pemberdayaan, pemberian kesempatan dan pengutamaan orang Asli Papua untuk mendapatkan
pekerjaan dalam semua bidang pekerjaan di wilayah Provinsi Papua Barat berdasarkan pendidikan dan keahliannya; dan
d. Penanaman tanggung jawab yang lebih besar bagi Provinsi Papua Barat dan rakyat Papua untuk
menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Provinsi Papua Barat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua.
2. Pembangunan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas
Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator yang paling sederhana dengan komponen yang empiris sebagai indikator tingkat kualitas masyarakat. Ukuran-ukuran didalamnyalah yang sejatinya
digunakan sebagai acuan dalam memilih alternatif kebijakan, program, maupun kegiatan yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas masyarakat di Provinsi Papua Barat.
Permasalahan kualitas Sumber Daya Manusia di Provinsi Papua Barat memang sudah sedemikian kompleks. Karenanya perlu menjadi prioritas objek sekaligus subjek dalam penyelenggaraan
pembangunan. Dalam hal pengarusutamaan terkait Sumber Daya Manusia, beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah:
a. Penempaan karakter masyarakat sehingga menghasilkan sumber daya manusia seperti tersurat
dalam misi pembangunan Provinsi Papua Barat; b.
Penciptaan Sumber Daya Manusia yang berkualitas melalui peningkatan kualitas pendidikan dan kualitas kesehatan.
3. Penciptaan Kesempatan Kerja
Penciptaan kesempatan kerja khususnya bagi orang Papua bukan hanya menunggu kesempatan datangnya investor yang membuka lapangan kerja tetapi juga upaya dalam mengoptimalkan
pengusahaan pemanfaatan sektor-sektor potensial dan modal-modal daerah yang dimiliki. Penciptaan lapangan kerja ini juga berarti mendorong terciptanya unit-unit usaha baik dalam skala mini mikro,
mikro, kecil, menengah, maupun besar yang diupayakan secara profesional oleh masyarakat. Hal lain yang dapat diupayakan bagi terciptanya lebih banyak kesempatan kerja khususnya bagi orang
Papua misalnya saja melalui penentuan kuota dan rekrutmen yang dapat diatur melalui penciptaan regulasi. Jelasnya, bagaimanapun pemerintah serta segenap stakeholder pembangunan perlu
mengupayakan penciptaan kesempatan kerja khususnya bagi orang Papua demi kesejahteraan hidup yang lebih baik dan demi peningkatan ekonomi wilayah.
118
4. Penerapan Sistem Ekonomi yang Berkeadilan
Kelemahan yang selama ini terjadi adalah pembangunan bidang ekonomi yang hanya tertuju pada kenaikan produksi pertumbuhan dan mengabaikan keterlibatan dan manfaat yang nyata kepada
masyarakat. Dengan demikian aspek keadilan diabaikan sehingga yang terjadi adalah marginalisasi kelompok masyarakat tertentu. Sejalan dengan hal ini, maka misi Otonomi Khusus di Provinsi Papua
Barat menghendaki agar pembangunan ekonomi wilayah harus menjamin aspek keadilan bagi masyarakat. Dalam hubungan ini, melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan, peran masyarakat lokal
diperkuat dan memiliki akses yang nyata dalam pemanfaatan Sumber Daya Alam Provinsi Papua Barat. Sistem ekonomi yang berkeadilan dengan konsep ekonomi kerakyatannya merupakan salah satu konsep
aplikatif dari Undang-Undang Otonomi Khusus Papua Barat yang diusung demi membawa kemaslahatan bagi penduduk Provinsi Papua Barat pada umumnya dan orang Asli Papua pada khususnya. Upaya keras
nantinya akan sangat dibutuhkan mengingat agar tepat sasaran, penerapan sistem ekonomi yang berkeadilan ini membutuhkan orang Asli Papua khususnya untuk mengubah cara hidupnya dengan
membiasakan bekerja keras demi memenuhi kebutuhannya. Modal sumber daya alam yang melimpah bukan lagi hanya milik investor-investor besar dengan peralatan yang mutakhir, namun menjadi milik
masyarakat yang mau berusaha. Titik tekan pada penerapan sistem ekonomi yang berkeadilan ini adalah: a.
Penguasaan faktor-faktor produksi oleh penduduk Provinsi Papua Barat umumnya, dan orang Asli Papua khususnya;
b. Pemberdayaan penduduk Provinsi Papua Barat umumnya dan orang Asli Papua khususnya,
untuk berperan dalam sektor usaha; c.
Pengutamaan penduduk Provinsi Papua Barat umumnya dan orang asli Papua khususnya, untuk menempati lapangan pekerjaan yang tersedia;
d. Pembagian keuntungan seadil-adilnya bagi penduduk Provinsi Papua Barat umumnya dan orang
asli Papua khususnya, atas pengusahaan potensi daerah.
5. Pembangunan Infrastruktur
Ketersediaan infrastruktur sifatnya sangat vital bagi pembangunan baik dalam skala wilayah maupun dalam skala kebutuhan rumah tangga masyarakat. Pemenuhan kebutuhan infrastruktur wilayah dalam
skala yang lebih besar berpengaruh terhadap penciptaan kemudahan investasi skala besar. Pemenuhan kebutuhan infrastruktur dasar masyarakat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan hidup
masyarakat. Walau bagaimanapun, infrastruktur adalah kebutuhan masyarakat yang wajib dipenuhi oleh negara.
Minimnya infrastruktur di Papua Barat baik infrastruktur transportasi energi, air bersih, telekomunikasi, pengelolaan lingkungan, infrastruktur sosial-ekonomi, dan sebagainya perlu dipacu pertumbuhannya
agar dalam 5 tahun ini bisa memenuhi kebutuhan segenap masyarakat Papua Barat khususnya orang Papua. Banyak kendala ditemui dalam upaya pembangunannya, namun diharapkan dukungan dana dari
pihak eksternal dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin agar betul-betul dapat sampai ke masyarakat.
119
6. Meningkatkan kemampuan tata kelola pemerintahan yang baik demi memberikan pelayanan
prima bagi masyarakat;
Salah satu masalah pokok di Provinsi Papua Barat adalah pengelolaan pembangunan. Sebagai wilayah yang baru saja dikembangkan menjadi Provinsi, Provinsi Papua Barat membutuhkan pengelola
pembangunan berupa sumber daya aparatur yang berkualitas. Bidang ini menghadapi permasalahan berupa keterbatasan baik dalam bentuk jumlah maupun kompetensi sehingga mempersulit
terlaksananya pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu, kemampuan untuk mengelola pembangunan yang terbatas menyebabkan juga mutu dan intensitas pelayanan kepada masyarakat ikut terkendala.
Seperti dijabarkan sebelumnya, tata kelola pemerintahan yang baik good governance dewasa ini telah berkembang menjadi isu global. Kelemahan praktik pemerintahan hampir di seluruh bidang dan seluruh
wilayah di tanah air membawa dampak turunan yang lebih buruk di Provinsi Papua Barat. Bagaimanapun, salah satu stakeholder penentu keberjalanan roda kehidupan di Provinsi Papua Barat
adalah aparat pemerintah. Pembenahan tata kerja atau sistem dan prosedur kerja menjadi pusat perhatian dalam peningkatan kemampuan untuk melaksanakan pelayanan kepada masyarakat di
Provinsi Papua Barat. Pembentukan mainstream atas tata kelola pemerintahan yang baik diantaranya bertumpu pada:
a. Pelibatan masyarakat sebesar-besarnya dan seluas luasnya, dari mulai tahap penyusunan,
penentuan, pengawasan, sampai pada tahap evaluasi dalam penyelenggaraan pemerintahan; b.
Pelibatan para wakil adat, agama, dan kaum perempuan dari mulai tahap penyusunan, penentuan, pengawasan, sampai pada tahap evaluasi dalam penyelenggaraan pemerintahan;
c. Penyelenggaraan pemerintahan yang transparan dan bertanggungjawab kepada masyarakat;
d. Prioritas pembinaan kapabilitas teknis pemerintahan bagi orang Asli Papua sebagai calon
pemimpin dan pemangku jabatan struktural maupun fungsional di pemerintahan; e.
Peningkatan kapasitas aparat pemerintah dan pembenahan kelembagaan; f.
Sinergisasi antar Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat; g.
Sinkronisasi fungsi kelembagaan antar bidang melalui optimalisasi intensitas dan efektivitas koordinasi.
7. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam bagi kesejahteraan masyarakat dengan
memperhatikan kelestarian dan kualitas lingkungan
Sumber daya alam dapat dikatakan menjadi modal terbesar bagi Provinsi Papua Barat. Logikanya, jika dapat dimanfaatkan secara tepat guna dan tepat sasaran maka semestinya tidak ada masyarakat yang
tergolong miskin. Namun sayangnya pada kenyataannya sumber daya alam yang dimiliki kondisinya menjadi dua kemungkinan. Dimanfaatkan, tapi oleh pihak asing sehingga tidak memberi keuntungan
signifikan bagi daerah ataupun masyarakat lokal. Kemungkinan yang kedua adalah belum dimanfaatkan sama
sekali karena
minimnya minat
investor dan
minimnya keterjangkauan
terhadap teknologi.Karenanya pada rencana pembangunan jangka menengah ini, pengarusutamaan terkait sumber
daya alam Provinsi Papua Barat diantaranya adalah:
120 a.
Pemanfaatan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat lokal; b.
Penanaman tanggung jawab atas pemanfaatan sumber daya alam dan keberlanjutannya di masa depan;
c. Penanaman prinsip untuk menjaga kelestarian lingkungan dalam kegiatan pemanfaatan sumber
daya alam; d.
Penanaman prinsip untuk menjaga kualitas lingkungan dalam kegiatan pemanfaatan sumber daya alam.
8. Pemberantasan kemiskinan dalam arti luas
Kemiskinan dalam arti luas bukan hanya kemiskinan yang melulu diukur dengan indikator kepemilikan aset pribadi, meskipun lebih mudah menggolongkan kemiskinan menggunakan ukuran-ukuran
kesejahteraan khususnya yang ada pada komponen Indeks Pembangunan Manusia IPM. Tetapi di lain sisi, termasuk juga didalamnya kemiskinan atas ketiadaan harapan di masa depan secara fisik dan mental.
Taraf hidup yang cenderung tidak berubah dan terlihat semakin terpuruk ditengah perkembangan global juga bisa digolongkan sebagai salah satu ukuran kemiskinan. Pengarusutamaan pada persoalan
kemiskinan diantaranya adalah sebagai berikut: a.
Pemenuhan ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat dengan harga terjangkau; b.
Pemberian jaminan pelayanan terutama pelayanan kesehatan dan pendidikan; c.
Pembinaan mengenai upaya-upaya peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup; d.
Memotivasi pertumbuhan dan perkembangan kegiatan wirausaha masyarakat lokal; e.
Pembinaan mengenai tata kelola usaha yang baik dan benar demi peningkatan kesejahteraan; f.
Perluasan pembukaan lapangan pekerjaan; g.
Mendorong berkembangnya budaya rajin menabung.
9. Menyeimbangkan kemajuan antarwilayah dan antarkelompok masyarakat di Provinsi Papua
Barat
Banyak kegagalan yang terjadi selama ini terkait dengan kurang dipahaminya dengan baik aspek kewilayahan dan penataan ruang. Provinsi Papua Barat yang dominan memiliki kawasan konservasi dan
memerlukan perlakuan yang spesifik butuh pemahaman yang baik tentang aspek kewilayahan dan penataan ruang.
Dari segi kewilayahan, kesenjangan yang terjadi selama ini oleh karena kurang dipahaminya dengan baik aspek ini dalam penyusunan program maupun implementasinya. Bersamaan dengan hal ini, ketaatan
pada tata ruang sebagaimana yang digariskan dalam RTRW Provinsi Papua Barat dapat memberikan kontribusi yang positif. Pemanfaatan sumber daya alam serta degradasi mutu lingkungan di Provinsi
Papua Barat sangat ditentukan oleh penyebaran kegiatan pembangunan serta ketaatan pada aturan penataan ruang wilayah. Setelah RTRW Provinsi Papua Barat maka pada gilirannya akan disiapkan
Rencana Terinci dan Rencana Teknik Kawasan yang nantinya akan menjadi dasar dalam pemberian izin
121 pemanfaatan ruang melalui ketentuan zonasi. Dalam kurun waktu jangka menengah kedepan, aspek ini
akan diutamakan penyelesaianya sehingga kebutuhan ruang bagi suatu program secara spesifik telah nampak wilayah dan aspek keruangannya.
Ketimpangan antarwilayah dan antarkelompok bukan hanya berujung pada kemelaratan, tetapi juga dapat menimbulkan perpecahan dan konflik. Karenanya salah satu visi pembangunan di masa depan
haruslah menuju kepada pemerataan pembangunan di semua wilayah dan semua lapisan masyarakat, terutama kaitannya dengan aspek ekonomi serta sarana dan prasarana. Untuk menuju ke arah itu, pada
rencana pembangunan jangka menengah ini diupayakan dengan penentuan mainstream sebagai beriku: a.
Pemenuhan infrastruktur dasar di setiap wilayah terutama di sentra-sentra Permukiman penduduk;
b. Penggalian dan inventarisasi potensi khas dan potensi unggulan setiap daerah sebagai sumber
Penerimaan Asli Daerah PAD; c.
Penyuksesan program ketahanan pangan di seluruh wilayah; d.
Pentaatan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Provinsi Papua Barat sebagai referensi dasar pembangunan terutama aspek spasial;
e. Prioritas pembangunan pada wilayah tertinggal;
f. Mengaktifkan peran lembaga masyarakat kampung dan masyarakat adat;
g. Meleburkan klaster spasial maupun sosial antara masyarakat asli dan masyarakat pendatang;
h. Mengutamakan tata cara pengambilan keputusan yang menekankan musyawarah dan penggalian
masalah melalui dialog dan tukar pengalaman di antara para pihak.
10. Melanjutkan revitalisasi nilai sosial budaya masyarakat Provinsi Papua Barat.
Nilai sosial budaya terutama ditujukan untuk mengaktualisasikan jati diri, identitas dan karakter masyarakat Papua berdasarkan nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan tatanan aturan dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan dengan tetap memperhatikan tatanan secara nasional. Kemandirian budaya juga berkaitan dengan perlindungan terhadap berbagai khasanah adat istiadat serta memahami
keragamannya sebagai suatu kekayaan untuk dijadikan inspirasi pembangunan sebagai upaya transformasi untuk menjaga kelestariannya. Pentingnya nilai sosial budaya sehingga untuk Provinsi
Papua Barat perlu adanya penekanan dari segi ini terhadap pembangunan yang akan berjalan, dengan pengarusutamaan sebagai berikut:
a. Inventarisasi kekayaan budaya daerah baik yang bersifat fisik maupun non fisik;
b. Pembangunan sentra-sentra kebudayaan;
c. Penyusunan mekanisme upaya proteksi budaya daerah;
d. Penetrasi pengenalan budaya daerah ke ranah pendidikan;
e. Pengawasan dan pengendalian pada penggunaan teknologi;
f. Pembinaan sekaligus pelestarian sekolah-sekolah adat yang masih tersisa;
g. Fasilitasi pengenalan dan promosi kekayaan budaya daerah seluas-luasnya;
h. Pembinaan masyarakat lokal untuk menjadi agen pewaris kebudayaan.
122
11. Pemberdayaan perempuan
Masalah peranan gender di Provinsi Papua Barat merupakan salah satu isu utama dalam pembangunan. Peningkatan peran perempuan disejumlah bidang pembangunan pada umumnya masih lemah dan
terbatas. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan perempuan di Provinsi Papua Barat masih memerlukan penguatan baik secara perorangan maupun kelembagaan. Aspek budaya masih kuat
pengaruhnya dalam pengembangan peran perempuan. Oleh sebab itu, pemberdayaan perempuan di Provinsi Papua Barat akan menyentuh aspek budaya masyarakat disamping terus mengembangkan peran
aktif perempuan Provinsi Papua Barat yang saat ini telah mulai berkembang. Dalam bidang politik, kedudukan perempuan mulai menunjukkan peran yang nyata dimana sejumlah
posisi legislatif telah berada ditangan kaum perempuan. Juga didalam lembaga eksekutif sejumlah posisi penting kini telah dijalani oleh kaum perempuan. Demikian pula dalam lembaga pendidikan tinggi,
peneliti, pekerja atau pelayan sosial, atau fungsi kemasyarakatan lainnya telah banyak dilaksanakan oleh kaum perempuan. Dimasa mendatang kondisi ini terus ditingkatkan terutama dikampung dan perkotaan
se-Provinsi Papua Barat. Pada intinya, perempuan harus mengambil peran di setiap proses pembangunan Provinsi Papua Barat.
Dari paparan arahan strategi dan kebijakan umum diatas, maka berikut ini adalah strategi pembangunan dan arah kebijakan pembangunan yang spesifik, yang disusun berdasarkan urgensi pencapaian tujuan
dan misi pembangunan yang disajikan dalam tabel berikut:
123
Tabel 6-1. Matriks Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Arah Kebijakan Pembangunan MISI
TUJUAN SASARAN
STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
1 Menanamkan Amanat
Otonomi Khusus Sebagai Paradigma Baru
Pembangunan Menyelenggarakan
pembangunan dengan menomorsatukan
perlindungan, pencerdasan, dan pemberdayaan
masyarakat orang Asli Papua
1 Terjangkaunya pelayanan
pendidikan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi
oleh seluruh masyarakat Penyediaan pelayanan
pendidikan yang dekat dengan masyarakat
Pengakomodasian masyarakat agar dekat
dengan pelayanan pendidikan
Peringanan biaya pendidikan
Penyesuaian pelayanan pendidikan dengan
karakteristik wilayah dan karakteristik masyarakat
Pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan pendidikan 1
Menyediakan pelayanan pendidikan di lokasi yang mudah diakses
masyarakat di seluruh wilayah baik pendidikan formal maupun informal
2 Memfasilitasi masyarakat yang ingin
berada dekat dengan pelayanan pendidikan dengan menyediakan
sistem pelayanan pendidikan dan prasarana dan sarana spesifik
3 Menyediakan pelayanan pendidikan
yang murah bahkan bebas biaya bagi masyarakat
4 Menyesuaikan pokok-pokok
pengajaran dengan kebutuhan wilayah dan kearifan lokal yang ada
5 Melibatkan masyarakat dalam
penyelenggaraan layanan pendidikan termasuk dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan
6 Menyediakan layanan pendidikan
dinamis yang mampu menyentuh lokasi-lokasi terpencil dan terisolir
124
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
2 Terjangkaunya pelayanan
kesehatan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi
oleh seluruh masyarakat Penyediaan pelayanan
kesehatan yang dekat dengan masyarakat
Pengakomodasian masyarakat agar dekat
dengan pelayanan kesehatan
Peringanan biaya kesehatan Penyesuaian pelayanan
kesehatan dengan karakteristik wilayah dan
karakteristik masyarakat
Pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan 1
Menyediakan pelayanan kesehatan di lokasi yang mudah diakses
masyarakat di seluruh wilayah
2 Menyediakan layanan kesehatan
dinamis yang mampu menyentuh lokasi-lokasi terpencil dan terisolir
3 Menyediakan pelayanan kesehatan
yang murah bahkan bebas biaya
4 Menyesuaikanlayanan kesehatan
sesuai kebutuhan wilayah dan kearifan lokal yang ada
5 Melibatkan masyarakat dalam
penyelenggaraan layanan kesehatan termasuk dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan
3 Terpenuhinya kebutuhan
infrastruktur transportasi, energi, komunikasi,
perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan
lingkungan yang menjangkau seluruh
kampung dan dapat dinikmati seluruh
masyarakat; Percepatan pembangunan
infrastruktur yang menjangkau seluruh
kampung dan dapat dinikmati seluruh
masyarakat
Penjalinan kerjasama dengan investor maupun
1 Mempercepat pembangunan
infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih,
sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang menjangkau seluruh kampung
dan dapat dinikmati seluruh masyarakat;
125
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
pemerintah pusatprovinsi lain
Penyelesaian persoalan pertanahan
Penyusunan rencana pengembangan
infrastruktur terintegrasi
4 Meningkatnya
perekonomian wilayah dan tumbuhnya kegiatan
ekonomi masyarakat yang disertai dengan
pengembangan keterampilan
Pengembangan sektor- sektor potensial yang
berbasis pemanfaatan SDA lokal
Stimulasi pertumbuhan usaha kecil dan mikro serta
pembinaan efektivitas usaha usaha mini mikro
Pembinaan keterampilan kerja dan usaha masyarakat
Penciptaan lapangan kerja 1
Mengembangkan usaha pemanfaatn sektor-sektor potensial yang
berbasis SDA lokal
2 Menstimulasi pertumbuhan usaha
menengah, kecil, dan mikro dengan pemberian bantuan modal,
pemberian skema kredit ringan, dan pembekalan keterampilan usaha
3 Memfasilitasi kebutuhan usaha mini
mikro agar berlangsung efisien dan pembinaan keterampilan
pengembangan usaha
4 Membina keterampilan kerja dan
usaha masyarakat
5 Menciptakan lapangan kerja
126
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
5 Terlaksananya affirmative
action Perekrutan orang asli
papua dalam pemerintahan dan lapangan kerja usaha
Penentuan kuota Promosi
Penyesuaian regulasi 1
rekrutmen orang asli papua dalam pemerintahan, jasa kemasyarakatan,
perdagangan besar, dan industri
2 Penentuan kuota untuk rekrutmen
orang asli papua dan untuk target capaian pembangunan
3 Promosi
4 Penyesuaian regulasi yang relevan
dengan kebutuhan Papua Barat
2 Memacu Peningkatan
Perekonomian Wilayah Meningkatkan kemampuan
finansial daerah untuk membiayai pembangunan
dari penerimaan asli daerah
1 Meningkatnya realisasi
investasi dalam dan luar negeri di sektor-sektor
primer Penciptaan iklim investasi
yang kondusif Penyiapan SDM lokal
Pemetaan potensi daerah dan peluang investasi
Peningkatan promosi potensi daerah dan peluang
investasi Pengembangan klaster-
klaster pada simpul-simpul strategis wilayah
Pengembangan komoditas spesifik daerah.
1 Meningkatkan kualitas dan
produktivitas tenaga kerja lokal;
2 Meningkatnya
pertumbuhan produktivitas sektor-sektor sekunder dan
tersier 2
Menciptakan iklim investasi yang kondusif
3 Memantapkan kesatuan bangsa dan
politik internal wilayah
3 Meningkatnya jalinan
kerjasama ekonomi 4
Memantapkan kerjasama perdagangan lokal, regional, dan
internasional melalui pengembangan klaster pada kawasan strategis;
127
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
Peredaman ekonomi biaya tinggi dengan menyiasati
proses produksi dan distribusi
5 Meningkatkan pertumbuhan dan
kontribusi industri kecil dan menengah;
3 Menanggulangi Kemiskinan
Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan
sosial masyarakat 1
Meningkatnya indeks kesehatan
Pelaksanaan program- program spesifik otonomi
khusus Peningkatan kuantitas dan
kualias pelayanan publik Pemberdayaan masyarakat
Kemitraan dengan lembaga agama, sosial, adat, dan
pihak pemerhati lainnya 1
Meningkatkan indeks kesehatan masyarakat melalui upaya
peningkatan mutu tenaga kesehatan dan layanan kesehatan bagi seluruh
lapisan masyarakat.
2 Terbinanya masyarakat
dalam upaya peningkatan indeks kesehatan
2 Membina masyarakat dalam upaya
peningkatan kesehatan diri dan lingkungan;
3 Terpenuhinya kebutuhan
perumahan layak hun 3
Memenuhi kebutuhan perumahan layak huni bagi seluruh masyarakat;
4 Terbina dan
terberdayakannya perempuan dan anak
sebagai agen perubahan masyarakat
4 Membinaan dan memberdayakan
perempuan dan anak sebagai agen perubahan kondisi masyarakat;
5 Terbina dan terpeliharanya
masyarakat yang memiliki kerawanan sosial;
5 Membina dan Memelihara
masyarakat yang memiliki kerawanan sosial;
6 Meningkatnya
pertumbuhan dan 6
Meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha
128
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
produktivitas koperasi dan kecil menengah;
usaha kecil menengah 7
Terberdayakannya masyarakat perkampungan
7 Memberdayakan masyarakat
perkampungan
8 Meningkatnya
kesejahteraan petani 8
Meningkatkan kesejahteraan petani.
4 Membenahi Tata Kelola
Pemerintahan Mendukung proses
percepatan kegiatan pembangunan Provinsi
Papua Barat serta memberikan pelayanan
publik yang prima bagi masyarakat
1 Meningkatnya kompetensi
dan profesionalitas aparatur pemerintahan
Pelaksanaan sistem pengawasan dan evaluasi
secara struktural dan fungsional baik dari
internal pemerintah Provinsi Papua Barat,
maupun dari Pemerintah Pusat, masyarakat, dan
lembaga independen lain 1
2 Meningkatkan kinerja setiap SKPD
melalui perbaikan sistem kerja dan perbaikan kualitas dan kapasitas
aparatur.
Merencanakan pembangunan wilayah yang sinergis antarwilayah
dan antarsektor; 2
Diterapkannya sistem pemerintahan dan sistem
kerja pemerintah yang akuntabel, transparan,
partisipatif, profesional, efisien, efektif, dan taat
hukum
3 Tersusunnya dokumen
rencana pembangunan dan rencana kerja pemerintah
3 Memperbaiki kearsipan serta tata
administrasi kewilayahan dan kependudukan
129
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
4 Tersusunnya regulasi yang
relevan dengan kebutuhan daerah
4 Meningkatkan kapasitas lembaga
legislatif daerah
5 Menyusun berbagai regulasi yang
diperlukan
5 Mewujudkan Pemerataan
Pembangunan Menciptakan kesejahteraan
ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat
1 Terpenuhinya kebutuhan
prasarana dan sarana transportasi, utilitas publik,
dan pelayanan publik di seluruh wilayah
Pembukaan akses ke daerah-daerah terisolir dan
terpencil Prioritas pembangunan
pada wilayah strategis, daerah terisolir, dan daerah
terpencil
Prioritas pembangunan ditujukan kepada
masyarakat miskin dan orang asli Papua
Penerapan skema-skema pembangunan non
konvensional 1
Menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tata
ruang sesuai dengan RTRW provinsi dan RTRW kabupatenkota;
2 Memenuhi infrastruktur
transportasi, energi, telekomunikasi, air bersih air minum, dan
pengelolaan lingkungan di seluruh wilayah, baik perkotaan maupun
perKampungan
3 Menyusun sistem pengelolaan
infrastruktur dan pengelolaan lingkungan hidup
4 Meningkatkan pencapaian keluarga
sejahtera
5 Meratakan pembangunan wilayah
melalui transmigrasi
6 Membangun Sumber Daya
Manusia yang Kontributif Mendukung proses
percepatan pembangunan 1
Terciptanya SDM berkualitas dengan indeks
Peningkatan kualitas 1
Meningkatkan indeks pendidikan melalui upaya peningkatan
130
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
Dalam Pembangunan Provinsi Papua Barat
pendidikan dan penguasaan keterampilan
yang baik layanan pendidikan formal
dan informal Pembinaan pemuda dan
pembinaan melalui olahraga
Fasilitasi sarana komunikasi dan informasi
partisipasi masyarakat, mutu tenaga pendidik, layanan, dan manajemen
pendidikan formal dan non formal.
2 Terbinanya generasi
pemuda sebagai aset strategis
2 Meningkatkan daya saing SDM
melalui pembinaan pemuda dan olah raga
3 Meningkatnya kecerdasan
serta meluasnya penguasaan pengetahuan
dan informasi, serta meningkatnya motivasi
untuk hidup yang lebih baik 3
Mencerdaskan masyarakat melalui sarana komunikasi dan informasi
7 Memanfaatkan Sumber
Daya Alam Bagi Kesejahteraan Masyarakat
Menciptakan kesejahteraan ekonomi
masyarakatdengan kegiatan ekonomi berbasis
SDA sekaligus memberdayakan
masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan
alam 1
Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan
peningkatan produktivitas pertanian, perikanan, dan
peternakan Optimalisasi pemanfaatan
teknologi tepat guna Pelaksanaan sistem
pengawasan atas pemanfaatan SDA
Pemberdayaan masyarakat lokal dalam pelaksanaan,
pengelolaan dan pengawasan upaya
pemanfaatan SDA 1
Mewujudkan ketahanan pangan wilayah melalui peningkatan
produktivitas pertanian dan meningkatkan pendapatan
masyarakat dari kegiatan perkebunan
2 Meningkatnya kegiatan
perkebunan rakyat 2
Memanfaatkan potensi Sumber Daya Hutan dengan tetap berprinsip
kepada kelestarian dan keberlanjutan lingkungan alam
3 Meningkatnya pemanfaatan
sumber daya hutan 3
Membina dan mengawasi pengusahaan bidang pertambangan
131
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
4 Meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam kegiatan pertambangan
4 Mengembangkan kepariwisataan
daerah yang berbasis pengembangan masyarakat lokal
5 Mengelola pariwisata yang
berbasis pengembangan masyarakat local
5 Mengembangkan usaha kelautan dan
perikanan bagi masyarakat pesisir terutama dengan meningkatkan
pertumbuhan usaha budidaya perikanan
8 Melestarikan Lingkungan
Alam dan Budaya Mempersiapkan dan
menyediakan kualitas lingkungan hidup yang baik
bagi generasi yang akan datang
1 Terjaganya keberadaan
budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam
Persiapan perangkat mitigasi bencana dan
mitigasi bencana khusus masyarakat di wilayah-
wilayah yang sulit diakses serta mencerdaskan
seluruh masyarakat dalam menghadapi bencana;
Selektif dalam memberikan izin-izin usaha yang
berpotensi mengancam eksistensi dan
kesejahteraan masyarakat, lingkungan budaya, dan
lingkungan alam;
Taat kepada RTRW provinsi, RTRW kabupaten
kota, dan rencana rincinya dalam pengembangan
1 Pengembangan dan mengelola nilai
budaya dan kekayaan budaya;
2 Terehabilitasinya
lingkungan yang statusnya kritis
2 Rehabilitasi dan perlindungan
lingkungan alam;
3 Terlaksananya upaya
perlndungan lingkungan dan pengawasan
lingkungan
4 Menurunnya kasus
pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA
3 Peningkatan kesadaran dan
penegakan hukum dalam pendayagunaan SDA
5 Tertanganinya kasus
pelanggaran hukum dalam
132
MISI TUJUAN
SASARAN STRATEGI
ARAH KEBIJAKAN
pemanfaatan SDA program-program
pembangunan Pencarian solusi bagi
persoalan hak ulayat Relokasi penduduk dari
wilayah rawan bencana ke lokasi yang layak dan sesuai
dengan kultur
Pengerahan jajaran pemerintah dan membina
seluruh masyarakat untuk menjaga hutan dan SDA
dari eksploitasi yang mengganggu
sustainabilitasnya 6
Terlaksananya upaya mitigasi bencana alam
4 Implementasi mitigasi bencana alam.
133
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN
Target dan sasaran misi pembangunan pada masa ini ditekankan pada upaya mencapai kemandirian wilayah. Kemandirian wilayah yang tercermin dari kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur
penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, ketersediaan SDM yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya, ketergantungan pembiayaan pembangunan yang
bersumber dari pendapatan regional yang makin kokoh sehingga ketergantungan kepada sumber lain menjadi kecil, dan kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok wilayahnya, yang diwujudkan
melalui kebijakan bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ekonomi kerakyatan, affirmative action, tata-kelola pemerintahan, dan kekuatan fiskal.
Dasar-dasar penentuan kebijakan mencapai Papua Barat yan mandiri dipengaruhi pertimbangan akan ketersediaan pemasukan dan alokasi dana untuk sektor-sektor pembangunan, agenda nasional yang
memberikan pengaruh penting terhadap ekonomi lokal, serta variabel sensitif lain yang mempengaruhi pertumbuhan pembangunan yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut, secara khusus untuk bidang tata
kelola pemerintahan dan kekuatan fiskal,didasari akan, ketersediaan dan alokasi anggaran serta agenda nasional yang diharapkan berujung pada upaya perwujudan meningkatnya kemampuan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat yang terlihat dari meningkatnya pendapatan serta tingginya angka penyerapan tenaga kerja. Sedangkan untuk kelima bidang lainnya merupakan variabel sensitif
pembangunan dan agenda nasional yang memberikan tanggung jawab khusus sebagai daerah otonomi khusus untuk melakukan percepatan pembangunan di Papua Barat. Keseluruhan bidang menjadi satu
kesatuan dalam menciptakan kemandirian yang meliputi skenario kebijakan utama: 1.
Perbaikan tatanan pengelolaan, kinerja dan kapasitas kelembagaan daerah. Seperti yang telah dipaparkan penekanan utama skenario menciptakan Papua Barat yang
mandiri adalah dengan memperbaiki tatanan pemerintahan yang diindikasikan dengan ketersediaan perdasus dan perdasi pada tahun ketiga pembangunan, dan tersedianya perdasus
serta perdasi mengenai sistem kelembagaan daerah yang berbasis kinerja dengan kapasitas yang baik pada akhir tahun rencana. Kebijakan tersebut tidak akan terlepas dari proses pembinaan
aparatur secara bertahap yang dipedomani alokasi anggaran pertahunnya hingga mencapai 20 sehingga target pada akhir tahun rencana sebesar 100 aparatur terbina dapat tercapai.
2. Pemenuhan infrastruktur dasar yang menjangkau seluruh kampung.
Pemenuhan infrastruktur dasar menekankan pada peningkatan akses seluruh kampung terhadap segala bentuk informasi dan kegiatan ekonomi dari luar daerahnya. Untuk sektor telekomunikasi
134 kebijakan diarahkan pertambahan pemenuhan kebutuhan kampung yang terjangkau jaringan
telekomunikasi sebesar 15 setiap tahunnya, sehingga pada akhir periode rencana mencapai 75 diatas target sebesar 70. Sedangkan pembukaan akses jalan diupayakan setiap tahunnya
ada pembukaan akses terhadap kampung yang terisolir sehingga menjadi dibawah sepuluh persen pada akhir periode rencana. Sejalan dengan dua kebijakan diatas, untuk pelayanan
kebutuhan listrik juga diupayakan peningkatan akses rumah tangga terhadap energi listrik sebesar 12 dari jumlah rumah tangga yang belum teraliri listrik melalui berbagai sumber
energi skala kecil, sehingga pada akhir tahun rencana 100 permukiman teraliri listrik. 3.
Pengembangan kontribusi ekonomi kerakyatan. Skenario kebijakan ini diupayakan melalui pencapaian pertumbuhan unit usaha mikro sebesar
7 setiap tahunnya, sehingga mencapai pertumbuhan usaha mikro lebih dari 30 pada akhir tahun rencana. Untuk kampung-kampung yang belum memiliki sumber mata pencaharian
berkelanjutan maupun modal kerja berputar, pada tahun pertama akan dilakukan studi menyeluruh sehingga dalam sisa empat tahun akan diupayakan realisasi mata pencaharian pada
kampung yang belum memiliki sumber utama sebesar 25 setiap tahunnya, dengan dukungan modal kerja berputar untuk 15 kampung yang tidak memiliki modal setiap tahunnya.
4. Peningkatan akses, layanan dan kualitas pendidikan.
Kemandirian wilayah melalui akses, layanan, dan kualitas pendidikan diusahakan untuk mengejar kenaikan angka melek huruf sebesar 1 setiap tahunnya sehingga 100 penduduk
papua melek huruf. Hal ini akan diupayakan dengan pembangunan sekolah berpola asrama yang didukung program kemitraan pada minimal 15 distrik setiap tahunnya. Selain kedua taget
tersebut, setiap tahunnya dilakukan pembinaan tenaga pengajar di Papua Barat sebesar 20 dari total pengajar dan kemudian diberikan stimulus dana ataupun rekrutmen baru untuk disebarkan
kedalam kampung-kampung terisolir secara merata dan bertahap. 5.
Peningkatan akses pelayananan kesehatan dalam menunjang produktivitas SDM. Kemandirian Papua Barat membutuhkan dukungan dari pelayanan kesehatan sehingga
menunjang produktivitas tenaga kerja untuk memajukan pembangunan. Dalam mengejar hal tersebut program pembangunan diarahkan untuk memberikan jaminan kesehatan untuk 20
rumah tangga di Papua Barat setiap tahunnya. Jaminan tersebut harus ditunjang dengan pembangunan prasarana dan sarana kesehatan disetiap kampung dengan strategi pembangunan
untuk daerah yang terjangkau akses, maupun kegiatan pelayanan keliling untuk daerah terisolir, sehingga diharapkan 100 kampung terlayani fasilitas kesehatan. Keseluruhan skenario
tersebut tidak terlepas dari pembinaan tenaga kesehatan secara berkala untuk 10 tenaga kesehatan setiap tahunnya. Melalui pembinaan yang bekerjasama dengan pemerintah pusat
diharapkan dapat mendorong pelayanan kesehatan yang optimal.
135 6.
Peningkatan penyerapan dan pembinaan tenaga kerja lokal. Kemandirian wilayah sangat bergantung pada penyerapan tenaga kerja lokal khususnya orang
Papua Barat asli. Untuk menciptakan perkembangan ekonomi yang mandiri, pembinaan tenaga kerja lokal harus secara terbuka dilakukan pemerintah setiap tahunnya paling tidak sebesar 20
dari total tenaga kerja. Dengan adanya pembinaan ini diharapkan adanya peningkatan kualitas tenaga kerja dan pembukaan lapangan kerja baru yang mampu menyerap tenaga kerja lebih
besar dari pertumbuhannya ditambah peningkatan sebesar 10 dari tenaga kerja yang ada setiap tahunnya.
7. Optimalisasi sumber pendapatan daerah.
Secara garis besar kebutuhan utama untuk mencapai kemandirian wilayah Papua Barat adalah dengan dukungan fiskal pendapatan daerah yang dapat menutupi kebutuhan pembangunan
setiap tahunnya. Peningkatan sebesar 200 dari PAD saat ini diperlukan, hal ini dapat terpenuhi dengan peningkatan pendapatan disektor retribusi maupun pendapatan lain diluar pajak
minimal hingga berimbang pada akhir tahun rencana. Selain itu penerapan berbagai skema pembiayaan pembangunan yang melibatkan sektor swasta dibutuhkan minimal pada pos-pos
anggaran pembangunan infrastruktur. Agar dapat mencapai misi-misi pembangunan secara terarah dan tepat sasaran, maka ada beberapa
kebijakan umum yang dianggap tepat sebagai instrumen untuk mengatasi permasalahan-permasalah pembangunan yang ada di Provinsi Papua Barat. Kebijakan-kebijakan umum tersebut antara lain adalah:
a. Percepatan pembangunan
Berbagai kebijakan nasional seperti dibentuknya Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat UP4B, munculnya Instruksi Presiden mengenai percepatan
pembangunan Provinsi Papua Barat, serta masuknya koridor Papua-Maluku dalam Masterplan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI adalah beberapa kebijakan
eksternal yang turut membantu pelaksanaan percapatan pembangunan di Papua Barat ini. Idelanya pelaksanaan rencana aksi yang ada dari kebijakan tersebut harus sinergis dengan
rencana pembangunan yang ingin dicapai oleh Papua Barat dan perlu disambut baik oleh segenap stakeholders pembangunan terutama pemerintah dan masyarakat. sehingga komunikasi
dan kinerja yang terbangun nantinya bersifat konstruktif. b.
SDM sebagai sasaran utama Tidak ada yang menyangkal bahwa pembangunan SDM sebagai kunci dari keberhasilan
pembangunan untuk jangka waktu yang panjang, karena proses pembangunan tidak berhenti dalam waktu dekat. Pembangunan SDM saat ini akan sangat bermanfaat dan bisa dihitung
sebagai investasi bagi pembangunan puluhan tahun kedepan. Dengan masih terbatasnya kapasitas SDM Papua Barat, maka pembangunan saat ini diarahkan untuk membangun SDM agar
136 berkualitas dan berdaya saing sehingga dapat berkontribusi bagi pembangunan Papua Barat
untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. c.
Aktualisasi kearifan lokal Papua Barat memiliki karakteristik masyarakat yang khas, yang telah ada sejak sebelum
pemerintahan formal masuk. Kunci keberhasilan dari pembangunan adalah mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan. Agar masyarakat mau ikut ambil bagian dalam
pembangunan maka kepentingannya perlu diakomodir, termasuk kepentingannya dalam hal adat. Saat ini yang menjadi persoalan ketidakefektifan penyelenggaraan pembangunan salah
satunya adalah orang Papua secara tidak langsung termarginalkan karena kebijakan-kebijakan yang diambil tidak berpihak kepada mereka. Maka untuk pembangunan saat ini diupayakan
semaksimal mungkin untuk mengakomodir kearifan lokal yang ada dan menunjukkan keberpihakan penuh terhadap mereka.
d. Memacu aktivitas ekonomi
Seperti yang seringkali dibahas sebelumnya, aktivitas ekonomi terutama yang sifatnya riil dikalangan masyarakat masih belum berputar. Begitu juga dengan investasi-investasi besar yang
ada yang diharapkan dapat memicu munculnya aktivitas ekonomi lainnya dengan masyarakat lokal sebagai pelakunya belum memperlihatkan dampak langsung yang signifikan. Perlu ada
sistem baru untuk menggerakan ekonomi masyarakat yang masih berjalan pada tingkatan mikro bahkan mini mikro.
e. Ramah lingkungan
Inisiatif untuk menjalankan suatu aktivitas yang ramah lingkungan biasanya baru muncul setelah kerusakan lingkungan terjadi dalam stadium yang cukup parah. Papua Barat sendiri masih
memiliki kualitas lingkungan yang sangat baik, namun tidak ada salahnya jika asas ramah lingkungan mulai dibiasakan untuk diterapkan dalam setiap kegiatan pembangunan. Manfaat
yang dapat diambil berupa lingkungan hidup yang berkualitas akan dapat dinikmati jauh puluhan tahun kedepan. Bagaimanapun lingkungan hidup yang sehat akan menjadikan
masyarakat yang hidup disekitarnya menjadi sehat pula. f.
Penciptaan iklim investasi yang kondusif Investasi baik dari dalam maupun luar negeri apalagi dengan skala yang besar tentunya masih
sangat dibutuhkan oleh Papua Barat demi memacu pertumbuhan ekonominya. Namun masuk atau tidaknya investasi tentunya bukan tanpa alasan. Iklim investasi di satu wilayah terutama
menjadi salah satu pertimbangan utama investor. Karenanya program-program pembangunan yang dipilih harus mendukung ke arah penciptaan iklim investasi yang kondusif.
137
Tabel 7-1. Program Pembangunan Berdasarkan Misi Pembangunan Program Berdasarkan Misi Pertama:
Program pendidikan gratis bagi orang Papua Program wajib melek huruf dini bagi orang Papua
Program wajib melek huruf dewasa bagi orang Papua Program SD kecil tingkat kampung
Program sekolah pola asrama tingkat distrik Program pengiriman tenaga pengajar ke kampung terpencil dan kampung terisolir
Program pelibatan dan pembinaan orang tua siswa Papua dalam lembaga pendidikan Program pendidikan guru bagi orang Papua
Program beasiswa ilmu khusus berbasis keunggulan lokal Papua Barat Program penyesuaian kurikulum dengan muatan lokal Papua Barat
Program kemitraan pendidikan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat Program dana stimulus bagi tenaga pengajar di daerah terpencil dan daerah terisolir
Program sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal Papua Barat Program taman penitipan anak Papua
Program taman bacaan kampung bagi orang Papua Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait pendidikan bagi orang Papua
Program jaminan pendidikan bagi orang Papua
Program pelayanan kesehatan door to door bagi orang Papua Program jaminan kesehatan bagi orang Papua
Program pelayanan kesehatan dan obat-obatan gratis bagi orang Papua Program pengembangan obat-obatan tradisional Papua
Program pengembangan cara-cara pengobatan tradisional Papua Program pembinaan tenaga kesehatan tradisional Papua
Program pencegahan dan pengobatan khusus HIV, kusta, dan malaria bagi orang Papua Program pengiriman dan pendisiplinan tenaga kesehatan ke ke kampung terpencil dan kampung
terisolir Program kemitraan kesehatan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat
Program pembangunan prasarana dan sarana kesehatan tingkat kampung Program perencanaan dan pengendalian keluarga Papua
Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait kesehatan bagi orang Papua Program rujukan kesehatan bagi orang Papua
Program rumah layak huni bagi orang Papua Program penyediaan sanitasi bagi permukiman dan perumahan orang Papua
Program penyediaan air bersih bagi permukiman dan perumahan orang Papua
138
Program Berdasarkan Misi Pertama:
Program penyediaan listrik bagi perumahan dan permukiman orang Papua Program penyediaan telekomunikasi yang menjangkau kampung terpencil dan terisolir
Pembukaan akses transportasi ke seluruh kampung terpencil dan terisolir Program pengelolaan sampah dan pembinaan orang Papua dalam mengelola sampah
Program pengembangan sistem usaha mikro bagi orang Papua Program pembinaan usaha mini mikro bagi orang Papua
Program pengembangan pertanian tanaman pangan pokok orang Papua keladi, jagung, ubi, kacang-
kacangan, bunga pepaya, dan sebagainya Program pengembangan tanaman perkebunan khas Papua pala, sagu, dan sebagainya
Program pengelolaan kawasan lindung sekitar permukiman orang Papua Program pengembangan peternakan hewan khas orang Papua babi, rusa, dan sebagainya
Program pengelolaan kawasan dan pembinaan orang Papua dengan skema transmigrasi lokal Program pembukaan lapangan kerja bagi orang Papua
Program pengelolaan pariwisata berbasis Orang Papua Program pengelolaan carbon trade
Program pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja dan usaha bagi tenaga kerja pemuda Papua Program pengembangan mata pencaharian berkelanjutan berbasis pelatihan SDM Papua
Program pemberian dan perputaran modal kerja bagi orang Papua Program pengembangan lembaga kredit dan usaha bersama orang Papua
Penyusunan regulasi penentuan kuota orang Papua dalam pemerintahan Program rekruitmen orang Papua menjadi aparatur pemerintah
Program pembinaan orang Papua dalam pemerintahan Program promosi orang Papua dalam pemerintahan
Penyusunan regulasi persyaratan izin usaha terkait pelibatan orang Papua Penyusunan database kependudukan orang Papua
Program pemetaan tanah ulayat Program pengelolaan administrasi hak ulayat
Penyusunan Perdasus dan Perdasi Penyesuaian nomenklatur pada penyusunan data dan informasi statistik daerah
Program Berdasarkan Misi Kedua:
Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Program Peningkatan Kesempatan Kerja
Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
139 Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah
Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal
Program pengembangan wawasan kebangsaan Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaaan
Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat pekat
Program pendidikan politik masyarakat
Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor
Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan.
Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri Program Penataan Struktur Industri
Program pengembangan sentra-sentra industri potensial
Program Berdasarkan Misi Ketiga:
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program Pengembangan Obat Asli Indonesia Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular Program standarisasi pelayanan kesehatan
Program pelayanan kesehatan penduduk miskin Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas puskesmas
pembantu dan jaringannya Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakitrumah sakit jiwarumah sakit
paru-parurumah sakit mata Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakitrumah sakit jiwarumah sakit paru-paru
rumah sakit mata Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan
140
Program Berdasarkan Misi Ketiga:
Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia
Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
Program pengembangan lingkungan sehat Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Program Upaya Kesehatan Masyarakat Program Lingkungan Sehat Perumahan
Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
Program Pengembangan Perumahan Program perbaikan perumahan akibat bencana alamsosial
Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran Program pengelolaan areal pemakaman
Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan Program peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan
Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak
Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil KAT dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS Lainnya
Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Program pembinaan anak terlantar
Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma Program pembinaan panti asuhan panti jompo
Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit
sosial lainnya Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
Program penciptaan iklim usaha Usaha Kecil Menengah yang kondusif Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah
Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat PerKampungan Program pengembangan lembaga ekonomi peKampungan
Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun Kampung
141
Program Berdasarkan Misi Ketiga:
Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah Kampung Program peningkatan peran perempuan di perKampungan
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Program Berdasarkan Misi Keempat:
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
Program peningkatan disiplin aparatur Program fasilitasi pindahpurna tugas PNS
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupatenkota
Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan Kampung Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH
Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan
Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat
Program Pendidikan Kedinasan Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur
Program pembinaan dan pengembangan aparatur
Program pengembangan datainformasi Program kerjasama pembangunan
Program Pengembangan Wilayah Perbatasan Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Program perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah
Program perencanaan pembangunan daerah Program perencanaan pembangunan ekonomi
Program perencanaan sosial dan budaya Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam
Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
142
Program Berdasarkan Misi Keempat:
Program Penataan Daerah Otonomi Baru Program Penataan Administrasi Kependudukan
Program pengembangan datainformasistatistik daerah Program perbaikan sistem administrasi kearsipan
Program penyelamatan dan pelestarian dokumenarsip daerah Program pemeliharaan rutinberkala sarana dan prasarana kearsipan
Program peningkatan kualitas pelayanan informasi
Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah Program Penataan Peraturan PerUndang-Undangan
Program Berdasarkan Misi Kelima:
Program Perencanaan Tata Ruang Program Pemanfaatan Ruang
Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang Program pembangunan sistem pendaftaran tanah
Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan
Program pengembangan sistem informasi pertanahan
Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ
Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan
Program peningkatan pelayanan angkutan Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas
Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Program Keluarga Berencana Program Kesehatan Reproduksi Remaja
Program pelayanan kontrasepsi Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KBKR yang mandiri
Program promosi kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok kegiatan dimasyarakat Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR
Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIVAIDS
143
Program Berdasarkan Misi Kelima:
Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang ana Program penyiapan tenaga pendamping kelompok bina keluarga
Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU
Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi Program Transmigrasi lokal
Program Transmigrasi regional
Program Berdasarkan Misi Keenam:
Program Pendidikan Anak Usia Dini Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
Program Pendidikan Menengah Program Pendidikan Non Formal
Program Pendidikan Luar Biasa Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda Program peningkatan peran serta kepemudaan
Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda Program upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba
Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olah Raga Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga
Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa Program pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi
Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi Program kerjasama informasi dengan mas media
Program Berdasarkan Misi Ketujuh:
Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanianperkebunan Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanianperkebunan
Program peningkatan penerapan teknologi pertanianperkebunan
144
Program Berdasarkan Misi Ketujuh:
Program peningkatan produksi pertanianperkebunan Program pemberdayaan penyuluh pertanianperkebunan lapangan
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Program peningkatan produksi hasil peternakan
Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan Program peningkatan penerapan teknologi peternakan
Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Program pemanfaatan kawasan hutan industri
Program pembinaan dan penertiban industri hasil hutan Program perencanaan dan pengembangan hutan
Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan
Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
Program Pengembangan Kemitraan
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir Program pengembangan budidaya perikanan
Program pengembangan perikanan tangkap Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan
Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar
Program Berdasarkan Misi Kedelapan:
Program Pengembangan Nilai Budaya Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
Program Pengelolaan Keragaman Budaya Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya
Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam Program peningkatan pengendalian polusi
145
Program Berdasarkan Misi Kedelapan:
Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan dikawasan-kawasan konservasi laut dan hutan
Program pengendalian kebakaran hutan Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut
Program pengelolaan ruang terbuka hijau RTH Program rehabilitasi hutan dan lahan
Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan
Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut
Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut
146
Tabel 7-2. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Menyelenggarakan pembangunan
dengan menomorsatukan
perlindungan, pencerdasan, dan
pemberdayaan masyarakat orang
asli papua 1
Terjangkaunya pelayanan
pendidikan dilihat dari segi lokasi
dan segi ekonomi oleh seluruh
masyarakat 1.
Penyediaan pelayanan
pendidikan yang dekat dengan
masyarakat
2. Pengakomodasian
masyarakat agar dekat dengan
pelayanan pendidikan
3. Peringanan biaya
pendidikan 4.
Penyesuaian pelayanan
pendidikan dengan
karakteristik wilayah dan
karakteristik masyarakat
5. Pelibatan
masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan pendidikan
1. Menyediakan
pelayanan pendidikan di lokasi yang mudah
diakses masyarakat di seluruh wilayah baik
pendidikan formal maupun informal
2. Memfasilitasi
masyarakat yang ingin berada dekat
dengan pelayanan pendidikan dengan
menyediakan sistem pelayanan pendidikan
dan prasarana dan sarana spesifik
3. Menyediakan
pelayanan pendidikan yang murah bahkan
bebas biaya bagi masyarakat
4. Menyesuaikan pokok-
pokok pengajaran dengan kebutuhan
wilayah dan kearifan lokal yang ada
5. Melibatkan
Persentase siswa Papua yang mendapat
pendidikan gratis 1
Program pendidikan gratis bagi orang Papua
Wajib Dinas
Pendidikan AMH siswa SD
2 Program wajib melek
huruf dini bagi orang Papua
Wajib Dinas
Pendidikan AMH dewasa
3 Program wajib melek
huruf dewasa bagi orang Papua
Wajib Dinas
Pendidikan Persentase kampung
dengan SD kecil 4
Program SD kecil tingkat kampung
Wajib Dinas
Pendidikan Persentase distrik
dengan sekolah pola asrama
5 Program sekolah pola
asrama tingkat distrik Wajib
Dinas Pendidikan
Persentase kampung yang didatangi tenaga
pengajar 6
Program pengiriman tenaga pengajar ke
kampung terpencil dan kampung terisolir
Wajib Dinas
Pendidikan Persentase orang tua
siswa terlibat 7
Program pelibatan dan pembinaan orang tua
siswa Papua dalam lembaga pendidikan
Wajib Dinas
Pendidikan Jumlah guru Papua
yang dididik 8
Program pendidikan guru bagi orang Papua
Wajib Dinas
Pendidikan
147
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
masyarakat dalam penyelenggaraan
layanan pendidikan termasuk dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan
6. Menyediakan layanan
pendidikan dinamis yang mampu
menyentuh lokasi- lokasi terpencil dan
terisolir Persentase siswa
Papua yang mendapat beasiswa
9 Program beasiswa ilmu
khusus berbasis keunggulan lokal Papua
Barat Wajib
Dinas Pendidikan
Jumlah kurikulum yang disesuaikan
10 Program penyesuaian
kurikulum dengan muatan lokal Papua
Barat Wajib
Dinas Pendidikan
Persentase sekolah dengan program
kemitraan 11
Program kemitraan pendidikan dengan
lembaga agama, lembaga adat, dan
lembaga masyarakat Wajib
Dinas Pendidikan
Persentase tenaga pengajar yang
mendapat dana stimulus
12 Program dana stimulus
bagi tenaga pengajar di daerah terpencil dan
daerah terisolir Wajib
Dinas Pendidikan
Persentase distrik memiliki sekolah
kejuruan berbasis keunggulan lokal
13 Program sekolah
kejuruan berbasis keunggulan lokal Papua
Barat Wajib
Dinas Pendidikan
Persentase kampung memiliki taman
penitipan anak Papua 14
Program taman penitipan anak Papua
Wajib Dinas
Pendidikan Persentase kampung
memiliki taman bacaan 15
Program taman bacaan kampung bagi orang
Papua Wajib
Dinas Pendidikan
148
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase kampung mendapat pembinaan
16 Program pembentukan
perilaku gender dan life skill terkait pendidikan
bagi orang Papua Wajib
Dinas Pendidikan
Persentase orang Papua mendapat
jaminan pendidikan 17
Program jaminan pendidikan bagi orang
Papua Wajib
Dinas Pendidikan
2 Terjangkaunya
pelayanan kesehatan dilihat
dari segi lokasi dan segi ekonomi
oleh seluruh masyarakat
1. Penyediaan
pelayanan kesehatan yang
dekat dengan masyarakat
2. Pengakomodasian
masyarakat agar dekat dengan
pelayanan kesehatan
3. Peringanan biaya
kesehatan 4.
Penyesuaian pelayanan
kesehatan dengan karakteristik
wilayah dan karakteristik
masyarakat
5. Pelibatan
masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehataN
1. Menyediakan
pelayanan kesehatan di lokasi yang mudah
diakses masyarakat di seluruh wilayah
2. Menyediakan layanan
kesehatan dinamis yang mampu
menyentuh lokasi- lokasi terpencil dan
terisolir
3. Menyediakan
pelayanan kesehatan yang murah bahkan
bebas biaya 4.
Menyesuaikanlayanan kesehatan sesuai
kebutuhan wilayah dan kearifan lokal
yang ada
5. Melibatkan
masyarakat dalam penyelenggaraan
layanan kesehatan termasuk dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan
Persentase orang Papua sakit terlantar
1 Program pelayanan
kesehatan door to door bagi orang Papua
Wajib Dinas
Kesehatan Persentase orang
Papua mendapat jaminan kesehatan
2 Program jaminan
kesehatan bagi orang Papua
Wajib Dinas
Kesehatan Persentase orang
Papua mendapat layanan dan obat
gratis 3
Program pelayanan kesehatan dan obat-
obatan gratis bagi orang Papua
Wajib Dinas
Kesehatan Jumlah obat
tradisional dikembangkan
4 Program
pengembangan obat- obatan tradisional
Papua Wajib
Dinas Kesehatan
Jumlah cara pengobatan
tradisional dikembangkan
5 Program
pengembangan cara- cara pengobatan
tradisional Papua Wajib
Dinas Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan tradisional
dibina 6
Program pembinaan tenaga kesehatan
tradisional Papua Wajib
Dinas Kesehatan
Persentase pengidap HIV, kusta, dan malaria
7 Program pencegahan
dan pengobatan khusus HIV, kusta, dan malaria
bagi orang Papua Wajib
Dinas Kesehatan
149
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
pengawasan Persentase kampung
yang didatangi tenaga kesehatan
8 Program pengiriman
dan pendisiplinan tenaga kesehatan ke ke
kampung terpencil dan kampung terisolir
Wajib Dinas
Kesehatan Persentase prasarana
kesehatan dengan program kemitraan
9 Program kemitraan
kesehatan dengan lembaga agama,
lembaga adat, dan lembaga masyarakat
Wajib Dinas
Kesehatan Persentase kampung
memiliki prasarana dan sarana kesehatan
10 Program pembangunan
prasarana dan sarana kesehatan tingkat
kampung Wajib
Dinas Kesehatan
Pertumbuhan jumlah orang Papua
11 Program perencanaan
dan pengendalian keluarga Papua
Wajib Dinas
Kesehatan Persentase kampung
mendapat pembinaan 12
Program pembentukan perilaku gender dan life
skill terkait kesehatan bagi orang Papua
Wajib Dinas
Kesehatan Persentase pasien
sakit berat dirujuk 13
Program rujukan kesehatan bagi orang
Papua Wajib
Dinas Kesehatan
3 Terpenuhinya
kebutuhan infrastruktur
transportasi, energi,
komunikasi, perumahan, air
bersih, sanitasi, dan pengelolaan
1. Percepatan
pembangunan infrastruktur
transportasi, energi,
komunikasi, perumahan, air
bersih, sanitasi, dan pengelolaan
1 Mempercepat
pembangunan infrastruktur
transportasi, energi, komunikasi,
perumahan, air bersih, sanitasi, dan
pengelolaan lingkungan yang
Persentase keluarga Papua memiliki rumah
layak 1
Program rumah layak huni bagi orang Papua
Wajib Dinas
Pekerjaan Umum
Persentase permukiman dan
rumah memiliki sanitasi
2 Program penyediaan
sanitasi bagi permukiman dan
perumahan orang Papua
Wajib Dinas
Pekerjaan Umum
150
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
lingkungan yang menjangkau
seluruh kampung dan dapat
dinikmati seluruh masyarakat;
lingkungan yang menjangkau
seluruh kampung dan dapat
dinikmati seluruh masyarakat
2. Penjalinan
kerjasama dengan investor maupun
pemerintah pusatprovinsi lain
3. Penyelesaian
persoalan pertanahan
4. Penyusunan
rencana pengembangan
infrastruktur yang terintegrasi
menjangkau seluruh kampung dan dapat
dinikmati seluruh masyarakat;
Persentase permukiman dan
rumah memiliki air bersih
3 Program penyediaan air
bersih bagi permukiman dan
perumahan orang Papua
Wajib Dinas
Pekerjaan Umum
Persentase permukiman dan
rumah memiliki listrik 4
Program penyediaan listrik bagi perumahan
dan permukiman orang Papua
Wajib Dinas
Pekerjaan Umum
Persentase kampung terjangkau
telekomunikasi 5
Program penyediaan telekomunikasi yang
menjangkau kampung terpencil dan terisolir
Wajib Dinas
Pekerjaan Umum
Persentase kampung terisolir
6 Pembukaan akses
transportasi ke seluruh kampung terpencil dan
terisolir Wajib
Dinas Pekerjaan
Umum Persentase kampung
dengan pengelolaan sampah mandiri
7 Program pengelolaan
sampah dan pembinaan orang Papua dalam
mengelola sampah Wajib
Dinas Pekerjaan
Umum 4
Meningkatnya perekonomian
wilayah dan tumbuhnya
kegiatan ekonomi masyarakat yang
disertai dengan pengembangan
1. Pengembangan
sektor-sektor potensial yang
berbasis pemanfaatan SDA
lokal
2. Stimulasi
1. Mengembangkan
usaha pemanfaatn sektor-sektor
potensial yang berbasis SDA lokal
2. Menstimulasi
pertumbuhan usaha Pertumbuhan unit
usaha mikro 1
Program pengembangan sistem
usaha mikro bagi orang Papua
Wajib Dinas UMKM
dan Koperasi Persentase usaha mini
mikro terbina 2
Program pembinaan usaha mini mikro bagi
orang Papua Wajib
Dinas UMKM dan Koperasi
151
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
keterampilan pertumbuhan
usaha kecil dan mikro serta
pembinaan efektivitas usaha
usaha mini mikro
3. Pembinaan
keterampilan kerja dan usaha
masyarakat 4.
Penciptaan lapangan kerja
menengah, kecil, dan mikro dengan
pemberian bantuan modal, pemberian
skema kredit ringan, dan pembekalan
keterampilan usaha
3. Memfasilitasi
kebutuhan usaha mini mikro agar
berlangsung efisien dan pembinaan
keterampilan pengembangan usaha
4. Membina
keterampilan kerja dan usaha masyarakat
5. Menciptakan
lapangan kerja Persentase kampung
terpencil memiliki lahan pertanian
tanaman pangan pokok
3 Program
pengembangan pertanian tanaman
pangan pokok orang Papua keladi, jagung,
ubi, kacang-kacangan, bunga pepaya, dan
sebagainya Pilihan
Dinas Pertanian
Persentase kabupaten memiliki perkebunan
tanaman khas Papua 4
Program pengembangan
tanaman perkebunan khas Papua pala, sagu,
dan sebagainya Pilihan
Dinas Pertanian Persentase
permukiman sekitar kawasan lindung
terbina 5
Program pengelolaan kawasan lindung sekitar
permukiman orang Papua
Wajib Dinas
Kehutanan Persentase kampung
memiliki peternakan hewan khas Papua
6 Program
pengembangan peternakan hewan khas
orang Papua babi, rusa, dan sebagainya
Pilihan Dinas
Perternakan Jumlah kawasan per
kabupaten yang dibina dengan skema
transmigrasi 7
Program pengelolaan kawasan dan
pembinaan orang Papua dengan skema
transmigrasi lokal Pilihan
Dinas Kependudukan,
Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi Persentase tenaga
kerja terserap 8
Program pembukaan lapangan kerja bagi
orang Papua Wajib
Dinas Kependudukan,
Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi
152
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase ODTW dikelola orang Papua
9 Program pengelolaan
pariwisata berbasis Orang Papua
Pilihan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata
Persentase hutan lindung dikelola
10 Program pengelolaan
carbon trade Pilihan
Dinas Kehutanan
Persentase pemuda Papua dididik dan
dilatih 11
Program pendidikan dan pelatihan
keterampilan kerja dan usaha bagi tenaga kerja
pemuda Papua Wajib
Dinas Kependudukan,
Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi Persentase kampung
memiliki mata pencaharian utama
yang berkelanjutan 12
Program pengembangan mata
pencaharian berkelanjutan berbasis
pelatihan SDM Papua Wajib
Dinas Kependudukan,
Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi Persentase kampung
memiliki modal kerja berputar
13 Program pemberian
dan perputaran modal kerja bagi orang Papua
Wajib Persentase unit usaha
milik orang Papua mendapat kredit
14 Program
pengembangan lembaga kredit dan
usaha bersama orang Papua
Wajib
5 Terlaksananya
affirmative action 1.
Perekrutan orang asli papua dalam
pemerintahan dan lapangan kerja
1. rekrutmen orang asli
papua dalam pemerintahan, jasa
kemasyarakatan, perdagangan besar,
Ketersediaan regulasi 1
Penyusunan regulasi penentuan kuota orang
Papua dalam pemerintahan dan
lapangan kerjausaha Wajib
153
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
usaha 2.
Penentuan kuota 3.
Promosi 4.
Penyesuaian regulasi
dan industri 2.
Penentuan kuota untuk rekrutmen
orang asli papua dan untuk target capaian
pembangunan
3. Promosi tenaga kerja
lokal 4.
Penyesuaian regulasi yang relevan dengan
kebutuhan Papua Barat
Persentase orang Papua dalam
pemerintahan 2
Program rekrutmen orang Papua dalam
pemerintahan serta lapangan kerja jasa
kemasyarakatan, perdagangan besar,
dan industri Wajib
Persentase aparatur pemerintah orang
Papua yang dibina 3
Program pembinaan orang Papua dalam
pemerintahan serta lapangan kerja jasa
kemasyarakatan, perdagangan besar,
dan industri Wajib
Persentase aparatur pemerintah orang
Papua yang mendapat promosi
4 Program promosi orang
Papua dalam dalam pemerintahan serta
lapangan kerja jasa kemasyarakatan,
perdagangan besar, dan industri
Wajib
Ketersediaan regulasi 5
Penyusunan regulasi tentang pelibatan
orang papua dalam pemerintahan serta
lapangan kerja jasa kemasyarakatan,
perdagangan besar, dan industri
Wajib
Ketersediaan database 6
Penyusunan database kependudukan orang
Papua Wajib
Ketersediaan peta tanah ulayat
7 Program pemetaan
tanah ulayat Wajib
154
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Ketersediaan peraturan administrasi
hak ulayat 8
Program pengelolaan administrasi hak ulayat
Wajib Ketersediaan Perdasus
dan Perdasi 9
Penyusunan Perdasus dan Perdasi
Wajib Kesesuaian
nomenklatur statistik daerah
10 Penyesuaian
nomenklatur pada penyusunan data dan
informasi statistik daerah
Wajib
Meningkatkan kemampuan
finansial daerah untuk membiayai
pembangunan dari penerimaan asli
daerah 1
Terciptanya iklim investasi yang
kondusif 1
Penciptaan iklim investasi yang
kondusif 1
Meningkatkan kualitas dan
produktivitas tenaga kerja lokal;
Persentase angkatan kerja yang terbina
1 Program Peningkatan
Kualitas dan Produktivitas Tenaga
Kerja Wajib
2 Penyiapan SDM
lokal tingkat pengangguran
terbuka 2
Program Peningkatan Kesempatan Kerja
Wajib 3
Pemetaan potensi daerah
dan peluang investasi
Ketersediaan jaminan perlindungan dan
lembaga ketenagakerjaan
3 Program Perlindungan
dan Pengembangan Lembaga
Ketenagakerjaan Wajib
4 Peningkatan
promosi potensi daerah dan
peluang investasi 2
Menciptakan iklim investasi yang
kondusif Jumlah promosi dan
kerjasama investasi baru
1 Program Peningkatan
Promosi dan Kerjasama Investasi
Wajib
5 Pengembangan
klaster-klaster pada simpul-
simpul strategis wilayah
Persentase realisasi investasi
2 Program Peningkatan
Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
Wajib Pemetaan sumber
daya, sarana dan prasarana daerah
potensial 3
Program penyiapan potensi sumberdaya,
sarana dan prasarana daerah
Wajib
155
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
3 Meningkatnya
jalinan kerjasama ekonomi
6 Pengembangan
komoditas spesifik daerah
3 Memantapkan
kesatuan bangsa dan politik internal
wilayah Tingkat keamanan dan
kenyamanan lingkungan
1 Program peningkatan
keamanan dan kenyamanan
lingkungan Wajib
7 Peredaman
ekonomi biaya tinggi dengan
menyiasati proses produksi
dan distribusi Persentase tindak
kriminal yang ditindak 2
Program pemeliharaan kantrantibmas dan
pencegahan tindak kriminal
Wajib
Persentase kampung yang mendapat
pembinaan wawasan kebangsaan
3 Program
pengembangan wawasan kebangsaan
Wajib
Persentase pembinaan wawasan kebangsaan
berbasis kemitraan 4
Program kemitraan pengembangan
wawasan kebangsaaan Wajib
Persentase kegiatan penertiban dan
pengamanan yang melibatkan
masyarakat 5
Program pemberdayaan
masyarakat untuk menjaga ketertiban dan
keamanan Wajib
Persentase penyakit masyarakat yang
diberantas 6
Program peningkatan pemberantasan
penyakit masyarakat pekat
Wajib
Tingkat partisipasi masyarakat dalam
bidang politik 7
Program pendidikan politik masyarakat
Wajib 4
Memantapkan kerjasama
perdagangan lokal, regional, dan
Jumlah kerjasama perdagangan
internasional yang baru
1 Program Peningkatan
Kerjasama Perdagangan
Internasional Pilihan
156
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
internasional melalui pengembangan
klaster pada kawasan strategis;
Pertumbuhan nilai ekspor
2 Program Peningkatan
dan Pengembangan Ekspor
Pilihan Laju pertumbuhan nilai
perdagangan dalam negeri
3 Program Peningkatan
Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri
Pilihan
Jumlah kasus pelanggaran
perdagangan yang ditindak
4 Program Perlindungan
Konsumen dan Pengamanan
Perdagangan Pilihan
Persentase pedagang kaki lima yang terbina
5 Program pembinaan
pedagang kaki lima dan asongan.
Wajib 3
Meningkatnya realisasi investasi
dalam dan luar negeri di sektor-
sektor primer 5
Meningkatkan pertumbuhan dan
kontribusi industri kecil dan menengah;
Jumlah industri kecil dan menengah dengan
sistem produksi berbasis Iptek
1 Program Peningkatan
Kapasitas Iptek Sistem Produksi
Pilihan
Pertumbuhan industri kecil dan menengah
2 Program
Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Pilihan
Persentase industri yang memenuhi
standar 3
Program Peningkatan Kemampuan Teknologi
Industri Pilihan
Jumlah industri yang saling terkait
4 Program Penataan
Struktur Industri Pilihan
sentra-sentra industri yang dikembangkan
5 Program
pengembangan sentra- sentra industri
potensial Pilihan
157
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Menciptakan kesejahteraan
ekonomi dan kesejahteraan
sosial masyarakat 1
Meningkatnya indeks kesehatan
1 Pelaksanaan
program- program spesifik
otonomi khusus 1
Meningkatkan indeks kesehatan
masyarakat melalui upaya peningkatan
mutu tenaga kesehatan dan
layanan kesehatan bagi seluruh lapisan
masyarakat. Persediaan obat dan
perbekalan kesehatan 1
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Wajib
2 Peningkatan
kuantitas dan kualias pelayanan
publik Persentase kasus obat
dan makanan bermasalah tertangani
2 Program Pengawasan
Obat dan Makanan Wajib
3 Pemberdayaan
masyarakat Jumlah obat asli
Indonesia yang dikembangkan
3 Program
Pengembangan Obat Asli Indonesia
Wajib
4 Kemitraan
dengan lembaga agama, sosial,
adat, dan pihak pemerhati
lainnya Persentase kampung
bergizi buruk 4
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Wajib
Persentase pengidap penyakit menular
5 Program pencegahan
dan penanggulangan penyakit menular
Wajib
Pemenuhan SPM kesehatan
6 Program standarisasi
pelayanan kesehatan Wajib
Persentase penduduk miskin mendapat
layanan kesehatan 7
Program pelayanan kesehatan penduduk
miskin Wajib
158
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase pemenuhan sarana
prasarana puskesmas 8
Program pengadaan, peningkatan dan
perbaikan sarana dan prasarana puskesmas
puskesmas pembantu dan jaringannya
Wajib
Persentase pemenuhan sarana
prasarana rumah sakit 9
Program pengadaan, peningkatan sarana dan
prasarana rumah sakitrumah sakit
jiwarumah sakit paru- parurumah sakit mata
Wajib
Penyusutan sarana dan prasarana
10 Program pemeliharaan
sarana dan prasarana rumah sakitrumah
sakit jiwarumah sakit paru-paru rumah sakit
mata Wajib
Persentase kegiatan pelayanan kesehatan
berbasis kemitraan 11
Program kemitraan peningkatan pelayanan
kesehatan Wajib
Kinerja pelayanan kesehatan anak balita
12 Program peningkatan
pelayanan kesehatan anak balita
Wajib
Kinerja pelayanan kesehatan lansia
13 Program peningkatan
pelayanan kesehatan lansia
Wajib
159
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase kasus makanan bermasalah
yang ditangani 14
Program pengawasan dan pengendalian
kesehatan makanan Wajib
Rasio kematian ibu dan anak
15 Program peningkatan
keselamatan ibu melahirkan dan anak
Wajib 2
Terbinanya masyarakat dalam
upaya peningkatan
indeks kesehatan 2
Membina masyarakat dalam
upaya peningkatan kesehatan diri dan
lingkungan; Persentase kampung
dengan lingkungan sehat
1 Program
pengembangan lingkungan sehat
Wajib
Persentase kampung yang dibina
2 Program Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Wajib
Persentase kampung sehat
3 Program Upaya
Kesehatan Masyarakat Wajib
Persentase perumahan dengan
lingkungan sehat 4
Program Lingkungan Sehat Perumahan
Wajib Persentase
perumahan dengan komunitas aktif
5 Program
Pemberdayaan Komunitas Perumahan
Wajib
3 Terpenuhinya
kebutuhan perumahan layak
huni 3
Memenuhi kebutuhan
perumahan layak huni bagi seluruh
masyarakat; Pemenuhan
kebutuhan perumahan bagi masyarakat
1 Program
Pengembangan Perumahan
Wajib
Persentase perumahan
direhabilitasi 2
Program perbaikan perumahan akibat
bencana alamsosial Wajib
160
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase perumahan yang
dibina 3
Program peningkatan kesiagaan dan
pencegahan bahaya kebakaran
Wajib
Persentase areal pemakaman yang
dikelola dengan baik 4
Program pengelolaan areal pemakaman
Wajib 4
Terbina dan terberdayakannya
perempuan dan anak sebagai agen
perubahan masyarakat
4 Membinaan dan
memberdayakan perempuan dan anak
sebagai agen perubahan kondisi
masyarakat; Keserasian Kebijakan
Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan
1 Program Keserasian
Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan
Perempuan Wajib
Tingkat keberhasilan pengarusutamaan
gender dalam program pembangunan
2 Program Penguatan
Kelembagaan Pengarusutamaan
Gender dan Anak Wajib
Peningkatan kualitas hidup dan
perlindungan perempuan
3 Program Peningkatan
Kualitas Hidup dan Perlindungan
Perempuan Wajib
Peningkatan peran serta dan kesetaraan
gender dalam pembangunan
4 Program peningkatan
peran serta dan kesetaraan jender
dalam pembangunan Wajib
Peningkatan kualitas hidup dan
perlindungan perempuan
5 Program penguatan
kelembagaan pengarusutamaan
gender dan anak Wajib
161
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
5 Terbina dan
terpeliharanya masyarakat yang
memiliki kerawanan sosial;
5 Membina dan
Memelihara masyarakat yang
memiliki kerawanan sosial;
Persentase fakir miskin, komunitas adat
terpencil dan penyandang masalah
kesejahteraan sosial yang diberdayakan
1 Program
Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat
Terpencil KAT dan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial PMKS Lainnya
Wajib
Cakupan pelayanan dan rehabilitasi
kesejahteraan sosial 2
Program Pelayanan dan Rehabilitasi
Kesejahteraan Sosial Wajib
Persentase anak terlantar yang dibina
3 Program pembinaan
anak terlantar Wajib
Persentase penyandang cacat dan
trauma yang dibina 4
Program pembinaan para penyandang cacat
dan trauma Wajib
Persentase panti asuhan panti jompo
yang terbina 5
Program pembinaan panti asuhan panti
jompo Wajib
Persentase eks penyandang penyakit
sosial 6
Program pembinaan eks penyandang
penyakit sosial eks narapidana, PSK,
narkoba dan penyakit sosial lainnya
Wajib
Persentase lembaga kesejahteraan sosial
yang terbedayakan 7
Program Pemberdayaan
Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
Wajib
6 Meningkatnya
pertumbuhan dan produktivitas
koperasi dan usaha kecil
menengah 6
Meningkatkan pertumbuhan dan
produktivitas koperasi dan usaha
kecil menengah; iklim usaha UKM yang
kondusif 1
Program penciptaan iklim usaha Usaha Kecil
Menengah yang kondusif
Wajib
162
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase wirausaha dan UKM yang
berkembang 2
Program Pengembangan
Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif
Usaha Kecil Menengah Wajib
Ketersediaan sistem pendukung UMKM
3 Program
Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi
Usaha Mikro Kecil Menengah
Wajib
Persentase koperasi aktif
4 Program Peningkatan
Kualitas Kelembagaan Koperasi
Wajib 7
Terberdayakannya masyarakat
perkampungan 7
Memberdayakan masyarakat
perkampungan Persentase kampung
mandiri 1
Program Peningkatan Keberdayaan
Masyarakat PerKampungan
Wajib Persentase kampung
yang memiliki lembaga ekonomi
2 Program
pengembangan lembaga ekonomi
peKampungan Wajib
Persentase kegiatan yang melibatkan
masyarakat 3
Program peningkatan partisipasi masyarakat
dalam membangun Kampung
Wajib
Persentase aparatur pemerintah Kampung
yang dibina 4
Program peningkatan kapasitas aparatur
pemerintah Kampung Wajib
Persentase partisipasi perempuan
5 Program peningkatan
peran perempuan di perKampungan
Wajib 8
Meningkatnya kesejahteraan
petani 8
Meningkatkan kesejahteraan
petani. Persentase
kesejahteraan petani meningkat
1 Program Peningkatan
Kesejahteraan Petani Wajib
163
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Mendukung proses percepatan
kegiatan pembangunan
Provinsi Papua Barat
1 Meningkatnya
kompetensi dan profesionalitas
aparatur pemerintahan
1 Pelaksanaan
sistem pengawasan dan
evaluasi secara struktural dan
fungsional baik dari internal
pemerintah Provinsi Papua
Barat, maupun dari Pemerintah
Pusat, masyarakat, dan
lembaga independen lain
1 Meningkatkan
kinerja setiap SKPD melalui perbaikan
sistem kerja dan perbaikan kualitas
dan kapasitas aparatur.
Kebutuhan administrasi
perkantoran yang terpenuhi
1 Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran
Wajib
Memberikan pelayanan publik
yang prima bagi masyarakat
2 Diterapkannya
sistem pemerintahan dan
sistem kerja pemerintah yang
akuntabel, transparan,
partisipatif, profesional,
efisien, efektif, dan taat hukum
Sarana dan prasarana aparatur yang
terpenuhi 2
Program peningkatan sarana dan prasarana
aparatur Wajib
Persentase aparat yang terbukti
melakukan pelanggaran disiplin
3 Program peningkatan
disiplin aparatur Wajib
Kebutuhan pindahpurna tugas
PNS 4
Program fasilitasi pindahpurna tugas
PNS Wajib
Persentase sumber daya aparatur terbina
5 Program Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Wajib Akuntabilitas laporan
capaian kinerja dan keuangan
6 Program peningkatan
pengembangan sistem pelaporan capaian
kinerja dan keuangan Wajib
Tingkat akuntabilitas laporan pengelolaan
keuangan daerah 7
Program peningkatan dan pengembangan
pengelolaan keuangan daerah
Wajib
164
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Tingkat akuntabilitas laporan pengelolaan
keuangan kabupatenkota
8 Program pembinaan
dan fasilitasi pengelolaan keuangan
kabupatenkota Wajib
Tingkat akuntabilitas laporan pengelolaan
keuangan Kampung 9
Program pembinaan dan fasilitasi
pengelolaan keuangan Kampung
Wajib
Efektivitas dan efisiensi sistem
pengawasan internal dan pengendalian
pelaksanaan kebijakan KDH
10 Program peningkatan
sistem pengawasan internal dan
pengendalian pelaksanaan kebijakan
KDH Wajib
Persentase tugas pemeriksanaan dan
pengawasan yang dilaksanakan
11 Program peningkatan
profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur
pengawasan Wajib
Ketersediaan kebijakan sistem dan
prosedur pengawasan 12
Program penataan dan penyempurnaan
kebijakan sistem dan prosedur pengawasan
Wajib
Persentase SKPD berbasis teknologi
informasi 13
Program optimalisasi pemanfaatan teknologi
informasi Wajib
Jumlah pengaduan masyarakat yang
terselesaikan 14
Program mengintensifkan
penanganan pengaduan masyarakat
Wajib
Persentase kegiatan pendidikan kedinasan
15 Program Pendidikan
Kedinasan Wajib
165
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase aparatur pemerintah memenuhi
standar kualifikasi 16
Program peningkatan kapasitas sumberdaya
aparatur Wajib
Persentase aparatur yang dibina
17 Program pembinaan
dan pengembangan aparatur
Wajib Kota-kota menengah
dan besar yang dikembangkan
18 Program perencanaan
pengembangan kota- kota menengah dan
besar Wajib
Keterpaduan penyelenggaraan
pembangunan 19
Program peningkatan kapasitas kelembagaan
perencanaan pembangunan daerah
Wajib
3 Tersusunnya
dokumen rencana pembangunan
dan rencana kerja pemerintah
2 Merencanakan
pembangunan wilayah yang sinergis
antarwilayah dan antarsektor;
Pemenuhan kebutuhan data dan
informasi 1
Program pengembangan
datainformasi Wajib
2 Program kerjasama
pembangunan Wajib
3 Program
Pengembangan Wilayah Perbatasan
Wajib Kawasan strategis dan
cepat tumbuh yang dikembangkan
4 Program Perencanaan
Pengembangan Wilayah Strategis dan
Cepat Tumbuh Wajib
Kota-kota menengah dan besar yang
dikembangkan 5
Program perencanaan pengembangan kota-
kota menengah dan besar
Wajib
166
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Keterpaduan penyelenggaraan
pembangunan 6
Program peningkatan kapasitas kelembagaan
perencanaan pembangunan daerah
Wajib
Keterpaduan rencana pembangunan daerah
7 Program perencanaan
pembangunan daerah Wajib
Keterpaduan rencana pengembangan
ekonomi 8
Program perencanaan pembangunan ekonomi
Wajib Keterpaduan rencana
bidang sosial dan budaya
9 Program perencanaan
sosial dan budaya Wajib
Keterpaduan rencana pengembangan dan
pemanfaatan prasarana wilayah dan
sumber daya alam 10
Program perencanaan prasarana wilayah dan
sumber daya alam Wajib
Ketersediaan rencana pembangunan daerah
rawan bencana 11
Program perencanaan pembangunan daerah
rawan bencana Wajib
Keterpaduan wilayah se Provinsi
12 Program Peningkatan
Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
Wajib Kesiapan administrasi
daerah otonom baru 13
Program Penataan Daerah Otonomi Baru
Wajib 3
Memperbaiki kearsipan serta tata
administrasi kewilayahan dan
kependudukan Persentase
kelengkapan data administrasi penduduk
1 Program Penataan
Administrasi Kependudukan
Wajib
Pemenuhan datainformasistatistik
daerah 2
Program pengembangan
datainformasistatistik daerah
Wajib
167
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Tingkat kemudahan akses informasi
3 Program perbaikan
sistem administrasi kearsipan
Wajib Persentase
pengarsipan dokumenarsip daerah
4 Program penyelamatan
dan pelestarian dokumenarsip daerah
Wajib
Persentase sarana prasarana dengan
kategori baik 5
Program pemeliharaan rutinberkala sarana
dan prasarana kearsipan
Wajib
Pelayanan prima 6
Program peningkatan kualitas pelayanan
informasi Wajib
4 Tersusunnya
regulasi yang relevan dengan
kebutuhan daerah 4
Meningkatkan kapasitas lembaga
legislatif daerah Persentase tugas
lembaga perwakilan rakyat daerah yang
dilaksanakan 1
Program peningkatan kapasitas lembaga
perwakilan rakyat daerah
Wajib
5 Menyusun berbagai
regulasi yang diperlukan
Pemenuhan peraturan perUndang-Undangan
yang dibutuhkan 1
Program Penataan Peraturan PerUndang-
Undangan Wajib
Menciptakan kesejahteraan
ekonomi dan kesejahteraan
sosial masyarakat 1
Terpenuhinya kebutuhan
prasarana dan sarana
transportasi, utilitas publik, dan
pelayanan publik di seluruh wilayah
1 Pembukaan
akses ke daerah- daerah terisolir
dan terpencil 1
Menyelenggarakan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian tata
ruang sesuai dengan RTRW provinsi dan
RTRW kabupatenkota;
Pemenuhan kebutuhan dokumen
rencana tata ruang 1
Program Perencanaan Tata Ruang
Wajib
2 Prioritas
pembangunan pada wilayah
strategis, daerah terisolir, dan
daerah terpencil Persentase kesesuaian
pemanfaatan ruang 2
Program Pemanfaatan Ruang
Wajib
168
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
3 Prioritas
pembangunan ditujukan kepada
masyarakat miskin dan orang
asli Papua Jumlah kasus
pelanggaran penataan ruang
3 Program Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Wajib
Persentase lahan yang terdaftar
4 Program pembangunan
sistem pendaftaran tanah
Wajib 4
Penerapan skema-skema
pembangunan non konvensional
Persentase lahan dikelola dengan baik
5 Program penataan
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah Wajib
Persentase konflik- konflik pertanahan
yang ditangani sampai tuntas
6 Program penyelesaian
konflik-konflik pertanahan
Wajib
Ketersediaan sistem informasi pertanahan
yang mudah diakses dan termutakhirkan
7 Program
pengembangan sistem informasi pertanahan
Wajib
2 Memenuhi
infrastruktur transportasi, energi,
telekomunikasi, air bersih air minum,
dan pengelolaan lingkungan di seluruh
wilayah, baik perkotaan maupun
perKampungan Pemenuhan prasarana
dan fasilitas perhubungan
1 Program Pembangunan
Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
Wajib
169
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase prasarana dan fasilitas
perhubungan dengan kondisi baik layak
2 Program Rehabilitasi
dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas
LLAJ Wajib
Pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana perhubungan
3 Program pembangunan
sarana dan prasarana perhubungan
Wajib
3 Menyusun sistem
pengelolaan infrastruktur dan
pengelolaan lingkungan hidup
Pemenuhan kebutuhan layanan
angkutan reguler 1
Program peningkatan pelayanan angkutan
Wajib
Pemenuhan SPM perhubungan lalu
lintas dan angkutan jalan
2 Program pengendalian
dan pengamanan lalu lintas
Wajib
Persentase kendaraan bermotor layak yang
jalan 3
Program peningkatan kelaikan pengoperasian
kendaraan bermotor Wajib
Persentase distrik dengan sistem
pengelolaan sampah terpadu
4 Program
Pengembangan Kinerja Pengelolaan
Persampahan Wajib
4 Meningkatkan
pencapaian keluarga sejahtera
Laju pertumbuhan dari kelahiran
1 Program Keluarga
Berencana Wajib
Persentase partisipasi remaja terbina
2 Program Kesehatan
Reproduksi Remaja Wajib
Cakupan kampung yang terlayani alat
kontrasepsi 3
Program pelayanan kontrasepsi
Wajib
170
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase masyarakat yang
terbina 4
Program pembinaan peran serta masyarakat
dalam pelayanan KBKR yang mandiri
Wajib
Cakupan promosi kelompok kegiatan di
masyarakat 5
Program promosi kesehatan ibu, bayi dan
anak melalui kelompok kegiatan dimasyarakat
Wajib
Persentase distrik dengan pusat
pelayanan informasi dan konseling KRR
6 Program
pengembangan pusat pelayanan informasi
dan konseling KRR Wajib
Kasus narkoba, dan PMS yang
ditanggulangi 7
Program peningkatan penanggulangan
narkoba, PMS termasuk HIVAIDS
Wajib
Ketersediaan bahan informasi tentang
pengasuhan dan pembinaan tumbuh
kembang anak 8
Program pengembangan bahan
informasi tentang pengasuhan dan
pembinaan tumbuh kembang anak
Wajib
Jumlah tenaga pendamping yang
dipersiapkan 9
Program penyiapan tenaga pendamping
kelompok bina keluarga Wajib
Ketersediaan model operasional BKB-
Posyandu-PADU 10
Program pengembangan model
operasional BKB- Posyandu-PADU
Wajib
5 Meratakan
pembangunan wilayah melalui
Kemandirian kawasan transmigrasi
1 Program
Pengembangan Wilayah Transmigrasi
Pilihan
171
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
transmigrasi Jumlah kawasan yang
Dibina dengan Skema Transmigrasi
2 Program Transmigrasi
lokal Pilihan
- 3
Program Transmigrasi regional
Pilihan Mendukung
proses percepatan pembangunan
Provinsi Papua Barat
1 Terciptanya SDM
berkualitas dengan indeks
pendidikan dan penguasaan
keterampilan yang baik
1 Peningkatan
kualitas layanan pendidikan
formal dan informal
1 Meningkatkan
indeks pendidikan melalui upaya
peningkatan partisipasi
masyarakat, mutu tenaga pendidik,
layanan, dan manajemen
pendidikan formal dan non formal.
Cakupan pelayanan pendidikan anak usia
dini 1
Program Pendidikan Anak Usia Dini
Wajib
2 Pembinaan
pemuda dan pembinaan
melalui olahraga Cakupan pelayanan
pendidikan dasar sembilan tahun
2 Program Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
Wajib 3
Fasilitasi sarana komunikasi dan
informasi Cakupan pelayanan
pendidikan menengah 3
Program Pendidikan Menengah
Wajib Cakupan pelayanan
pendidikan non formal 4
Program Pendidikan Non Formal
Wajib
Cakupan pelayanan pendidikan luar biasa
5 Program Pendidikan
Luar Biasa Wajib
Persentase pendidik dan tenaga
kependidikan yang dibina
6 Program Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Wajib
172
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Persentase taman bacaanperpustakaan
aktif 7
Program Pengembangan Budaya
Baca dan Pembinaan Perpustakaan
Wajib
Kinerja pelayanan pendidikan
8 Program Manajemen
Pelayanan Pendidikan Wajib
2 Terbinanya
generasi pemuda sebagai aset
strategis 2
Meningkatkan daya saing SDM melalui
pembinaan pemuda dan olah raga
Ketersediaan kebijakan terkait
kepemudaan 1
Program Pengembangan dan
Keserasian Kebijakan Pemuda
Wajib
Persentase partisipasi pemuda dalam
kegiatan 2
Program peningkatan peran serta
kepemudaan Wajib
Banyaknya pemuda yang dibina
3 Program peningkatan
upaya penumbuhan kewirausahaan dan
kecakapan hidup pemuda
Wajib
Banyaknya pemuda yang dibina
4 Program upaya
pencegahan penyalahgunaan
narkoba Wajib
Cabang olahraga yang terbina dengan baik
5 Program
Pengembangan Kebijakan dan
Manajemen Olah Raga Wajib
Raihan prestasi olah raga
6 Program Pembinaan
dan Pemasyarakatan Olah Raga
Wajib Persentase
pemenuhan sarana dan prasarana olah
raga 7
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Olah Raga Wajib
173
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
3 Meningkatnya
kecerdasan serta meluasnya
penguasaan pengetahuan dan
informasi, serta meningkatnya
motivasi untuk hidup yang lebih
baik 3
Mencerdaskan masyarakat melalui
sarana komunikasi dan informasi
Ketimpangan akses masyarakat terhadap
informasi 1
Program Pengembangan
Komunikasi, Informasi dan Media Massa
Wajib
Jumlah pengkajian dan penelitian yang
diselenggarakan 2
Program pengkajian dan penelitian bidang
informasi dan komunikasi
Wajib
Jumlah pendidikan dan latihan yang
diselenggarakan 3
Program fasilitasi Peningkatan SDM
bidang komunikasi dan informasi
Wajib
Persentase informasi kegiatan yang
disampaikan lewat media massa
4 Program kerjasama
informasi dengan media massa
Wajib
Menciptakan kesejahteraan
ekonomi masyarakatdengan
kegiatan ekonomi berbasis SDA
sekaligus memberdayakan
masyarakat dalam upaya pelestarian
lingkungan alam 1
Terwujudnya ketahanan
pangan wilayah dengan
peningkatan produktivitas
pertanian, perikanan, dan
peternakan 1
Optimalisasi pemanfaatan
teknologi tepat guna
1 Mewujudkan
ketahanan pangan wilayah melalui
peningkatan produktivitas
pertanian dan meningkatkan
pendapatan masyarakat dari
kegiatan perkebunan Peningkatan
ketahanan pangan wilayah
1 Program Peningkatan
Ketahanan Pangan pertanianperkebunan
Pilihan
2 Pelaksanaan
sistem pengawasan atas
pemanfaatan SDA
Perluasan pasar produk pertanian
2 Program peningkatan
pemasaran hasil produksi
pertanianperkebunan Pilihan
2 Meningkatnya
kegiatan perkebunan
rakyat 3
Pemberdayaan masyarakat lokal
dalam pelaksanaan,
Persentase pertanian berbasis teknologi
3 Program peningkatan
penerapan teknologi pertanianperkebunan
Pilihan
174
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
pengelolaan dan pengawasan
upaya pemanfaatan
SDA Peningkatan hasil
panen 4
Program peningkatan produksi
pertanianperkebunan Pilihan
Jumlah kabupatenkota
dengan tenaga penyuluh terlatih
5 Program
pemberdayaan penyuluh
pertanianperkebunan lapangan
Pilihan
Persentase ternak yang terjangkit
penyangkit 6
Program pencegahan dan penanggulangan
penyakit ternak Pilihan
Peningkatan nilai produksi peternakan
7 Program peningkatan
produksi hasil peternakan
Pilihan Perluasan pasar
produk peternakan 8
Program peningkatan pemasaran hasil
produksi peternakan Pilihan
Persentase peternakan berbasis
teknologi 9
Program peningkatan penerapan teknologi
peternakan Pilihan
3 Meningkatnya
pemanfaatan sumber daya
hutan 2
Memanfaatkan potensi Sumber Daya
Hutan dengan tetap berprinsip kepada
kelestarian dan keberlanjutan
lingkungan alam Peningkatan
kontribusi sektor kehutanan
1 Program Pemanfaatan
Potensi Sumber Daya Hutan
Pilihan Lahan hutan industri
terlantar 2
Program pemanfaatan kawasan hutan industri
Pilihan Persentase industri
hasil hutan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan
3 Program pembinaan
dan penertiban industri hasil hutan
Pilihan
175
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
Kesesuaian dengan RTRW
4 Program perencanaan
dan pengembangan hutan
Pilihan 4
Meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam kegiatan
pertambangan 3
Membina dan mengawasi
pengusahaan bidang pertambangan
Persentase usaha pertambangan
berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan 1
Program pembinaan dan pengawasan
bidang pertambangan Pilihan
Jumlah kegiatan rakyat yang berpotensi
merusak lingkungan yang ditertibkan
2 Program pengawasan
dan penertiban kegiatan rakyat yang
berpotensi merusak lingkungan
Pilihan
Peningkatan pasokan daya listrik
3 Program pembinaan
dan pengembangan bidang
ketenagalistrikan Pilihan
5 Mengelola
pariwisata yang berbasis
pengembangan masyarakat lokal
4 Mengembangkan
kepariwisataan daerah yang berbasis
pengembangan masyarakat lokal
Jumlah destinasi pariwisata unggulan
yang dipromosikan 1
Program Pengembangan
Pemasaran Pariwisata Pilihan
Jumlah destinasi pariwisata yang
dikembangkan 2
Program Pengembangan
Destinasi Pariwisata Pilihan
Jumlah kegiatan kemitraan pariwisata
3 Program
Pengembangan Kemitraan
Pilihan 1
Terwujudnya ketahanan
pangan wilayah dengan
peningkatan produktivitas
pertanian, perikanan, dan
5 Mengembangkan
usaha kelautan dan perikanan bagi
masyarakat pesisir terutama dengan
meningkatkan pertumbuhan usaha
budidaya perikanan Peningkatan
kesejahteraan masyarakat pesisir
1 Program
pemberdayaan ekonomi masyarakat
pesisir Pilihan
176
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
peternakan
Pertumbuhan nilai produksi budidaya
perikanan 2
Program pengembangan
budidaya perikanan Pilihan
Pertumbuhan nilai produksi perikanan
tangkap 3
Program pengembangan
perikanan tangkap Pilihan
Terciptanya sistem penyuluhan perikanan
baru yang efektif 4
Program pengembangan sistem
penyuluhan perikanan Pilihan
Pertumbuhan nilai produksi perikanan
5 Program optimalisasi
pengelolaan dan pemasaran produksi
perikanan Pilihan
Persentase kawasan budidaya laut, air
payau dan air tawar yang dikembangkan
6 Program
pengembangan kawasan budidaya laut,
air payau dan air tawar Pilihan
Mempersiapkan dan menyediakan
kualitas lingkungan hidup
yang baik bagi generasi yang akan
datang 1
Terjaganya keberadaan
budaya dan adat istiadat yang
beraneka ragam 1
Persiapan perangkat
mitigasi bencana dan mitigasi
bencana khusus masyarakat di
wilayah-wilayah yang sulit diakses
serta mencerdaskan
seluruh masyarakat
dalam menghadapi
1 Pengembangan dan
mengelola nilai budaya dan
kekayaan budaya; Intensitas
penyelenggaraan event kebudayaan
lokal 1
Program Pengembangan Nilai
Budaya Wajib
Kekayaan budaya yang terkelola
2 Program Pengelolaan
Kekayaan Budaya Wajib
Keragaman budaya yang terkelola
3 Program Pengelolaan
Keragaman Budaya Wajib
177
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
bencana; 2
Selektif dalam memberikan izin-
izin usaha yang berpotensi
mengancam eksistensi dan
kesejahteraan masyarakat,
lingkungan budaya, dan
lingkungan alam; Jumlah kerjasama baru
yang terjalin terkait pengelolaan kekayaan
budaya 4
Program pengembangan
kerjasama pengelolaan kekayaan budaya
Wajib
3 Taat kepada
RTRW provinsi, RTRW kabupaten
kota, dan rencana rincinya
dalam pengembangan
program- program
pembangunan Persentase kampung
pesisir yang tercerdaskan
5 Program peningkatan
kegiatan budaya kelautan dan wawasan
maritim kepada masyarakat
Wajib
2 Terehabilitasinya
lingkungan yang statusnya kritis
4 Pencarian solusi
bagi persoalan hak ulayat
2 Rehabilitasi dan
perlindungan lingkungan alam;
Persentase kasus pencemaran dan
kerusakan LH ditangani
1 Program Pengendalian
Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup Wajib
5 Relokasi
penduduk dari wilayah rawan
bencana ke lokasi yang layak dan
sesuai dengan kultur
Kesesuaian pelaksanaan rencana
perlindungan dan konservasi SDA
2 Program Perlindungan
dan Konservasi Sumber Daya Alam
Wajib
6 Pengerahan
jajaran pemerintah dan
membina seluruh masyarakat
untuk menjaga Persentase cadangan
SDH yang direhabilitasi dan dipulihkan
3 Program Rehabilitasi
dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya
Alam Wajib
178
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
hutan dan SDA dari eksploitasi
yang mengganggu
sustainabilitasnya
Tingkat polusi 4
Program peningkatan pengendalian polusi
Wajib Tingkat kerusakan
lingkungan kawasan- kawasan konservasi
laut dan hutan akibat pengembangan
ekowisata dan jasa lingkungan
5 Program
pengembangan ekowisata dan jasa
lingkungan dikawasan- kawasan konservasi
laut dan hutan Wajib
Kasus kebakaran hutan yang ditangani
dengan baik 6
Program pengendalian kebakaran hutan
Wajib Kondisi ekosistem
pesisir dan laut 7
Program pengelolaan dan rehabilitasi
ekosistem pesisir dan laut
Wajib
Pemenuhan RTH kawasan perkotaan
8 Program pengelolaan
ruang terbuka hijau RTH
Wajib Penurunan jumlah
hutan dan lahan kritis 9
Program rehabilitasi hutan dan lahan
Wajib Sumber daya hutan
terlindungi 10
Perlindungan dan konservasi sumber daya
hutan Wajib
3 Terlaksananya
upaya perlndungan
lingkungan dan pengawasan
lingkungan 3
Peningkatan kesadaran dan
penegakan hukum dalam
pendayagunaan SDA Ketersediaan sistem
informasi SDA dan LH 1
Program Peningkatan Kualitas dan Akses
Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup Wajib
179
Tujuan Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Indikator Kinerja Capaian Kinerja
Program Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD Kondisi
Awal Kondisi
Akhir
4 Menurunnya
kasus pelanggaran
hukum dalam pemanfaatan SDA
Partisipasi masyarakat dalam pengawasan
dan pengendalian sumberdaya kelautan
2 Program
pemberdayaan masyarakat dalam
pengawasan dan pengendalian
sumberdaya kelautan Wajib
5 Tertanganinya
kasus pelanggaran
hukum dalam pemanfaatan SDA
Jumlah kasus pelanggaran
pendayagunaan sumber daya laut yang
ditindak 3
Program peningkatan kesadaran dan
penegakan hukum dalam pendayagunaan
sumberdaya laut Wajib
6 Terlaksananya
upaya mitigasi bencana alam
4 Implementasi
mitigasi bencana alam.
Pencegahan dini dan penanggulangan
korban bencana alam terkoordinir dengan
baik 1
Program pencegahan dini dan
penanggulangan korban bencana alam
Wajib
Penerapan mitigasi bencana di kawasan
pesisir 2
Program peningkatan mitigasi bencana alam
laut dan prakiraan iklim laut
Wajib
180
BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI