PENDAHULUAN GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA BARAT GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH INDIKASI RENCANA PROGRAM P

13 Gambar 1-3Skema Hubungan RPJMD dengan Dokumen Rencana Lainnya

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika substansi RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika penulisan, dan maksud tujuan penyusunan RPJMD.

BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA BARAT

Berisi gambaran umum kondisi aspek geografi demografi, kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan daya saing daerah.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Berisi kinerja keuangan masa lalu, kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu, dan kerangka pendanaan.

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Berisi permasalahan pembangunan dan isu strategis.

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Berisi visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan jangka menengah.

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Berisi strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah. 14

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Berisi kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah sektoral dan berdasarkan wilayah-kawasan.

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN

PENDANAAN Berisi rencana program prioritas yang dijabarkan sampai kepada target setiap tahun dan kebutuhan pendanaannya.

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Berisi indikator yang merupakan ukuran keberhasilan pembangunan jangka menengah daerah dari setiap program.

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

Berisi pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan program-program yang ada dalam RPJMD.

1.5 Maksud dan Tujuan

1.5.1 Maksud

Penyusunan dokumen RPJMDProvinsi Papua Barat tahun 2012-2016dimaksudkan untuk menghasilkan rumusan arah kebijakan dan program pembangunan yang efektif, efisien dan terpadu sebagai wujud penjabaran visi, misi dan tujuan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Papua Barat, dengan memperhatikan keberlanjutan program pembangunan sebelumnya dan dengan tetap berpedoman pada RPJPD, RPJMN dan berbagai aspirasi seluruh pemangku kepentingan yang ada di Provinsi Papua Barat.

1.5.2 Tujuan

Tujuan penyusunan dokumen RPJMD Propinsi Papua Barat periode tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan acuan dan arahan bagi segenap Satuan Kerja Perangkat Daerah atau SKPD dan KementerianLembaga di Provinsi Papua Barat dalam menjabarkan Visi dan Misi Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat ke dalam arah kebijakan dan program pembangunan, terarah dan terukur bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat. 2. Menyediakan satu acuan resmi bagi SKPD Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat dalam menentukan prioritas program pembangunan yang akan dilaksanakan di Provinsi Papua Barat. 3. Mendorong terwujudnya perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan yang terintegrasi dan harmonis antar program dan antar sector. 4. Menyediakan tolak ukur untuk mengevaluasi kinerja setiap SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat. 15

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi Luas wilayah Provinsi Papua Barat mencapai97.024,37 Km² berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2008 habis dibagi menjadi 10 Kabupaten dan 1 Kota, yang terdiri atas 154 Distrik dan 1.421 Kampung. Tabel 2-1.Daerah Administratif Provinsi Papua Barat menurut KabupatenKota Tahun 2010 KabupatenKota Ibukota Jumlah Distrik Jumlah Kampung Jumlah Kelurahan Kabupaten Fakfak Fakfak 9 120 5 Kabupaten Kaimana Kaimana 7 84 2 Kabupaten Teluk Wondama Raisei 13 75 1 Kabupaten Teluk Bintuni Bintuni 24 115 2 Kabupaten Manokwari Manokwari 25 412 9 Kabupaten Sorong Selatan Teminabuan 13 117 2 Kabupaten Sorong Aimas 19 128 15 Kabupaten Raja Ampat Waisai 24 117 4 Kota Sorong Sorong 6 - 31 Kabupaten Tambrauw Sausapor 7 53 Kabupaten Maybrat Kumurkek 11 128 1 Total 154 1.421 72 Sumber: Provinsi Papua Barat Dalam Angka 2011 Sedangkan untuk batas wilayah secara administratif adalah sebagai berikut:  Sebelah Utara : Samudera Pasifik  Sebelah Selatan : Laut Banda dan Provinsi Maluku  Sebelah Barat : Laut Seram dan Provinsi Maluku  Sebelah Timur : Provinsi Papua 16 2. Letak dan Kondisi Geografis a. Provinsi Papua Barat secara astronomis terletak pada 124°-132° Bujur Timur dan 0°-4° Lintang Selatan, tepat berada di bawah garis khatulistiwa dengan ketinggian 0-100 meter dari permukaan laut. b. Wilayah Provinsi Papua Barat terdiri dari 7,95 merupakan puncak gunung, 18,73 berada di lembah. Wilayah lain lebih dari separuhnya berada di daerah hamparan. Seluruh wilayah KabupatenKota di Papua Barat berbatasan dengan laut, namun hanya 37,04 Kampung yang berada di daerah pesisir. Wilayah Kampung lainnya tidak berbatasan dengan laut bukan pesisir, yaitu sebesar 62,96. Gambar 2-1.Persentase KampungKelurahan Berdasarkan Karakteristik Wilayah Sumber: Sensus Potensi Kampung Podes, 2011 angka sementara 3. Topografi a. Kondisi topografi Provinsi Papua Barat sangat bervariasi membentang mulai dari dataran rendah, rawa sampai dataran tinggi, dengan tipe tutupan lahan berupa hutan hujan tropis, padang rumput dan padang alang-alang. Ketinggian wilayah di Provinsi Papua Barat bervariasi dari 0 sampai dengan 1000 m. Kondisi topografi antar wilayah di Provinsi Papua Barat cukup bervariasi. Kondisi ini merupakan salah satu elemen yang menjadi barrier transportasi antar wilayah, terutama transportasi darat, serta dasar bagi kebijakan pemanfaatan lahan. b. Sebagian besar wilayah Provinsi Papua Barat memiliki kelas lereng 40 dengan bentuk wilayah berupa perbukitan. Kondisi tersebut menjadi kendala utama bagi pemanfaatan lahan baik untuk pengembangan sarana dan prasarana fisik, sistem transportasi darat maupun 17 bagi pengembangan budidaya pertanian terutama untuk tanaman pangan. Sehingga, dominasi pemanfaatan lahan diarahkan pada hutan konservasi disamping untuk mencegah terjadinya bahaya erosi dan longsor. 4. Geologi a. Secara geofisik, evolusi tektonik Wilayah Papua Barat bersama Papua merupakan produk dari pertumbukan benua yang dihasilkan dari tubrukan Lempeng Samudera Pasifik dan Lempeng Australia. Kondisi inilah yang menyebabkan wilayah ini rentan terhadap gempa bumi, karena berada dalam lintasan sesar besar. Informasi yang dipetakan oleh Badan Meteorogi dan Geofisika menunjukkan bahwa Papua Barat merupakan kawasan yang aktif mengalami gempa bumi yang potensial menimbulkan tsunami. b. Karakteristik bencana yang ada di Provinsi Papua Barat yaitu Gempa dan Tsunami. Kawasan rawan bencana alam ini meliputi kawasan rawan gempa dan tsunami yang terletak di daerah pesisir maupun daratan di Provinsi Papua. Umumnya daerah patahan aktif Sesar Sorong merupakan zona yang sangat rawan gempa bumi. Wilayah Manokwari merupakan daerah yang paling rawan gempa. Akan tetapi, secara umum wilayah Papua Barat rawan terhadap gempa bumi. 5. Hidrologi a. Di Provinsi Papua Barat terdapat beberapa sungai yang membentuk beberapa Daerah Aliran Sungai DAS. Sebagian besar Daerah Aliran Sungai yang terbentuk adalah pada kabupaten- kabupaten di Wilayah Pengembangan Sorong. Sungai-sungai yang termasuk dalam kategoti terpanjang adalah Sungai Kamundan 425 km, Sungai Beraur 360 km, dan Sungai Warsamsan 320 km, sedangkan sungai-sungai yang termasuk kategori terlebar adalah Sungai Kaibus 80-2700 m, Sungai Minika 40-2200 m, Sungai Karabra 40-1300 m, Sungai Seramuk 45-1250 m, dan Sungai Kamundan 140-1200 m. Sungai-sungai ini sebagian besar terletak di kabupaten-kabupaten di Wilayah Pengembangan Sorong. Beberapa sungai yang memiliki kecepatan arus paling deras antara lain adalah Sungai Seramuk 3,06 kmjam, Sungai Kaibus 3,06 kmjam, Sungai Beraur 2,95 kmjam, Sungai Aifat 2,88 kmjam, dan Sungai Karabra 2,88 kmjam. Sungai-sungai tersebut terletak pada Wilayah Pengembangan Sorong. Tabel 2-2. Pembagian Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Papua Barat KABUPATEN WILAYAH SUNGAI NAMA DAS LUAS KM2 T. Bintuni, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Wasian 4.851,000 T. Bintuni, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Sebyar 12.981,400 Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Kasi 693,200 Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Mangopi 1.917,200 Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Prafi 1.169,300 18 KABUPATEN WILAYAH SUNGAI NAMA DAS LUAS KM2 Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Maruni 193,320 Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Masabui 111,110 Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Ransiki 584,300 T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Windesi 23,560 T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Wosimi 617,400 T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Wondiwoi 172,820 T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Woworama 279,700 Kaimana, Nabire A2-27 Omba Omba 8.610,200 Kaimana A2-27 Omba Laenatum 379,500 Kaimana A2-27 Omba Lengguru 1.870,000 Kaimana A2-27 Omba Berari 1.029,900 Kaimana, Fak Fak A2-27 Omba Madefa 4.605,570 Fak Fak, Fak Fak A2-27 Omba Karufa 477,400 Fak Fak A2-27 Omba Bedidi 1.355,600 Fak Fak A2-27 Omba Fak Fak 88,760 Fak Fak, T. Bintuni A2-27 Omba Bomberai 2.033,300 Sorong Selatan, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Wariagar 6.720,000 Manokwari, Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar Kamundan 9.732,250 Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar Kais 4.232,740 Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar Sekak 830,700 Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar Waromga 810,430 Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Seremuk 884,600 Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Karabra 5.989,230 Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Kladuk 3.131,150 Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Klasegun 848,510 Raja Ampat B-50 Kamundan-Sebyar Misol 848,160 Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Salawati 368,910 Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Samate 82,000 Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Batanta 69,490 Raja Ampat B-50 Kamundan-Sebyar Waigeo 598,160 Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Remu 46,440 Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Warsamson 2.437,131 Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Mega 1.048,340 MANOKWARI B-50 KAMUNDAN-SEBYAR MAON 682,300 Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Wesauni 626,933 T. Bintuni B-50 Kamundan-Sebyar Kasuari 1.971,850 T. Bintuni B-50 Kamundan-Sebyar Wagura 1.799,100 T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Arumasa 2.497,000 T. Bintuni, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Muturi 5.381,300 Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005 b. Wilayah Provinsi Papua Barat dilewati beberapa sungai yang tersebar di beberapa wilayah KabupatenKota. Dari sungai besar di Papua Barat sebagian besar mengalir di wilayah pengembangan Sorong. Sungai-sungai tersebut menjadi sebuah sistem daerah aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun. 19 Tabel 2-3. Debit Sungai Dirinci Menurut DPSdi Provinsi Papua Barat No No. DPS NAMA DPS SWS Catchment Area Km2 Qn m3s Kabupaten 1 17 Omba B – 49 8,610.200 316.919 Kaimana, Nabire 2 18 Laenatum B – 49 379.500 29.086 Kaimana 3 19 Lengguru B – 49 1,870.000 141.454 Kaimana 4 20 Berari B – 49 1,029.900 96.869 Kaimana 5 21 Madefa B – 50 4,605.570 374.730 Kaimana, Fak Fak 6 22 Karufa B – 49 477.400 38.903 Kaimana, Fak Fak 7 23 Bedidi B – 49 1,355.600 107.968 Fak Fak 8 24 Fak Fak B – 49 88.760 11.747 Fak Fak 9 25 Bomberai B – 49 2,033.300 146.870 Fak Fak, T. Bintuni 10 26 Kasuari B – 50 1,971.850 142.232 T. Bintuni 11 27 Wagura B – 50 1,799.100 165.546 T. Bintuni 12 28 Arumasa B – 50 2,497.000 127.979 T,Wondama 13 29 Muturi B – 50 5,381.300 476.337 T. Bintuni, Manokwari 14 30 Wasian B – 50 4,851.000 364.562 T. Bintuni, Manokwari 15 31 Sebyar B – 50 12,981.400 825.032 T. Bintuni, Manokwari 16 32 Wariagar B – 50 6,720.000 432.319 Sorong Selatan, Manokwari 17 33 Kamundan B – 50 9,732.250 796.177 Manokwari, Sorong Selatan 18 34 Kais B – 50 4,232.740 221.554 Sorong Selatan 19 35 Sekak B – 50 830.700 46.634 Sorong Selatan 20 36 Waromga B – 50 810.430 50.282 Sorong Selatan 21 37 Seremuk B – 50 884.600 58.182 Sorong Selatan, Sorong 22 38 Karabra B – 50 5,989.230 302.739 Sorong Selatan, Sorong 23 38 a Kladuk B – 50 3,131.150 195.716 Sorong 24 39 Klasegun B – 50 848.510 58.497 Sorong 25 40 Misol B – 50 848.160 53.437 Raja Ampat 26 41 Salawati B – 50 368.910 27.064 Sorong 27 42 Samate B – 50 82.000 6.183 Sorong 28 43 Batanta B – 50 69.490 5.338 Sorong 29 44 Waigeo B – 50 216.500 13.309 Raja Ampat 30 45 Remu B – 50 46.440 4.721 Sorong 31 46 Warsamson B – 50 2,437.131 147.467 Sorong 32 47 Mega B – 50 1,048.340 120.947 Sorong 33 48 Koor B – 50 1,202.800 140.594 Sorong 34 49 Maon B – 50 682.300 104.163 Manokwari 35 50 Wesauni B – 50 626.933 108.648 Manokwari 36 51 Kasi B – 50 0.000 128.883 Manokwari 37 52 Mangopi B – 50 1,917.200 222.960 Manokwari 38 53 Prafi B – 50 1,169.300 161.814 Manokwari 39 54 Maruni B – 50 193.320 25.129 Manokwari 40 55 Masawui B – 50 111.110 18.958 Manokwari 41 56 Ransiki B – 50 584.300 76.153 Manokwari 42 57 Windesi B – 50 23.560 3.574 T,Wondama 43 58 Wasimi B – 50 617.400 45.854 T,Wondama 44 59 Wondiwoi B – 50 172.820 18.816 T,Wondama 45 60 Woworama B – 50 279.700 30.974 T,Wondama Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005. 20 Tabel 2-4. Luas dan Penyebaran Danau di Provinsi Papua Barat No Nama Danau Luas Ha Kabupaten 01 Aiwasa 10,240 Kaimana 02 Laamora 16,740 Kaimana 03 Urema 12,600 Kaimana 04 Mbula 6,024 Kaimana 05 Kamakawalor 23,340 Kaimana 06 Berari 6,916 Kaimana 07 Makiri 7,527 Tel. Bintuni 08 Tanemot 17,640 Tel. Bintuni 09 Anggi Gigi 21,370 Manokwari 10 Anggi Gita 22,830 Manokwari 11 Ayamaru 10,850 Sorong Sel. 12 Hain 4,596 Sorong Sel. Sumber: Dinas PU 2003. Studi Aplikasi SWS di Tanah Papua 6. Klimatologi a. Provinsi Papua Barat memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim penghujan. b. Berdasarkan jumlah curah hujannya wilayah Papua Barat memiliki tiga kelas curah hujan, yaitu kelas I dengan curah hujan antara 0 s.d. 1000 mmtahun; kelas II dengan curah hujan antara 1000 s.d. 2000 mmtahun; kelas III dengan curah hujan antara 2000 s.d. 3000 mmtahun; kelas IV dengan curah hujan antara 3000 s.d. 4000 mmtahun; dan kelas V dengan curah hujan antara 4000 s.d. 5000 mmtahun. Hampir seluruh wilayah Papua Barat memiliki kelas curah hujan tipe III pola C, dengan curah hujan sekitar 2000 s.d. 3000 mmtahun. Tabel 2-5. Keadaan Iklim menurut KabupatenKota di Provinsi Papua Barat Tahun 2010 Uraian Minimum Maksimum Suhu Udara Rata-rata 26,60 Fakfak 27,30 Kab. Sorong Rata-rata Kelembaban Udara 83,00 Kaimana 85,60 Fakfak Tekanan Udara Rata-rata 993,35 Fakfak 1.006,80 Kab. Sorong Curah Hujan 1.581,0 Manokwari 4.306,0 Kab. Sorong Hari Hujan 219 Manokwari 286 Kab. Sorong Rata-rata Penyinaran Matahari 25,33 Kaimana 135,74 Fakfak Sumber: Papua Barat Dalam Angka Tahun 2011 21 7. Penggunaan Lahan Pencatatan data mengenai penggunaan lahan di Papua Barat masih sangat terbatas. Data mengenai lahan antara satu dan yang lainnya kerap menunjukkan perbedaan. Faktor kondisi fisik Provinsi Papua Barat yang berbukit dengan banyak pulau menyebabkan pencatatan penggunaan lahan relatif lebih sulit dilakukan. Berikut ini adalah data penggunaan lahan di Provinsi Papua Barat yang dibedakan ke dalam beberapa kategori penggunaan lahan secara umum. Tabel 2-6. Penggunaan Lahan di Provinsi Papua Barat Berdasarkan KabupatenKota dan Jenis Penggunaan Tahun 2010 Ha Kampung Perumahan Sawah Tegalan Kebun Kebun Campur Hutan Semak Tanah Rusak Lain- lain Fak-Fak - - - - - - - - - Kaimana 1.754,73 - 424,27 4.426,73 5.395,91 173.280,12 37.489,11 84.731,3 Teluk Wondama - - - - - - - - - Teluk Bintuni 19.636,95 - 169,64 9.642,64 4.303,06 1.844.082,43 23.600,67 - 115.430,82 Manokwari 11.466,2 3.974,47 5.905,59 12.838,57 15.999,48 1.292.134,84 141.863,38 - 47.794,83 Sorong Selatan 3.907,35 - 90,52 - 29.372, 48 1.015.973,59 55.831,44 - 82.428,59 Sorong - - - - - - - - - Raja Ampat 29.533,54 - 132,48 - 994,87 699.981,84 26.343,14 - 29.602,61 Kota Sorong - - - - - - - - - Tambrauw - - - - - - - - - Maybrat - - - - - - - - - Papua Barat 66.289,77 3.974,47 6.712,50 26.889,76 55.955,79 6.590.452,82 285.127,74 - 359 Sumber: Papua Barat Dalam Angka Tahun 2011

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Sektor unggulan yang ada di Papua Barat adalah pertanian subsektor perikanan dan kehutanan, pertambangan migas, dan bangunan. Untuk sektor pertanian dapat dikembangkan pada daerah datar dengan kondisi keairan yang baik pada daerah tengah Kepala Burung. Untuk lebih detail mengenai potensi pengembangan wilayah Papua Barat adalah sebagai berikut : 1. Pertanian a. Sektor pertanian sampai dengan tahun 2008 selalu memberikan kontribusi utama dalam perekonomian Papua Barat. Persentase penduduk yang bekerja sebagai petani pun sampai saat ini selalu memiliki persentase tertinggi. Sejak tahun 2009, sektor pertanian menjadi kontributor terbesar kedua dalam PDRB Papua Barat, di tahun 2010 kontribusinya sebesar 20,71 dan persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian mencapai 54,04. Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat, 2011. 22 b. Produksi dan luas panen tanaman jagung tahun 2010 kembali mengalami peningkatan. Luas panen meningkat dari 965 Ha di tahun 2009 menjadi 1.162 Ha di tahun 2010. Sedangkan produksinya kembali meningkat dari 1.584 ton di tahun 2009 menjadi 1.930 ton di tahun 2010. Peningkatan luas panen dan produksi jagung turut mendongkrak produktivitas jagung. Di tahun 2010 produktivitasnya meningkat tipis menjadi 16,61 KwHa dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 16,41 KwHa. c. Komoditas unggulan di subsektor perkebunan diantaranya adalah pala, kelapa sawit, dan kakao. Perkebunan kelapa sawit berada di Kabupaten Manokwari, sedangkan perkebunan pala terutama di Kabupaten Fakfak dan Kabupaten Kaimana. i. Produksi pala tahun 2010 mencapai 1.921 ton dengan luas areal perkebunan seluas 5.492 Ha. ii. Produksi kelapa sawit mencapai 17.116 ton dengan luas areal perkebunan seluas 15.937 Ha. iii. Produksi kakaomencapai 5.152 ton dengan areal seluas 11.154 Ha. d. Dari sisi peternakan, peningkatan yang paling signifikan adalah pada peternakan babi. Ternak babi meningkat dari 43.678 ekor di tahun 2008 menjadi 53.706 ekor di Tahun 2009. Jumlah tersebut kembali meningkat di tahun 2010 menjadi 63.138 ekor. Tingginya peningkatan jumlah ternak babi diduga terjadi karena tingginya permintaan konsumsi daging babi. Sedangkan pada ternak sapi dan kambing, peningkatannya tidak setinggi pada ternak babi. e. Nilai produksi perikanan tahun 2010 mencapai 116.593,30 ton. Tiga KabupatenKota dengan produksi tertinggi adalah Kota Sorong yaitu 36.786,4 ton, Kabupaten Fakfak 24.571,2 ton, dan Kabupaten Manokwari 11.987,2 ton.Beberapa komoditi ekonomis penting perikanan yang merupakan sumberdaya perikanan dari perairan 4 empat wilayah pengembangan seperti kakap, kerapu dan napoleon memiliki peluang ekspor yang besar dengan permintaan yang tinggi di pasaran luar negeri. f. Sumber daya kehutanan masih sangat potensial untuk lebih mengembangkan nilai tambah dari produksi hasil hutan. 2. Pertambangan dan Energi a. Papua Barat adalah salah satu provinsi yang kaya akan Sumber Daya Alam SDA. Banyak potensi SDA berupa bahan tambang di Papua Barat yang masih belum tereksplorasi maupun yang telah dieksploitasi untuk dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Dua tambang besar yang dimiliki Papua Barat adalah tambang minyak di Kabupaten Sorong dan tambang Liquid Natural Gas LNG di Kabupaten Teluk Bintuni. Bahkan tambang LNG ini diperkirakan memiliki kandungan gas alam cair yang besar dan termasuk tiga produsen LNG terbesar di Indonesia. 23 b. Besarnya PDRB atas dasar harga berlaku sektor pertambangan dan penggalian Papua Barat tahun 2010 mencapai 2.302,78 miliar Rupiah. Nilai tersebut setara dengan 10,22 dari total PDRB Papua Barat yang mencapai 22.527,36 miliar Rupiah. Kontribusi sektor ini adalah yang terbesar ketiga di Papua Barat setelah sektor industri pengolahan 35,45 dan sektor pertanian 20,71. c. Cadangan bahan tambang baik mineral logam maupun non logam masih tinggi. Potensi pertambangan yang dieksplorasi dan dieksploitasi di Papua Barat adalah pertambangan nikel di pulau-pulau sekitar Kepala Burung seperti Waigeo. Potensi batugamping dapat dijumpai di sekitar Pegunungan Kemum. d. Khusus untuk potensi minyak dan gas di daerah Papua Barat ada pada Cekungan Bintuni, Cekungan Salawati, dan Cekungan Waiponga. 3. Industri Pengolahan a. Kontribusi sektor industri pengolahan dalam perekonomian Papua Barat memiliki prospek yang sangat baik. sektor ini terus mengalami peningkatan share terhadap total PDRB. Di tahun 2010 kontribusinya meningkat sangat signifikan menjadi 35,45. Kontribusi sektor industri pengolahan menempati posisi pertama dalam PDRB Papua Barat sejak tahun 2009. b. Pada tahun 2010 sektor ini tumbuh mencapai 149,52 dibandingkan tahun 2009 dipicu oleh mulai beroperasinya industri LNG di Kabupaten Teluk Bintuni. c. Di tahun 2009, ada 21 perusahaan industri besar-sedang. Jenis industri terbanyak yaitu industri makanan dan minuman sebesar 47,62. Industri terbanyak kedua adalah industri kayu selain mebeller yaitu sebesar 19,05. Industri lainnya adalah industri penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekam; industri barang-barang dari batubara, pengilangan dan pengolahan minyak bumi; industri barang galian bukan logam; dan industri alat angkutan selain kendaraan bermotor roda empat atau lebih dengan persentase kurang dari 35. d. Menurut sebarannya, industri besar-sedang hanya terdapat di 4 empat KabupatenKota, yaitu kabupaten Teluk Bintuni 5,92, Manokwari 19,05, Sorong 14,29, dan Kota Sorong 57,14. e. Menurut kepemilikanya, sebesar 9,52 adalahmilik pemerintah pusat; 4,76 milik pemerintah daerah; 61,90 milik swasta nasional dan asing; serta 4,76 adalah milik pemerintah pusat dan asing. 24 4. Konstruksi PDRB sektor konstruksi Papua Barat tahun 2009 mencapai 648,21 miliar Rupiah. Share sektor ini terus mengalami peningkatan beberapa tahun ini. Kontribusinya sebesar 8,00 di Tahun 2009. Walaupun bukan sebagai kontributor utama dalam PDRB Papua Barat namun pertumbuhannya berada pada peringkat kedua setelah sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor bangunankonstruksi mampu menyerap banyak tenaga kerja memiliki nilai pengganda tinggi. 5. Hotel dan Pariwisata a. Subsektor hotel dan pariwisata cukup menjanjikan meskipun kontribusinya hanya sekitar 0,19 dari total PDRB Papua Barat. Pertumbuhan subsektor ini cukup pesat. Pada tahun 2010 jumlah hotel menjadi 80 unit, yang terdiri dari 10 hotel Bintang dan 70 hotel Melati. Hotel Berbintang hanya tersebar di kabupaten Fakfak, Manokwari, dan Kota Sorong. b. Jumlah objek wisata di Papua Barat tahun 2010 sebanyak 79 objek. Objek wisata tersebut terdiri dari 20 objek wisata alam, 8 objek wisata tirtabahari, 32 objek wisata budaya, dan 19 objek wisata agro. Objek wisata yang telah mendunia saat ini adalah objek wisata bawah laut di Kepulauan Raja Ampat c. Papua Barat terkenal dengan panorama keindahan alam yang eksotis. Sebagian besar panorama alam tersebut bahkan masih sangat alami dan belum terjamah komersialisasi pariwisata. Sebagian besar objek wisata belum terekspos sehingga belum banyak dikenal khalayak umum. Salah satu objek wisata yang mulai popular adalah wisata bawah laut Kepulauan Raja Ampat. Kurang lebih ada 610 pulau. Hanya sekitar 35 pulau yang berpenghuni. Perairan Raja Ampat merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan diperkirakan menjadi nomor satu untuk kelengkapan dan keanekaragaman hayati flora dan fauna bawah laut saat ini. d. Wisata alam lain yang menjadi andalan Papua Barat adalah Taman Nasional Teluk Cendrawasih TNTC yang terletak di Kabupaten Teluk Wondama. Panjang garis pantainya 500 Km dengan luas daratan mencapai 68.200 ha, luas laut 1.385.300 ha dengan rincian 80.000 ha kawasan terumbu karang dan 12.400 ha lautan. e. Ekowisata di kepala burung pulau Papua terdapat Cagar AlamPegunungan Arfak di Kabupaten Manokwari, dengan luas mencapai 68.325 ha dengan ketinggian mencapai 2.940 mdpl. Terdapat juga Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gita yang berada pada ketinggian 2000 mdpl. f. Baru-baru ini di Kabupaten Manokwari ditemukan sebuah goa yang diklaim sebagai goa terdalam di dunia oleh Tim Ekspedisi Speleologi Ahli Goa Perancis di Kawasan Pegunungan Lina di Iranmeda, Distrik Didohu dengan kedalaman gua mencapai 2000 meter. 25 g. Di kabupaten Kaimana terdapat wisata pantai dan laut teluk Triton disamping keindahan panorama Senja di Kaimana yang melegenda. 6. Transportasi dan Komunikasi a. Dalam perekonomian Provinsi Papua Barat tahun 2010, sektor pengangkutan transportasi dan komunikasi memang tidak memberikan kontribusi hanya 6,38 dengan nilai agregat PDRB sebesar 1.437,07 miliar Rupiah Atas Dasar Harga Berlaku atau 612,20 miliar Rupiah Atas Dasar Harga Konstan. b. Pada tahun 2010, sektor transportasi dan komunikasi memiliki angka pertumbuhan tertinggi kedua terhadap tahun 2009 dibandingkan dengan sektor tersier lainnya. c. Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang diamanahkan dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat adalah Program Pengembangan Infrastruktur Dasar. Program tersebut rencananya akan membangun dan meningkatkan jalan Trans Papua dan Trans Papua Barat. d. Sebagian besar orang memanfaatkan fasilitas perhubungan laut dan udara. Namun tren pengguna fasilitas perhubungan laut cenderung menurun, sebaliknya jumlah pengguna fasilitas perhubungan udara meningkat signifikan 2008-2010. 7. Perbankan dan Investasi a. Dalam tiga tahun, fasilitas kredit perbankan yang disalurkan ke masyarakat baik rupiah maupun valuta asing lebih banyak digunakan untuk investasi. Penggunaan kredit untuk keperluan modal kerjausaha justru lebih kecil digunakan dari penggunaan kredit untuk keperluan konsumsi. b. Penggunaan kredit perbankan untuk investasi meningkat dari 40,58 di tahun 2007menjadi 57,60 di tahun 2010. Hal tersebut menyiratkan bahwa kesadaran masyarakat untuk berinvestasi dalam perbankan semakin membaik. Sedangkan lebih tingginya penggunaan kredit untuk konsumsi daripada untuk modal kerja menunjukkan perilaku konsumtif masyarakat meskipun persentasenya berangsur-angsur menurun. 26

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Secara geologi, Provinsi Papua Barat memiliki struktur yang cukup kompleks dengan kelurusan umum kearahBarat-Timur diapit dua lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik yang berpengaruh terhadap kerawanan terhadap gempa tektonik berpotensi diikuti oleh tsunami.Seluruh wilayah kepala burung rawan gempa bumi. Dari data, daerah tsunami di wilayah ini, tingginya mencapai 15 m, meliputi daerah Oransbari, Yapen, dan Nabire. Sebagai gambaran, zona rawan gempa bumi berdasarkan tingkat kerawanannya dapat dilihat pada Gambar 2-2.Untuk tingkat kerawanan bencana lainnya seperti banjir dan longsor di wilayah Papua Barat, kondisi lingkungan yang rata-rata memiliki tekstur pergunungan yang terjal dan dataran rendah di bagian tengah yang mengalir sungai-sungai secara intensif berpotensi tinggi memberikan kontribusi bencana yang fluktuatif. Sebagai gambaran, zona rawan longsor berdasarkan tingkat kerawanannya dapat dilihat pada Gambar 2-3. Gambar 2-2. Zona Rawan Gempa Bumi Berdasarkan Tingkat Kerawanan Zona 1 paling rawan gempa, sedangkan Zona 6 paling aman dari gempa Sumber:Draft RTRW Provinsi Papua Barat 2008-2028. 27 Gambar 2-3. Zona Rawan Longsor Papua Barat Berdasarkan Tingkat Kerawanan Sumber:Draft RTRW Provinsi Papua Barat 2008-2028. Belum ada jalur resmi evakuasi bencana yang direncanakan, baik dalam skala regional maupun lokal. Bencana alam besar yang terjadi pada Oktober 2010 di Kabupaten Teluk Wondama seharusnya menjadi pemantik bagi pemerintah untuk segera membuat rencana jalur evakuasi bencana. Alat pemadam kebakaran dinamis berupa mobil pemadam kebakaran dengan jumlah yang sangat terbatas telah ada di setiap ibukota kabupaten kecuali di Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Maybrat. Untuk alat pemadam kebakaran statis berupa hidran umum belum banyak terdapat di area publik atau pusat permukiman penduduk, hanya terdapat di gedung-gedung tertentu saja misalnya gedung kantor pemerintahan. Perangkat posko bencana baru terdapat dengan jumlah yang terbatas di Kabupaten Manokwari, selebihnya masih mengandalkan bantuan dari lembaga-lembaga pemerhati kebencanaan dan sifatnya insidental. Perangkat peringatan dini belum dimiliki oleh wilayah-wilayah potensi bencana tsunami dan gempa bumi. Perangkat evakuasi belum dimiliki selain mengandalkan kendaraan milik pemerintah, polisi, dan tentara.

2.1.4. Aspek Demografi

1. Sejak pertama kali dilaksanakan sensus penduduk pada Tahun 1971, Papua Barat mengalami pertumbuhan penduduk dengan oika kurva mirip distribusi logistik. 2. Data paling mutakhir jumlah penduduk Papua Barat diperoleh dari hasil sensus penduduk tahun 2010 adalah 760.422 jiwa, terdiri dari 402.398 laki-laki dan 358.024 perempuan. Jumlahtersebut 28 menjadikannya sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terkecil di Indonesia, kontribusinya hanya sekitar 0,32 terhadap total penduduk nasional. 3. Rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 3,71. Laju pertumbuhan penduduk Papua Barat adalah yang terbesar ke-empat di Indonesia setelah Provinsi Papua 5,39, Provinsi Kepulauan Riau 4,95, dan Provinsi Kalimantan Timur 3,81. Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi ini juga dipengaruhi tingkatmigrasi masuk karena memiliki faktor penarik migranakibat SDA dan prospek ekonominya. Laju pertumbuhan penduduk palimg tinggi di Kabupaten Sorong 5,41 per tahun dan terendah adalah Kabupaten Tambrauw 0,38 per tahun. 4. Struktur penduduk Papua Barat dilihat dari piramida penduduk tergolong dalam struktur penduduk muda. Struktur penduduk ini masih sangat dipengaruhi oleh tingginya fertilitas. Hal ini terlihat pada alas piramida penduduk yang paling lebar pada kelompok umur 0-4 tahun. Dilihat dari median umur pun semakin menguatkan bahwa komposisi penduduk muda begitu dominan. Median umur penduduk Papua Barat adalah 18,60 tahun.Jumlah penduduk usia produktif termasuk tinggi sehingga sumber daya manusia masih ada kesempatan untuk digali kembali. Gambar 2-4. Piramida Penduduk Provinsi Papua Barat Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010 5. Sebaran penduduk Provinsi Papua Barat menurut kabupatenkota masih dominan di dua daerah yaitu di Kota Sorong 25,07 dan Kabupaten Manokwari 24,69. Hampir setengah dari total penduduk Papua Barat tinggal di kedua daerah tersebut. Kota Sorong menjadi pintu gerbangnya Papua Barat dari dunia luar karena terdapat Bandar Udara dan pelabuhan kapal besar sebagai pintu keluar masuk penumpang dan barang dari dan ke Papua Barat maupun kabupaten lainnya di Papua Barat. 6. Kabupaten Manokwari semakin padat ketika Papua Barat dimekarkan dari Provinsi Papua dan Kabupaten Manokwari ditetapkan sebagai ibukota dan pusat pemerintahan Provinsi Papua Barat. Sebagai pusat pemerintahan, Kabupaten Manokwari aktif membangun, mulai dari fasilitas 29 pemerintahan, akses transportasi, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur lainnya. 7. Jika dilihat dari kepadatan penduduknya, Papua Barat adalah provinsi dengan kepadatan terendah di Indonesia. Kepadatan penduduknya hanya 8 jiwaKm2. Kepadatan penduduk tertinggi di Papua Barat berada di Kota Sorong sebesar 290 jiwaKm2 sementara kepadatan penduduk terendah adalah Kabupaten Tambrauw yaitu 1 jiwaKm2. 8. Sex ratio Papua Barat adalah sebesar 112,39, artinya diantara 100 orang penduduk perempuan, 112 orang adalah laki-laki. Sex ratio Papua Barat adalah yang tertinggi kedua di Indonesia setelah Provinsi Papua 113,44. 9. Dependency ratio atau rasio ketergantungan Papua Barat sebesar 55,72, artinya dari 100 orang usia produktif harus menanggung beban hidup sekitar 55-56 orang yang belum produktif dan tidak produktif. Beban tanggungan perempuan lebih besar daripada laki-laki, terlihat dari rasionya yaitu 54,21 untuk laki-laki dan 57,46 untuk perempuan. Tabel 2-7. Indikator Kependudukan Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2010 Uraian 2008 2009 2010 Jumlah Penduduk jiwa 729.962 743.860 760.422 Pertumbuhan Penduduk 1,95 1,90 2,23 Sex Ratio 110,44 110,20 112,39 Jumlah Rumah Tangga ruta 169.439 169.945 168.080 Rata-rata ART jiwaruta 4,31 4,38 4,52 Penduduk menurut kelompok umur 0-14 32,16 31,08 34,13 15-64 68,33 67,39 64,22 65+ 1,47 1,53 1,65 Sumber: Proyeksi Penduduk dan SP 2010, BPS. 10. Penduduk Asli Papua di Papua Barat a. Jumlah penduduk Asli Papuasebesar 405.074 jiwa, yang terdiri dari 208.658 laki-laki dan 196.416 perempuan. Dengan demikian, jumlah penduduk non asli Papua sudah hampir berimbang dengan penduduk asli Papua dengan perbandingan 46,73 dan 53,27. b. Dari 405.074 jiwa penduduk Asli Papua, 91,76 benar-benar penduduk Asli Papua karena memiliki ayah dan ibu Papua. Sementara itu, yang memiliki ayah Papua atau ibu Papua saja sebesar 2,28 dan 2,12. c. Sex ratio Penduduk Asli Papua 106,23. d. Penduduk Asli Papua tersebar di seluruh kabupatenkota di Papua Barat. Persentase penduduk Asli Papua terbesar berada di Kabupaten Maybrat 96,04 dan Kabupaten Tambrauw 95,67. Sementara penduduk Asli Papua terkecil berada di Kabupaten Sorong 37,38 dan Kota Sorong 32,56. 30 e. Berdasarkan distribusinya, lebih dari seperempat penduduk Asli Papua tinggal di Kabupaten Manokwari. Jumlahnya mencapai 107.857 jiwa 26,63. Sedangkan Kota Sorong memberikan kontribusi terbesar kedua, yaitu 62.070 jiwa 15,32. Kontributor terkecil penduduk Asli Papua adalah Kabupaten Tambrauw, yaitu 1,45. f. Struktur penduduk Asli Papua sangat berbeda dengan penduduk Non Asli Papua. Pada piramida penduduk asli papua, penduduk usia muda sangat dominan karena dipengaruhi oleh tingkat fertilitas yang tinggi. Sedangkan struktur penduduk Non Asli Papua didominasi oleh penduduk usia produktif, terutama 25-29 tahun. g. Dependency ratio pada penduduk Non Asli Papua hanya sebesat 47,27 sedangkan pada penduduk asli papua sebesar 64,07. Rendahnya dependency ratio pada penduduk Non Asli Papua tidak lepas dari tingginya persentase penduduk usia produktif 15-64 tahun yang mencapai 67,90, terutama disumbang oleh penduduk laki-laki. Tabel 2-8. Indikator Kependudukan Asli Papua dan Non Asli Papua di Provinsi Papua Barat URAIAN PENDUDUK ASLI PAPUA PENDUDUK NON ASLI PAPUA Jumlah Penduduk jiwa 405.074 355.348 Laki-laki 208.658 193.740 Perempuan 196.416 161.608 Persentase Penduduk 53,27 46,73 Sex Ratio 106,23 119,88 Median Umur th 16,39 20,19 Dependency Ratio 64,07 47,27 Penduduk menurut kelompok umur 0-14 37,30 30,57 15-64 60,95 67,90 65+ 1,75 1,53 Jumlah Rumah Tangga 84.747 83.333 Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2011.

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga, dipaparkan sebagai berikut:

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1. Pertumbuhan PDRB Dalam perkembangan PDRB Papua Barat, baik dari segi nilai tambah bruto maupun kontribusi sektoral memiliki kontribusi terhadap PDB Nasional sekitar 0,26 di Tahun 2009, yang berarti kapasitas perekonomian wilayah ini masih sebatas pada level lokal saja. Nilai absolut PDRB Papua Barat harga konstan Tahun 2000 pada Tahun 2008 sebesar Rp. 6.369,37 miliar, naik menjadi Rp. 6.768,20 miliar pada Tahun 2009. Kenaikan ini cukup positif akan tetapi belum 31 menunjukan perubahan yang signifikan terhdap pembangunan Provinsi Papua Barat Gambar 2-5. Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dengan Migas dan Tanpa Migas Tahun 2006-2010 Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2011 Terkait dengan tingkat kesejahteraan, meskipun PDRB Provinsi Papua Barat memiliki laju pertumbuhan yang cukup baik namun prosentase tingkat kemiskinan Provinsi Papua Barat berada di posisi kedua nasional. Berbagai faktor berpengaruh atas kenaikan garis kemiskinan seperti kebijakan energi, kebijakan harga, kelancaran arus distribusi barang, kondisi alam dan lain-lain. Papua Barat tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh dari luar disamping dari internal wilayah ini sendiri. Garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pekampungan karena perbedaan harga barang dan jasa antara Kota dan Kampung dimana harga di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di peKampungan. PDRB Dengan Migas a. Dalam kurun waktu 2007-2010 Papua Barat dapat dikatakan stabil memperlihatkan pertumbuhan yang tinggi dan menunjukkan percepatan setiap tahunnya. Hal ini jelas terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 26,82 pada Tahun 2010 setelah memasukkan nilai tambah gas alam cair LNG. Sementara pertumbuhan tanpa migas mencapai 6,83. b. Pada Tahun 2010, pertumbuhan tertinggi sebesar 149,52 dicapai oleh sektor industri pengolahan didorong oleh pertumbuhan subsektor migas terutama pertumbuhan gas alam cair akibat tercakupnya produksi gas alam cair di Teluk Bintuni. Sementara sektor pertambangan dan penggalian justru mengalami kontraksi mencapai minus o,84. c. Sektor pertanianm industri pengolahan, dan bangunan tetap menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi. Bahkan 21,94 dari pertumbuhan ekonomi 26,82 pada Tahun 4.55 6.95 7.84 7.02 26.82 7.63 8.61 9.25 7.86 6.83 2006 2007 2008 2009 2010 PDRB Dengan Migas PDRB Tanpa Migas 32 2010 berasal dari sektor industri pengolahan. Sektor pertanian memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 0,93. d. Sektor-sektor utama perekonomian Papua Barat pada periode 2007-2010 adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari 60 PDRB Papua Barat. e. PDRB per kapita Papua Barat ADHB pada tahun 2010 meningkat 26,63 terhadap Tahun 2009, yaitu dari 23,40 juta Rupiah menjadi 29,62 juta rupiah. PDRB per kapita Papua Barat ADHK mencapai 11,42 juta Rupiah atau meningkat 22,72 terhadap Tahun 2009 9,31 juta Rupiah. Gambar 2-6. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 dalam Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011 Tabel 2-9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Menurut Penggunaan Tahun 2006 –2009 NO SEKTOR 2006 2007 2008 2009 1 Konsumsi Rumah Tangga 9.19 6.15 10.57 6.18 2 Lembaga Swasta Nirlaba 9.54 7.59 5.3 19.91 3 Konsumsi Pemerintah 19.21 15.61 10.62 5.45 4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.08 5.53 2.46 4.01 5 Perubahan Stok 2.19 2.24 -0.38 -11.04 6 Ekspor 11.04 0.18 -6.99 -27.15 7 Dikurangi Impor 17.88 1.47 -3.98 -24.1 PDRB Dengan Migas 4.55 6.95 7.33 6.26 1.72 -0,13 21.94 0.03 0.93 0.42 0.88 0.25 0.80 33 Gambar 2-7. Peranan Sektor Dominan Terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 dalam Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011 PDRB Tanpa Migas a. Pertumbuhan ekonomi tanpa migas yang tercipta pada tahun 2010 sebesar 6,83. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 12,20. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 11,02; sektor pengangkuan dan komunikasi 10,93; sektr bangunan 9,77; sektor jasa-jasa 7,34; sektor listrik dan air bersih 7,30; sektor pertanian 6,20; sektor pengangkutan dan komunikasi 3,99. Sementara sektor industri pengolahan hanya tumbuh 2,77. Gambar 2-8. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 dalam Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011 20 40 60 80 100 2007 2008 2009 2010 62.27 62.27 62.29 66.37 37.28 37.73 37.71 33.63 Sektor Pertanian, Pertambangan Penggalian, Industri Pengolahan Sektor Lainnya - 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 2.19 0.14 0.29 0.04 1.19 0.53 1.12 0.31 1.01 34 b. Dalam rentang waktu empat tahun terakhir, tiga sektor utama yang mendominasi penciptaan PDRB tanpa migas di Papua Barat adalah sektor pertanian, sektor bangunan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari 60 terhadap PDRB tanpa migas Papua Barat. Gambar 2-9. Peranan Sektor Dominan terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 dalam Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011 c. PDRB per kapita ADHB mencapai 18,01 juta Rupiah. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 10,15 dibandingkan dengan PDRB per kapita pada Tahun 2009. Sementara PDRB per kapita ADHK 2000 bernilai 7,55 juta Rupiah dan mengalami pertumbuhan sebesar 3,37 dibandingkan keadaan tahun 2009. 2. Laju Inflasi Provinsi a. Indeks Harga Konsumen IHK Papua Barat Tahun 2010 sebesar 143,49 artinya terjadi kenaikan harga secara umum sebesar 43,49 dibandingkan dengan harga tahun dasar 2007, atau dengan kata lain, harga secara umum saat ini hampir satu setengah kali lebih mahal daripada tahun 2007. Selama tahun 2008-2011, inflasi lebih banyak terjadi daripada deflasi. Bila mencermati fluktuasi yang ada, tampaknya perkembangan harga belum terkontrol dengan baik b. Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35 yang terjadi di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar -0,76. c. Inflasi tahun 2010 tercatat 6,25. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok pengeluaran bahan makanan, yaitu sebesar 8,34. Inflasi kelompok pengeluaran sandang memiliki 20 40 60 80 100 2007 2008 2009 2010 63.79 63.63 63.07 62.69 36.21 36.37 36.93 37.31 Sektor Pertanian, Bangunan, Perdagangan, Hotel, Restoran Sektor Lainnya 35 tingkat inflasi terendah, yaitu hanya 2,36. Pada tahun 2010 inflasi terjadi pada seluruh kelompok pengeluaran. d. Laju inflasi perKampungan tahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86, lebih tinggi dari tahun 2009 sebesar 4,53. Berarti tingkat kenaikan harga di tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan tahun 2009. e. Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35 yang terjadi di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar -0,76. f. Inflasi tahun 2010 tercatat 6,25. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok pengeluaran bahan makanan, yaitu sebesar 8,34. Inflasi kelompok pengeluaran sandang memiliki tingkat inflasi terendah, yaitu hanya 2,36. Pada tahun 2010 inflasi terjadi pada seluruh kelompok pengeluaran. g. Laju inflasi perKampungan tahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86, lebih tinggi dari tahun 2009 sebesar 4,53. Berarti tingkat kenaikan harga di tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan tahun 2009. 3. Indeks Gini Koefisien Gini pada tahun 2007 sebesar 0,33 naik menjadi 0,35 pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi 0,37. Meskipun terjadi kenaikan koefisien gini, namun status ketimpangan pendapatan masih pada posisi diantara ketimpangan rendah. 4. Tingkat Pemerataan Pendapatan Menurut Bank Dunia a. Tingkat kemerataan menurut Bank Dunia, Provinsi Papua Barat masih dalam kategori ketimpangan rendah. b. Selama periode 2007-2010, proporsi pengeluaran dari kelompok penduduk 40 terbawah terhadap total pengeluaran seluruh penduduk masih diatas 17.

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

1. Pendidikan a. Angka Melek Huruf AMH Provinsi Papua Barat tahun 2010 adalah sebesar 93,19,. dan 92,34.Angka melek huruf pada tahun 2010 meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 90,15; tahun 2008 sebesar 92,15; pada tahun 2007 sebesar 90,32; dan tahun 2006 sebesar 88,55. Semakin tinggi angka melek huruf maka kenaikan persentase angka melek huruf ini akan cenderung semakin lambat. Dalam artian pertumbuhan angka melek 36 hurufnya semakin kecil atau mengalami perlambatan. Dengan menggunakan angka melek huruf dapat diketahui jumlah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Gambar 2-10. Perkembangan Angka Melek Huruf dan Angka Buta Huruf di Provinsi Papua Barat Tahun 2007-2010 b. AMH penduduk laki-laki tahun 2009 sebesar 94,95 atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi tahun 2008 yaitu sebesar 93,01 dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 95,33. c. AMH penduduk perempuan walaupun selalu lebih rendah daripada laki-laki namun selalu mengalami peningkatan menjadi 90,83 di tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2008 yang masing masing sebesar 88,55 dan 88,35. Gambar 2-11. Perkembangan Angka Melek Huruf Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi Papua Barat Tahun 2007-2010 d. Angka rata-rata lama sekolah terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 rata-rata lama sekolah sebesar 8,21 tahun atau mengalami peningkatan dari tahun 2009 dan 2008 yakni sebesar 8,01 tahun dan 7,67 tahun. Artinya rata-rata penduduk baru mampu menempuh pendidikan sampai kelas 2 SLTP. Berarti pencapaian pendidikan di Provinsi Papua Barat 90.32 92.15 92.94 93.19 9.68 7.85 7.06 6.81 2007 2008 2009 2010 Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf 92.69 93.61 94.95 95.33 87.86 88.35 89.55 93.19 2007 2008 2009 2010 Laki - Laki Perempuan 37 belum memenuhi Program Wajib Belajar 9 Tahun. Meskipun demikian, masih ada disparitas gender, dimana penduduk perempuan belum sepenuhnya memperoleh pendidikan yang setara dengan penduduk laki –laki. Sehingga perlu diperhatikan lagi faktor–faktor yang menjadi penyebab masih lambatnya kemajuan peningkatan pendidikan bagi perempuan di Provinsi Papua Barat. e. Angka Partisipasi Murni APM SDMI pada tahun 2010 sebesar 91,91 meningkat dari tahun 2009 sebesar 91,25.APM SLTPMTs meningkat menjadi 49,65 di tahun 2010 setelah tahun sebelumnya sebesar 49,03. Artinya banyak penduduk yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTPMTs.APM SLTAMA tahun 2010 hanya mencapai 43,93 atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebesar 43,55. Gambar 2-12. Angka Partisipasi Sekolah APS dan Angka Partisipasi Murni APM Antar Jenjang Pendidikan Tahun 2010 f. APK SDMI tahun 2010 sebesar 115,00, menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar 117,50. Tertinggi di Kabupaten Raja Ampat 142,15 dan terendah di Kabupaten Tambrauw 107,98.APK SLTPMTs tahun 2009 sebesar 66,29 mengalami peningkatan menjadi 66,68 pada tahun 2010 setelah sebelumnya mengalami penurunan dari 89,99 tahun 2008. Tertinggi di Kabupaten Teluk Wondama 87,72 dan terendah Kabupaten Sorong Selatan 43,24.APK SLTAMA terus meningkat dari tahun 2008 sebesar 57,25 menjadi 62,04 di tahun 2009 dan 72,07 di tahun 2010. g. Angka Pendidikan yang Ditamatkan APT SDMI mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 26,24 sementara pendidikan tinggi SLTA keatas sebesar 32,95 dengan rincian 24,59 berpendidikan SLTAsederajat dan 8,36 berpendidikan perguruan tinggi. Meningkat 1,54 dibandingkan dengan tahun 2008 dan 2009. Menandakan terdapat perbaikan kualitas pendidikan dengan menurunnya persentase pendidikan rendah dan meningkatnya persentase pendidikan tinggi. Kota Sorong dengan tingkat pendidikan tertinggi dan Kabupaten Tambrauw yang terendah. 94,04 89.95 58,98 14,45 91,91 49,65 43,93 7,36 SDMI SMPMTS SMASMKMA PT APS APM 38 2. Kesehatan a. Angka rata-rata anak lahir hidup tahun 2010 sebesar 2,55 dan angka rata-rata anak masih hidup sebesar 2,39. b. Secara umum Angka Harapan Hidup AHH di masing-masing daerah mengalami kemajuan. di tahun 2010 AHH Papua Barat mencapai 68,51 pertahun. AHH tertinggi di Kota Sorong sebesar 71,95pertahun dan terendah di Kabupaten Tambrauw sebesar 66,51pertahun. Tahun 2009-2010 AHH mengalami kemajuan 0,31pertahun. Peningkatan tertinggi di Kabupaten Raja Ampat dan Kota Sorong sebesar 0.42 pertahun dan terendah di Kabupaten Sorong Selatan sebesar 0,17 pertahun. c. Status gizi buruk pada Balita di Papua Barat tahun 2010 tercatat mencapai 9,1, sedangkan gizi kurang mencapai 17,4. Angka ini masih diatas angka nasional yang hanya mencapai 4,9 dan 13,1. Gambar 2-13. Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Provinsi PapuaBarat 3. Kemiskinan a. Dilihat dari aspek ekonomi, jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat mengalami penurunan dari tahun ke tahun dalam kurun waktu tahun 2006 – 2010, meskipun sempat mengalami peningkatan sebesar dari 35,12 pada tahun 2008 menjadi 35,71 pada tahun 2009 atau meningkat sebesar 0,59. Bila dilihat perbandingan antara penduduk miskin dan tidak miskin pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat, jumlah penduduk tidak miskin adalah sebesar 65,12, sedangkan penduduk miskin adalah sebesar 34,88 dengan persentase penduduk miskin kota sebesar 1,32 dan penduduk miskin Kampung sebesar 33,56. b. Penurunan angka kemiskinan di perKampungan pada tahun 2009 sebesar 44,71 menjadi 43,48 di Tahun 2010 sedangkan angka kemiskinan di perkotaan naik dari 5,22 menjadi 5,73. 36 32.7 31.6 30.5 2006 2007 2008 2009 2010 Angka Kematian Bayi 67.3 67.6 67.9 68.2 68.96 2006 2007 2008 2009 2010 Angka Harapan Hidup 39 Gambar 2-14. Perbandingan Jumlah Penduduk Provinsi Papua Barat Berdasarkan Status Kemiskinan Tahun 2010 c. Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat memiliki angka kemiskinan diatas 40 sehingga membutuhkan effort yg sangat besar untuk penanggulangannya. Diduga karena wilayahnya yang terbilang cukup terisolir sehingga tingginya biaya transportasi dalam pengadaan kebutuhan barang dan jasa. d. Garis kemiskinan Provinsi Papua Barat tahun 2010 sebesar 294.727 Rupiah per kapita per bulan, terdiri dari garis kemiskinan makanan sebesar 237.147 rupiah dan garis kemiskinan non makanan sebesar 57.580 Rupiah. Kontribusi garis kemiskinan makanan terthadap garis kemiskinan sebesr 80,46. Dibandingkan tahun 2009, garis kemiskinan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 6,24. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan 4,74 lebih rendah daripada kenaikan garis kemiskinan di perKampungan 6,74. e. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 10,47 di tahun 2010 menjadi 8,78 di tahun 2011. f. Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami penurunan dari 4,30 menjadi 3,43 di tahun 2010. g. Penurunan kedua indeks kemiskinan mengandung makna bahwa kondisi kemiskinan di Papua Barat semakin membaik. Artinya rata-rata pendapatan penduduk miskin dengan garis kemiskinan semakin dekat dan ketimpangan pendapatan antar penduduk miskin semakin rendah. 4. Kesempatan Kerja a. Dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2007-2010 mencapai 13,54 dan laju pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 0,65, elastisitas kesempatan kerja Papua Barat hanya mencapai 0,05. Artinya bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi 1 hanya akan menciptakan kesempatan kerja sebesar 0,05 Penduduk Miskin Kota, 1.32 Penduduk Miskin Desa, 33.56 Penduduk Tidak Miskin, 65.12 41.34 39.31 35.12 35.71 34.88 31.92 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Penduduk Miskin 40 b. Angkatan kerja tahun 2010 meningkat menjadi 342.888 orang dari 330.121 orang di tahun 2009 dan 319.675 orang di tahun 2008. Pada periode 2008-2010, peningkatan angkatan kerja diikuti oleh peningkatan penduduk yang bekerja namun jumlah penduduk yang menganggur justru juga mengalami peningkatan. Jumlah penduduk bekerja meningkat dari 295.223 orang di tahun 2008 menjadi 316.547 orang di tahun 2010. Sementara jumlah penganggur meningkat dari 24.452 orang di tahun 2008 menjadi 26.341 orang di tahun 2010.

2.3 Aspek Pelayanan Umum

Pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah Provinsi Dan KabupatenKota dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perUndang-Undangan. Secara umum penjelasan mengenai pelayanan umum terbagi kedalam dua urusan pokok yang terkait dengan layanan urusan wajib dan layanan urusan pilihan.

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib

1. Pendidikan a. Pada tahun 2010, Angka Partisipasi Sekolah usia 7-12 tahun mencapai 94,04, usia 13-15 tahun menurun menjadi 89,95, usia 16-18 tahun mencapai 58,98, dan untuk usia 19-24 hanya mencapai 14,45. b. Rasio SiswaGuru: Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswaguru pada tahun 2007 mencapai 22 siswa, pada tahun 2008 mencapai 20 siswa, pada tahun 2009 mencapai 21 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 20 siswa. c. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswaguru pada tahun 2007 mencapai 10 siswa, pada tahun 2008 mencapai 9 siswa, pada tahun 2009 mencapai 11 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 14 siswa. d. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswaguru pada tahun 2007 mencapai 13 siswa, pada tahun 2008 mencapai 13 siswa, pada tahun 2009 mencapai 12 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 13 siswa. e. Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswakelas pada tahun 2007 mencapai 23 siswa per kelas, pada tahun 2008 mencapai 23 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 30 siswa per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 25 siswa per kelas. f. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswakelas pada tahun 2007 mencapai 36 siswa per kelas, pada tahun 2008 mencapai 27 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa 41 per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 33 siswa per kelas. g. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswakelas pada tahun 2007 mencapai 32 siswa, pada tahun 2008 mencapai 33 siswa, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 32 siswa. h. Rasio kelassekolah pada jenjang pendidikan SD bernilai 5,59 pada tahun 2008. Pada tahun 2009 rasio kelassekolah menurun menjadi 4,03. Namun pada tahun 2010 rasio tersebut meningkat menjadi 6,15. i. Rasio kelassekolah pada jenjang pendidikan SLTP bernilai 7,34 pada tahun 2008. Pada tahun 2009 rasio kelassekolah menurun menjadi 5,87. Namun pada tahun 2010 rasio tersebut meningkat menjadi 6,84. j. Rasio kelassekolah pada jenjang pendidikan SLTA bernilai 10,26 pada tahun 2008. Pada tahun 2009 rasio kelassekolah menurun menjadi 9,64. Pada tahun 2010 rasio tersebut menurun menjadi 9,57. 2. Kesehatan a. Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 110 Puskesmas, 367 Puskesmas Pembantu, 145 Puskesmas Keliling, dan 297 Puskesmas Polindes. Ketersediaan fasilitas kesehatan di Provinsi Papua Barat yang paling banyak di Kabupaten Manokwari jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya, yaitu terdapat 22 Puskesmas, 84 Puskesmas Pembantu, 19 Puskesmas Keliling, dan 74 Unit Poliklinik Kampung. b. Jika diamati dari jumlah penduduk, dapat dikatakan bahwa 14 Rumah Sakit yang ada di Provinsi Papua Barat tahun 2010 melayani 760.433 penduduk. Hal ini berarti satu rumah sakit melayani sekitar 54.316 penduduk. c. Jika diperhatikan dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barattahun 2010 dan jumlah dokter yang tersedia, maka rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter di Provinsi Papua Barat adalah sebesar 4.045 atau dengan kata lain satu dokter rata-rata melayani 4.045 orang. Faktanya pada tahun 2010 jumlah dokter telah meningkat dan distribusinya telah tersebar dengan alokasi yang lebih baik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio ini menurun jika dibandingkan dengan rasio 5.026 pada tahun 2009. Artinya terjadi coverage yang lebih baik dalam hal tertanganinya penduduk dengan peningkatan jumlah dokter. Rasio penduduk terhadap dokter tertinggi berada di Kota Sorong yaitu sebesar 9.531 penduduk dan yang terkecil berada di Kabupaten Teluk Wondama dengan rasio sebesar 1.645 penduduk per seorang dokter. 42 Gambar 2-15. Cakupan Layanan Kesehatan di Provinsi Papua Barat Tahun 2006-2009 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat 3. Lingkungan Hidup Perkembangan akses penduduk di Provinsi Papua Barat terhadap air bersih pada tahun 2008- 2010 menunjukkan peningkatan. Peningkatan konsumsi air bersih untuk air minum dari 42,81 persen pada tahun 2008 menjadi 49,20 pada tahun 2009, dan 53,11 pada tahun 2011. Akses air bersih tertinggi pada tahun 2010 di Kota Sorong yaitu 78,44 dan terendah di Kabupaten Maybrat yaitu sebesar 9,76 . 4. Sarana dan Prasarana Umum a. Jaringan Jalan i. Infrastruktur utama yang berperan penting dalam aspek daya saing daerah merupakan sarana dan prasarana yang terkait dengan sistem transportasi. Wilayah Papua Barat secara regional sangat bergantung kepada moda transportasi udara yang menjangkau hampir seluruh wilayah KabupatenKota. ii. Selain keberadaan transportasi udara, moda transportasi laut dan darat ikut berperan dalam pengembangan wilayah Papua Barat. Untuk wilayah laut, keberadaan pelabuhan sebagai simpul pengangkut orang maupun barang tersebar menjadi tiga pelabuhan utama. Untuk Pelabuhan internasional wilayah Papua Barat terdapat di Kota Sorong, sedangkan dua pelabuhan utama lainnya merupakan pelabuhan nasonal di wilayah Manokwari dan Kaimana. iii. Berbeda dengan kedua jenis transportasi sebelumnya, salah satu kunci pencapaian transportasi darat terlihat dari perkembangan rasio panjang jalan per jumlah kendaraan yang menunjukan angka perbandingan 1:0.077 pada tahun 2006. Angka ini berarti setiap satu kendaraan dilayani oleh jalan dengan panjang 0,077 km. Peningkatan pada sektor ini terjadi hingga menunjukan angka perbandingan 1:0,101 58.46 58.46 70.15 68.18 27.76 27.76 27.70 26.22 50.58 55.99 57.83 60.43 2006 2007 2008 2009 Cakupan puskesmas Cakupan puskesmas pembantu Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 43 pada tahun 2009. Gambar 2-16. Rencana Jaringan Transportasi Provinsi Papua Barat Sumber: Draft RTRW Provinsi Papua Barat. Gambar 2-17. Kondisi Jalan Strategis di Provinsi Papua Barat 44 Sumber: Laporan Indikasi Program Pengembangan Infrastruktur Provinsi Papua Barat, 2009 b. Jaringan Irigasi i. Banyaknya sungai besar yang mengalir di seluruh wilayah Provinsi Papua Barat dan beberapa danau cukup menguntungkan dalam upaya penyediaan air bersih. Persentase sumber air bersih berasal dari sungai mencapai 54,6, mata air 45,3 dan sumber lainnya 0,1 1 . Namun tetap saja hal tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan air bersih penduduk sampai ke rumah tangga di daerah-daerah terpencil karena keterbatasan kapabilitas untuk menjangkau dari sumber air. Adanya keterbatasan ini menuntut perlu dicari alternatif lokasi lain yang dapat dijadikan sebagai catchment areawaduk guna dapat menampung air sungai. ii. Sebagian besar wilayah memakai sistem pompa dan sistem gravitasi. Sistem pompa dilakukan pada sumber pengambilan air water intake ke rumah pompa water treatment plant. Sedangkan dengan sistem gravitasi, air cukup dialirkan dari sumber atau unit produksi ke unitblok distribusi reservoir. Untuk mengetahui rencana dan realisasi saluran irigasi Provinsi Papua Barat pada tahun 2009, dapat dilihat pada Tabel 2-3 berikut. iii. Pengadaan saluran irigasi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi pertanian terus diupayakan pemenuhannya mencapai target yang telah ditetapkan. Hingga saat ini baru dilakukan proses pembangunan saluran irigasi seluas 9.929 Ha, jauh dibawah target realisasi seluas 28.651 Ha. Tabel 2-10. Rencana dan Realisasi Saluran Irigasi Provinsi Papua Barat Tahun 2009 Rencana Ha Realisasi Ha Hambatan Produksi tonHa Kab. Manokwari 12,666 5,100 Pembebasan lahanketerbatasan dana 20.80 Kab. Teluk Bintuni 2,500 450 Pembebasan lahanketerbatasan dana 6.00 Kab. Sorong 9,104 2,413 Pembebasan lahanketerbatasan dana 44.85 Kab. Raja Ampat 250 155 Pembebasan lahanketerbatasan dana 8.60 Kab. Fakfak 1,431 1,431 Pembebasan lahanketerbatasan dana 6.25 Kab. Sorong Selatan 1,500 300 Pembebasan lahanketerbatasan dana 2.65 Kab. Teluk Wondama 1,200 80 Pembebasan lahanketerbatasan dana 6.00 Total 28,651 9,929 95.15 Sumber:Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009 1 Papua Barat Dalam Angka 2009 45 c. Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 734 masjid, 1.531 gereja protestan, 163 gereja katholik, 46 pura, 5 vihara, dan 1 kelenteng. Secara total terdapat 2.479 tempat peribadatan di Provinsi Papua Barat 5. Rumah Tinggal Bersanitasi a. Persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri, pembuangan akhir tinja, dan jenis kloset angsa selama tahun 2009-2010 mengalami peningkatan. Rumah tangga yang memiliki jamban sendiri mengalami peningkatan yaitu sebesar 59,48 tahun 2009 menjadi 61,07 pada tahun 2010. b. Rumah tangga yang memiliki TPAT septik TankSPAL mengalami peningkatan yaitu sebesar 55,09 tahun 2009 menjadi 63,76 pada tahun 2010.Rumah tangga yang memiliki kloset leher angsa mengalami peningkatan yaitu sebesar 46,04 tahun 2009 menjadi 66,35 pada tahun 2010. Persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB pada periode 2009- 2010 mengalami penurunan dari 17,16 menjadi 15,3 6. Persampahan Persampahan belum betul-betul dikelola secara terpadu di Provinsi Papua Barat. Tempat Pembuangan Akhir TPA hanya dimiliki oleh Kabupaten Sorong tepatnya di Distrik Makbon. Persampahan di Kota Sorong di Klasaman sudah tidak layak karena sangat dekat dengan pemukiman dan dikhawatirkan akan terjadi pencemaran air tanah di pemukiman masyarakat pada saat musim hujan system open dumping. sedangkan di wilayah lainnya, pengelolaan sampah dilakukan secara individual oleh masing-masing rumah tangga atau instansi, biasanya dengan cara ditimbun, dibakar, atau bahkan dibuang ke sungai atau laut. Hingga saat ini memang dianggap belum menumbulkan masalah karena jumlahnya belum signifikan, namun bukan berarti tidak perlu diperbaiki dan dikelola secara terpadu. 7. Rumah Layak Huni a. Terjadi peningkatan persentase rumah tangga yang memiliki tempat tinggal yang layak huni pada tahun 2008-2010 berdasarkan empat indikator rumah layak huni. b. Persentase rumah tangga yang memiliki lantai bukan tanah meningkat dari 91,08 pada tahun 2008, 91,6 pada tahun 2009, dan 93,02 pada tahun 2010. c. Persentase rumah tangga yang memiliki atap layak tidak beratap dedaunan meningkat dari 90,64 pada tahun 2008, 93,6 pada tahun 2009, dan 94,85 pada tahun 2010. d. Persentase rumah tangga yang memiliki dinding permanen meningkat dari 51,34 pada tahun 2008, 52,27 pada tahun 2009, dan 56,68 pada tahun 2010. e. Persentase rumah tangga yang memiliki luas lantai per kapita 10m2 menurun dari 43,26 46 pada tahun 2008, 38,36 pada tahun 2009, dan 39,86 pada tahun 2010. Gambar2-18. Kelayakan Rumah di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Rumah Tangga Tahun 2007-2010 Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2011

2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan

1. Penanaman Modal a. Jumlah proyek dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak 40 proyek. Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2008 dan 2009 dengan jumlah proyek sebanyak 41 proyek. b. Jumlah proyek dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak 61 proyek. Jumlah ini mengalami kenaikan dari tahun 2008 dan 2009 dengan jumlah proyek sebanyak 49 dan 58 proyek. c. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebesar 1.185.429 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 967.478 juta rupiah. d. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebesar 98,459 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu sebesar 78.360 juta rupiah. Berlantai layak Berdinding layak Atap layak Bersanitasi baik

90.10 43.14

87.01 52.69

91.08 51.34 92.40 45.52 91.60 52.27 93.60 59.49 93.02 56.68 94.85 61.07 2007 2008 2009 2010 47 2. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, Koperasi terus tumbuh dengan persentase pertumbuhan hampir mencapai 40. Pada tahun 2008 sejumlah 916 unit Koperasi kemudian tumbuh menjadi 967 unit sampai dengan tahun 2010 menjadi 1.257 unit dengan 701 unit Koperasi aktif dan 556 Koperasi tidak aktif yang tersebar di seluruh KabupatenKota di Provinsi Papua Barat. 3. Ketenagakerjaan a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK Papua Barat terus mengalami peningkatan dari tahun 2007-2009. TPAK tahun 2010 meningkat menjadi 69,29 dari kondisi tahun 2009 dan 2008 yakni 68,52 dan 68,15. b. TPAK tertinggi tahun 2010 dicapai oleh Kabupaten Manokwari yaitu sebesar 78,78, sementara TPAK terendah berada di Kabupaten Fakfak yaitu hanya mencapai 54,00. c. Jumlah penganggur tahun 2010 meningkat menjadi 26.341 orang dari sebelumnya sebanyak 24.452 orang pada tahun 2008. Sebanyak 32,90 penduduk yang bekerja termasuk kedalam setengah pengangguran. Tingkat setengah pengangguran mencapai 30,37. Umumnya setengah pengangguran mempunyai produktivitas yang rendah, oleh karena itu perlu dicermati dalammelihat jumlah penduduk yang bekerja, sebab dapat terjadi absolut penduduk yang bekerja tinggi namun ternyata masih tercakup didalamnya setengah pengangguran dalam jumlah yang tinggi. d. Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Papua Barat mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke tahun2010. TPT meningkat dari 7,65 di tahun 2008 menjadi 7,68 di tahun 2010.

2.4 Aspek Daya Saing Daerah

1. Kemampuan Ekonomi Daerah a. Meskipun proporsi konsumsi rumah tangga terhadap komoditi makanan masih cukup dominan tetapi persentasenya menunjukkan penurunan selama tahun 2008-2009. Peningkatan proporsi konsumsi non makanan berimbas pada peningkatan pengeluaran rumah tangga untuk biaya pendidikan dan kesehatan. b. Pada tahun 2008 proporsi konsumsi makanan oleh penduduk Papua Barat mendekati 60, tetapi pada tahun 2009 persentasenya berkurang menjadi 55,84. c. Proporsi konsumsi non makanan meningkat dari 41,21 pada tahun 2005 menjadi 44,07 pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi 52,33. 48 d. Kondisi perumahan tahun 2010 di Papua Barat secara umum mengalami perbaikan kualitas dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2010 di Papua Barat secara umum mengalami perbaikan kualitas dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2010, hampir duapertiga rumah tangga telah memiliki rumah dengan status milik sendiri sebesar 63,67. Sedangkan untuk status sewa 9,84, kontrak 4,66 dan lainnya dinas, bebas sewa, milik keluarga, lainnya 21,83 e. Nilai Tukar Petani NTP Papua Barat tahun 2011 sd September sebesar 103,23 lebih tinggi dibandingkan NTP 2010 sebesar 103,05. 2. Fasilitas Wilayah Infrastruktur a. Aksesibilitas i. Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang diamanahkan dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat adalah Program Pengembangan Infrastruktur Dasar. Selama ini belum seluruhnya KabupatenKota belum terhubung dengan jalan darat. Sebagian pembangunan jalan sedang dilakukan, meskipun sebagian kabupaten telah terhubung namun belum dibuka untuk umum. Dengan masih terbatasnya akses perhubungan lewat darat, sebagian besar orang memanfaatkan fasilitas perhubungan melalui laut dan udara. ii. Panjang jalan di Papua Barat tahun 2010 sepanjang 5.729,22 Km. Kondisi ini mengalami perbaikan dibandingkan pada tahun 2008 yaitu sepanjang 5.400,71 Km. Kondisi panjang jalan tersebut terbagi menjadi 412,31 Km 7,20 jalan negara; 938,48 Km 76,42 adalah jalan kabupaten. Sedangkan menurut jenis permukaannya terbagi menjadi 1.328,49 Km 23,19 jalan aspal; 1.639,25 Km 28,61 jalan dengan permukaan kerikil; 2.222,13 Km 38,79 jalan dengan permukaan tanah; dan 539,35 Km 9,41 jalan dengan permukaan lainnya. iii. Pada tahun 2008 jumlah penumpang kapal datang 281.200 orang dan berangkat 277.700 orang dengan jumlah armada 880 kapal. Di tahun 2010 jumlahnya mengalami penurunan menjadi 237.200 orang yang datang dan 252.900 orang yang berangkat dengan jumlah armada yang juga menurun menjadi 669 unit. iv. Jumlah penumpang pesawat udara cenderung memiliki tren meningkat signifikan selama 2008-2010. Jumlah penumpang datang mencapai 334.700 orang dengan jumlah penerbangan 11.656 dan berangkat 349.200 orang dengan jumlah penerbangan 11.820 kali di tahun 2010. Rata-rata penumpang pesawat untuk debarkasi 29 orang dan untuk embarkasi 30 orang. 49 3. Penataan Ruang Sampai dengan tahun 2011, belum ada RTRW baik tingkat Provinsi maupun KabupatenKota yang sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang sudah dijadikan Peraturan Daerah Perda. Sehingga upaya pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian penataan ruang pun belum optimal. Belum dapat diketahui berapa persen ketaatan wilayah terhadap RTRWnya. 4. Fasilitas Keuangan dan Perbankan Jumlah kantor bank di Provinsi Papua Barat terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari tahun 2007 yang hanya 49 unit 5 unit bank swasta nasional, 44 unit bank persero dan pemerintah menjadi 67 unit kantor bank 13 unit bank swasta nasional, 54 unit bank persero dan pemerintah. 5. Fasilitas Air Bersih Persentase terbesar rumah tangga pengguna air bersih memiliki sendiri fasilitasnya, sebesar 49,02. Meningkat dari kondisi tahun 2009 yaitu sebesar 46,65 dari total rumah. Sementara 25,33 menggunakan air bersih secara bersama dan 16,73 masih menggunakan fasilitas umum. 8,92 tidak memiliki akses terhadap air bersih. 6. Fasilitas Energi Listrik Rumah tangga di Papua Barat hanya 57,67 yang menggunakan listrik PLN. Belum seluruh Kampungdi Papua Barat teraliri listrik dan belum seluruh Kabupaten mendapatkan pasokan listrik 24 jam dalam sehari. Masyarakat yang tidak teraliri listrik 24 jam biasanya menggunakan genset. Untuk Kampung-Kampung yang tidak teraliri listrik, terutama di daerah yang jauh dari ibukota Kabupaten umumnya menggunakan pelitasenteroborlainnya. Persentase rumah tangga yang menggunakan jenis penerangan tersebut mencapai 17,83. Kondisi penggunaan energi listrik terutama yang memanfaatkan listrik negara PLN masih belum maksimal. Belum seluruh Kabupaten mendapatkan pasokan listrik 24 jam, seperti contohnya di Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat. Hanya 32,37 Kampungsaja yang telah terjangkau layanan PLN. Sulitnya kondisi geografis dan terbatasnya ketersediaan energi listrik menjadi penyebab belum meratanya pasokan listrik. Dari total 168.000 rumah tangga di Papua Barat, hanya 80.421 rumah tangga yang terdaftar sebagai pelanggan PLN. 50 Gambar 2-19. Cakupan Pelayanan Listrik dan Air Bersih Pada Perkampungan Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009 7. Fasilitas Telekomunikasi a. Untuk jaringan telekomunikasi di Provinsi Papua Barat berkembang pesat melalui pelayanan provider telepon selular yang mulai mengembangkan jaringan paling tidak di kawasan perkotaan ataupun ibukota setiap Distrik di masing-masing KabupatenKota. Untuk di kawasan perkampungan, penggunaan telepon satelit masih diandalkan. b. Telekomunikasi menggunakan jaringan internet juga berkembang cukup pesat meskipun hanya di kawasan perkotaan dengan layanan gabungan dari provider telepon seluler maupun dari PT.Telkom sebagai perusahaan negara yang menangani masalah penyediaan layanan komunikasi.Untuk sistem jaringan nirkabel untuk internet, belum dikembangkan secara umum dan gratis dari pemerintah. Namun di banyak tempat umum, sudah mulai disediakan dengan jenis dan ketentuan layanan yang berbeda-beda dan sebagian besar bersifat komersil. c. Kantor Pos juga masih diandalkan oleh masyarakat baik untuk pengiriman suratdokumen dan barang. Kantor Pos besar hanya terdapat di dua wilayah yaitu Kota Sorong dan Manokwari sementara Kantor Pos Pembantu terdapat di semua wilayah kecuali Kabupaten Raja Ampat. Kebutuhan pos di Raja Ampat dipenuhi oleh Rumah Pos dan Kantor Pos Kampung. 8. Iklim Investasi a. Kondisi investasi di Papua Barat menunjukan kecenderungan yang terus membaik. Peningkatan jumlah proyek yang dijalankan memberikan gambaran meningkatnya kepercayaan publik dalam menanamkan modal yang dimilikinya. Penanaman modal yang berasal dari dalam negeri maupun asing atau luar negeri secara jumlah memang mengalami peningkatan, namun secara nilai tidak terlalu meningkat. 2007 2008 2009 70.28 53.41 25.86 89.47 86.04 89.13 Cakupan pelayanan listrik pada kampung Cakupan pelayanan air bersih pada kampung 51 Tabel 2-11. Kondisi Investasi Provinsi Papua Barat Tahun Realisasi Dalam Negeri Realisasi Asing Jumlah Proyek Nilai Investasi dalam juta rupiah Jumlah Proyek Nilai Investasi dalam ribu USD 2010 40 1.185.429 61 98.459 2009 41 967.468 58 98.459 2008 41 967.468 49 98.459 2007 38 967.468 26 78.360 2006 35 967.468 28 78.360 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010 b. Di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 telah terjadi 89 kasus kriminal. 74 kasus atau sekitar 83,1 diantaranya telah ditangani oleh pihak yang berwenang. Kasus yang paling banyak terjadi adalah kasus pencurian kendaraan bermotor yaitu sebanyak 15 kasus 16,85. Kasus yang paling sedikit terjadi adalah kasus pemerkosaan yaitu sebanyak 1 kali 1,12. Tidak ada kasus kejahatan terhadap kepala negara. 9. Sumber Daya Manusia a. Dilihat dari latar belakang pendidikan, persentase penduduk yang bekerja ternyata sebagian besar berpendidikan rendah. Sebesar 49,16 penduduk yang bekerja 26,91 belum bersekolahtidak tamat SD dan 22,25 tamat SD. 18,32 tamat SLTA. Hanya 9,50 yang berijazah perguruan tinggi. b. Kesejahteraan penduduk di suatu daerah dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia IPM di daerah tersebut. IPM di Provinsi Papua Barat pada Tahun 2010 adalah 69,15.Meningkat dari kurun waktu tahun 2007 – 2009, yaitu sebesar 67, 28 pada tahun 2007, pada tahun 2008 sebesar 67,95 dan pada tahun 2009 sebesar 68,58. KabupatenKota yang memiliki nilai IPM terbesar di Provinsi Papua Barat pada tahun 2009 adalah Kota Sorong, yaitu sebesar 76,84 diikuti oleh Kabupaten Fak-Fak dan Kaimana dengan masing- masing nilai IPM sebesar 70,8 dan 69,8, sedangkan nilai IPM terendah terdapat di Kabupaten Tambrauw yaitu sebesar 49,12. 52 Gambar 2-20.Indeks Pembangunan Manusia IPM Provinsi Papua Barat dan Perkembangannya Sumber: Buku IPM Provinsi Papua Barat 201.

2.5 Sebagian Capaian BidangSektor di Provinsi Papua Barat Tahun 2011

2.5.1. Kehutanan

Berbeda halnya dengan bidang transmigrasi, di bidang kehutanan berbagai upaya rehabilitasi telah digalakan terutama pada kawasan hutan dan lahan mangrove guna meningkatkan daya dukung lahan. Capaian bidang kehutanan dalam 5 tahun terakhir diantaranya adalah sebagai berikut:  Terlaksananya kegiatan pemantapan keamanan dalam negeri dan konservasi sumber daya alam melalui operasi pengamanan hutan gabungan terpusat.  Inventarisasi daerah rawan kebakaran hutan di wilayah Provinsi Papua Barat.  Penataan batas sementara dan pembuatan trayek batas hutan lindung terutama pada wilayah Distrik Ayamaru, Kebar, Batanta Timur, Batanta Barat, dan hutan lindung pada kawasan Pulau Gam.  Monitoring dan Evaluasi kegiatan pengusahaan hutan melalui monitoring ke lapangan baik yang merupakan kegiatan rutin maupun yang berdasarkan pada laporan Dinas Kehutanan Kabupaten.  Mempertahankan luasan lahan konservasi sebesar 1,7 juta hektar pada tahun 2009.  Merehabilitasikan sekitar 48.385,47 hektar lahan kritis dari 1.785.441,79 hektar lahan kritis dalam kawasan hutan.  Mempertahankan kerjasama dengan lembaga sosial masyarakat maupun lembaga donor sehubungan dengan program kehutanan berbasis masyarakat.

2.5.2. Transmigrasi

Pelayanan bidang transmigrasi tidak terlepas pula dari upaya penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,

67.28 67.95

68.58 69.15

2007 2008 2009 2010 IPM Papua Barat Kota Sorong Fak-Fak Kaimana Sorong Manokwari Teluk Bintuni Sorong Selatan Maybrat Teluk Wondama Raja Ampat Tambrauw 77.18 71.46 70.13 68.5 67.19 66.58 66.31 66 65.76 64.58 50.51 53 hingga saat ini telah terealisasi 2 unit bina dengan jumlah 450 Kepala Keluarga di wilayah Manokwari dan Teluk Wondama. Pembangunan tersebut dibarengi oleh pelaksanaan forum komunikasi, informasi dan edukasi ketransmigrasian sebagai bagian dari pengembangan masyarakat. Capaian bidang transmigrasi di Provinsi Papua Barat diantaranya adalah sebagai berikut:  Pembinaan pembangunan kawasan transmigrasi terutama pada wilayah Kabupaten Manokwari dan Teluk Wondama yang terealisasi sebanyak 2 UPT terdiri dari 450 Kepala Keluarga KK;  Terlaksananya forum komunikasi, informasi, dan edukasi ketransmigrasian selama 2 tahun pada suatu wilayah;  Koordinasi dan konsultasi teknis pembinaan pembangunan dan pengembangan masyarakat dan kawasan transmigrasi dengan Ditjen P2KT P2MKT Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia;  Pembinaan Kampung Transmigrasi Kabupaten Teluk Wondama terhadap 200 KK;  Pembinaan Kampung Transmigrasi Kabupaten Manokwari terhadap 200 KK Tahun 2010.

2.5.3. Pendidikan

Sub-Bidang Akses dan Pemerataan Pendidikan  Peningkatan partisipasi sekolah pada seluruh jenjang pendidikan.  Pemberian beasiswa berprestasi kepada 10 orang siswa-siswi berprestasi untuk kuliah di China dan Jerman.  Pengembangan ICT di Kabupaten Manokwari dan Sorong dengan memanfaatkan jejaring pendidikan nasional guna mencanangkan schoolnet untuk 40 sekolah yang akan berakses internet dan intranet.  Peningkatan Angka Melek Huruf AMH Provinsi Papua Barat dari 88,55 persen pada tahun 2006, menjadi 92,34 pada tahun 2009. Sub-Bidang Mutu, Daya Saing, dan Relevansi Pendidikan  Peningkatan nilai rata-rata standar kompentensi kelulusan jenjang pendidikan Sekolah Dasar atau sederajat UASBN dari 5,8 pada tahun 2009, menjadi 6,51 pada tahun 2010.  Peningkatan nilai rata-rata standar kompentensi kelulusan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama atau sederajat UNAS dari 6,7 pada tahun 2009, menjadi 6,89 pada tahun 2010.  Nilai rata-rata standar kompentensi kelulusan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat UNAS sebesar 7,01 pada tahun 2010.  Penurunan angka putus sekolah jenjang pendidikan Sekolah Dasar atau yang sederajatnya dari 3,5 persen pada tahun 2008, menjadi 1,21 persen pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik 54 Provinsi Papua Barat.  Penurunan angka putus sekolah jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama atau yang sederajatnya dari 8,3 persen pada tahun 2008, menjadi 2,89 persen pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.  Penurunan angka putus sekolah jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas atau yang sederajatnya dari 16,51 persen pada tahun 2008, menjadi 11,97 persen pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.  Peningkatan angka rata-rata lama sekolah dari 7,2 tahun pada tahun 2006, menjadi 8,01 tahun pada tahun 2009.  Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat PAUD dengan mayoritas merupakan lulusan SMA sebesar 43,18 persen.  Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat SD dengan mayoritas merupakan lulusan SMA sebesar 43,24 persen Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.  Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat SMP dengan mayoritas merupakan lulusan S1 sebesar 37,25 persen dari seluruh tenaga pendidik tingkat SMP Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.  Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat SMA dengan mayoritas merupakan lulusan S1 berjumlah 943 Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.  Peningkatan kepemilikan perpustakaan pada setiap jenjang pendidikan. Sumber data: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sub-Bidang Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik  Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi program bidang pendidikan dalam kurun waktu 6 bulan sekali.  Pembangunan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar BPKB Provinsi Papua Barat.  Sertifikasi guru perjenjang yang mencapai angka 447 untuk tingkat Sekolah Dasar, 276 untuk Sekolah Menengah Pertama, 125 untuk Sekolah Menengah Atas dan 58 untuk jenjang Sekolah Menengah Kejuruan.  Perbaikan angka putus sekolah dan mengulang sekolah di Provinsi Papua Barat Capaian Kinerja Sektor Kesehatan Sub-Bidang Pelayanan Kesehatan  Peningkatan usia harapan hidup Provinsi Papua Barat dari 67,3 tahun pada tahun 2006 menjadi 68,2 tahun pada tahun 2009 Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.  Prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk di Provinsi Papua Barat sebesar 26,5 riset kesehatan dasar, 2010.  Prevalensi Balita pendek dan sangat pendek di Provinsi Papua Barat sebesar 49,2 riset kesehatan dasar, 2010. 55  Prevalensi Balita kurus dan sangat kurus di Provinsi Papua Barat sebesar 11,5 riset kesehatan dasar, 2010.  Prevalensi Balita gemuk di Provinsi Papua Barat sebesar 14,8 riset kesehatan dasar, 2010.  Angka Kematian Bayi baru lahir di Provinsi Papua Barat sebesar 21 kematian per 1000 kelahiran hidup Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 2007.  Angka Kematian Bayi di Provinsi Papua Barat sebesar 36 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2006, menurun menjadi 30,5 kematian pada tahun 2009. Survei Demografi Kesehatan Indonesia dan Badan Pusat Statistik, 2007-2010.  Angka Kematian Balita di Provinsi Papua Barat sebesar 62 kematian per 1000 kelahiran hidup Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 2007.  Angka Kematian Ibu di Provinsi Papua Barat sebesar 56 kematian per 1000 kelahiran hidup Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 2007. Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan  Peningkatan jumlah Puskesmas sebanyak 76 unit pada tahun 2007 menjadi 105 unit pada tahun 2009 Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat.  Rasio Puskesmas berbanding dengan 100.000 penduduk sebesar 14.  Peningkatan jumlah Rumah Sakit dari 10 unit pada tahun 2007 menjadi 13 unit pada tahun 2010.  Jumlah Rumah Tangga miskin yang menerima jaminan kesehatan meningkat menjadi 127.518. Bidang Bina Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan  Rasio Dokter Umum per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 31,66, semakin mendekati target nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk tahun 2009.  Rasio Dokter Gigi per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 6,3, berada jauh dibawah target nasional sebesar 11 per 100.000 penduduk tahun 2009.  Rasio Dokter Ahli per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 5,14, sementara target nasional sebesar 6 per 100.000 penduduk tahun 2009.  Rasio tenaga Perawat Sarjana, DIII, dan SPK per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 201, diatas target nasional sebesar 117,5 per 100.000 penduduk tahun 2009.  Rasio tenaga Apoteker Kefarmasian per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 3,97, berada jauh dibawah target nasional sebesar 10 per 100.000 penduduk tahun 2009.  Rasio Tenaga Gizi per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 12,61, berada jauh dibawah target nasional sebesar 22 per 100.000 penduduk tahun 2009.  Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 10,55, berada jauh dibawah target nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk tahun 2009.  Rasio Tenaga Sanitasi per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 5,76, sementara target nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk tahun 2009.  Rasio Tenaga Teknisi Medis per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 48,79 tahun 56 2009. Sub-Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan  Angka kesakitan DBD menunjukan perubahan dari 59 kasus, dengan 4 orang meninggal menjadi 309 kasus dengan 2 orang meninggal.  Anual Parasite Incidence API Provinsi Papua Barat adalah 82 positif Malaria per 1000 penduduk pada tahun 2008, menurun menjadi 64 positif malaria per 1000 penduduk pada tahun 2010.  Prevalensi pengidapan HIVAIDS sebesar 1.  Angka kematian Pneumoni Balita 4,8-3 per 1000 penduduk.  Angka kematian Balita akibat diare adalah 2,5 – 1,25 per 1000 penduduk. 57

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

SERTA KERANGKA PENDANAAN

3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu

Hal yang berkaitan dengan penerimaan daerah secara jelas telah diatur dalam regulasi nasional yaitu Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Beberapa perubahan mendasar dalam sistem perencanaan pembangunan dan penganggaran daerah menuntut dilakukannya sejumlah perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah, terutama dalam aspek anggaran, akuntansi dan pemeriksaan. Serangkaian perubahan tersebut mengarahkan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan pada konsep money follow function yaitu pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis, efektif, efisien, transparan dan akuntabel yang implikasinya dalam sistem anggaran berbasis kinerja. Konsep itu sendiri mengandung 3 tiga elemen yang harus dilakukan pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan publiknya, yang meliputi: 1 secara ekonomis dapat meminimalisir input yang digunakan; 2 efisien mencapai hasil yang optimal dengan biaya yang minimal outputinput; 3 efektif mencapai target yang ditetapkan outcomeoutput. Kinerja keuangan Provinsi Papua Barat pada periode sebelumnya dapat diukur dari perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah periode dimaksud. Berdasarkan data yang ada, menujukkan trend positif yang ditandai oleh meningkatnya realisasi Pendapatan Daerah. Namun apabila dicermati lebih mendalam, trend positif yang ditunjukan oleh kinerja pendapatan daerah didominasi oleh semakin meningkatnya perolehan pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

3.1.1 Kinerja Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Sumber penerimaan Daerah dapat berasal dari berbagai macam sumber penerimaan yang secara garis besar dikelompokan menjadi tiga bagian yang terdiri atas: 1 Pendapatan Asli Daerah PAD yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah; 2 Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, serta Dana Alokasi Khusus; 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah yang terdiri dari Dana Otonomi Khusus, Dana Tambahan 58 Infrastruktur, serta Dana Penyesuaian. Gambar 3-1. Struktur Penerimaan Daerah Provinsi Papua Barat Berdasarkan data yang ada, perkembangan keuangan daerah Provinsi Papua Barat dalam kurun waktu 2011-2012 dari sisi realisasi pendapatan daerah cenderung mengalami kenaikan akan tetapi kontribusi dana perimbangan dan pendapatan lain terutama dari dana terkait status Otonomi Khusus masih menjadi yang paling dominan dalam pemasukan Daerah. Minimnya kontribusi Pendapatan Asli Daerah merupakan gambaran minimnya daya saing wilayah dan tingkat ketergantungan ekonomi yang sangat tinggi. Kebijakan dan strategi khusus perlu diperhatikan dalam mendorong pertumbuhan perekonomian yang lebih baik. Distribusi persentase komponen pendapatan daerah secara keseluruhan terdistribusikan dengan proporsi sebagai berikut: Tabel 3-2. Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatanh Daerah Tahun 2011 – 2012 Provinsi Papua Barat No. Uraian 2008 2009 2010 2011 Rp 2012 Rp s 1 PENDAPATAN 3,385,707,354,738 3,939,327,152,609.8 8 16.35

1.1. Pendapatan Asli Daerah

98,962,042,000 155,916,595,419.00 57.55 1.1. 1. Pajak daerah 66.640.510.000 .000 67.076.900.000. 000 41.184.500.000. 000 80,050,000,000 123,414,840,000.00 54.17 1.1. 2. Retribusi daerah 294.100.000.00 294.100.000.00 322.090.000.00 1,490,000,000.00 922,000,000.00 - 38.12 1.1. 3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan 4,386,860,000.00 8,809,755,419.00 100.82 1.1. 4. Lain-lain PAD yang sah 365,700.000.00 365,700.000.00 5.644.200.000.0 00 13,035,182,000.00 22,770,000,000.00 74.68

1.2. Dana Perimbangan

1,332,510,408,788. 00 1,596,161,163,190.8 8 19.79 1.2. 1. Dana bagi hasil pajak bagi hasil bukan pajak 1.289.100.000. 000 4.543.040.000.0 00 2.067.250.000.0 00 591,526,598,788.00 656,129,600,190.88 10.92 1.2. 2. Dana alokasi umum 59.576.000.000 60.579.000.000 700,444,910,000.00 901,398,453,000.00 28.69 Penerimaan Daerah Pendapatan Asli Daerah PAD Dana Perimbangan Pendapatan Lain yang Sah 59 No. Uraian 2008 2009 2010 2011 Rp 2012 Rp s 1.2. 3. Dana alokasi khusus 595.760.000.00 605.790.000.00 40,538,900,000.00 38,633,110,000.00 - 4.70

1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang

Sah 1,954,234,903,950. 00 2,187,249,394,000.0 11.92 1.3. 1 Hibah - - - 1,037,958,000.00 - 100.00 1.3. 4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus 1.118.480.000.0 00 1.154.940.000.00 1,953,196,945,950. 00 2,187,249,394,000.0 11.98 Sumber: Badan Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah Tabel 3-2. Distribusi Persentase Realisasi Penerimaan DaerahProvinsi Papua Barat No. Komponen Pendapatan Tahun 2006 2007 2008 2009 1. Pendapatan Asli Daerah 2,25 4,77 5,09 2,61 1.1 Pajak Daerah 1,11 3,70 4,43 2,31 1.2 Retribusi Daerah 0,01 0,01 1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1.4 Lain-Lain PAD yang Sah 1,14 1,06 0,66 0,29 2 Dana Perimbangan 95,89 95,23 57,01 36,50 3 Lain-Lain Pendapatan yang Sah 1,86 0,00 37,90 60,89 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Provinsi Papua Barat, 2009. Sedangkan, penjabaran kondisi perekonomian secara umum dan penerimaan daerah secara khusus yang terkait dengan pendanaan program maupun kegiatan sesuai dengan prinsip desentralisasi Fiskal di Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka desentralisasi. Dana perimbangan juga merupakan komponen paling dominan dalam Pendapatan Daerah yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu: Dana Bagi Hasil atau DBH, Dana Alokasi Umum atau DAU serta Dana Alokasi Khusus atau DAK. Komposisi ini telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah dan dilaksanakan dari tahun ketahun.

a. Dana Bagi Hasil DBH

Dana Bagi Hasil sesungguhnya merupakan kontribusi Pemerintah Pusat kepada Daerah sebagai wujud dari kesatuan wilayah Nasional Repbulik Indonesia. Besaran Dana Bagi Hasil ini ditetapkan sesuai dengan tingkat pemanfaatan sumber daya alam di Provinsi 60 Papua Barat. Tingginya besaran DBH sangat tergantung pada investasi yang terlaksana terkait pemanfaatan potensi sumber daya alam yang terkandung di wilayah Papua Barat. Berdasarkan pengertian tersebut, besarnya alokasi DBH bagi wilayah Papua Barat sangat ditentukan sesuai kebijakan perekonomian khususnya dalam peningkatan pemanfaatan Sumber Daya Alam. Adapun Dana Bagi Hasil itu sendiri terdiri dari klasifikasi sebagai berikut: i. Dana Bagi Hasil Pajak meliputi: Dana Bagi Hasil PBB, BPHTB, PPH dan Dana Bagi Hasil Cukai. Beberapa komponen DBH ini belum dilaksanakan di Papua Barat. ii. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam meliputi: Dana Bagi Hasil Kehutanan, Pertambangan Umum, Perikanan dan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi. Selama tahun 2008-2010, perkembangan alokasi pengeluaran transfer yang berasal dari DBH Pemerintah Pusat ke Pemerintah Provinsi Papua Barat mengalami kondisi yang tidak menentu. Perkembangan jumlah alokasi pada tahun 2008-2009 sangat berbeda dengan perubahan yang terjadi pada tahun 2009-2010. Penurunan penerimaan alokasi yang terjadi sangat mempengaruhi penerimaan pendapatan daerah secara umum di Papua Barat, berikut merupakan rincian perubahan yang terjadi. Tabel 3-1. Alokasi Dana Bagi Hasil Provinsi Papua Barat Milyar Rupiah Klasifikasi Tahun 2008 2009 2010 DBH Sumber Daya Alam 382,63 2.617,70 1.130,90 DBH Pajak 906,47 1.925,34 936,35 Total DBH 1.289,10 4.543,04 2.067,25 Sumber: Kementerian Keuangan, 2010

b. Dana Alokasi Umum DAU

Prinsip dasar dari Dana Alokasi Umum atau DAU adalah merupakan upaya Pemerintah Pusat melakukan pemerataan kemampuan keuangan Daerah. Transfer dana dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah dalam bentuk DAU bermaksud menutupi kesenjangan fiskal fiscal gap yang terjadi sebagai upaya perwujudan kemandirian Pemerintah Daerah dalam melayani masyarakat. Penetapan besaran DAU sendiri, didasari oleh ketersediaan data dasar celah fiskal yang dirumuskan hingga menjadi jumlah penentuan alokasi DAU bagi Provinsi Papua Barat. Oleh karenanya, secara tidak langsung intensifikasi besaran DAU ditentukan oleh mutu data dasar yang antara lain berupa: jumlah penduduk, luas wilayah, tingkat harga, 61 kondisi sumber daya manusia, serta PDRB per kapita.Realisasi pengeluaran transfer dalam bentuk DAU dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Namun walaupun begitu jumlah realisasi penerimaan masih sangat jauh dibawah alokasi penerimaan yang ditetapkan pemerintah pusat. Tabel 3-2. Penerimaan Transfer Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2010 Milyar Rupiah TAHUN ALOKASI PENERIMAAN 2 REALISASIDAU 3 2009 7.839,76 595,76 2010 3.418,07 605,79 Sumber: Kementerian Keuangan RI, 2010 dan BAKD Papua Barat, 2011

c. Dana Alokasi Khusus DAK

Dana Alokasi Khusus ini berasal dari Pendapatan APBN dan dialokasikan ke Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan kepentingan nasional. Kegiatan khusus yang dimaksud, memiliki kriteria kebutuhan khusus yang ditetapkan melalui peraturan perundangan yang berlaku, sebagai berikut:  Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.  Kebutuhan yang digunakan untuk membiayai kegiatan reboisasi dan penghijauan oleh daerah penghasil.  Kebutuhan yang tidak dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumusan Dana Alokasi Umum. Berdasarkan pemahaman tersebut, pada dasarnya DAK ditujukan untuk tujuan spesifik yang telah tergambarkan berdasarkan kebutuhannya. Untuk wilayah Papua Barat sendiri, dalam tiga tahun terakhir memiliki jumlah DAK yang berubah-ubah. Menurunnya tingkat kebutuhan khusus yang ada di Papua Barat telah mendorong terjadinya perubahan besaran DAK yang ditransfer Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Papua Barat. Berikut merupakan gambaran pengalokasian Dana Alokasi Khusus atau DAK di Papua Barat: Tabel 3-3. Dana Alokasi Khusus Provinsi Papua Barat dalam Milyar Rupiah Tahun AlokasiDAK RealisasiDAK 2009 1.195,07 68,58 2 Alokasi meliputi Provinsi Dan KabupatenKota se Papua Barat sumber: Kementerian Keuangan RI Tahun 2011 3 Realisasi hanya Provinsi Papua Barat saja sumber: BAKD Provinsi Papua Barat, Agustus 2011 62 2010 419,73 21,76 Sumber : Kementerian Keuangan RI, 2010 dan BAKD Papua Barat, 2011

2. Pendapatan Asli Daerah PAD

Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh Daerah berdasarkan pungutan dana yang digunakan untuk memenuhi keperluan daerah membiayai kegiatannya sesuai dengan peraturan daerah yang mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Bagian Laba Usaha Daerah, dan Penerimaan Lain-lain. Pendapatan Asli Daerah Provinsi Papua Barat dalam kurun waktu jangka menengah kedepan diperkirakan akan terus meningkat. Prediksi peningkatan PAD tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan Laba Usaha Daerah yang berhubungan dengan pendapatan lain PAD. Tabel 3-4. Pendapatan Asli Daerah Provinsi Papua BaratJutaan Rupiah NO JENIS PENERIMAAN DAERAH TAHUN 2007 2008 2009 2010 1 Pajak Daerah 25.436,70 66.640,51 67.076,90 41.184,50 2 Retribusi 73,10 294,10 294,10 322,09 3 Pendapatan Lain 7.285,65 365,70 365,70 5.644,20 Jumlah 32.795,45 67.300,31 67.736,70 47.150,79 Sumber: Dispenda Papua Barat, 2010, dan Statistik Keuangan Daerah, 2009.

3. Penerimaan Lain yang Sah a. Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat

Penetapan Provinsi Papua Barat sebagai daerah berkategori Otonomi Khusus berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 35 Tahun 2008, menyebabkan diberikannya dana transfer berupa Dana Otonomi Khusus yang besarannya adalah 2 dari Dana Alokasi Umum atau DAU Nasional. Peningkatan angka DAU Nasional dari tahun ke tahun ikut mendorong terjadinya peningkatan alokasi Dana Otonomi Khusus untuk wilayah Papua Barat. Gambar 3-2 Realisasi Dana Otonomi Khusus Papua Barat 63 Sumber: BAKD Papua Barat, Agustus 2011. Penetapan Dana Otonomi Khusus terkait dengan total belanja Pemerintah Pusat yang pada tahun 2010 menunjukan angka Rp. 781,5 triliun atau sebesar 69, 40 dari total belanja keseluruhan. Sementara itu, alokasi dana transfer ke Daerah pada tahun yang sama ditetapkan sebesar Rp. 344,6 triliun. bedasarkan besaran alokasi nasional dana transfer tersebut, komponen Dana Alokasi Umum atau DAU sebesar 57,73 , dimana porsi Dana Otonomi Khusus adalah sebesar 2,7 dari Dana Alokasi Umum. Kemudian dalam tahun 2011, porsi belanja Pemerintah Pusat menunjukan peningkatan menjadi sebesar Rp. 823, 6 triliun atau 68,52 dari total belanja keseluruhan. sementara alokasi dana transfer ke Daerah sebesar Rp. 378,4 triliun dengan nilai DAU adalah sebesar 58,63 dan selanjutnya Dana Otonomi Khusus Papua sebesar 2,72 dari DAU yang tersedia. Tabel 3-5. Posisi Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat dalam Trilyun Rupiah KLASIFIKASI TAHUN 2010 2011 Total Belanja Pemerintah Pusat 781,50 823,60 Total Belanja Transfer Pusat ke Daerah 344,60 378,40 Persentase DAU dari total belanja transfer Pusat ke Daerah 57,73 58,63 Persentase Dana Otsus dari DAU 2,70 2,72 Persentase Alokasi Provinsi Papua Barat terhadap Dana Otsus 30 30 Sumber: Kementerian Keuangan RI, tahun 2010, Angka tahun 2011 adalah versi RAPBN 2011.

b. Dana Tambahan Infrastruktur Otonomi Khusus Papua Barat.

Realisasi alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Otonomi Khusus Papua Barat hingga saat ini belum menunjukan dampak pemanfaatan yang maksimal. Alokasi yang diusulkan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat ini, diupayakan pemanfaatannya dalam 900 950 1000 1050 1100 1150 1200 M il y a r R u p ia h 64 beberapa kurun waktu mendatang guna meningkatkan kemampuan pembangunan infrastruktur. Untuk wilayah Papua Barat sendiri realisasi pada tahun 2010 menunjukan angka Rp. 600 Milyar Rupiah, meningkat Rp. 30,5 Milyar dibandingkan jumlah yang terealisasi pada tahun 2008. Berikut merupakan gambaran peningkatan jumlah realisasi dana tambahan infrastruktur yang terjadi. Gambar 3-3. Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Barat dalam Milyar Rupiah Sumber: BAKD Provinsi Papua Barat, Agustus 2011

c. Dana Penyesuaian

Dana bantuan dari Pemerintah Pusat yang diberikan kepada Daerah yang mengalami kekurangan anggaran DAU dan DBH sehubungan dengan komponen personil, peralatan, pembiayaan dan dokumentasi P3D pelaksanaan Otonomi Daerah merupakan suatu bentuk dana penyesuaian keuangan. Penerimaan dana penyesuaian untuk wilayah Provinsi Papua Barat sendiri baru dirasakan pada tahun 2010 dengan besaran jumlah sebesar Rp. 64,05 milyar untuk Pemerintah Provinsi, dan Rp. 594,17 milyar untuk pemerintah KabupatenKota. Penggunaan Dana Penyesuaian ini diarahkan untuk:  Dana Tambahan Penghasilan bagi Guru PNSD  Dana Tambahan Tunjangan Profesi Guru  Dana Insentif Daerah serta  Bantuan Operasional Sekolah BOS

d. Dana DekonsentrasiTugas Perbantuan

65 Dana ini dimaksudkan untuk membiayai kegiatan atau program Kementerian dan Lembaga di Provinsi Papua Barat dengan nilai alokasi pada tahun 2011 sebesar Rp.3.094,37 Milyar Kantor Wilayah Kementerian Keuangan Jayapura, 2011. Sedangkan untuk jumlah besaran dana dekonsentrasi atau tugas perbantuan tahun-tahun sebelumnya masih merupakan satu gabungan alokasi dana dengan Provinsi Papua.

4. Skema Penerimaan Lain a. Pinjaman dan Hibah Dalam Negeri

Sekalipun diijinkan oleh regulasi keuangan daerah, penerimaan yang bersumber dari Pinjaman dan Hibah dalam negeri belum dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat, termasuk KabupatenKota. Peluang pemanfaatan sumber penerimaan yang berasal dari pinjaman dan hibah dalam negeri masih memerlukan regulasi di tingkat Daerah. Oleh sebab itu, penerimaan ini masih lebih bersifat potensial dan belum effektif. Dalam periode 2012 - 2016, potensi ini bisa dimanfaatkan untuk memperkuat kapasitas fiskal Papua Barat mengingat pendapatan daerah ini dapat berbentuk devisa, rupiah, barang atau jasa, serta pelatihan yang tidak perlu dibayarkan kembali.

b. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Jenis penerimaan yang berasal dari Kekayaan Daerah yang dipisahkan maupun Hasil Perusahaan Milik Daerah dalam wujud bentuk keuntungan usaha, bagian keuntungan Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD baik yang bersifat lembaga keuangan, non- keuangan, maupun penyediaan pelayanan dasar hingga saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi kontribusi nyata dapat diberikan sehubungan dengan rencana pengembangan BUMD Provinsi Papua Barat. Dalam kurun waktu perencanaan jangka menengah kedepan tahun 2012-2016, peluang ini berusaha dihasilkan melalui perantara BUMD guna memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan yang dibutuhkan Provinsi Papua Barat terutama terkait dengan pengadaan infrastruktur dasar wilayah.

c. Sumber Pendanaan Luar Negeri.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pinjaman dan Hibah Luar Negeri, dapat diusahakan masuknya dana dari mitra luar negeri dalam bentuk Pinjaman dan Hibah. Hak dan kewenangan melakukan Pinjaman Luar Negeri dan pengaliran Dana Hibah kepada Daerah ditetapkan melalui persetujuan Menteri Keuangan Republik Indonesia berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Besaran Dana Pinjaman dan Hibah Luar Negeri diteruskan kepada Pemerintah Daerah hingga saat ini tidak tercatat dalam APBD Provinsi Papua Barat, akan tetapi 66 pemanfaatannya dirasakan secara nyata untuk kepentingan sebagai berikut : 1. Hibah digunakan untuk membiayai program penguatan kapasitas kelembagaan, peningkatan kualitas sumber daya aparatur, pembangunan sumber daya manusia, pelayanan kesehatan dan pendidikan, penanggulangan kemiskinan, dan pengelolaan lingkungan hidup. 2. Sedangkan untuk pinjaman yang diteruskan ke Daerah diarahkan untuk pembangunan infrastruktur serta pembangunan berbagai program yang memiliki nilai strategis yang tinggi serta memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat.

5. Skema pendanaan khusus.

Skema pendanaan khusus ini dapat dilaksanakan dalam bentuk pembangunan sarana tertentu khususnya yang memiliki peluang pengembalian modal investasi dan dilaksanakan dalam bentuk Publik Private Partnership PPP atau Kerangka Pembiayaan Swasta. Untuk wilayah Papua Barat, dapat diusahakan pengembangan pola PPP dalam pemenuhan pengelolaan air bersihair minum, pemenuhan kebutuhan listrik, dan sarana pelabuhan komersial. Diluar skema PPP, dapat diusahakan pendanaan melalui program kepedulian sosial dikalangan dunia usaha atau Corporate Social Responsibility CSR. Pola seperti ini dilaksanakan sejalan dengan beroperasinya perusahaan-perusahaan yang berinvestasi dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam di Papua Barat dengan penanaman modal baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Sebagai contoh, pelaksanaan skema CSR ini telah berjalan seiring dengan operasional BP Tangguh di Kabupaten Teluk Bintuni. 67 3.1.2. Neraca Daerah Tabel 3-6. Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2007 - 2011 No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbu han 1 ASET 538.796.181.431,86 1.134.862.630.270,38 2.042.066.129.869,69 3.333.281.577.007,42 4.005.940.483.297,95 68,49

1.1 ASET LANCAR

189.629.783.550,86 78.806.406.869,38 142.197.016.263,69 362.578.447.582,42 404.117.023.796,95 47,11 1.1.1 Kas 188.253.783.625,86 75.865.371.054,38 131.502.834.234,69 358.977.892.215,42 398.982.993.830,95 49,44 1.1.1.1 Kas di Kas Daerah 166.741.703.982,86 75.865.371.054,38 131.502.834.234,69 331.870.798.393,42 368.375.760.064,95 11,00 1.1.1.2 Kas di Bendahara Pengeluaran 21.438.979.643,00 27.043.952.214,00 30.607.233.766,00 13,18 1.1.1.3 Kas di Bendahara Penerimaan 73.100.000,00 63.141.608,00 0,00 -100,00 1.1.1.4 Investasi Jangka Pendek 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1.1.2 Piutang 0,00 993.512.432,00 56.146.909,00 240.508.364,00 5.134.029.966,00 756,22 1.1.2.1 Piutang Pajak 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1.1.2.2 Piutang Retribusi 0,00 0,00 0,00 0,00 1.1.2.3 Bagian lancar pinjaman kepada perusahaan negara 0,00 0,00 0,00 0,00 1.1.2.4 Bagian lancar pinjaman kepada perusahaan daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 1.1.2.5 Bagian lancar pinjaman kepada Pemerintah Pusat 0,00 0,00 0,00 0,00 1.1.2.6 Bagian lancar pinjaman kepada pemerintah daerah lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 1.1.2.7 Bagian lancar taguhan penjualan angsuran 0,00 0,00 0,00 0,00 1.1.2.8 Bagian lancar tuntutan 0,00 0,00 0,00 0,00 68 No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbu han perbendaharaan 1.1.2.9 Bagian lancar tuntutan ganti rugi 0,00 0,00 0,00 0,00 1.1.2.10 Piutang lainnya 0,00 993.512.432,00 56.146.909,00 240.508.364,00 5.134.029.966,00 756,22 1.1.3 Persediaan 1.375.999.925,00 1.947.523.383,00 10.638.035.120,00 3.360.047.003,00 0,00 79,84

1.2. INVESTASI JANGKA

PANJANG 0,00 0,00 25.000.000.000,00 100.000.000.000,00 125.000.000.000,00 162,50 1.2.1 Investasi Non Permanen 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1.2.1.1 Pinjaman kepada perusahaan negara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1.2.1.2 Pinjaman kepada perusahaan daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 1.2.1.3 Pinjaman kepada perusahaan daerah lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 1.2.1.4 Investasi dalam Surat Utang Negara 0,00 0,00 0,00 0,00 1.2.1.5 Investasi non permanen lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 1.2.2 Investasi Permanen 0,00 0,00 25.000.000.000,00 100.000.000.000,00 125.000.000.000,00 162,50 1.2.2.1 Penyertaan modal pemerintah daerah 0,00 0,00 25.000.000.000,00 100.000.000.000,00 125.000.000.000,00 25,00 1.2.2.2 Penyertaan modal dalam proyek pembangunan 0,00 0,00 0,00 0,00 1.2.2.3 Penyertaan modal perusahaan patungan 0,00 0,00 0,00 0,00 1.2.2.4 Investasi permanen lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00

1.3 ASET TETAP

349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00 1.874.869.113.606,00 2.870.703.129.425,00 3.476.823.459.501,00 88,55 1.3.1 Tanah 12.190.279.525,00 40.374.699.775,00 61.873.919.775,00 91.738.556.775,00 112.533.856.775,00 88,85 1.3.2 Peralatan dan mesin 90.016.716.848,00 214.358.047.404,00 314.601.444.788,00 476.292.865.793,00 628.234.955.342,00 67,05 69 No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbu han 1.3.3 Gedung dan bangunan 103.504.249.445,00 279.331.085.495,00 477.217.057.886,00 923.250.691.142,00 1.083.730.540.221,00 87,89 1.3.4 Jalan, irigasi, dan jaringan 114.218.175.209,00 398.359.510.333,00 690.761.274.219,00 1.274.217.674.715,00 1.523.543.761.163,00 106,55 1.3.5 Aset tetap lainnya 12.485.475.000,00 44.277.511.550,00 74.047.206.000,00 105.203.341.000,00 128.780.346.000,00 96,59 1.3.6 Konstruksi dalam pengerjaan 16.751.501.854,00 79.355.368.844,00 256.368.210.938,00 0,00 0,00 165,59 1.3.7 Akumulasi penyusutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

1.4 DANA CADANGAN

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1.4.1 Dana cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

1.5 ASET LAINNYA

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1.5.1 Tagihan penjualan angsuran 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1.5.2 Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1.5.3 Kemitraan dengan pihak kedua 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1.5.4 Aset tak berwujud 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1.5.5 Aset lain-lain 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 JUMLAH ASET 538.796.181.431,86 1.134.862.630.270,38 2.042.066.129.869,69 3.333.281.577.007,42 4.005.940.483.297,95 68,49

2. KEWAJIBAN

0,00 27.574.448.071,77 3.942.313.430,28 3.925.152.879,91 3.905.989.031,91 -28,88

2.1 KEWAJIBAN JANGKA

PENDEK 0,00 27.574.448.071,77 3.942.313.430,28 3.925.152.879,91 3.905.989.031,91 -28,88 2.1.1 Utang perhitungan pihak ketiga 0,00 24.486.891.071,77 854.101.884,28 837.595.879,91 818.432.031,91 -33,58 2.1.2 Utang bunga 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2.1.3 Utang pajak 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2.1.4 Bagian lancar utang jangka 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 70 No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbu han panjang - Utang bank 2.1.5 Bagian lancar utang jangka panjang - Utang obligasi 0,00 0,00 0,00 0,00 2.1.6 Bagian lancar utang jangka panjang - Utang Pemerintah Pusat 0,00 0,00 0,00 0,00 2.1.7 Bagian lancar utang jangka panjang - Utang pemerintah provinsi 0,00 0,00 0,00 0,00 2.1.8 Bagian lancar utang jangka panjang - Utang pemerintah kabupatenkota 0,00 0,00 0,00 0,00 2.1.9 Pendapatan diterima di muka 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2.1.10 Utang jangka pendek lainnya 0,00 3.087.557.000,00 3.088.211.546,00 3.087.557.000,00 3.087.557.000,00 0,00

2.2 KEWAJIBAN JANGKA

PANJANG 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2.2.1 Utang dalam negeri - sektor perbankan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2.2.2 Utang dalam negeri - obligasi 0,00 0,00 0,00 0,00 2.2.3 Utang dalam negeri - Pemerintah Pusat 0,00 0,00 0,00 0,00 2.2.4 Utang dalam negeri - Pemerintah provinsi 0,00 0,00 0,00 0,00 2.2.5 Utang dalam negeri - Pemerintah kabupatenkota 0,00 0,00 0,00 0,00 2.2.6 Utang luar negeri - sektor perbankan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 71 No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbu han 3 EKUITAS DANA 538.796.181.431,86 1.107.288.182.198,61 2.038.123.816.439,41 3.329.356.424.127,51 4.002.034.494.266,04 68,28 3.1 EKUITAS DANA LANCAR 189.629.783.550,86 51.231.958.797,61 138.254.702.833,41 358.653.294.702,51 400.211.034.765,04 66,97 3.1.1 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran SILPA 188.253.783.625,86 51.378.479.982,61 130.281.243.721,91 358.077.154.727,51 398.107.844.546,04 66,72 3.1.2 Cadangan untuk piutang 0,00 993.512.432,00 56.146.909,00 240.508.364,00 5.134.029.966,00 756,22 3.1.3 Cadangan untuk persediaan 0,00 1.947.523.383,00 10.638.035.120,00 3.360.047.003,00 0,00 92,61 3.1.4 Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek 1.375.999.925,00 -3.087.557.000,00 -3.088.211.546,00 -3.087.557.000,00 -3.087.557.000,00 -81,10 3.1.5 Pendapatan yang ditangguhkan 0,00 0,00 367.488.628,50 63.141.608,00 56.717.253,00 -46,50

3.2 EKUITAS DANA INVESTASI

349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00 1.899.869.113.606,00 2.970.703.129.425,00 3.601.823.459.501,00 89,99 3.2.1 Diinvestasikan dalam investasi jangka panjang 0,00 0,00 25.000.000.000,00 100.000.000.000,00 125.000.000.000,00 162,50 3.2.2 Diinvestasikan dalam aset tetap 349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00 1.874.869.113.606,00 2.870.703.129.425,00 3.476.823.459.501,00 88,55 3.2.3 Diinvestasikan dalam aset lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3.2.4 Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

3.3 EKUITAS DANA

CADANGAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3.3.1 Diinvestasikan dalam dana cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

3.4 REKENING KORAN PPKD

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3.4.1 Rekening koran PPKD 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 538.796.181.431,86 1.134.862.630.270,38 2.042.066.129.869,69 3.333.281.577.007,42 4.005.940.483.297,95 68,49 72 73

3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan MasaLalu

1. Penyusunan dan Pemantapan Anggaran

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, pengelolaan keuangan daerah harus dilaksanakan secara terpadu antara perencanaan dan penganggaran, tertib, efektif, efisien, transparan, dan bertanggung jawab. Penyediaan pendanaan program maupun kegiatan yang berasal dari keuangan daerah direncanakan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD maupun dokumen acuan lainnya yang berupa Rencana Strategis SKPD Renstra SKPD dan Rencana Kerja SKPD Renja SKPD. Khususnya dalam RPJMD, indikasi pembiayaan yang bersifat jangka menengah akan dijabarkan menjadi pembiayaan tahunan yang tercermin dalam APBD dan APBN tahun bersangkutan. a. Penyiapan Dokumen Acuan Penganggaran Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, penyusunan anggaran mengacu kepada sejumlah dokumen perencanaan dan dokumen kerja lainnya. Dokumen acuan tersebut terdiri dari dokumen acuan tahap perencanaan dan dokumen acuan teknis sebelum menjadi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah RAPBD. Untuk dokumen acuan perencanaan terdiri dari dokumen RPJMD, Renstra SKPD, Renja SKPD, dan RKPD, sedangkan dokumen teknis yang menjadi agenda lebih lanjut terdiri dari Kebijakan Umum Anggaran KUA, Penetapan Plafond Anggaran Sementara PPAS, Rencana Kerja Anggaran RKA SKPD, dan RAPBD. Keterikatan antara satu dokumen acuan dengan dokumen acuan lainnya menuntut kinerja yang optimal dan penyelesaian tepat waktu dalam penyusunan berbagai dokumen acuan tersebut. Hubungan antar dokumen acuan lebih lanjut tergambar pada diagram keterpaduan berikut ini. Berdasarkan struktur dokumen perencanaan wilayah, setiap SKPD wajib menyusun rencana strategis yang nantinya menjadi acuan dalam penyusunan Renja SKPD. Renja SKPD selanjutnya menjadi materi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah atau RKPD yang merupakan penjabaran tahunan dari program jangka menengah dalam RPJMD. Dokumen RKPD yang bersifat tahunan memuat materi mengenai rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah serta rencana kerja yang terukur berikut pendanaannya. 74 Gambar 3-4. Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Gambar 3-5. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Lebih lanjut lagi, Rencana Kerja Pemerintah Daerah diterjemahkan kedalam rencana penganggaran dalam bentuk Kebijakan Umum Anggaran atau KUA yang bersifat tahunan. Gambaran mengenai prioritas kegiatan disampaikan oleh masing-masing SKPD dan dituliskan dalam KUA sebagai arahan prioritas penyediaan anggaran tahunan daerah. Berdasarkan informasi tersebut maka disusunlah Penetapan Plafond Anggaran Sementara atau PPAS yang merupakan pedoman penyusuan APBD Provinsi Papua Barat. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Dokumen Rencana Tahunan Muatan Materi: 1. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah. 2. PrioritasPembang 3. 75 76 Gambar 3-6. Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran KUA

b. Pemantapan Dokumen Acuan Penganggaran

Secara teknis, KUA dan PPAS dipaparkan dan dibahas lebih lanjut oleh lembaga eksekutif maupun lembaga legislatif daerah. Pembahasan ini kemudian menghasilkan Nota Kesepakatan antara Pimpinan DPRD dengan GubernurKepala Daerah yang menjadi persetujuan penyusunan dan pembahasan RKA SKPD. Program maupun kegiatan yang terbahas dalam RKA SKPD secara nyata telah mengadposi kepentingan maupun prioritas program yang menjadi upaya perwujudan misi pembangunan daerah. Gambar 3-7. Proses Penetapan Plafond Sementara atau PPAS Anggaran yang telah tercantum dalam PPAS selanjutnya dituangkan kedalam RKA-SKPD dengan berlandaskan prinsip-prinsip Anggaran Berbasis Kinerja. Melalui prinsip tersebut Kebijak an Muatan Materi Rancangan PPAS: 1. Skala prioritas urusan wajib dan 2. DPRD Pemerint ah Rancan gan PPAS Muatan Materi PPAS: 1. Program prioritas. 2. 77 diharapkan seluruh penanggung jawab memahami betul hal-hal terkait dengan masukan, keluaran, hasil, indikator kinerja, tolok ukur kinerja serta target kinerja yang akan dievaluasi dari masing-masing pengguna anggaran. Gambar 3-8. Proses dan Mekanisme Penyusunan RKA-SKPD

2. Alokasi Anggaran

Penggunaan anggaran yang diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah dengan perwujudan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial, secara teknis, dapat menggunakan perangkat kerangka kerja logis atau logical frame work guna mencapai pemanfaatan sumber daya yang optimal. Perwujudan kualitas kehidupan masyarakat digambarkan dalam prestasi kinerja dan pencapaian standar minimal pelayanan masing-masing satuan kerja. Sesuai dengan pedoman penyusunan anggaran yang diterbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri, alokasi anggaran untuk satuan kerja terkelompokan menurut klasifikasi Urusan Wajib dan Urusan Pilihan penyelenggaraan Pemerintahan. Dalam hubungan ini, faktor utama yang menjadi pertimbangan adalah penyediaan anggaran atau dana berdasarkan asas pelaksanaan tugas kelembagaan atau money follows function guna memberikan pengaruh manfaat yang sebesar- besarnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pembagian tugas Pemerintah Pusat dan Daerah dikelompokkan berdasarkan urusan sebagai berikut: Urusan Wajib 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Pekerjaan Umum 4. Perumahan 5. Penataan Ruang 6. Perencanaan Pembangunan 78 7. Perhubungan 8. Lingkungan Hidup 9. Pertanahan 10. Kependudukan dan Catatan Sipil 11. Pemberdayaan Perempuan 12. Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Keluarga 13. Sosial 14. Tenaga Kerja 15. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 16. Penanaman Modal 17. Kebudayaan 18. Pemuda dan Olah Raga 19. Kesatuan Bangsa dan Politik DN 20. Pemerintahan Umum 21. Kepegawaian 22. Pemberdayaan Masyarakat Kampung 23. Statistik 24. Kearsipan 25. Komuniksasi dan Informatika. Urusan Pilihan 1. Pertanian 2. Kehutanan 3. Energi dan Sumber Daya Mineral 4. Pariwisata 5. Kelautan dan Perikanan 6. Perdagangan 7. Perindustrian 8. Transmigrasi. Berdasarkan klasifikasi urusan tersebut, maka alokasi anggaran dalam APBD tahunan ditetapkan dan kemudian selanjutnya dijabarkan kedalam RKA-SKPD sesuai dengan bidang urusan yang ada.

3. Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

Pencapaian sasaran maupun target pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJMD maupun Renstra masing-masing SKPD diukur melalui penganggaran yang berbasis kinerja dan mengacu pada pelaksanaan program-program. Penganggaran berbasis kinerja bertujuan untuk memastikan bahwa dana yang dialokasikan bisa diukur efesiensi dan efektifitas dari capaian suatu program. Dengan menggunakan kerangka kerja logis maka komponen anggaran berbasis kinerja seperti: indikator kinerja, kinerja, keluaran, masukan dengan mudah bisa dicantumkan dalam penyusunan Rencana Kerja Anggaran SKPD atau KementerianLembaga. Selain itu, pendekatan berbasis kinerja dalam penyediaan anggaran juga berupaya mencapai keluaran atau output masukan berupa dana maupun komponen masukan lainnya yang tidak terikat dengan pendanaan. Masukan atau Input yang dimaksud dapat berupa segenap sumber daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program atau kegiatan, sementara keluaran atau output adalah semua barang dan jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan tersebut. Hal penting yang menjadi bagian dari penganggaran berbasis kinerja adalah rumusan-rumusan yang berhubungan dengan penetapan indikator, tolok ukur, serta target kinerja. Untuk indikator kinerja sendiri terdiri dari masukan, keluaran, dan hasil kinerja. Sedangkan tolak ukur kinerja meliputi ukuran prestasi kerja yang dapat dicapai berupa mutu, kuantitas, tingkat efisiensi, efektifitas. Selanjutnya target kinerja yang merupakan dorongan upaya pelayanan yang diberikan meliputi hal-hal yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan dari pencapaian program atau 79 kegiatan berdasarkan tolok ukur yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Keseluruhan rumusan tersebut kemudian dipertimbangkan dalam penyusunan RKA-SKPD maupun RKA tingkat kementerian dan lembaga.

4. Tugas Dekonsentrasi dan Perbantuan

Pemerintah Provinsi maupun KabupatenKota disamping melaksanakan tugas desentraliasi juga melaksanakan tugas dekonsentrasi dan perbantuan. Meskipun kedua jenis tugas tersebut menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat, namun dalam kenyataannya tanggung jawab tersebut didelegasikan kepada Kepala Daerah untuk melakukan proses koordinasi. Untuk tugas-tugas dekonsentrasi, dana atau anggarannya disalurkan berdasarkan organisasi kementerian dan lembaga di Daerah. Dalam tahun anggaran 2011, jumlah alokasi untuk wilayah Papua Barat adalah sebesar Rp. 3.094,37 milyar. Penerimaan Daerah Provinsi Papua Barat secara garis besar dipergunakan untuk membiayai belanja pemerintah, baik yang bersifat belanja langsung maupun tidak langsung. Belanja langsung sendiri dibedakan menjadi 8 delapan klasifikasi, sedangkan untuk belanjalangsung dibedakan menjadi 3 tiga klasifikasi utama. Adapun belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal. Untuk belanja tidak langsung terdiri dari belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja pegawai, belanja bagi hasil kepada ProvinsiKabupatenKota dan juga pemerintah Kampung, belanja bantuan keuangan bagi provinsikabupatenkota dan juga Pemerintah Kampung, serta belanja tidak terduga.

3.3 Kerangka Pendanaan Pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016

Berdasarkan realisasi penganggaran pembangunan, target pertumbuhan ekonomi yang direncanakan pada tahun 2012-2016 minimal sebesar 7,5 per tahun menuntut kebutuhan pendanaan pembangunan setiap tahunnya paling kurang Rp. 10 trilyun. Kebutuhan tersebut tetap akan dipenuhi oleh sumber pembiayaan pembangunan dari sektor pembiayaan fiskal. Pembiayaan sektor fiskal tersebut bersumber dari APBN dalam bentuk dana transfer dari Pemerintah Pusat ke Daerah yang berupa DBH, DAU, DAK, Dana Penyesuaian serta Dana Otonomi Khusus. Pembiayaan lain yang menjadi tulang punggung merupakan dana program dekonsentrasitugas-tugas perbantuan guna membiayai kegiatan kementerian di Papua Barat. Diluar pembiayaan utama tersebut, diupayakan sumber pendanaan lain berbentuk PAD, dana lain serta dana hibah donor luar negeri. Komponen pembiayaan ini dibandingkan kedua komponen bersumber APBN memiliki nilai yang relatif kecil. Secara rinci, keseluruhan sumber pembiayaan pembangunan Provinsi Papua Barat diluar dana hibah luar negeri tercantum dalam dokumen APBN, APBD Provinsi, dan APBD KabupatenKota se Papua Barat. 80 Tabel 3-7. Estimasi APBD Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 URAIAN ESTIMASI Pendapatan Daerah 3.778.766.466.950 Belanja Daerah 3.883.765.466.950 Defisit 104.999.000.000 Pembiayaan Daerah - Penerimaan Pembiayaan 130.000.000.000 - Pengeluaran Pembiayaan 25.000.000.000 Pembiayaan Netto 105.000.000.000 Selisih lebih 1.000.000.00 Tabel 3-8. Estimasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 URAIAN ESTIMASI Pendapatan daerah 3.778.766.466.950 1 Pendapatan AsliDaerah 134.500.000.000 a Pajak Daerah 105.000.000.000 b Retribusi Daerah 1.000.000.000 c Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerahyg dipisahkan 5.000.000.000 d Lain-lain PAD yang sah 23.500.000.000 2 Dana perimbangan 1.690.031.563.000 a Dana Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak 750.000.000.000 b Dana Alokasi Umum 901.398.453.000 c Dana Alokasi Khusus 38.633.110.000 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah 1.954.234.903.950 a Hibah 1.037.958.000 b Dana Darurat - c Dana Bagi Hasil Pajak dari Provdan pemda lainnya - d Dana Otonomi Khusus 1.353.196.945.950 e Dana sarana prasarana 600.000.000.000 f Bantuan Keu dari Prov atau Pemda lainnya - 81 Tabel 3-9. Estimasi Belanja Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 URAIAN ESTIMASI Belanja daerah 3.883.765.466.950 1 Belanja Tidak Langsung 2.069.885.775.100 a Belanja Pegawai 237.066.138.400 b Belanja Bunga - c Belanja Subsidi - d Belanja Hibah 204.452.611.000 e Belanja Bantuan Sosial 5.174.000.000 f Belanja Bagi Hasil Kepada KabKota dan Pemdes 646.955.163.700 g Belanja Bantuan Keu Kepada KabKota dan Pemerintah Kampung 951.237.862.000 h Belanja Tidak Terduga 25.000.000.000 2 Belanja langsung 1.813.879.691.850 a BelanjaPegawai 126.284.362.500 b Belanja Barangdan Jasa 871.980.601.350 c Belanja Modal 815.614.728.000 Tabel 3-10. Estimasi Pembiayaan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 URAIAN PERKIRAAN 1 Penerimaan pembiayaan 130.000.000.000 2 Pengeluaranpembiayaan 25.000.000.000 Pembiayaan Netto 105.000.000.000 Tabel 3-11. Ringkasan Pembagian ke KabupatenKota Tahun Anggaran 2012 URAIAN NILAI 1 Jumlah Pendapatan 3.778.766.466.950 100,00 2 Ke KabKota Berupa: A Dana Otsus 951.237.862.000 25,00 B Dana Bagi Hasil 646.955.163.700 17,00 82 URAIAN NILAI C Jumlah ke KabKota 1.598.193.025.700 42,00 D Sisa dikelola Provinsi 2.180.573.441.250 58,00 83 Analisis Pertumbuhan Pendapataan Daerah dan ProyeksiBelanja Daerah Provinsi Papua Barat 2012-2016 Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah. Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah. Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu APBD maka analisis pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap APBD dan laporan keuangan daerah pada umumnya. Analisis dilakukan terhadap penerimaan daerah yaitu pendapatan dari penerimaan pembiayaan daerah. Kapasitas keuangan daerah pada dasarnya ditempatkan sejauh mana daerah mampu mengoptimalkan penerimaan dari pendapatan daerah. Berbagai objek penerimaan daerah dianalisis untuk memahami perilaku atau karakteristik penerimaan selama ini. Analisis dilakukan berdasarkan pada data dan informasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pendapatan daerah, antara lain: 1 Angka rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah masa lalu; 2 Asumsi indikator makro ekonomi PDRBlaju pertumbuhan ekonomi, inflasi dan lain-lain; 3 Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah; 4 Kebijakan dibidang keuangan negara. Kemudian akan dilakukan lagi analisis proyeksi belanja daerah untuk memperoleh gambaran kebutuhan belanja tidak langsung daerah dan belanja langsung Provinsi Papua Barat. Analisis dilakukan dengan proyeksi 5 lima tahun kedepan untuk penghitungan kerangka pendanaan pembangunan daerah terhitung mulai 2012- 2016. 84 Tabel 3-12.Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Provinsi Papua Barat No Uraian Tahun 2012 Rp Tingkat partum buhan Proyeksi Tahun 2013 Rp Tahun 2014 Rp Tahun 2015 Rp Tahun 2016 Rp A Belanja TidakLangsung 2,330,898,319,267.92 10 2,563,988,151,194.71 2,820,386,966,314.18 3,102,425,662,945.60 3,412,668,229,240.16 1 Belanja Pegawai 254,897,739,260.00 10 280,387,513,186.00 308,426,264,504.60 339,268,890,955.06 373,195,780,050.57 2 Belanja Hibah 396,776,031,000.00 10 436,453,634,100.00 480,098,997,510.00 528,108,897,261.00 580,919,786,987.10 3 Belanja Bantuan Sosial 7,202,429,204.00 10 7,922,672,124.40 8,714,939,336.84 9,586,433,270.52 10,545,076,597.58 4 Belanja Bagi Hasil Kepada KabupatenKota 609,710,138,803.92 10 670,681,152,684.31 737,749,267,952.74 811,524,194,748.02 892,676,614,222.82 5 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten, Kota, Distrik, Kelurahan dan Kampung. 1,052,311,981,000.00 10 1,157,543,179,100.00 1,273,297,497,010.00 1,400,627,246,711.00 1,540,689,971,382.10 6 Belanja Tak Terduga 10,000,000,000.00 10 11,000,000,000.00 12,100,000,000.00 13,310,000,000.00 14,641,000,000.00 B Belanja Langsung 1,813,879,691,850.00 10 1,995,267,661,035.00 2,194,794,427,138.50 2,414,273,869,852.35 2,655,701,256,837.59 1 Belanja Pegawai. 126,599,662,500.00 10 139,259,628,750.00 153,185,591,625.00 168,504,150,787.50 185,354,565,866.25 2 Belanja Barang dan Jasa 871,008,602,600.00 10 958,109,462,860.00 1,053,920,409,146.00 1,159,312,450,060.60 1,275,243,695,066.66 3 Belanja Modal 816,271,426,750.00 10 897,898,569,425.00 987,688,426,367.50 1,086,457,269,004.25 1,195,102,995,904.68 TOTAL BELANJA 4,144,778,011,117.92 4,559,255,812,229.71 5,015,181,393,452.68 5,516,699,532,797.95 6,068,369,486,077.75 85 86

3.4 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah

Keuangan Daerah merupakan elemen penting pendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan kepada publik. Dalam upaya mewujudkan sasaran maupun target pembangunan Provinsi Papua Barat, secara umum dibutuhkan dukungan pendanaan untuk seluruh sektor pembangunan. Kebutuhan pendanaan baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri pada umumnya merupakan hasil upaya pemerintah yang berasal dari masyarakat maupun dunia usaha secara luas. Berbagai permasalahan wilayah berupa tingginya angka kemiskinan, pelayanan infrastruktur yang kurang memadai, dan persebaran pemukiman penduduk yang tidak merata mendorong penetapan target pertumbuhan ekonomi wilayah Papua Barat dengan angka yang cukup tinggi. Penetapan target tersebut sejalan dengan penetapan status otonomi khusus untuk wilayah Papua Barat yang diupayakan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sumber daya manusia. Dalam kurun waktu lima tahun kedepan, rencana target pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat sebesar 7,5 hingga 10 per tahun membutuhkan dukungan sarana dan prasarana wilayah yang memadai. Oleh karenanya, berbagai investasi yang terkait dengan sektor fiskal diarahkan penggunaannya dalam membangun berbagai kebutuhan dasar berupa prasarana, peningkatan pelayanan, pembangunan kelembagaan dan sumber daya manusia, penanggulangan kemiskinan, serta upaya penyelamatan lingkungan. Untuk sumber pembiayaan lain yang tergolong dalam kelompok sektor non-fiskal termasuk didalamnya investasi yang dilakukan sektor swasta, baik berupa investasi langsung maupun penanaman kembali bagian keuntungannya diupayakan sesuai skenario pengembangan wilayah yang ditetapkan. Sejalan dengan target peningkatan pertumbuhan ekonomi, karakteristik wilayah Papua Barat menuntut kebutuhan pendanaan program maupun kegiatan yang lebih besar secara jumlah. Sehubungan dengan hal tersebut, status Otonomi Khusus memberikan tambahan pendanaan dalam membiayai berbagai program yang mampu mendorong percepatan pengembangan wilayah. Program-program percepatan tersebut memiliki sasaran khusus dalam meningkatkan kinerja pembangunan infrastruktur dasar dan sumber daya manusia sebagai katalisator peningkatan pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

3.4.1 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah

Formulasi kebijakan dalam mendukung pengelolaan anggaran pendapatan daerah akan lebih difokuskan pada upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi. Kebijakan target pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan sebesar 7,5 hingga 10 persen per tahun, akan diupayakan melalui beberapa kebijakan yang meliputi: a. Kepastian penyediaan pendanaan untuk membiayai program prioritas dalam kurun waktu tahun 2012-2016, baik untuk Pemerintah Provinsi maupun bagi Pemerintah KabupatenKota. Kepastian ini akan didasarkan pada prediksi yang tepat mengenai potensi penerimaan daerah baik yang berupa pendapatan yang berasal dari APBN maupun APBD. 87 b. Optimalisasi sumber pendanaan yang bertujuan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi sumber pendapatan yang berasal dari dalam maupun luar daerah. Melalui kebijakan ini diharapkan adanya dorongan upaya penggalangan sumber pendanaan dari pihak swasta, masyarakat maupun kemitraan internasional yang lebih maksimal. c. Pembentukan skema kerja sama mitra yang maksimum dalam pengupayaan sumber pendanaan atas dasar kemitraan. Untuk kemitraan internasional pelaksanaannya disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan Hibah. Penggunaan dana pinjaman atau hibah yang dimaksud, dilaksanakan berdasarkan Standar Operasi dan Prosedur SOP dengan arahan pemanfaatan untuk pembiayaan program yang mempunyai implikasi besar dan luas terhadap pengembangan wilayah Papua Barat. d. Mengupayakan pendanaan dengan mekanisme pinjaman dan hibah dari luar negeri guna membiayai berbagai program prioritas dalam pembangunan didaerah. Bentuk program prioritas tersebut dapat berupa program penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan kelembagaan dan sumber daya aparatur, pembangunan sumber daya manusia, dan program pengembangan ekonomi kerakyatan. e. Melanjutkan pemanfaatan dana hibah luar negeri dengan melibatkan secara langsung Pemerintah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota se Papua Barat untuk berperan dalam proses penyusunan dokumen kegiatan, ataupun penyediaan tenaga konsultan nasional melalui penyediaan dana pendukung nasional atau counterpart budget baik yang berasal dari APBN maupun APBD.

3.4.2 Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah

Strategi utama pendanaan pembangunan yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Pengembangan sumber dan skema pendanaan pembangunan daerah baik yang sedang berjalan maupun skema baru lainnya, seperti: mengupayakan pemanfaatan pendanaan karbon atau carbon trading, dan mendorong pelaksanaan Corporate Social Responsibility atau CSR oleh pihak swasta. Diharapkan dengan adanya kolaborasi skema pendanaan lama dan yang baru pemenuhan kebutuhan pendanaan dapat lebih memadai khusus untuk pendanaan yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan hidup di Papua Barat. b. Peningkatan mutu atau kualitas pemanfaatan sumber dan skema pendanaan pembangunan dengan pembiayaan program strategis pembangunan. Melalui strategi ini, pengalokasian anggaran difokuskan pada penyediaan dana bagi program prioritas dengan beban anggaran yang seminimum mungkin. c. Peningkatan alokasi pendanaan kegiatan yang bersifat mendukung pelaksanaan tugas dekonsentrasi 88 atau tugas perbantuan guna mengimbangi keadaan keterbatasan fiskal di Provinsi Papua Barat. Berdasarkan strategi ini maka kontribusi pendanaan APBN bagi Papua Barat merupakan salah satu sumber utama pembiayaan pembangunan wilayah. d. Memaksimalkan pemanfaatan dana transfer pemerintah pusat berupa Dana Otonomi Khusus dan Dana Tambahan Infrastruktur yang difokuskan pada pendanaan program pembangunan bidang pendidikan, pelayanan kesehatan masyarakat, pembangunan infrastruktur, serta pengembangan ekonomi masyarakat, yang secara keseluruhan diupayakan keberpihakannya kepada peningkatan kontribusi dan pelayanan bagi masyarakat Asli Papua. 89

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Dari Analisis Lingkungan internal dan eksternal Papua Barat sesuai dengan yang dipaparkan dari masing- masing SKPD kemudian disimpulkan menjadi isu-isu strategis umum Provinsi Papua Barat, sebagai berikut:

4.1 Permasalahan Pembangunan

4.1.1 Permasalahan Internal

1. Secara geologi, tingkat kemampuan tanah sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi,semakin banyak faktor penghambat yang dijumpai di suatu wilayah seperti lereng terjal, ketersediaan air kurang dan mudah terjadi erosi maka dapat dikatakan kemampuan pada wilayah tersebut rendah. 2. Salah satu fenomena mencolok yang terdapat di Provinsi Papua Barat adalah kepadatan penduduk yang masih sangat rendah yakni rata-rata 27 jiwakm2 pada tahun 2008. Kotamadya yang terpadat 153 jiwakm 2 dan Kabupaten yang paling jarang penduduknya kurang dari 2 jiwakm 2 . Dari satu sisi gejala ini dapat dinilai sebagai pertanda besarnya peluang ekonomi, dari sisi lain rendahnya tingkat hunian suatu wilayah dapat pula dilihat sebagai pertanda bahwa di wilayah tersebut ada sesuatu hal atau banyak hal yang menyebabkan wilayah tersebut kurang menarik bahkan dihindari atau menjadi pilihan terakhir. 3. Bila ditinjau dari latar belakang geomorfologi dan geologinya, tanah di Provinsi Papua Barat sangat rawan erosi, rawan longsor, sementara tebing cenderung rawan gugur. 4. Dilihat dari sumberdaya alam darat Provinsi Papua Barat memiliki kekayaan alam yang besar berupa hamparan hutan tropika humid yang sangat luas yang didalamnya terdapat kawasan lindung. Di kawasan lindung ini pula terkandung sumberdaya andalan Provinsi Papua Barat berupa batu bara dan mineral galian. Kombinasi keruangan yang paling rawan ialah batubara dan hutan. Sejarah Papua Barat telah mencatat bahwa eksploitasi hutan di formasi yang mengandung batubara telah menghasilkan bencana banjir. 5. Karena sifat fisik ruang habitatnya sumberdaya alam perairan laut cenderung tidak sepenuhnya dapat dikuasaidimanfaatkan oleh penduduk. Ada peluang infiltrasi pemanfaatan oleh kekuatan ekonomi dari luar daerah, yang dari segi teknologi maupun organisasi produksi cenderung lebih unggul. Meskipun demikian paling tidak ada dua zona di mana penduduk daerah mempunyai keunggulan akses, baik dari segi fisik maupun segi hukum, yakni wilayah perairan zona I 6mil dan perairan interface payau. Sumber kerawanan utama di kawasan ini adalah apabila terjadi eksploitasi yang berlebihan dan pencemaran air karena penambangan emas, batubara dan minyak bumi. 90 6. Secara kultural penduduk Asli Papua Barat masih terpisah oleh sekat-sekat nilai adat yang dalam beberapa hal sangat eksklusif. Dari segi pendidikan, pendatang cenderung memiliki pendidikan lebih tinggi. Orientasi adat asli dalam memanfaatkan sumber alam pada umumnya mengandung kebijakan ekologi yang tinggi. Sementara itu sebagian besar pendatang berorientasi komersial. Ada semangat datang, lihat, ambil dan hengkang pergi. Papua Barat bagi mereka bukan habitat, tetapi tidak lebih dari kesempatan investasi dan ekstrasi. 7. Jaringan jalan merupakan salah satu unsur utama yang diperlukan dalam proses pemaduan potensi- potensi wilayah ke dalam satu sistem interaksi yang produktif. Melalui jaringan yang terangkai secara sistemik sinergi keruangan yang produktif antara sumberdaya, baik yang ada di dalam wilayah maupun yang ada di luar wilayah dapat dikembangkan di Provinsi Papua Barat. Dari segi fisik pembangunan jalan berhadapan dengan medan pegunungan yang dari segi geomorfologi sangat rawan. Ini berarti beban biaya konstruksi dan beban biaya perawatan yang mahal. Pengembangan jaringan menerobos pegunungan yang sebagian berfungsi sebagai kawasan lindung dan kawasan hutan produksi akan merangsang eksploitasi hutan dan tambang yang secara ekologis sulit dikendalikan keamanannya. 8. Minimnya infrastruktur disuatu wilayah seperti kondisi jalan, alat transportasi, penerangan dan air bersih seringkali menjadi penyebab kemiskinan suatu wilayah. Meskipun di wilayah tersebut dihasilkan produk-produk pertanian atau lainnya, namun karena minimnya infrastruktur maka produk tersebut tidak dapat dipasarkan dengan baik. 9. Di Bidang Perlindungan dan Pengamanan Masyarakat, permasalahan yang dihadapiadalah kurangnya sumberdaya manusia yang menangani perlindungan dan pengamanan serta minimnya prasarana dan sarana yang mendukung bidang tersebut, sementara di Provinsi Papua Barat merupakan wilayah yang rawan bencana alam terutama Gempa Bumi dan Banjir. 10. Permasalahan yang dihadapi di Bidang Kependudukan dan sumberdaya manusia Provinsi Papua Barat adalah kualitas dan kuantitas SDM yang masih rendah, SDM belum mampu bersaing dalam dunia global yang semakin menuntut kompetensi tinggi, jumlah penduduk yang tidak merata dan tersebar dalam kelompok-kelompok kecil di daerah pedalaman dan pulau-pulau terpencil, serta cenderung terpusat di daerah perkotaan. 11. Permasalahan di Bidang Pendidikan yang terjadi di Provinsi Papua Barat antara lain perlunya peningkatan pengetahuan masyarakat, pemerataan pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan di semua jenjang pendidikan, peningkatan pelayanan serta sarana dan prasarana pendidikan. 12. Sementara di Bidang Kebudayaan, sebagaimana diketahui bahwa Provinsi Papua Barat memiliki masyarakat yang heterogen dan multi etnis. Besarnya jumlah migran yang masuk ke wilayah Provinsi Papua Barat telah menimbulkan berbagai persoalan budaya dalam interaksi antar etnik pendatang dengan penduduk setempat. Salah satu persoalan yang menonjol yang dialami oleh Suku Asli Papua 91 Barat adalah peliknya masalah hak ulayat. 13. Provinsi Papua Barat mempunyai luas wilayah 97.024,62 Km 2 , sebagian besar berupa daerah hutan.Dengan luas hutan yang sedemikian besar maka produksi hasil hutan merupakan andalan untuk memperoleh pendapatan bagi Provinsi Papua Barat. Masalah yang dihadapi dalam pengembangan Sub Sektor Kehutanan antara lain adanya penurunan produktivitas hasil hutan alam akibat konversi lahan dari lahan hutan sekunder ke areal HTI, perkebunan, transmigrasi, pertambangan dan lain-lain. Pelanggaran lalu lintas hasil hutan, tebang liar serta perambahan hutan cenderung meningkat sementara jumlah personil pengamanan perlindungan hutan JAGAWANA terbatas dan belum didukung oleh sarana operasional yang memadai. Permasalahan lainnya adalah belum adanya data yang akurat tentang luas dan letak lahan kritis sehingga kurang membantu dalam penyusunan program. Pelaksanaan proyek reboisasi dan penghijauan di hutan lindung sering terhambat dengan masalah okupasi lahanperambahan hutan oleh masyarakat yang status kepemilikannya belum jelas. 14. Dalam setiap kegiatan pengembangan wilayah, salah satu bidang yang sangat penting untuk diperhatikan adalah bidang infrastruktur. Bila dilihat dari wilayah Provinsi Papua Barat yang sangat luas dengan jarak antar Kota Kabupaten yang relatif jauh menjadikan permasalahan infrastruktur terutama jalan menjadi hal yang sangat menKampungk. 15. Di Bidang Agroindustri, kendala yang dihadapi adalah pelaksanaan kegiatan yang belum terkoordinasi dengan baik dan kesulitan mengubah pola pikir petani terhadap pembaharuan dan penerimaan inovasi bidang agrobisnis dan agorindustri. 16. Di Bidang Sosial, penduduk Provinsi Papua Barat dengan latar belakang budaya dan etnis yang beragam sangat rentan terhadap terjadinya konflik horisontal, terutama disebabkan adanya kesenjangan sosial. 17. Di Bidang Pariwisata, realitas pembangunan kepariwisataan baik wisata alam maupun wisata buatan di Provinsi Papua Barat dianggap masih sebatas skenariowacana, sehingga belum dikembangkan dan dikelola secara profesional.

4.1.2 Pengaruh Eksternal

Kebijakan Otonomi Khusus Papua Melalui Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, memberikan Hak Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat. Hal ini dikarenakan Provinsi Papua yang sebelumnya diberikan Otonomi Khusus telah dimekarkan menjadi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Adanya Otonomi Khusus ini memberikan keleluasaan bagi Provinsi Papua Barat untuk melakukan percepatan pembangunan 92 khususnya bidang sosial, ekonomi, dan politik, serta infrastruktur. Kemudian dengan adanya Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat, aparat daerah dituntut lebih meningkatkan diri agar mampu berfikir dengan kritis, bertindak efisien dan efektif dalam menyusun rencana untuk membangun dan mengembangkan daerahnya. Perencanaan yang disusun harus bersifat strategis agar sumberdaya yang dimiliki oleh Provinsi Papua Barat dapat dioptimalkan dengan baik. Melalui Undang-Undang Otonomi Khusus, Provinsi Papua Barat memiliki wewenang yang luas, baik dalam urusan pemerintahan maupun pelaksanaan pembangunan. Kewenangan yang luas di satu sisi dapat dipandang sebagai kesempatan bagi wilayah untuk berkembang, tetapi di sisi lain merupakan tantangan baru yang cukup berat. Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Undang-Undang tersebut dapat lebih leluasa menggunakan kewenangannya untuk mengurusi daerahnya, tetapi di lain pihak Pemerintah Provinsi Papua Barat juga dibebani tanggung jawab yang lebih besar. Potensi Provinsi Papua Barat dalam Konstelasi Nasional dan Konstelasi Pulau Papua Dalam konteks Nasional, Provinsi Papua Barat mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Provinsi Papua Barat memiliki 1 wilayah yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional PKN yaitu Kota Sorong dan tiga wilayah yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah PKW di Provinsi Papua Barat terdiri dari Kabupaten Manokwari, Kabupaten Fak-Fak, dan Kabupaten Ayamaru. Pusat Kegiatan Nasional PKN Kota Sorong berdampingan dengan Jayapura dan Timika untuk wilayah Provinsi Papua dan Pusat Kegiatan Wilayah PKW Kabupaten Manokwari, Kabupaten Fak-Fak, dan Kabupaten Ayamaru berdampingan dengan 8 delapan Pusat Kegiatan Wilayah PKW di Provinsi Papua. Struktur Ruang Nasional yang terbentuk memberikan peran yang lebih besar kepada kota-kota di Provinsi Papua Barat untuk berkembang. Berdasarkan prospek perkembangan yang terjadi, maka strategi pengembangan ruang wilayah Pulau Papua untuk Provinsi Papua Barat adalah diarahkan sebagai Kota yang berfungsi sebagai pusat Pertumbuhan Wilayah Nasional yang berorientasi pada aktivitas produksi hasil hutan, perikanan budidaya, serta hasil tambang. Peluang Pengembangan Industri Pendukung Agroindustri dan Agrobisnis Mengingat tingginya resiko yang harus ditanggung oleh penduduk Provinsi Papua Barat karena ketergantungan yang besar terhadap sektor yang bertumpu pada sumberdaya alam non lestari maka perlu segera mengembangkan alternatif lain sektor ekonomi yang akan dijadikan sebagai leading sector dalam perekonomian Provinsi Papua Barat. Sektor ekonomi terpilih yang akan dijadikan leading sektor tersebut mulai dikembangkan sedini mungkin. Sehingga pada saat industri minyak dan gas kehabisan bahan baku, maka sektor ekonomi yang terpilih tersebut sudah berkembang dengan mantap dan mampu menggantikan posisi industri minyak dan gas sebagai penggerak utama perekonomian Provinsi Papua 93 Barat. Beberapa hal dapat dijadikan sebagai kriteria bagi sektor ekonomi mampu berperan sebagai leading sector. Kriteria-kriteria tersebut adalah kriteria peluang pasar, kemampuan bersaing, keterkaitan ke belakang dan ke depan, ketersediaan dan kemudahan memperoleh bahanbakusumberdaya dalam proses produksi dan daya serap pasar dan mempunyai jaminan keberlangsungan yang lestari. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut sektor ekonomi yang diperkirakan mampu sebagai penggerak utama perekonomian Papua Barat di masa mendatang setelah kemampuan industri minyak dan gas menurun merupakan industri yang mendukung agrobisnis dan agroindustri. Industri ini diharapkan dapat memberikan pasokan kebutuhan bagi kepentingan pengembangan agrobisnis dan agroindustri di daerah-daerah dalam wilayah pulau Papua. Industri pendukung agrobisnis dan agroindustri mempunyai peluang pasar yang sangat besar. Peluang pasar yang tercermin dari adanya potensi permintaan akan produk hasil kegiatan sektor ekonomi tersebut di pasaran lokal, regional dan internasional. Potensi permintaan lokal dapat dilihat dari kemungkinan semakin meningkatnya jumlah penduduk Provinsi Papua Barat. Potensi permintaan regional terutama berasal dari wilayah Provinsi Papua yang mempunyai rencana untuk mengembangkan agrobisnis dan agroindustri untuk pembangunan daerahnya. Sedangkan potensi permintaan internasional dapat dikembangkan dari terkenalnya nama Provinsi Papua Barat sebagai penghasil salah satu penhasil minyak dan gas terbesar di Indonesia di mata dunia. Kebutuhan dunia terhadap sumberdaya mineral dan migas yang cukup tinggi dan mulai berkurangnya sumber- sumber mineral dan migas di wilayah lain menjadikan Provinsi Papua Barat berpeluang besar terhadap pasar internasional. Dengan adanya permintaan regional dan internasional akan mempengaruhi permintaan perekonomian daerah melalui 2 jalan yang masing-masing berdampak ganda. Di satu sisi permintaan tersebut akan menentukan jumlah dan harga bahan yang akan dihasilkan dan diekspor oleh Daerah. Dengan demikian permintaan tersebut akan menentukan secara langsung besarnya penerimaan pendapatan daerah, tinggi rendahnya pendapatan penduduk, besar kecilnya kesempatan kerja yang ada dan permintaan barang dan jasa di daerah itu sendiri. Dengan demikian selanjutnya dapat menentukan tinggi rendahnya kegiatan ekonomi daerah secara keseluruhan baik dalam waktu yang berjalan maupun pada masa yang akan datang. Permintaan pasaran regional dan internasional ini akan menentukan besar kecilnya penerimaan dan devisa yang akan diperoleh. Sehingga pada gilirannya akan menentukan kemampuan daerah untuk mengimpor barang dan jasa yang diperlukan bagi berbagai kegiatan produksi yang ada di daerah. Namun di sisi lain bila dieksploitasi secara terus menerus dan tak terkendali akan mengancam kelestarian lingkungan hidup. Selain itu, kebutuhan dunia akan kayu tropis dan hasil hutan untuk bahan baku untuk obat-obatankimia akan mendorong eksploitasi hutan di Provinsi Papua Barat. Industri pendukung agrobisnis dan agroindustri mempunyai keterkaitan yang tinggi baik ke belakang maupun ke depan dengan sektor ekonomi yang lain. Tingginya keterkaitan tersebut secara langsung dan tidak langsung akan mengembangkan dan menggerakan sektor-sektor ekonomi yang lain. Meningkatnya berbagai aktivitas sektor-sektor ekonomi tersebut akan meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan ekonomi Provinsi Papua Barat secara 94 keseluruhan.

4.1.3 Analisis Lingkungan Internal

Kekuatan Strength Sumber Daya Alam SDAyang melimpah Ketersediaan Sumber Daya Alam yang melimpah merupakan kekuatan yang harus dimanfaatkan sebesar- besarnya untuk kesejahteraan masyarakat Papua Barat. Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang melimpah ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah tingginya kemiskinan dan kesenjangan di Provinsi Papua Barat. Sumber Daya Alam yang melimpah juga bukan hanya berguna bagi kepentingan lokal, tetapi juga kepentingan regional dan bahkan internasional. Budaya masyarakat yang khas Budaya masyarakat yang khas akan memberikan nilai tambah bagi para investor yang hendak berinvestasi di Provinsi Papua Barat, terutama terkait dengan potensi wisata yang cukup besar. Dengan semakin banyaknya investor yang berinvestasi maka pembangunan Provinsi Papua Barat diharapkan akan mengalami percepatan, terutama dari segi ekonomi. Ekosistem masih terjaga dengan baik Dengan kondisi ekosistem yang masih terjaga dengan baik diharapkan dapat menjadi indikator pembangunan yang berwawasan lingkungan di Provinsi Papua Barat. Ekosistem yang baik juga mengindikasikan bahwa sumber daya alam hayati yang terdapat di Provinsi Papua Barat masih sangat besar dan bisa menjadi suatu komoditas andalan. Posisi geografis yang strategis Jalur perdagangan yang semula berpusat di Eropa Samudera Atlantik kini mulai bergeser menuju arah Pasifik Asia. Posisi Provinsi Papua Barat yang terletak di Samudera Pasifik sangat menguntungkan karena berarti akan dilewati oleh jalur perdagangan internasional. Kuatnya komitmen segenap pelaku pembangunan Pelaksanaan pembangunan di Provinsi Papua Barat didukung dengan komitmen Kepala Daerah dan pejabat struktural dalam melaksanakan pembangunan. Bentuk dari komitmen tersebut diwujudkan dengan pelaksananaan Good Governance sebagai langkah awal penyelenggaraan pembangunan yang berkomitmen. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 95 35 Tahun 2008 tentang Otonomi Khusus Bagi Papua dan Papua Barat Dengan adanya peraturan perundang-undangan terkait Otonomi Khusus akan memberikan keleluasaan bagi Provinsi Papua Barat untuk melakukan percepatan pembangunan khususnya di bidang sosial, ekonomi, dan politik, serta infrastruktur. Karakter masyarakat yang religius Persentase pemeluk agama Nasrani adalah 57,39 dan merupakan pemeluk agama paling besar di Provinsi Papua Barat diikuti oleh pemeluk agama Islam dengan persentase 42,27. Kedua pemeluk agama di Provinsi Papua Barat tersebut merupakan pemeluk agama yang taat. Hal ini bisa dijadikan modal awal dalam membangun Papua Barat dalam bentuk pembangunan karakter dan akhlak. Masyarakat yang taat kepada tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat Di Provinsi Papua Barat terdapat dua hal yang dipercaya dan dipegang teguh penduduk, yang pertama adalah adat dan yang kedua adalah agama, sehingga masyarakat memiliki kecenderungan untuk taat kepada tokoh agama, adat dan tokoh masyarakat. Hal ini merupakan sebuah kekuatan karena para tokoh adat dan agama bisa menjadi penghubung antara masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam upaya mengembangkan Provinsi Papua Barat Kelemahan Weakness Sebaran permukiman penduduk yang luas dengan jumlah penduduk yang terbatas Persebaran penduduk sampai ke pelosok yang sulit diakses akan berpotensi menimbulkan ketimpangan pembangunan sumber daya manusia dan ketersampaian informasi, yang tentu saja memiliki pengaruh terhadap proses pembangunan di Provinsi Papua Barat. Minimnya infrastruktur wilayah Di Provinsi Papua Barat masih terdapat daerah –daerah yang belum mendapat akses untuk menikmati infrastruktur wilayah, salah satunya adalah infrastruktur air bersih dan listrik. Hal tersebut disebabkan karena asksesibilitas di Provinsi Papua Barat belum mampu menjangkau sampai ke pelosok - pelosok Kurangnya SDM yang memiliki kualitas dan daya saing Kompetensi, kualitas serta daya saing penduduk Asli pada dasarnya sudah cukup banyak yang tinggi, namun jumlahnya sangat sedikit dan masih kalah apabila dibandingkan dengan jumlah pendatang yang memiliki kompetensi, kualitas serta daya saing yang sama atau bahkan di atas penduduk Asli. Banyaknya potensi konflik tidak diimbangi dengan kesiapan aparat 96 Tema sentral yang sering menjadi pemicu ketegangankonflik diantara masyarakat adalah: perempuan, babi dan tanah dan hingga saat ini masih sering terjadi perdebatan yang akhirnya berujung pada kerusuhan. Hal tersebut tentu saja menimbulkan rasa tidak aman pada penduduk untuk melakukan aktivitas yang berakibat pada terhambatnya pembangunan. Reaksi aparat penegak hukum dalam mengatasi konflik yang terjadi di Provinsi Papua Barat juga masih kurang cepat. Rendahnya kapasitas fiskal dan non fiskal Daerah Berdasarkan statistik keuangan Provinsi Papua Barat, pada tahun 2008 persentase PAD Provinsi Papua Barat adalah 5,09 dari total penerimaan daerah dan mengalami penurunan menjadi 2,61 pada tahun 2009. Problem terkait hak ulayat belum terselesaikan dengan baik Adanya beda pemahaman atas kepemilikan atas tanah terkait dengan hak ulayat, dimana menurut versi masyarakat tidak dikenal hak perorangan atas sumber daya alam melainkan hak adat, sementara menurut hukum nasional masyarakat hukum adat tidak memiliki akan tetapi hanya menguasai saja. Pemerintah seharusnya menyesuaikan dengan kondisi masyarakat di Provinsi Papua Barat, karena biar bagaimanapun juga hak ulayat merupakan bagian dari tataran adat masyarakat Papua sejak turun temurun. Tata kelembagaan yang belum terkelola dengan baik Salah satu penyebab hal ini adalah minimnya SDM berkualitas dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk menempati suatu posisi, sehingga berakibat pada rendahnya kinerja kelembagaan seperti masih belum tersedianya Standard Operational Procedure SOP pada masing-masing SKPD. Dokumen-dokumen acuan belum memadai Dokumen yang dijadikan acuan di dalam pembangunan suatu daerah adalah dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW yang di dalamnya memuat rencana dan strategi untuk mengembangkan daerah tersebut, begitu pun dengan pembangunan di Provinsi Papua Barat, namun hingga saat ini RTRW Provinsi Papua Barat masih dalam tahap mendapat persetujuan DPRD dan belum di-sahkan. Data dan informasi sangat terbatas Data dan informasi kewilayahan di Provinsi Papua Barat masih sangat minim dan bahkan masih banyak instansi yang tidak memiliki data terkait bidang yang ditangani. Lemahnya kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya alam 97 Yang lebih jeli dalam memanfaatkan SDA di Provinsi Papua Barat bukanlah penduduk Asli, melainkan para pendatang. Sebagai contoh adalah eksplorasi pertambangan BP Tangguh yang terletak di Kabupaten Teluk Bintuni. Kebijakan-kebijakan pembangunan yang kurang dapat mengakomodir kebutuhan-kebutuhan daerah Kebijakan pembangunan yang digunakan sebagai acuan di Provinsi Papua Barat sebagian besar merupakan acuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat Standar Nasional dan belum mengakomodir implementasi Otonomi Khusus di Provinsi Papua Barat.

4.1.4 Analisis Lingkungan Eksternal

Peluang Opportunity Adanya komitmen Nasional dalam memacu pembangunan Papua Barat melalui kebijakan- kebijakan Nasional Komitmen Nasional yang dimaksud salah satunya adalah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 dan Perpres 66 Tahun 2011 tentang Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Wilayah yangsedang berkembang lebih mudah menyerap inovasi Lebih mudah menyerap dan mengimplementasikan sistem-sistem baru dan inovasi-inovasi mutakhir yang lebih efektif karena masih belum terkontaminasi dengan idealisme pembangunan yang banyak terdapat di kota-kota metropolitan di Indonesia. Tersedianya sumber-sumber penerimaan fiskal lain diluar PAD Selain PAD, Provinsi Papua Barat juga memiliki sumber penerimaan dari Dana Alokasi Khusus DAK terkait dengan Otonomi Khusus. Pada tahun 2008 dana Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua Barat adalah sebesar 37,90 dari total penerimaan dan pada tahun 2009 naik menjadi sebesar 60,89 dari total penerimaan. Munculnya keinginan pasar dunia akan produk-produk ramah lingkungan Demand pasar dunia akan produk ramah lingkungan memberikan peluang untuk kemajuan pembangunan Provinsi Papua Barat, karena produk ramah lingkungan tersebut dapat dijadikan komoditas perdagangan Papua Barat untuk memenuhi demand pasar dunia yang tinggi. Luasnya peluang usaha karena demand yang tinggi dengan supply yang terbatas 98 Sebagai provinsi termuda di dalam NKRI, Papua Barat masih kesulitan di dalam memenuhi demand masyarakat akan barang dan jasa. Hal ini berpotensi untuk dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai upaya meningkatkan taraf hidup mereka dengan membuka usaha baik skala kecil maupun menengah untuk menyediakan supply barang dan jasa. Dinamisasi perdagangan dunia yang bergeser ke wilayah Pasifik Wilayah Provinsi Papua Barat merupakan salah satu simpul perdagangan yang strategis karena didukung letaknya yang berada di jalur pelayaran internasional Samudera Pasifik sehingga diharapkan dapat menjadi gerbang perdagangan skala internasional bagi Indonesia. Isu-isu yang memberi peluang kapitalisasi SDA Beberapa isu-isu ranah internasional memberikan peluang kepada Provinsi Papua Barat untuk dapat mengambil nilai tambah dari SDA yang dimiliki. Misalnya saja isu perubahan iklim. Dengan luas kawasan hutan lindung yang direncanakan di atas 70, maka hutan di Provinsi Papua Barat memiliki fungsi konservasi yang berskala internasional. Bentuk kapitalisasi SDA terkait dengan isu perubahan iklim adalah dengancarbon trade. Minat investasi yang tinggi baik dari dalam maupun luar negeri Minat investor dalam maupun luar negeri dapat dimanfaatkan sebagai pemacu percepatan pembangunan di Provinsi Papua Barat, dengan catatan tidak mengeksploitasi secara berlebihan sumber daya alam yang ada di Provinsi Papua Barat. Ancaman Threat Sebagian besar wilayah merupakan wilayah rawan bencana Provinsi Papua Barat terbentuk akibat tumbukan lempeng Samudera Pasifik dan lempeng Australia yang menyebabkan wilayah ini sangat rentan terhadap gempa bumi karena berada di dalam lintasan sesar besar, selain itu kondisi daratannya yang didominasi oleh pegunungan juga menjadikan Provinsi Papua Barat menjadi wilayah rawan longsor. Eksploitasi SDA yang berlebihan dan tidak ramah lingkungan Eksploitasi sumber daya di Provinsi Papua Barat terutama terkait dengan kegiatan eksplorasi pertambangan di Provinsi Papua Barat yang memiliki sumber daya mineral serta minyak dan gas bumi sangat besar, apabila tidak dikendalikan maka bisa terjadi pemanfaatan SDA yang tidak berwawasan lingkungan, selain itu penggundulan hutan juga masih sering ditemui di Provinsi Papua Barat, bahkan sampai menyebabkan terjadinya bencana. Salah satu contohnya adalah bencana banjir bandang yang terjadi di Wasior akibat penebangan hutan yang tidak berwawasan lingkungan. 99 Komoditas perdagangan dan jasa yang sama dengan wilayah lain Komoditas perdagangan dan jasa dari wilayah lain cenderung memiliki harga beli yang lebih murah, dengan kata lain secara ekonomi komoditas perdagangan dan jasa dari wilayah lain lebih memiliki daya saing, selain itu supply komoditas perdagangan dan jasa Provinsi Papua Barat masih rendah sehingga belum dapat memenuhi demand. Implikasi globalisasi termasuk perdagangan bebas internasional Globalisasi akan mengakibatkan banyaknya pendatang dari luar Provinsi Papua Barat yang cenderung memiliki kompetensi lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk Asli di berbagai sektor yang berpotensi mematikan kesempatan penduduk Asli, terutama dalam hal mencari kerja. Selain itu perdagangan bebas internasional juga berpotensi mematikan usaha lokal di Provinsi Papua Barat, terutama yang memiliki skala kecil akibat persaingan yang datang bukan hanya dari luar daerah namun juga dari luar negeri. Ada ancaman infiltrasi pemanfaatan oleh kekuatan ekonomi dari luar daerah Apabila SDA yang terdapat di Provinsi Papua Barat lebih banyak dimanfaatkan oleh kekuatan ekonomi dari luar daerah, maka hal tersebut dikhawatirkan justru akan berimbas negatif karena secara ekonomi yang akan menikmati hasilnya bukan Provinsi Papua Barat melainkan daerah lain. Kedudukannya sebagai wilayah terluar memberi ancaman infiltrasi kejahatan internasional, misalnya narkoba dan human trafficking Lokasi Papua Barat yang berada di wilayah terluar tidak didukung dengan pengamanan yang memadai sehingga arus barang maupun manusia yang keluar masuk bisa tidak terkendali dan memberikan peluang terjadinya tindak kejahatan, yang dalam hal ini adalah penyelundupan.

4.2 Isu Strategis

Isu-isu strategis yang di Provinsi Papua Barat saat ini yang paling menKampungk dan perlu diperhatikan oleh pemerintah Provinsi dalam pelaksanaan pembangunan wilayah 5 lima tahun mendatang diuraikan sebagai berikut. Belum Efektifnya Implementasi Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua pada dasarnya adalah pemberian kewenangan yang lebih luas bagi Provinsi dan rakyat Papua untuk mengatur dan mengurus diri sendiri di dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan yang lebih luas berarti pula tanggung jawab yang lebih besar bagi Provinsi dan rakyat Papua untuk menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Provinsi Papua untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua sebagai bagian dari rakyat Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan ini berarti pula 100 kewenangan untuk memberdayakan potensi sosial-budaya dan perekonomian masyarakat Papua, termasuk memberikan peran yang memadai bagi orang-orang Asli Papua melalui para wakil adat, agama, dan kaum perempuan. Peran yang dilakukan adalah ikut serta merumuskan kebijakan daerah, menentukan strategi pembangunan dengan tetap menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan masyarakat Papua, melestarikan budaya serta lingkungan alam Papua.Pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini menimbulkan berbagai masalah yang menyebabkan penduduk Asli Papua Barat terabaikan. Masih Rendahnya Peran Perempuan Dalam Pembangunan Masalah peranan gender di Provinsi Papua Barat merupakan salah satu isu utama dalam pembangunan. Peningkatan peran perempuan disejumlah bidang pembangunan pada umumnya masih lemah dan terbatas. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan perempuan di Provinsi Papua Barat masih memerlukan penguatan baik secara perorangan maupun kelembagaan. Aspek budaya masih kuat pengaruhnya dalam pengembangan peran perempuan. Oleh sebab itu, pemberdayaan perempuan di Provinsi Papua Barat akan menyentuh aspek budaya masyarakat disamping terus mengembangkan peran aktif perempuan Provinsi Papua Barat yang saat ini telah mulai berkembang. Dalam bidang politik, kedudukan perempuan mulai menunjukkan peran yang nyata dimana sejumlah posisi legislatif telah berada ditangan kaum perempuan. Juga didalam lembaga eksekutif sejumlah posisi penting kini telah dijalani oleh kaum perempuan. Demikian pula dalam lembaga pendidikan tinggi, peneliti, pekerja atau pelayan sosial, atau fungsi kemasyarakatan lainnya telah banyak dilaksanakan oleh kaum perempuan. Dimasa mendatang kondisi ini terus ditingkatkan terutama dikampung dan perkotaan se-Provinsi Papua Barat. Pada intinya, perempuan harus mengambil peran di setiap proses pembangunan Provinsi Papua Barat. Masih Rendahnya Kuantitasdan Kualitas Sumber Daya Manusia Jumlah penduduk Provinsi Papua Barat yang relatif sedikit bila dibandingkan dengan luas wilayahnya serta kepadatan penduduk sangat rendah yang tersebar secara tidak merata dan hanya terkonsentrasi di wilayah-wilayah tertentu saja menjadikan sulitnya percepatan pembangunan di Provinsi Papua Barat. Isu lain yang muncul adalah kualitas penduduk Asli Papua Barat yang relatif lebih rendah jika dilihat dari tingkat pendidikannya, sehingga belum mampu bersaing dengan penduduk pendatang dari luar wilayah Provinsi yang sengaja mencari peluang di Provinsi Papua Barat. Di satu sisi para pendatang tersebut mampu membawa pengaruh positif terhadap perkembangan wilayah dengan turut serta dalam kegiatan pembangunan, namun di sisi lain akan mempersempit peluang bagi penduduk Asli dalam memperebutkan kesempatan kerja. Belum Terpenuhinya Infrastruktur Dasar Belum rampungnya pembangunan Jalan Raya Trans Papua Barat menimbulkan persoalan dalam 101 pembangunan Provinis Papua Barat. Hal ini dikarenakan jalan merupakan infrastruktur utama dalam menggerakkan pertumbuhan perkenomian karena menyangkut perpindahan barang terutama komoditas bernilai ekonomis tinggi dan penumpang. Dengan adanya jaringan jalan juga dapat mendorong percepatan pembangunan karena mempermudah akses antar wilayah yang terdapat di Provinsi Papua Barat. Kendala Utama dalam pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Papua adalah bentuk morfologi yang didominasi oleh pegunungan sehingga membutuhkan biaya konstruksi dan biaya perawatan yang tinggi. Perlu adanya peningkatan Infrastruktur perhubungan laut mengingat wilayah Papua Barat yang dibatasi oleh Laut untuk mencapai wilayah Provinsi lain, selain itu juga Transportasi Laut dapat digunakan sebagai alternatif penghubung antar wilayah KabupatenKota di Provinsi Papua Barat. Kemudian selain infrastruktur perhubungan; prasarana dasar menyangkut ketersediaan energi, kemudahan sarana telekomunikasi, ketersediaan pasokan air bersih yang memadai, irigasi yang memadai, lingkungan permukiman penduduk yang sehat juga menjadi isu strategis pembangunan Provinsi Papua Barat. Degradasi Kualitas Lingkungan Alam dan Lingkungan Hidup Dengan potensi sumberdaya alamnya yang begitu besar selain berdampak ekonomi terutama terhadap Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Papua Barat, juga membawa dampak negatif terhadap keberlangsungan lingkungan hidup. Kegiatan pengelolaan sumberdaya alam yang kurang bijak telah mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup yang sudah cukup mengkhawatirkan kelestarian alam. Beberapa kegiatan yang rawan berakibat kerusakan lingkungan hidup adalah kegiatan pertambangan dan pembalakan liar. Provinsi Papua Barat memiliki hutan 70 dari keseluruhan luas wilayah dan sebagian merupakan kawasan lindung. Di kawasan lindung ini terkandung sumberdaya andalan Provinsi Papua Barat yang berupa batu bara, minyak bumi, dan bahan galian mineral. Kombinasi keruangan yang paling rawan ialah batubara dan hutan. Eksploitasi hutan yang berlebihan di kawasan hutan inilah yang telah menghasilkan bencana banjir terburuk di Provinsi Papua Barat dalam 10 tahun terakhir pada tahun 2010. Pada bulan Oktober 2010 di Provinsi Papua Barat telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian material yang berupa kerusakan infrastruktur yang sangat besar. Masih Rendahnya Kontinuitas dan Kualitas Produksi Pertanian Bila ditinjau dari produksi beberapa komoditi pangan, hortikultura, dan perkebunan selama beberapa tahun terakhir memperlihatkan peningkatan yang kurang signifikan. Kenyataan tersebut akan mengurangi kemampuan berkembangnya sistem agrobisnis secara keseluruhan termasuk tidak terjaminnya keberlanjutan pengembangan agrobisnis itu sendiri. Pada sisi lain tampak pula bahwa masih banyak potensi yang belum dimanfaatkan sedangkan sisanya masih berupa lahan tidur. Kondisi tersebut merupakan indikasi bahwa masyarakat terutama petani di daerah ini masih belum mampu memanfaatkan potensi daerah secara optimal. Dari sisi ekonomi hal tersebut menunjukkan masih terjadi under-capacity dari sistem agrobisnis yang secara umum akan 102 menyebabkan inefisiensi dalam penggunaan sumberdaya. Masih Rendahnya Kegiatan Perekonomian Wilayah dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Dalam jangka waktu dari 2003-2006 peningkatan PDRB di sektor pertanian tidak sebesar pertumbuhan sektor lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Papua Barat belum kompetitif, ini terbukti dengan masih didatangkannya kebutuhan masyarakat Papua Barat dari luar daerah atau antar pulau. Selain itu, persoalan yang dihadapi oleh sektor pertanian adalah nilai tukar produk peKampungan tergolong rendah di Papua Barat dan kantong kemiskinan utama di Papua Barat berada di wilayah peKampungan. Dari data dan informasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang secara dinamis berkembang dari waktu ke waktu dalam periode 5 tahun RPJMD Provinsi Papua Barat 2012-2016 perlu dilakukan peninjauan tentang strategi pengembanganperkembangan daerahnya yang sesuai dengan tingkat berkecamuknya kehidupan yang berubah dan berkembang. 103

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

5.1 Visi Pembangunan

Pembangunan Provinsi Papua Barat lima tahun kedepan Visi pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 adalah: PROVINSI PAPUA BARAT YANG MAJU, MANDIRI, BERMARTABAT, DAN LESTARI MAJU Provinsi Papua Barat yang mengalami pergerakan kondisi ke arah yang lebih baik yang merujuk kepada kemandirian yang dicita-citakan dalam pembangunan jangka panjang Provinsi Papua Barat. MANDIRI Provinsi Papua Barat yang mampu melaksanakan kegiatan pemerintahan, mengayomi kehidupan masyarakat, dan melaksanakan pembangunan daerah dengan memanfaatkan modal-modal daerah yang dimiliki. Kemandirian Provinsi Papua Barat diharapkan dapat tercermin dari kemandirian prasarana dan sarana wilayah, keuangan daerah, ketahanan pangan, tata kelola pemerintahan, serta stabilitas politik, pertahanan, dan keamanan wilayah. BERMARTABAT Pemerintah dan Masyarakat Provinsi Papua Barat yang tangguh dalam mengaktualisasikan budaya dan sistem nilai yang berkembang secara positif dan mengaplikasikannya dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pembangunan Provinsi Papua Barat. LESTARI Provinsi Papua Barat yang senantiasa menjaga kualitas lingkungan hidup serta keanekaragaman budaya dalam rangka menyediakan kualitas hidup yang baik bagi generasi di masa yang akan datang. 104

5.2 Misi Pembangunan

Visi pembangunan Provinsi Papua Barat yaitu Menuju Provinsi yang Maju, Mandiri, Bermartabat, dan Lestari akan diwujudkan melalui penjabaran dalam Misi Pembangunan Provinsi Papua Barat. Penjabaran Visi Pembangunan ke dalam Misi Pembangunan dilakukan dengan memperhatikan amanat Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat. Misi Pembangunan Provinsi Papua Barat periode Tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut: Misi 1 Menanamkan Amanat Otonomi Khusus Sebagai Paradigma Baru Pembangunan Visi Terkait Maju, Mandiri, Bermartabat, Lestari Secara spesifik, paradigma pembangunan di Provinsi Papua Barat berdasarkan Undang-Undang Otonomi Khusus adalah pembangunan yang bukan semata-mata pada sektor ekonomi secara sempit akan tetapi mengandung makna yang lebih dalam terhadap hubungannya dengan penanggulangan kemiskinan dan penciptaan keadilan terhadap penduduk Asli Papua. Penekanan utamanya pada pembangunan dimana nantinya keberhasilan perkembangan dan pertumbuhan wilayah diiringi dengan perubahan karakter masyarakat, penciptaan keadilan, serta pemenuhan hak dasar khususnya bagi penduduk Asli Papua. Amanat Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat haruslah diterapkan dalam setiap sektorbidang pembangunan. Sebagai koreksi terhadap pendekatan yang konvensional maka implementasi amanat Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat bukan hanya membawa keuntungan bagi masyarakat Asli Papua dalam jangka pendek, tetapi sampai pada keberjalanan kehidupan di Provinsi Papua Barat di masa yang akan datang. Dengan kata lain, bukan hanya upaya-upaya pemberian keuntungan secara langsung namun mengkader masyarakat untuk menyelenggarakan pembangunan dari, oleh, dan untuk mereka sendiri. Secara lebih rinci, hal-hal utama yang termaknai dari Undang- Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat adalah: a. Perlindungan terhadap hak kekayaan dan hak intelektual orang Asli Papua sesuai dengan peraturan perUndang-Undangan; b. Pencerdasan akan hakikat hidup bermasyarakat dan bernegara, serta makna hidup mandiri dan sejahtera; c. Pemberdayaan, pemberian kesempatan dan pengutamaan orang Asli Papua untuk mendapatkan pekerjaan dalam semua bidang pekerjaan di wilayah Provinsi Papua berdasarkan pendidikan dan keahliannya; dan 105 d. Penanaman tanggung jawab yang lebih besar bagi Provinsi Papua Barat dan rakyat Papua untuk menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Provinsi Papua Barat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua. Secara khusus, fokus dalam pembangunan Provinsi Papua Barat menyangkut lima hal, yakni: 1 pendidikan;2 kesehatan;3 ekonomi rakyat; 4 prasarana dan sarana; 5 ekonomirakyat; serta 6 upaya affirmative action. Misi 2 Memacu Peningkatan Perekonomian Wilayah Visi Terkait Maju, Mandiri Laju pertumbuhan ekonomi wilayah Provinsi Papua Barat jika dilihat secara umum berada di kisaran angka yang cukup baik. Namun jika dilihat secara parsial, dari sisi realisasinya masih jauh dari maksimal. Belum lagi jika dibandingkan dengan sumber daya yang ada dan kebutuhan pembiayaan daerah yang jelas tidak sebanding. Artinya, modal-modal yang dimiliki masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal.Pertumbuhan ekonomi antar wilayah juga masih jauh dari pemerataan. Bahkan untuk wilayah KabupatenKota yang bersebelahan sekalipun. Misalnya saja antara Kota Sorong dengan Kabupaten Tambrauw. Banyak sekali faktor yang menghalangi rantai penghubung kegiatan perekonomian antarwilayah, yang paling vital misalnya infrastruktur. Oleh karena itu, dalam pembangunan 5 tahun kedepan, perlu dicapai peningkatan perekonomian wilayah yang signifikan bukan saja secara angka umum, tetapi peningkatan yang signifikan di setiap wilayah dan setiap sektornya. Dalam upaya pencapaian misi ini, fokus pembangunan ada pada pembinaan SDM, manajemen SDA, serta perbaikan sistem pemerintahan dalam rangka penciptaan iklim usaha dan iklim investasi. Misi 3 Menanggulangi Kemiskinan Visi Terkait Maju, Mandiri Walaupun angka kemiskinan telah menurun setiap tahunnya dengan angka yang cukup signifikan, akan tetapi jika dimaknai lebih dalam dari indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan,apalagi dengan melihat kenyataan di lapangan, angka kemiskinan masih sangat tinggi terutama di perkotaan. Provinsi Papua Barat masih berada dalam peringkat tertinggi dari daftar wilayah miskin di Indonesia. 106 Menurunkan angka kemiskinan menjadi salah satu agenda utama yang harus dapat dicapai sebagai pembuktian keberhasilan konsep Otonomi Khusus. Penanggulangan kemiskinan merupakan agenda pembangunan yang sifatnya multisektor. Meskipun tingkat kemiskinan hanya diukur berdasarkan ukuran-ukuran ekonomi, namun jika disusuri lebih dalam maka kuncinya ada di hampir semua sektor. Untuk periode lima tahun ini, penanggulangan kemiskinan difokuskan pada pembenahan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat, yang semuanya menekankan pada pemberdayaan SDM. Misi 4 Membenahi Tata Kelola Pemerintahan Visi Terkait Maju, Mandiri, Bermartabat Tata kelola pemerintahan termasuk didalamnya menyediakan pelayanan primabagi masyarakat merupakan salah satu isu nasional dan global saat ini. Tata kelola pemerintahan dan pelayanan yang buruk cenderung menjadikan pemerintahan koruptif dan inefisien, sehingga tidak mampu menyajikan pelayanan prima, yang berdampak melemahkan dan bahkan menurunkan kewibawaan Pemerintah di mata masyarakat. Misi ini ditujukan untuk menghapus citra buruk atas kondisi tata kelola Pemerintahan secara umum di Indonesia dan khususnya Pemerintah Daerah. Hal tersebut sekaligus dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat. Perbaikan tata kelola pemerintahandilakukan dengan penyelenggaraan teknis Pemerintahan yang berdasarkan prinsip akuntabel, terkontrol, responsif, profesional, efisien dan efektif, transparan, egaliter, visioner strategis, partisipatif dan mengutamakan supremasi hukum. Pelayanan kepada masyarakat khususnya di kampung dan pedalaman yang sebelumnya tidak tersentuh, merupakan perhatian utama dari misi pembangunan ini sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Otonomi Khusus. Misi 5 Mewujudkan Pemerataan Pembangunan Visi Terkait Maju, Mandiri Kesenjangan tingkat kesejahteraan masyarakat Provinsi Papua Barat cukup mencolok. Baik antara masyarakat Pendatang dan masyarakat Asli, maupun antara masyarakat yang tinggal di perkotaan dengan masyarakat yang tinggal di perkampungan atau pedalaman. Sesuai dengan hakikat pembangunan 107 nasional yang bertujuan untuk memeratakan tingkat kesejahteraan di semua wilayah dan semua lapisan masyarakat, maka pengurangan kesenjangan sampai kesenjangan tersebut sirna menjadi target utama dalam pembangunan Provinsi Papua Barat. Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat mengamanatkan perlunya mengatasi masalah ini sesegera mungkin untuk menghindari masalah turunan yang mungkin diakibatkan. Dengan demikian, program peningkatan kesejahteraan masyarakat akan menjadi inti dari misi pembangunan daerah ini pembangunan yang bersifat inklusifinclusive development. Misi 6 Membangun Sumber Daya Manusia yang Kontributif Dalam Pembangunan Visi Terkait Maju, Bermartabat Sebagai titik sentral dalam pembangunan, sumber daya manusia menjadi target utama dari semua bidangsektor pembangunan. Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat menegaskan tentang pentingnya aspek Sumber Daya Manusia khususnya warga Asli Papua untuk diprioritaskan. Hal tersebut dilakukan demi menyiapkan warga Asli Papua untuk memegang tanggung jawab dalam menggerakkan roda kehidupan Provinsi Papua Barat ke arah yang lebih baik. Untuk itulah dibutuhkan SumberDaya Manusia yang berkarakter positif dengan tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan yang baik. Misi 7 Memanfaatkan Sumber Daya Alam Bagi Kesejahteraan Masyarakat Visi Terkait Maju, Mandiri, Lestari Sesuai dengan amanat Undang-Undang Otonomi Khusus, kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Provinsi Papua Barat harusdiambil manfaatnya secara bijak bagi sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Ironis jika Provinsi Papua Barat yang kaya akan SDA namun kehidupannya tidak sejahtera. Jika keadaannya demikian, tentunya ada yang belum optimal atau bahkan ada yang salah dalam pola pemanfaatan SDA yang selama ini dilakukan.Karenanya pola pemanfaatan yang diupayakan lima tahun kedepan harus dilakukan dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat Provinsi Papua Barat umumnya, dan khususnya orangAsli Papua. Pemanfaatan Sumber Daya Alam ini juga yang nantinya ditujukan untuk membantu mengatasi masalah tingginya kemiskinan dan kesenjangan di Provinsi Papua Barat. 108 Misi 8 Melestarikan Lingkungan Alam dan Budaya Visi Terkait Lestari Pembangunan yang mengabaikan aspek kelestarian lingkungan merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup umat manusia. Provinsi Papua Barat pada dasarnya memiliki kerentanan lingkungan yang tinggi sehingga pengendalian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaaatan Sumber Daya Alam menjadi sangat penting. Oleh karena itu, aspek lingkungan harus menjadi salah satu komponen utama pertimbangan bagi kebijakan pembangunan sektoral maupun kewilayahan. Dalam hal ini, implementasi berbagai regulasi terkait dengan penataan ruang merupakan salah satu program utama. Keanekaragaman budaya sesungguhnya merupakan aset pembangunan yang jika dikelola secara baik dan dipadukan dengan perkembangan wilayah akan memberikan nilai tambah lain baik dari sudut pandang sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu, perlu ada pendalaman dan pengembangan nilai-nilai luhur yang melekat dalam aneka ragam budaya yang murni berasal dari Provinsi Papua Barat. Aktualisasi aspek sosial budaya masyarakat Provinsi Papua Barat merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari upaya penguatan dan peningkatan martabat.

5.3 Tujuan dan Sasaran Pembangunan

Berdasarkan rumusan Visi dan Misi PembangunanJangka Menengah Provinsi Papua Barat Tahun 2012 - 2016,maka berikut ini dirumuskan tujuan-tujuan pembangunan Provinsi Papua Barat untuk lima tahun kedepan yang selanjutnya dirinci lagi menjadi sasaran pembangunan.

5.3.1 Tujuan Pembangunan

Tujuan pembangunan adalah tujuan dari masing-masing misi pembangunan, yaitu sebagai berikut: MISI PEMBANGUNAN TUJUAN PEMBANGUNAN 1. Menanamkan Amanat Otonomi Khusus sebagai Paradigma Baru Pembangunan. Menyelenggarakan pembangunan dengan menomorsatukan perlindungan, pencerdasan, dan pemberdayaan masyarakat orang Asli Papua. 109 MISI PEMBANGUNAN TUJUAN PEMBANGUNAN 2. Memacu Peningkatan Perekonomian Wilayah. Meningkatkan kemampuan finansial Daerah untuk membiayai pembangunan dari Penerimaan Asli Daerah. 3. Menanggulangi Kemiskinan. Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat. 4. Membenahi Tata Kelola Pemerintahan. Mendukung proses percepatan kegiatan pembangunan Provinsi Papua Barat. Memberikan pelayanan publik yang prima bagi masyarakat. 5. Mewujudkan Pemerataan Pembangunan. Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat. 6. Membangun Sumber Daya Manusia yang Kontributif Dalam Pembangunan. Mendukung proses percepatan pembangunan Provinsi Papua Barat. 7. Memanfaatkan Sumber Daya Alam Bagi Kesejahteraan Masyarakat. Menciptakan kesejahteraan ekonomi masyarakatdengan kegiatan ekonomi berbasis SDA sekaligus memberdayakan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan alam. 8. Melestarikan Lingkungan Alam dan Budaya. Mempersiapkan dan menyediakan kualitas lingkungan hidup yang baik bagi generasi yang akan datang. 110

5.3.2 Sasaran Pembangunan

Untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan yang telah dirumuskan diatas, maka sasaran pembangunan yang harus dicapai adalah sebagai berikut: 1 Terjangkaunya pelayanan pendidikan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat. 2 Terjangkaunya pelayanan kesehatan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat. 3 Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat. 4 Meningkatnya perekonomian wilayah dan tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat yang disertai dengan pengembangan keterampilan. 5 Terlaksananya affirmative action. 6 Meningkatnya realisasi investasi dalam dan luar negeri di sektor-sektor primer. 7 Meningkatnya pertumbuhan produktivitas sektor-sektor sekunder dan tersier. 8 Meningkatnya jalinan kerjasama ekonomi. 9 Meningkatnya indeks kesehatan. 10 Terbinanya masyarakat dalam upaya peningkatan indeks kesehatan. 11 Terpenuhinya kebutuhan perumahan layak huni. 12 Terbina dan terberdayakannya perempuan dan anak sebagai agen perubahan masyarakat. 13 Terbina dan terpeliharanya masyarakat yang memiliki kerawanan social. 14 Meningkatnya pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha kecil menengah. 15 Terberdayakannya masyarakat perkampungan. 16 Meningkatnya kesejahteraan petani. 17 Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas aparatur pemerintahan. 18 Diterapkannya sistem pemerintahan dan sistem kerja pemerintah yang akuntabel, transparan, partisipatif, profesional, efisien, efektif, dan taat hokum. 19 Tersusunnya dokumen rencana pembangunan dan rencana kerja pemerintah. 20 Tersusunnya regulasi yang relevan dengan kebutuhan daerah. 21 Terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana transportasi, utilitas publik, dan pelayanan publik di seluruh wilayah. 111 22 Terciptanya SDM berkualitas dengan indeks pendidikan dan penguasaan keterampilan yang baik. 23 Terbinanya generasi pemuda sebagai aset strategis. 24 Meningkatnya kecerdasan serta meluasnya penguasaan pengetahuan dan informasi, serta meningkatnya motivasi untuk hidup yang lebih baik. 25 Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan peningkatan produktivitas pertanian, perikanan, dan peternakan. 26 Meningkatnya kegiatan perkebunan rakyat. 27 Meningkatnya pemanfaatan sumber daya hutan. 28 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertambangan. 29 Mengelola pariwisata yang berbasis pengembangan masyarakat local. 30 Terjaganya keberadaan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam. 31 Terehabilitasinya lingkungan yang statusnya kritis. 32 Terlaksananya upaya perlndungan lingkungan dan pengawasan lingkungan. 33 Menurunnya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA. 34 Tertanganinya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA. 35 Terlaksananya upaya mitigasi bencana alam. 112 Tabel 6-1. Matriks Keterkaitan Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan MISI TUJUAN SASARAN 1 Menanamkan Amanat Otonomi Khusus Sebagai Paradigma Baru Pembangunan Menyelenggarakan pembangunan dengan menomorsatukan perlindungan, pencerdasan, dan pemberdayaan masyarakat Orang Asli Papua 1 Terjangkaunya pelayanan pendidikan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat. 2 Terjangkaunya pelayanan kesehatan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat. 3 Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat. 4 Meningkatnya perekonomian wilayah dan tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat yang disertai dengan pengembangan keterampilan. 5 Terlaksananya affirmative action. 2 Memacu Peningkatan Perekonomian Wilayah Meningkatkan kemampuan finansial daerah untuk membiayai pembangunan dari penerimaan asli daerah 1 Meningkatnya realisasi investasi dalam dan luar negeri di sektor-sektor primer. 2 Meningkatnya pertumbuhan produktivitas sektor-sektor sekunder dan tersier. 3 Meningkatnya jalinan kerjasama ekonomi. 3 Menanggulangi Kemiskinan Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat 1 Meningkatnya indeks kesehatan. 2 Terbinanya masyarakat dalam upaya peningkatan indeks kesehatan. 3 Terpenuhinya kebutuhan perumahan layak huni. 4 Terbina dan berdayanya perempuan dan anak sebagai agen perubahan masyarakat. 113 MISI TUJUAN SASARAN 5 Terbina dan terpeliharanya masyarakat yang memiliki kerawanan social. 6 Meningkatnya pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha kecil menengah. 7 Terberdayakannya masyarakat perkampungan. 8 Meningkatnya kesejahteraan petani. 4 Membenahi Tata Kelola Pemerintahan Mendukung proses percepatan kegiatan pembangunan Provinsi Papua Barat Memberikan pelayanan publik yang prima bagi masyarakat 1 Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas aparatur pemerintahan. 2 Diterapkannya sistem pemerintahan dan sistem kerja pemerintah yang akuntabel, transparan, partisipatif, profesional, efisien, efektif, dan taat hokum. 3 Tersusunnya dokumen rencana pembangunan dan rencana kerja pemerintah. 4 Tersusunnya regulasi yang relevan dengan kebutuhan daerah. 5 Mewujudkan Pemerataan Pembangunan Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat 1 Terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana transportasi, utilitas publik, dan pelayanan publik di seluruh wilayah. 6 Membangun Sumber Daya Manusia yang Kontributif Dalam Pembangunan Mendukung proses percepatan pembangunan Provinsi Papua Barat 1 Terciptanya SDM berkualitas dengan indeks pendidikan dan penguasaan keterampilan yang baik. 2 Terbinanya generasi pemuda sebagai aset strategis. 3 Meningkatnya kecerdasan serta meluasnya penguasaan pengetahuan dan informasi, serta meningkatnya motivasi untuk hidup yang lebih baik 114 MISI TUJUAN SASARAN 7 Memanfaatkan Sumber Daya Alam Bagi Kesejahteraan Masyarakat Menciptakan kesejahteraan ekonomi masyarakatdengan kegiatan ekonomi berbasis SDA sekaligus memberdayakan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan alam 1 Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan peningkatan produktivitas pertanian, perikanan, dan peternakan. 2 Meningkatnya kegiatan perkebunan rakyat. 3 Meningkatnya pemanfaatan sumber daya hutan. 4 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertambangan. 5 Mengelola pariwisata yang berbasis pengembangan masyarakat local. 8 Melestarikan Lingkungan Alam dan Budaya Mempersiapkan dan menyediakan kualitas lingkungan hidup yang baik bagi generasi yang akan dating 1 Terjaganya keberadaan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam. 2 Terehabilitasinya lingkungan yang statusnya kritis. 3 Terlaksananya upaya perlndungan lingkungan dan pengawasan lingkungan. 4 Menurunnya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA. 5 Tertanganinya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA. 6 Terlaksananya upaya mitigasi bencana alam. 115

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

6.1 Strategi Pembangunan

Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya mencakup: a. hubungan yang rasional antara visi dan misi dengan prioritas program Kepala Daerah terpilih. b. hubungan yang kuat dengan analisis daerah dan isu-isu strategic. c. pernyataan yang umum guna memandu pengembangan program pembangunan tahunan selama lima tahun. d. dikembangkan dalam suatu pemetaan strategi daerah. Strategi diperlukan untuk memperjelas arah pengembangan program prioritas Kepala Daerah.  Untuk mencapai kondisi yang dica-citakan dalam Visi Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Papua Barat, pembangunan dilakukan bersama-sama dari atas dan dari bawah. Artinya, pembangunan pembangunan diletakkan pada pembenahan pemerintahan dan pembangunan masyarakat sebagai kunci vital keberhasilan pembangunan. Gambarannya kira-kira sebagai berikut: Gambar 6-1. Pola Pembangunan Pemerintah dan Masyarakat Provinsi Papua Barat 116  Untuk mencapai pemerataan pembangunan, maka dilihat dari segi kewilayahan, harus dilakukan pembukaan akses ke wilayah-wilayah terpencil dan terisolasi dengan membangun prasarana dan sarana transportasi. Pembangunan prasarana dan sarana publik serta pelayanan pendidikan dan kesehatan di perkampungan. Untuk meningkatkan perekonomian wilayah, pembangunan dilakukan di kawasan-kawasan strategisekonomi yang secara lebih detail dipaparkan dalam RTRW.  Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan prasarana dan sarana serta pelayanan publik, maka dihitung dengan mempertimbangkan aspek efektivitas terutama efektif dari segi jangkauan pelayanan. Karena jika dihitung dengan model-model umum yang biasa digunakan pada wilayah yang kompak, maka akan banyak wilayah atau penduduk yang tidak tersentuh.  Pembenahan tata kelola pemerintahan mutlak harus dilakukan. Reformasi institusional terkait sistem dan kapasitasi aparatur menjadi salah satu kunci suksesnya pembangunan dimana pemerintah memiliki multifungsi utama sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali meskipun nantinya akan diselenggarakan bersama-sama dengan masyarakat.  Hal lain yang tidak kalah penting adalah mengenai pemetaan berbagai informasi dasar daerah seperti potensi spesifik daerah, peluang investasi, kerawanan wilayah, hak ulayat, dan sebagainya yang nantinya akan dipakai sebagai rujukan untuk menentukan porsi pembangunan yang proporsional di masing-masing wilayah atau aspek pembangunan.

6.2 Arah Kebijakan Pembangunan

Sejumlah isu pokok pembangunan di daerah memerlukan pengarusutamaan mainstreaming dalam penyusunan kebijakan maupun program pembangunannya. Secara umum, kebijakan pembangunan yang disusun harus memiliki dasar yang kuat terkait dengan hal-hal berikut:

1. Implementasi amanat Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat

Amanat Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat haruslah diterapkan dalam setiap sektorbidang pembangunan. Sebagai koreksi terhadap pendekatan yang konvensional maka implementasi amanat Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat bukan hanya membawa keuntungan bagi masyarakat Asli Papua dalam jangka pendek, tetapi sampai pada keberjalanan kehidupan di Provinsi Papua Barat di masa yang akan datang. Dengan kata lain, bukan hanya upaya-upaya pemberian keuntungan secara langsung namun mengkader masyarakat untuk menyelenggarakan pembangunan dari, oleh, dan untuk mereka sendiri.Secara lebih rinci, hal-hal utama yang termaknai dari Undang- Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat adalah: a. Perlindungan terhadap hak kekayaan dan hak intelektual orang Asli Papua sesuai dengan peraturan perUndang-Undangan; 117 b. Pencerdasan akan hakikat hidup bermasyarakat dan bernegara, serta makna hidup mandiri dan sejahtera; c. Pemberdayaan, pemberian kesempatan dan pengutamaan orang Asli Papua untuk mendapatkan pekerjaan dalam semua bidang pekerjaan di wilayah Provinsi Papua Barat berdasarkan pendidikan dan keahliannya; dan d. Penanaman tanggung jawab yang lebih besar bagi Provinsi Papua Barat dan rakyat Papua untuk menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Provinsi Papua Barat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua.

2. Pembangunan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas

Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator yang paling sederhana dengan komponen yang empiris sebagai indikator tingkat kualitas masyarakat. Ukuran-ukuran didalamnyalah yang sejatinya digunakan sebagai acuan dalam memilih alternatif kebijakan, program, maupun kegiatan yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas masyarakat di Provinsi Papua Barat. Permasalahan kualitas Sumber Daya Manusia di Provinsi Papua Barat memang sudah sedemikian kompleks. Karenanya perlu menjadi prioritas objek sekaligus subjek dalam penyelenggaraan pembangunan. Dalam hal pengarusutamaan terkait Sumber Daya Manusia, beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah: a. Penempaan karakter masyarakat sehingga menghasilkan sumber daya manusia seperti tersurat dalam misi pembangunan Provinsi Papua Barat; b. Penciptaan Sumber Daya Manusia yang berkualitas melalui peningkatan kualitas pendidikan dan kualitas kesehatan.

3. Penciptaan Kesempatan Kerja

Penciptaan kesempatan kerja khususnya bagi orang Papua bukan hanya menunggu kesempatan datangnya investor yang membuka lapangan kerja tetapi juga upaya dalam mengoptimalkan pengusahaan pemanfaatan sektor-sektor potensial dan modal-modal daerah yang dimiliki. Penciptaan lapangan kerja ini juga berarti mendorong terciptanya unit-unit usaha baik dalam skala mini mikro, mikro, kecil, menengah, maupun besar yang diupayakan secara profesional oleh masyarakat. Hal lain yang dapat diupayakan bagi terciptanya lebih banyak kesempatan kerja khususnya bagi orang Papua misalnya saja melalui penentuan kuota dan rekrutmen yang dapat diatur melalui penciptaan regulasi. Jelasnya, bagaimanapun pemerintah serta segenap stakeholder pembangunan perlu mengupayakan penciptaan kesempatan kerja khususnya bagi orang Papua demi kesejahteraan hidup yang lebih baik dan demi peningkatan ekonomi wilayah. 118

4. Penerapan Sistem Ekonomi yang Berkeadilan

Kelemahan yang selama ini terjadi adalah pembangunan bidang ekonomi yang hanya tertuju pada kenaikan produksi pertumbuhan dan mengabaikan keterlibatan dan manfaat yang nyata kepada masyarakat. Dengan demikian aspek keadilan diabaikan sehingga yang terjadi adalah marginalisasi kelompok masyarakat tertentu. Sejalan dengan hal ini, maka misi Otonomi Khusus di Provinsi Papua Barat menghendaki agar pembangunan ekonomi wilayah harus menjamin aspek keadilan bagi masyarakat. Dalam hubungan ini, melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan, peran masyarakat lokal diperkuat dan memiliki akses yang nyata dalam pemanfaatan Sumber Daya Alam Provinsi Papua Barat. Sistem ekonomi yang berkeadilan dengan konsep ekonomi kerakyatannya merupakan salah satu konsep aplikatif dari Undang-Undang Otonomi Khusus Papua Barat yang diusung demi membawa kemaslahatan bagi penduduk Provinsi Papua Barat pada umumnya dan orang Asli Papua pada khususnya. Upaya keras nantinya akan sangat dibutuhkan mengingat agar tepat sasaran, penerapan sistem ekonomi yang berkeadilan ini membutuhkan orang Asli Papua khususnya untuk mengubah cara hidupnya dengan membiasakan bekerja keras demi memenuhi kebutuhannya. Modal sumber daya alam yang melimpah bukan lagi hanya milik investor-investor besar dengan peralatan yang mutakhir, namun menjadi milik masyarakat yang mau berusaha. Titik tekan pada penerapan sistem ekonomi yang berkeadilan ini adalah: a. Penguasaan faktor-faktor produksi oleh penduduk Provinsi Papua Barat umumnya, dan orang Asli Papua khususnya; b. Pemberdayaan penduduk Provinsi Papua Barat umumnya dan orang Asli Papua khususnya, untuk berperan dalam sektor usaha; c. Pengutamaan penduduk Provinsi Papua Barat umumnya dan orang asli Papua khususnya, untuk menempati lapangan pekerjaan yang tersedia; d. Pembagian keuntungan seadil-adilnya bagi penduduk Provinsi Papua Barat umumnya dan orang asli Papua khususnya, atas pengusahaan potensi daerah.

5. Pembangunan Infrastruktur

Ketersediaan infrastruktur sifatnya sangat vital bagi pembangunan baik dalam skala wilayah maupun dalam skala kebutuhan rumah tangga masyarakat. Pemenuhan kebutuhan infrastruktur wilayah dalam skala yang lebih besar berpengaruh terhadap penciptaan kemudahan investasi skala besar. Pemenuhan kebutuhan infrastruktur dasar masyarakat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Walau bagaimanapun, infrastruktur adalah kebutuhan masyarakat yang wajib dipenuhi oleh negara. Minimnya infrastruktur di Papua Barat baik infrastruktur transportasi energi, air bersih, telekomunikasi, pengelolaan lingkungan, infrastruktur sosial-ekonomi, dan sebagainya perlu dipacu pertumbuhannya agar dalam 5 tahun ini bisa memenuhi kebutuhan segenap masyarakat Papua Barat khususnya orang Papua. Banyak kendala ditemui dalam upaya pembangunannya, namun diharapkan dukungan dana dari pihak eksternal dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin agar betul-betul dapat sampai ke masyarakat. 119

6. Meningkatkan kemampuan tata kelola pemerintahan yang baik demi memberikan pelayanan

prima bagi masyarakat; Salah satu masalah pokok di Provinsi Papua Barat adalah pengelolaan pembangunan. Sebagai wilayah yang baru saja dikembangkan menjadi Provinsi, Provinsi Papua Barat membutuhkan pengelola pembangunan berupa sumber daya aparatur yang berkualitas. Bidang ini menghadapi permasalahan berupa keterbatasan baik dalam bentuk jumlah maupun kompetensi sehingga mempersulit terlaksananya pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu, kemampuan untuk mengelola pembangunan yang terbatas menyebabkan juga mutu dan intensitas pelayanan kepada masyarakat ikut terkendala. Seperti dijabarkan sebelumnya, tata kelola pemerintahan yang baik good governance dewasa ini telah berkembang menjadi isu global. Kelemahan praktik pemerintahan hampir di seluruh bidang dan seluruh wilayah di tanah air membawa dampak turunan yang lebih buruk di Provinsi Papua Barat. Bagaimanapun, salah satu stakeholder penentu keberjalanan roda kehidupan di Provinsi Papua Barat adalah aparat pemerintah. Pembenahan tata kerja atau sistem dan prosedur kerja menjadi pusat perhatian dalam peningkatan kemampuan untuk melaksanakan pelayanan kepada masyarakat di Provinsi Papua Barat. Pembentukan mainstream atas tata kelola pemerintahan yang baik diantaranya bertumpu pada: a. Pelibatan masyarakat sebesar-besarnya dan seluas luasnya, dari mulai tahap penyusunan, penentuan, pengawasan, sampai pada tahap evaluasi dalam penyelenggaraan pemerintahan; b. Pelibatan para wakil adat, agama, dan kaum perempuan dari mulai tahap penyusunan, penentuan, pengawasan, sampai pada tahap evaluasi dalam penyelenggaraan pemerintahan; c. Penyelenggaraan pemerintahan yang transparan dan bertanggungjawab kepada masyarakat; d. Prioritas pembinaan kapabilitas teknis pemerintahan bagi orang Asli Papua sebagai calon pemimpin dan pemangku jabatan struktural maupun fungsional di pemerintahan; e. Peningkatan kapasitas aparat pemerintah dan pembenahan kelembagaan; f. Sinergisasi antar Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat; g. Sinkronisasi fungsi kelembagaan antar bidang melalui optimalisasi intensitas dan efektivitas koordinasi.

7. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam bagi kesejahteraan masyarakat dengan

memperhatikan kelestarian dan kualitas lingkungan Sumber daya alam dapat dikatakan menjadi modal terbesar bagi Provinsi Papua Barat. Logikanya, jika dapat dimanfaatkan secara tepat guna dan tepat sasaran maka semestinya tidak ada masyarakat yang tergolong miskin. Namun sayangnya pada kenyataannya sumber daya alam yang dimiliki kondisinya menjadi dua kemungkinan. Dimanfaatkan, tapi oleh pihak asing sehingga tidak memberi keuntungan signifikan bagi daerah ataupun masyarakat lokal. Kemungkinan yang kedua adalah belum dimanfaatkan sama sekali karena minimnya minat investor dan minimnya keterjangkauan terhadap teknologi.Karenanya pada rencana pembangunan jangka menengah ini, pengarusutamaan terkait sumber daya alam Provinsi Papua Barat diantaranya adalah: 120 a. Pemanfaatan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat lokal; b. Penanaman tanggung jawab atas pemanfaatan sumber daya alam dan keberlanjutannya di masa depan; c. Penanaman prinsip untuk menjaga kelestarian lingkungan dalam kegiatan pemanfaatan sumber daya alam; d. Penanaman prinsip untuk menjaga kualitas lingkungan dalam kegiatan pemanfaatan sumber daya alam.

8. Pemberantasan kemiskinan dalam arti luas

Kemiskinan dalam arti luas bukan hanya kemiskinan yang melulu diukur dengan indikator kepemilikan aset pribadi, meskipun lebih mudah menggolongkan kemiskinan menggunakan ukuran-ukuran kesejahteraan khususnya yang ada pada komponen Indeks Pembangunan Manusia IPM. Tetapi di lain sisi, termasuk juga didalamnya kemiskinan atas ketiadaan harapan di masa depan secara fisik dan mental. Taraf hidup yang cenderung tidak berubah dan terlihat semakin terpuruk ditengah perkembangan global juga bisa digolongkan sebagai salah satu ukuran kemiskinan. Pengarusutamaan pada persoalan kemiskinan diantaranya adalah sebagai berikut: a. Pemenuhan ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat dengan harga terjangkau; b. Pemberian jaminan pelayanan terutama pelayanan kesehatan dan pendidikan; c. Pembinaan mengenai upaya-upaya peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup; d. Memotivasi pertumbuhan dan perkembangan kegiatan wirausaha masyarakat lokal; e. Pembinaan mengenai tata kelola usaha yang baik dan benar demi peningkatan kesejahteraan; f. Perluasan pembukaan lapangan pekerjaan; g. Mendorong berkembangnya budaya rajin menabung.

9. Menyeimbangkan kemajuan antarwilayah dan antarkelompok masyarakat di Provinsi Papua

Barat Banyak kegagalan yang terjadi selama ini terkait dengan kurang dipahaminya dengan baik aspek kewilayahan dan penataan ruang. Provinsi Papua Barat yang dominan memiliki kawasan konservasi dan memerlukan perlakuan yang spesifik butuh pemahaman yang baik tentang aspek kewilayahan dan penataan ruang. Dari segi kewilayahan, kesenjangan yang terjadi selama ini oleh karena kurang dipahaminya dengan baik aspek ini dalam penyusunan program maupun implementasinya. Bersamaan dengan hal ini, ketaatan pada tata ruang sebagaimana yang digariskan dalam RTRW Provinsi Papua Barat dapat memberikan kontribusi yang positif. Pemanfaatan sumber daya alam serta degradasi mutu lingkungan di Provinsi Papua Barat sangat ditentukan oleh penyebaran kegiatan pembangunan serta ketaatan pada aturan penataan ruang wilayah. Setelah RTRW Provinsi Papua Barat maka pada gilirannya akan disiapkan Rencana Terinci dan Rencana Teknik Kawasan yang nantinya akan menjadi dasar dalam pemberian izin 121 pemanfaatan ruang melalui ketentuan zonasi. Dalam kurun waktu jangka menengah kedepan, aspek ini akan diutamakan penyelesaianya sehingga kebutuhan ruang bagi suatu program secara spesifik telah nampak wilayah dan aspek keruangannya. Ketimpangan antarwilayah dan antarkelompok bukan hanya berujung pada kemelaratan, tetapi juga dapat menimbulkan perpecahan dan konflik. Karenanya salah satu visi pembangunan di masa depan haruslah menuju kepada pemerataan pembangunan di semua wilayah dan semua lapisan masyarakat, terutama kaitannya dengan aspek ekonomi serta sarana dan prasarana. Untuk menuju ke arah itu, pada rencana pembangunan jangka menengah ini diupayakan dengan penentuan mainstream sebagai beriku: a. Pemenuhan infrastruktur dasar di setiap wilayah terutama di sentra-sentra Permukiman penduduk; b. Penggalian dan inventarisasi potensi khas dan potensi unggulan setiap daerah sebagai sumber Penerimaan Asli Daerah PAD; c. Penyuksesan program ketahanan pangan di seluruh wilayah; d. Pentaatan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Provinsi Papua Barat sebagai referensi dasar pembangunan terutama aspek spasial; e. Prioritas pembangunan pada wilayah tertinggal; f. Mengaktifkan peran lembaga masyarakat kampung dan masyarakat adat; g. Meleburkan klaster spasial maupun sosial antara masyarakat asli dan masyarakat pendatang; h. Mengutamakan tata cara pengambilan keputusan yang menekankan musyawarah dan penggalian masalah melalui dialog dan tukar pengalaman di antara para pihak.

10. Melanjutkan revitalisasi nilai sosial budaya masyarakat Provinsi Papua Barat.

Nilai sosial budaya terutama ditujukan untuk mengaktualisasikan jati diri, identitas dan karakter masyarakat Papua berdasarkan nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan tatanan aturan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dengan tetap memperhatikan tatanan secara nasional. Kemandirian budaya juga berkaitan dengan perlindungan terhadap berbagai khasanah adat istiadat serta memahami keragamannya sebagai suatu kekayaan untuk dijadikan inspirasi pembangunan sebagai upaya transformasi untuk menjaga kelestariannya. Pentingnya nilai sosial budaya sehingga untuk Provinsi Papua Barat perlu adanya penekanan dari segi ini terhadap pembangunan yang akan berjalan, dengan pengarusutamaan sebagai berikut: a. Inventarisasi kekayaan budaya daerah baik yang bersifat fisik maupun non fisik; b. Pembangunan sentra-sentra kebudayaan; c. Penyusunan mekanisme upaya proteksi budaya daerah; d. Penetrasi pengenalan budaya daerah ke ranah pendidikan; e. Pengawasan dan pengendalian pada penggunaan teknologi; f. Pembinaan sekaligus pelestarian sekolah-sekolah adat yang masih tersisa; g. Fasilitasi pengenalan dan promosi kekayaan budaya daerah seluas-luasnya; h. Pembinaan masyarakat lokal untuk menjadi agen pewaris kebudayaan. 122

11. Pemberdayaan perempuan

Masalah peranan gender di Provinsi Papua Barat merupakan salah satu isu utama dalam pembangunan. Peningkatan peran perempuan disejumlah bidang pembangunan pada umumnya masih lemah dan terbatas. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan perempuan di Provinsi Papua Barat masih memerlukan penguatan baik secara perorangan maupun kelembagaan. Aspek budaya masih kuat pengaruhnya dalam pengembangan peran perempuan. Oleh sebab itu, pemberdayaan perempuan di Provinsi Papua Barat akan menyentuh aspek budaya masyarakat disamping terus mengembangkan peran aktif perempuan Provinsi Papua Barat yang saat ini telah mulai berkembang. Dalam bidang politik, kedudukan perempuan mulai menunjukkan peran yang nyata dimana sejumlah posisi legislatif telah berada ditangan kaum perempuan. Juga didalam lembaga eksekutif sejumlah posisi penting kini telah dijalani oleh kaum perempuan. Demikian pula dalam lembaga pendidikan tinggi, peneliti, pekerja atau pelayan sosial, atau fungsi kemasyarakatan lainnya telah banyak dilaksanakan oleh kaum perempuan. Dimasa mendatang kondisi ini terus ditingkatkan terutama dikampung dan perkotaan se-Provinsi Papua Barat. Pada intinya, perempuan harus mengambil peran di setiap proses pembangunan Provinsi Papua Barat. Dari paparan arahan strategi dan kebijakan umum diatas, maka berikut ini adalah strategi pembangunan dan arah kebijakan pembangunan yang spesifik, yang disusun berdasarkan urgensi pencapaian tujuan dan misi pembangunan yang disajikan dalam tabel berikut: 123 Tabel 6-1. Matriks Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Arah Kebijakan Pembangunan MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN 1 Menanamkan Amanat Otonomi Khusus Sebagai Paradigma Baru Pembangunan Menyelenggarakan pembangunan dengan menomorsatukan perlindungan, pencerdasan, dan pemberdayaan masyarakat orang Asli Papua 1 Terjangkaunya pelayanan pendidikan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat  Penyediaan pelayanan pendidikan yang dekat dengan masyarakat  Pengakomodasian masyarakat agar dekat dengan pelayanan pendidikan  Peringanan biaya pendidikan  Penyesuaian pelayanan pendidikan dengan karakteristik wilayah dan karakteristik masyarakat  Pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan 1 Menyediakan pelayanan pendidikan di lokasi yang mudah diakses masyarakat di seluruh wilayah baik pendidikan formal maupun informal 2 Memfasilitasi masyarakat yang ingin berada dekat dengan pelayanan pendidikan dengan menyediakan sistem pelayanan pendidikan dan prasarana dan sarana spesifik 3 Menyediakan pelayanan pendidikan yang murah bahkan bebas biaya bagi masyarakat 4 Menyesuaikan pokok-pokok pengajaran dengan kebutuhan wilayah dan kearifan lokal yang ada 5 Melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan layanan pendidikan termasuk dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan 6 Menyediakan layanan pendidikan dinamis yang mampu menyentuh lokasi-lokasi terpencil dan terisolir 124 MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN 2 Terjangkaunya pelayanan kesehatan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat  Penyediaan pelayanan kesehatan yang dekat dengan masyarakat  Pengakomodasian masyarakat agar dekat dengan pelayanan kesehatan  Peringanan biaya kesehatan  Penyesuaian pelayanan kesehatan dengan karakteristik wilayah dan karakteristik masyarakat  Pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan 1 Menyediakan pelayanan kesehatan di lokasi yang mudah diakses masyarakat di seluruh wilayah 2 Menyediakan layanan kesehatan dinamis yang mampu menyentuh lokasi-lokasi terpencil dan terisolir 3 Menyediakan pelayanan kesehatan yang murah bahkan bebas biaya 4 Menyesuaikanlayanan kesehatan sesuai kebutuhan wilayah dan kearifan lokal yang ada 5 Melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan layanan kesehatan termasuk dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan 3 Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat;  Percepatan pembangunan infrastruktur yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat  Penjalinan kerjasama dengan investor maupun 1 Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat; 125 MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN pemerintah pusatprovinsi lain  Penyelesaian persoalan pertanahan  Penyusunan rencana pengembangan infrastruktur terintegrasi 4 Meningkatnya perekonomian wilayah dan tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat yang disertai dengan pengembangan keterampilan  Pengembangan sektor- sektor potensial yang berbasis pemanfaatan SDA lokal  Stimulasi pertumbuhan usaha kecil dan mikro serta pembinaan efektivitas usaha usaha mini mikro  Pembinaan keterampilan kerja dan usaha masyarakat  Penciptaan lapangan kerja 1 Mengembangkan usaha pemanfaatn sektor-sektor potensial yang berbasis SDA lokal 2 Menstimulasi pertumbuhan usaha menengah, kecil, dan mikro dengan pemberian bantuan modal, pemberian skema kredit ringan, dan pembekalan keterampilan usaha 3 Memfasilitasi kebutuhan usaha mini mikro agar berlangsung efisien dan pembinaan keterampilan pengembangan usaha 4 Membina keterampilan kerja dan usaha masyarakat 5 Menciptakan lapangan kerja 126 MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN 5 Terlaksananya affirmative action  Perekrutan orang asli papua dalam pemerintahan dan lapangan kerja usaha  Penentuan kuota  Promosi  Penyesuaian regulasi 1 rekrutmen orang asli papua dalam pemerintahan, jasa kemasyarakatan, perdagangan besar, dan industri 2 Penentuan kuota untuk rekrutmen orang asli papua dan untuk target capaian pembangunan 3 Promosi 4 Penyesuaian regulasi yang relevan dengan kebutuhan Papua Barat 2 Memacu Peningkatan Perekonomian Wilayah Meningkatkan kemampuan finansial daerah untuk membiayai pembangunan dari penerimaan asli daerah 1 Meningkatnya realisasi investasi dalam dan luar negeri di sektor-sektor primer  Penciptaan iklim investasi yang kondusif  Penyiapan SDM lokal  Pemetaan potensi daerah dan peluang investasi  Peningkatan promosi potensi daerah dan peluang investasi  Pengembangan klaster- klaster pada simpul-simpul strategis wilayah  Pengembangan komoditas spesifik daerah. 1 Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja lokal; 2 Meningkatnya pertumbuhan produktivitas sektor-sektor sekunder dan tersier 2 Menciptakan iklim investasi yang kondusif 3 Memantapkan kesatuan bangsa dan politik internal wilayah 3 Meningkatnya jalinan kerjasama ekonomi 4 Memantapkan kerjasama perdagangan lokal, regional, dan internasional melalui pengembangan klaster pada kawasan strategis; 127 MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN  Peredaman ekonomi biaya tinggi dengan menyiasati proses produksi dan distribusi 5 Meningkatkan pertumbuhan dan kontribusi industri kecil dan menengah; 3 Menanggulangi Kemiskinan Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat 1 Meningkatnya indeks kesehatan  Pelaksanaan program- program spesifik otonomi khusus  Peningkatan kuantitas dan kualias pelayanan publik  Pemberdayaan masyarakat  Kemitraan dengan lembaga agama, sosial, adat, dan pihak pemerhati lainnya 1 Meningkatkan indeks kesehatan masyarakat melalui upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan dan layanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. 2 Terbinanya masyarakat dalam upaya peningkatan indeks kesehatan 2 Membina masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan diri dan lingkungan; 3 Terpenuhinya kebutuhan perumahan layak hun 3 Memenuhi kebutuhan perumahan layak huni bagi seluruh masyarakat; 4 Terbina dan terberdayakannya perempuan dan anak sebagai agen perubahan masyarakat 4 Membinaan dan memberdayakan perempuan dan anak sebagai agen perubahan kondisi masyarakat; 5 Terbina dan terpeliharanya masyarakat yang memiliki kerawanan sosial; 5 Membina dan Memelihara masyarakat yang memiliki kerawanan sosial; 6 Meningkatnya pertumbuhan dan 6 Meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha 128 MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN produktivitas koperasi dan kecil menengah; usaha kecil menengah 7 Terberdayakannya masyarakat perkampungan 7 Memberdayakan masyarakat perkampungan 8 Meningkatnya kesejahteraan petani 8 Meningkatkan kesejahteraan petani. 4 Membenahi Tata Kelola Pemerintahan Mendukung proses percepatan kegiatan pembangunan Provinsi Papua Barat serta memberikan pelayanan publik yang prima bagi masyarakat 1 Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas aparatur pemerintahan  Pelaksanaan sistem pengawasan dan evaluasi secara struktural dan fungsional baik dari internal pemerintah Provinsi Papua Barat, maupun dari Pemerintah Pusat, masyarakat, dan lembaga independen lain 1 2 Meningkatkan kinerja setiap SKPD melalui perbaikan sistem kerja dan perbaikan kualitas dan kapasitas aparatur. Merencanakan pembangunan wilayah yang sinergis antarwilayah dan antarsektor; 2 Diterapkannya sistem pemerintahan dan sistem kerja pemerintah yang akuntabel, transparan, partisipatif, profesional, efisien, efektif, dan taat hukum 3 Tersusunnya dokumen rencana pembangunan dan rencana kerja pemerintah 3 Memperbaiki kearsipan serta tata administrasi kewilayahan dan kependudukan 129 MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN 4 Tersusunnya regulasi yang relevan dengan kebutuhan daerah 4 Meningkatkan kapasitas lembaga legislatif daerah 5 Menyusun berbagai regulasi yang diperlukan 5 Mewujudkan Pemerataan Pembangunan Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat 1 Terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana transportasi, utilitas publik, dan pelayanan publik di seluruh wilayah  Pembukaan akses ke daerah-daerah terisolir dan terpencil  Prioritas pembangunan pada wilayah strategis, daerah terisolir, dan daerah terpencil  Prioritas pembangunan ditujukan kepada masyarakat miskin dan orang asli Papua  Penerapan skema-skema pembangunan non konvensional 1 Menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tata ruang sesuai dengan RTRW provinsi dan RTRW kabupatenkota; 2 Memenuhi infrastruktur transportasi, energi, telekomunikasi, air bersih air minum, dan pengelolaan lingkungan di seluruh wilayah, baik perkotaan maupun perKampungan 3 Menyusun sistem pengelolaan infrastruktur dan pengelolaan lingkungan hidup 4 Meningkatkan pencapaian keluarga sejahtera 5 Meratakan pembangunan wilayah melalui transmigrasi 6 Membangun Sumber Daya Manusia yang Kontributif Mendukung proses percepatan pembangunan 1 Terciptanya SDM berkualitas dengan indeks  Peningkatan kualitas 1 Meningkatkan indeks pendidikan melalui upaya peningkatan 130 MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Dalam Pembangunan Provinsi Papua Barat pendidikan dan penguasaan keterampilan yang baik layanan pendidikan formal dan informal  Pembinaan pemuda dan pembinaan melalui olahraga  Fasilitasi sarana komunikasi dan informasi partisipasi masyarakat, mutu tenaga pendidik, layanan, dan manajemen pendidikan formal dan non formal. 2 Terbinanya generasi pemuda sebagai aset strategis 2 Meningkatkan daya saing SDM melalui pembinaan pemuda dan olah raga 3 Meningkatnya kecerdasan serta meluasnya penguasaan pengetahuan dan informasi, serta meningkatnya motivasi untuk hidup yang lebih baik 3 Mencerdaskan masyarakat melalui sarana komunikasi dan informasi 7 Memanfaatkan Sumber Daya Alam Bagi Kesejahteraan Masyarakat Menciptakan kesejahteraan ekonomi masyarakatdengan kegiatan ekonomi berbasis SDA sekaligus memberdayakan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan alam 1 Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan peningkatan produktivitas pertanian, perikanan, dan peternakan  Optimalisasi pemanfaatan teknologi tepat guna  Pelaksanaan sistem pengawasan atas pemanfaatan SDA  Pemberdayaan masyarakat lokal dalam pelaksanaan, pengelolaan dan pengawasan upaya pemanfaatan SDA 1 Mewujudkan ketahanan pangan wilayah melalui peningkatan produktivitas pertanian dan meningkatkan pendapatan masyarakat dari kegiatan perkebunan 2 Meningkatnya kegiatan perkebunan rakyat 2 Memanfaatkan potensi Sumber Daya Hutan dengan tetap berprinsip kepada kelestarian dan keberlanjutan lingkungan alam 3 Meningkatnya pemanfaatan sumber daya hutan 3 Membina dan mengawasi pengusahaan bidang pertambangan 131 MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN 4 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertambangan 4 Mengembangkan kepariwisataan daerah yang berbasis pengembangan masyarakat lokal 5 Mengelola pariwisata yang berbasis pengembangan masyarakat local 5 Mengembangkan usaha kelautan dan perikanan bagi masyarakat pesisir terutama dengan meningkatkan pertumbuhan usaha budidaya perikanan 8 Melestarikan Lingkungan Alam dan Budaya Mempersiapkan dan menyediakan kualitas lingkungan hidup yang baik bagi generasi yang akan datang 1 Terjaganya keberadaan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam  Persiapan perangkat mitigasi bencana dan mitigasi bencana khusus masyarakat di wilayah- wilayah yang sulit diakses serta mencerdaskan seluruh masyarakat dalam menghadapi bencana;  Selektif dalam memberikan izin-izin usaha yang berpotensi mengancam eksistensi dan kesejahteraan masyarakat, lingkungan budaya, dan lingkungan alam;  Taat kepada RTRW provinsi, RTRW kabupaten kota, dan rencana rincinya dalam pengembangan 1 Pengembangan dan mengelola nilai budaya dan kekayaan budaya; 2 Terehabilitasinya lingkungan yang statusnya kritis 2 Rehabilitasi dan perlindungan lingkungan alam; 3 Terlaksananya upaya perlndungan lingkungan dan pengawasan lingkungan 4 Menurunnya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA 3 Peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan SDA 5 Tertanganinya kasus pelanggaran hukum dalam 132 MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN pemanfaatan SDA program-program pembangunan  Pencarian solusi bagi persoalan hak ulayat  Relokasi penduduk dari wilayah rawan bencana ke lokasi yang layak dan sesuai dengan kultur  Pengerahan jajaran pemerintah dan membina seluruh masyarakat untuk menjaga hutan dan SDA dari eksploitasi yang mengganggu sustainabilitasnya 6 Terlaksananya upaya mitigasi bencana alam 4 Implementasi mitigasi bencana alam. 133

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN

Target dan sasaran misi pembangunan pada masa ini ditekankan pada upaya mencapai kemandirian wilayah. Kemandirian wilayah yang tercermin dari kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, ketersediaan SDM yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya, ketergantungan pembiayaan pembangunan yang bersumber dari pendapatan regional yang makin kokoh sehingga ketergantungan kepada sumber lain menjadi kecil, dan kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok wilayahnya, yang diwujudkan melalui kebijakan bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ekonomi kerakyatan, affirmative action, tata-kelola pemerintahan, dan kekuatan fiskal. Dasar-dasar penentuan kebijakan mencapai Papua Barat yan mandiri dipengaruhi pertimbangan akan ketersediaan pemasukan dan alokasi dana untuk sektor-sektor pembangunan, agenda nasional yang memberikan pengaruh penting terhadap ekonomi lokal, serta variabel sensitif lain yang mempengaruhi pertumbuhan pembangunan yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut, secara khusus untuk bidang tata kelola pemerintahan dan kekuatan fiskal,didasari akan, ketersediaan dan alokasi anggaran serta agenda nasional yang diharapkan berujung pada upaya perwujudan meningkatnya kemampuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang terlihat dari meningkatnya pendapatan serta tingginya angka penyerapan tenaga kerja. Sedangkan untuk kelima bidang lainnya merupakan variabel sensitif pembangunan dan agenda nasional yang memberikan tanggung jawab khusus sebagai daerah otonomi khusus untuk melakukan percepatan pembangunan di Papua Barat. Keseluruhan bidang menjadi satu kesatuan dalam menciptakan kemandirian yang meliputi skenario kebijakan utama: 1. Perbaikan tatanan pengelolaan, kinerja dan kapasitas kelembagaan daerah. Seperti yang telah dipaparkan penekanan utama skenario menciptakan Papua Barat yang mandiri adalah dengan memperbaiki tatanan pemerintahan yang diindikasikan dengan ketersediaan perdasus dan perdasi pada tahun ketiga pembangunan, dan tersedianya perdasus serta perdasi mengenai sistem kelembagaan daerah yang berbasis kinerja dengan kapasitas yang baik pada akhir tahun rencana. Kebijakan tersebut tidak akan terlepas dari proses pembinaan aparatur secara bertahap yang dipedomani alokasi anggaran pertahunnya hingga mencapai 20 sehingga target pada akhir tahun rencana sebesar 100 aparatur terbina dapat tercapai. 2. Pemenuhan infrastruktur dasar yang menjangkau seluruh kampung. Pemenuhan infrastruktur dasar menekankan pada peningkatan akses seluruh kampung terhadap segala bentuk informasi dan kegiatan ekonomi dari luar daerahnya. Untuk sektor telekomunikasi 134 kebijakan diarahkan pertambahan pemenuhan kebutuhan kampung yang terjangkau jaringan telekomunikasi sebesar 15 setiap tahunnya, sehingga pada akhir periode rencana mencapai 75 diatas target sebesar 70. Sedangkan pembukaan akses jalan diupayakan setiap tahunnya ada pembukaan akses terhadap kampung yang terisolir sehingga menjadi dibawah sepuluh persen pada akhir periode rencana. Sejalan dengan dua kebijakan diatas, untuk pelayanan kebutuhan listrik juga diupayakan peningkatan akses rumah tangga terhadap energi listrik sebesar 12 dari jumlah rumah tangga yang belum teraliri listrik melalui berbagai sumber energi skala kecil, sehingga pada akhir tahun rencana 100 permukiman teraliri listrik. 3. Pengembangan kontribusi ekonomi kerakyatan. Skenario kebijakan ini diupayakan melalui pencapaian pertumbuhan unit usaha mikro sebesar 7 setiap tahunnya, sehingga mencapai pertumbuhan usaha mikro lebih dari 30 pada akhir tahun rencana. Untuk kampung-kampung yang belum memiliki sumber mata pencaharian berkelanjutan maupun modal kerja berputar, pada tahun pertama akan dilakukan studi menyeluruh sehingga dalam sisa empat tahun akan diupayakan realisasi mata pencaharian pada kampung yang belum memiliki sumber utama sebesar 25 setiap tahunnya, dengan dukungan modal kerja berputar untuk 15 kampung yang tidak memiliki modal setiap tahunnya. 4. Peningkatan akses, layanan dan kualitas pendidikan. Kemandirian wilayah melalui akses, layanan, dan kualitas pendidikan diusahakan untuk mengejar kenaikan angka melek huruf sebesar 1 setiap tahunnya sehingga 100 penduduk papua melek huruf. Hal ini akan diupayakan dengan pembangunan sekolah berpola asrama yang didukung program kemitraan pada minimal 15 distrik setiap tahunnya. Selain kedua taget tersebut, setiap tahunnya dilakukan pembinaan tenaga pengajar di Papua Barat sebesar 20 dari total pengajar dan kemudian diberikan stimulus dana ataupun rekrutmen baru untuk disebarkan kedalam kampung-kampung terisolir secara merata dan bertahap. 5. Peningkatan akses pelayananan kesehatan dalam menunjang produktivitas SDM. Kemandirian Papua Barat membutuhkan dukungan dari pelayanan kesehatan sehingga menunjang produktivitas tenaga kerja untuk memajukan pembangunan. Dalam mengejar hal tersebut program pembangunan diarahkan untuk memberikan jaminan kesehatan untuk 20 rumah tangga di Papua Barat setiap tahunnya. Jaminan tersebut harus ditunjang dengan pembangunan prasarana dan sarana kesehatan disetiap kampung dengan strategi pembangunan untuk daerah yang terjangkau akses, maupun kegiatan pelayanan keliling untuk daerah terisolir, sehingga diharapkan 100 kampung terlayani fasilitas kesehatan. Keseluruhan skenario tersebut tidak terlepas dari pembinaan tenaga kesehatan secara berkala untuk 10 tenaga kesehatan setiap tahunnya. Melalui pembinaan yang bekerjasama dengan pemerintah pusat diharapkan dapat mendorong pelayanan kesehatan yang optimal. 135 6. Peningkatan penyerapan dan pembinaan tenaga kerja lokal. Kemandirian wilayah sangat bergantung pada penyerapan tenaga kerja lokal khususnya orang Papua Barat asli. Untuk menciptakan perkembangan ekonomi yang mandiri, pembinaan tenaga kerja lokal harus secara terbuka dilakukan pemerintah setiap tahunnya paling tidak sebesar 20 dari total tenaga kerja. Dengan adanya pembinaan ini diharapkan adanya peningkatan kualitas tenaga kerja dan pembukaan lapangan kerja baru yang mampu menyerap tenaga kerja lebih besar dari pertumbuhannya ditambah peningkatan sebesar 10 dari tenaga kerja yang ada setiap tahunnya. 7. Optimalisasi sumber pendapatan daerah. Secara garis besar kebutuhan utama untuk mencapai kemandirian wilayah Papua Barat adalah dengan dukungan fiskal pendapatan daerah yang dapat menutupi kebutuhan pembangunan setiap tahunnya. Peningkatan sebesar 200 dari PAD saat ini diperlukan, hal ini dapat terpenuhi dengan peningkatan pendapatan disektor retribusi maupun pendapatan lain diluar pajak minimal hingga berimbang pada akhir tahun rencana. Selain itu penerapan berbagai skema pembiayaan pembangunan yang melibatkan sektor swasta dibutuhkan minimal pada pos-pos anggaran pembangunan infrastruktur. Agar dapat mencapai misi-misi pembangunan secara terarah dan tepat sasaran, maka ada beberapa kebijakan umum yang dianggap tepat sebagai instrumen untuk mengatasi permasalahan-permasalah pembangunan yang ada di Provinsi Papua Barat. Kebijakan-kebijakan umum tersebut antara lain adalah: a. Percepatan pembangunan Berbagai kebijakan nasional seperti dibentuknya Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat UP4B, munculnya Instruksi Presiden mengenai percepatan pembangunan Provinsi Papua Barat, serta masuknya koridor Papua-Maluku dalam Masterplan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI adalah beberapa kebijakan eksternal yang turut membantu pelaksanaan percapatan pembangunan di Papua Barat ini. Idelanya pelaksanaan rencana aksi yang ada dari kebijakan tersebut harus sinergis dengan rencana pembangunan yang ingin dicapai oleh Papua Barat dan perlu disambut baik oleh segenap stakeholders pembangunan terutama pemerintah dan masyarakat. sehingga komunikasi dan kinerja yang terbangun nantinya bersifat konstruktif. b. SDM sebagai sasaran utama Tidak ada yang menyangkal bahwa pembangunan SDM sebagai kunci dari keberhasilan pembangunan untuk jangka waktu yang panjang, karena proses pembangunan tidak berhenti dalam waktu dekat. Pembangunan SDM saat ini akan sangat bermanfaat dan bisa dihitung sebagai investasi bagi pembangunan puluhan tahun kedepan. Dengan masih terbatasnya kapasitas SDM Papua Barat, maka pembangunan saat ini diarahkan untuk membangun SDM agar 136 berkualitas dan berdaya saing sehingga dapat berkontribusi bagi pembangunan Papua Barat untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. c. Aktualisasi kearifan lokal Papua Barat memiliki karakteristik masyarakat yang khas, yang telah ada sejak sebelum pemerintahan formal masuk. Kunci keberhasilan dari pembangunan adalah mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan. Agar masyarakat mau ikut ambil bagian dalam pembangunan maka kepentingannya perlu diakomodir, termasuk kepentingannya dalam hal adat. Saat ini yang menjadi persoalan ketidakefektifan penyelenggaraan pembangunan salah satunya adalah orang Papua secara tidak langsung termarginalkan karena kebijakan-kebijakan yang diambil tidak berpihak kepada mereka. Maka untuk pembangunan saat ini diupayakan semaksimal mungkin untuk mengakomodir kearifan lokal yang ada dan menunjukkan keberpihakan penuh terhadap mereka. d. Memacu aktivitas ekonomi Seperti yang seringkali dibahas sebelumnya, aktivitas ekonomi terutama yang sifatnya riil dikalangan masyarakat masih belum berputar. Begitu juga dengan investasi-investasi besar yang ada yang diharapkan dapat memicu munculnya aktivitas ekonomi lainnya dengan masyarakat lokal sebagai pelakunya belum memperlihatkan dampak langsung yang signifikan. Perlu ada sistem baru untuk menggerakan ekonomi masyarakat yang masih berjalan pada tingkatan mikro bahkan mini mikro. e. Ramah lingkungan Inisiatif untuk menjalankan suatu aktivitas yang ramah lingkungan biasanya baru muncul setelah kerusakan lingkungan terjadi dalam stadium yang cukup parah. Papua Barat sendiri masih memiliki kualitas lingkungan yang sangat baik, namun tidak ada salahnya jika asas ramah lingkungan mulai dibiasakan untuk diterapkan dalam setiap kegiatan pembangunan. Manfaat yang dapat diambil berupa lingkungan hidup yang berkualitas akan dapat dinikmati jauh puluhan tahun kedepan. Bagaimanapun lingkungan hidup yang sehat akan menjadikan masyarakat yang hidup disekitarnya menjadi sehat pula. f. Penciptaan iklim investasi yang kondusif Investasi baik dari dalam maupun luar negeri apalagi dengan skala yang besar tentunya masih sangat dibutuhkan oleh Papua Barat demi memacu pertumbuhan ekonominya. Namun masuk atau tidaknya investasi tentunya bukan tanpa alasan. Iklim investasi di satu wilayah terutama menjadi salah satu pertimbangan utama investor. Karenanya program-program pembangunan yang dipilih harus mendukung ke arah penciptaan iklim investasi yang kondusif. 137 Tabel 7-1. Program Pembangunan Berdasarkan Misi Pembangunan Program Berdasarkan Misi Pertama:  Program pendidikan gratis bagi orang Papua  Program wajib melek huruf dini bagi orang Papua  Program wajib melek huruf dewasa bagi orang Papua  Program SD kecil tingkat kampung  Program sekolah pola asrama tingkat distrik  Program pengiriman tenaga pengajar ke kampung terpencil dan kampung terisolir  Program pelibatan dan pembinaan orang tua siswa Papua dalam lembaga pendidikan  Program pendidikan guru bagi orang Papua  Program beasiswa ilmu khusus berbasis keunggulan lokal Papua Barat  Program penyesuaian kurikulum dengan muatan lokal Papua Barat  Program kemitraan pendidikan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat  Program dana stimulus bagi tenaga pengajar di daerah terpencil dan daerah terisolir  Program sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal Papua Barat  Program taman penitipan anak Papua  Program taman bacaan kampung bagi orang Papua  Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait pendidikan bagi orang Papua  Program jaminan pendidikan bagi orang Papua  Program pelayanan kesehatan door to door bagi orang Papua  Program jaminan kesehatan bagi orang Papua  Program pelayanan kesehatan dan obat-obatan gratis bagi orang Papua  Program pengembangan obat-obatan tradisional Papua  Program pengembangan cara-cara pengobatan tradisional Papua  Program pembinaan tenaga kesehatan tradisional Papua  Program pencegahan dan pengobatan khusus HIV, kusta, dan malaria bagi orang Papua  Program pengiriman dan pendisiplinan tenaga kesehatan ke ke kampung terpencil dan kampung terisolir  Program kemitraan kesehatan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat  Program pembangunan prasarana dan sarana kesehatan tingkat kampung  Program perencanaan dan pengendalian keluarga Papua  Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait kesehatan bagi orang Papua  Program rujukan kesehatan bagi orang Papua  Program rumah layak huni bagi orang Papua  Program penyediaan sanitasi bagi permukiman dan perumahan orang Papua  Program penyediaan air bersih bagi permukiman dan perumahan orang Papua 138 Program Berdasarkan Misi Pertama:  Program penyediaan listrik bagi perumahan dan permukiman orang Papua  Program penyediaan telekomunikasi yang menjangkau kampung terpencil dan terisolir  Pembukaan akses transportasi ke seluruh kampung terpencil dan terisolir  Program pengelolaan sampah dan pembinaan orang Papua dalam mengelola sampah  Program pengembangan sistem usaha mikro bagi orang Papua  Program pembinaan usaha mini mikro bagi orang Papua  Program pengembangan pertanian tanaman pangan pokok orang Papua keladi, jagung, ubi, kacang- kacangan, bunga pepaya, dan sebagainya  Program pengembangan tanaman perkebunan khas Papua pala, sagu, dan sebagainya  Program pengelolaan kawasan lindung sekitar permukiman orang Papua  Program pengembangan peternakan hewan khas orang Papua babi, rusa, dan sebagainya  Program pengelolaan kawasan dan pembinaan orang Papua dengan skema transmigrasi lokal  Program pembukaan lapangan kerja bagi orang Papua  Program pengelolaan pariwisata berbasis Orang Papua  Program pengelolaan carbon trade  Program pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja dan usaha bagi tenaga kerja pemuda Papua  Program pengembangan mata pencaharian berkelanjutan berbasis pelatihan SDM Papua  Program pemberian dan perputaran modal kerja bagi orang Papua  Program pengembangan lembaga kredit dan usaha bersama orang Papua  Penyusunan regulasi penentuan kuota orang Papua dalam pemerintahan  Program rekruitmen orang Papua menjadi aparatur pemerintah  Program pembinaan orang Papua dalam pemerintahan  Program promosi orang Papua dalam pemerintahan  Penyusunan regulasi persyaratan izin usaha terkait pelibatan orang Papua  Penyusunan database kependudukan orang Papua  Program pemetaan tanah ulayat  Program pengelolaan administrasi hak ulayat  Penyusunan Perdasus dan Perdasi  Penyesuaian nomenklatur pada penyusunan data dan informasi statistik daerah Program Berdasarkan Misi Kedua:  Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja  Program Peningkatan Kesempatan Kerja  Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan 139  Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi  Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi  Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah  Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan  Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal  Program pengembangan wawasan kebangsaan  Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaaan  Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan  Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat pekat  Program pendidikan politik masyarakat  Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional  Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor  Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri  Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan  Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan.  Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi  Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah  Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri  Program Penataan Struktur Industri  Program pengembangan sentra-sentra industri potensial Program Berdasarkan Misi Ketiga:  Program Obat dan Perbekalan Kesehatan  Program Pengawasan Obat dan Makanan  Program Pengembangan Obat Asli Indonesia  Program Perbaikan Gizi Masyarakat  Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular  Program standarisasi pelayanan kesehatan  Program pelayanan kesehatan penduduk miskin  Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas puskesmas pembantu dan jaringannya  Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakitrumah sakit jiwarumah sakit paru-parurumah sakit mata  Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakitrumah sakit jiwarumah sakit paru-paru rumah sakit mata  Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan 140 Program Berdasarkan Misi Ketiga:  Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita  Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia  Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan  Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak  Program pengembangan lingkungan sehat  Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat  Program Upaya Kesehatan Masyarakat  Program Lingkungan Sehat Perumahan  Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan  Program Pengembangan Perumahan  Program perbaikan perumahan akibat bencana alamsosial  Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran  Program pengelolaan areal pemakaman  Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan  Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak  Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan  Program peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan  Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak  Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil KAT dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS Lainnya  Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial  Program pembinaan anak terlantar  Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma  Program pembinaan panti asuhan panti jompo  Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya  Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial  Program penciptaan iklim usaha Usaha Kecil Menengah yang kondusif  Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah  Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah  Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi  Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat PerKampungan  Program pengembangan lembaga ekonomi peKampungan  Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun Kampung 141 Program Berdasarkan Misi Ketiga:  Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah Kampung  Program peningkatan peran perempuan di perKampungan  Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Program Berdasarkan Misi Keempat:  Program Pelayanan Administrasi Perkantoran  Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur  Program peningkatan disiplin aparatur  Program fasilitasi pindahpurna tugas PNS  Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur  Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan  Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah  Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupatenkota  Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan Kampung  Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH  Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan  Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan  Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi  Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat  Program Pendidikan Kedinasan  Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur  Program pembinaan dan pengembangan aparatur  Program pengembangan datainformasi  Program kerjasama pembangunan  Program Pengembangan Wilayah Perbatasan  Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh  Program perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar  Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah  Program perencanaan pembangunan daerah  Program perencanaan pembangunan ekonomi  Program perencanaan sosial dan budaya  Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam  Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana  Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah 142 Program Berdasarkan Misi Keempat:  Program Penataan Daerah Otonomi Baru  Program Penataan Administrasi Kependudukan  Program pengembangan datainformasistatistik daerah  Program perbaikan sistem administrasi kearsipan  Program penyelamatan dan pelestarian dokumenarsip daerah  Program pemeliharaan rutinberkala sarana dan prasarana kearsipan  Program peningkatan kualitas pelayanan informasi  Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah  Program Penataan Peraturan PerUndang-Undangan Program Berdasarkan Misi Kelima:  Program Perencanaan Tata Ruang  Program Pemanfaatan Ruang  Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang  Program pembangunan sistem pendaftaran tanah  Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah  Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan  Program pengembangan sistem informasi pertanahan  Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan  Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ  Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan  Program peningkatan pelayanan angkutan  Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas  Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor  Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan  Program Keluarga Berencana  Program Kesehatan Reproduksi Remaja  Program pelayanan kontrasepsi  Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KBKR yang mandiri  Program promosi kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok kegiatan dimasyarakat  Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR  Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIVAIDS 143 Program Berdasarkan Misi Kelima:  Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang ana  Program penyiapan tenaga pendamping kelompok bina keluarga  Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU  Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi  Program Transmigrasi lokal  Program Transmigrasi regional Program Berdasarkan Misi Keenam:  Program Pendidikan Anak Usia Dini  Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun  Program Pendidikan Menengah  Program Pendidikan Non Formal Program Pendidikan Luar Biasa  Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan  Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan  Program Manajemen Pelayanan Pendidikan  Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda  Program peningkatan peran serta kepemudaan  Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda  Program upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba  Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olah Raga  Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga  Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga  Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa  Program pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi  Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi  Program kerjasama informasi dengan mas media Program Berdasarkan Misi Ketujuh:  Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanianperkebunan  Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanianperkebunan  Program peningkatan penerapan teknologi pertanianperkebunan 144 Program Berdasarkan Misi Ketujuh:  Program peningkatan produksi pertanianperkebunan  Program pemberdayaan penyuluh pertanianperkebunan lapangan  Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak  Program peningkatan produksi hasil peternakan  Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan  Program peningkatan penerapan teknologi peternakan  Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan  Program pemanfaatan kawasan hutan industri  Program pembinaan dan penertiban industri hasil hutan  Program perencanaan dan pengembangan hutan  Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan  Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan  Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan  Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata  Program Pengembangan Destinasi Pariwisata  Program Pengembangan Kemitraan  Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir  Program pengembangan budidaya perikanan  Program pengembangan perikanan tangkap  Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan  Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan  Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar Program Berdasarkan Misi Kedelapan:  Program Pengembangan Nilai Budaya  Program Pengelolaan Kekayaan Budaya  Program Pengelolaan Keragaman Budaya  Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya  Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat  Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup  Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam  Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam  Program peningkatan pengendalian polusi 145 Program Berdasarkan Misi Kedelapan:  Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan dikawasan-kawasan konservasi laut dan hutan  Program pengendalian kebakaran hutan  Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut  Program pengelolaan ruang terbuka hijau RTH  Program rehabilitasi hutan dan lahan  Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan  Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup  Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan  Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut  Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam  Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut 146 Tabel 7-2. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Menyelenggarakan pembangunan dengan menomorsatukan perlindungan, pencerdasan, dan pemberdayaan masyarakat orang asli papua 1 Terjangkaunya pelayanan pendidikan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat 1. Penyediaan pelayanan pendidikan yang dekat dengan masyarakat 2. Pengakomodasian masyarakat agar dekat dengan pelayanan pendidikan 3. Peringanan biaya pendidikan 4. Penyesuaian pelayanan pendidikan dengan karakteristik wilayah dan karakteristik masyarakat 5. Pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan 1. Menyediakan pelayanan pendidikan di lokasi yang mudah diakses masyarakat di seluruh wilayah baik pendidikan formal maupun informal 2. Memfasilitasi masyarakat yang ingin berada dekat dengan pelayanan pendidikan dengan menyediakan sistem pelayanan pendidikan dan prasarana dan sarana spesifik 3. Menyediakan pelayanan pendidikan yang murah bahkan bebas biaya bagi masyarakat 4. Menyesuaikan pokok- pokok pengajaran dengan kebutuhan wilayah dan kearifan lokal yang ada 5. Melibatkan Persentase siswa Papua yang mendapat pendidikan gratis 1 Program pendidikan gratis bagi orang Papua Wajib Dinas Pendidikan AMH siswa SD 2 Program wajib melek huruf dini bagi orang Papua Wajib Dinas Pendidikan AMH dewasa 3 Program wajib melek huruf dewasa bagi orang Papua Wajib Dinas Pendidikan Persentase kampung dengan SD kecil 4 Program SD kecil tingkat kampung Wajib Dinas Pendidikan Persentase distrik dengan sekolah pola asrama 5 Program sekolah pola asrama tingkat distrik Wajib Dinas Pendidikan Persentase kampung yang didatangi tenaga pengajar 6 Program pengiriman tenaga pengajar ke kampung terpencil dan kampung terisolir Wajib Dinas Pendidikan Persentase orang tua siswa terlibat 7 Program pelibatan dan pembinaan orang tua siswa Papua dalam lembaga pendidikan Wajib Dinas Pendidikan Jumlah guru Papua yang dididik 8 Program pendidikan guru bagi orang Papua Wajib Dinas Pendidikan 147 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir masyarakat dalam penyelenggaraan layanan pendidikan termasuk dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan 6. Menyediakan layanan pendidikan dinamis yang mampu menyentuh lokasi- lokasi terpencil dan terisolir Persentase siswa Papua yang mendapat beasiswa 9 Program beasiswa ilmu khusus berbasis keunggulan lokal Papua Barat Wajib Dinas Pendidikan Jumlah kurikulum yang disesuaikan 10 Program penyesuaian kurikulum dengan muatan lokal Papua Barat Wajib Dinas Pendidikan Persentase sekolah dengan program kemitraan 11 Program kemitraan pendidikan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat Wajib Dinas Pendidikan Persentase tenaga pengajar yang mendapat dana stimulus 12 Program dana stimulus bagi tenaga pengajar di daerah terpencil dan daerah terisolir Wajib Dinas Pendidikan Persentase distrik memiliki sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal 13 Program sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal Papua Barat Wajib Dinas Pendidikan Persentase kampung memiliki taman penitipan anak Papua 14 Program taman penitipan anak Papua Wajib Dinas Pendidikan Persentase kampung memiliki taman bacaan 15 Program taman bacaan kampung bagi orang Papua Wajib Dinas Pendidikan 148 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Persentase kampung mendapat pembinaan 16 Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait pendidikan bagi orang Papua Wajib Dinas Pendidikan Persentase orang Papua mendapat jaminan pendidikan 17 Program jaminan pendidikan bagi orang Papua Wajib Dinas Pendidikan 2 Terjangkaunya pelayanan kesehatan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat 1. Penyediaan pelayanan kesehatan yang dekat dengan masyarakat 2. Pengakomodasian masyarakat agar dekat dengan pelayanan kesehatan 3. Peringanan biaya kesehatan 4. Penyesuaian pelayanan kesehatan dengan karakteristik wilayah dan karakteristik masyarakat 5. Pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehataN 1. Menyediakan pelayanan kesehatan di lokasi yang mudah diakses masyarakat di seluruh wilayah 2. Menyediakan layanan kesehatan dinamis yang mampu menyentuh lokasi- lokasi terpencil dan terisolir 3. Menyediakan pelayanan kesehatan yang murah bahkan bebas biaya 4. Menyesuaikanlayanan kesehatan sesuai kebutuhan wilayah dan kearifan lokal yang ada 5. Melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan layanan kesehatan termasuk dalam perencanaan, pelaksanaan, dan Persentase orang Papua sakit terlantar 1 Program pelayanan kesehatan door to door bagi orang Papua Wajib Dinas Kesehatan Persentase orang Papua mendapat jaminan kesehatan 2 Program jaminan kesehatan bagi orang Papua Wajib Dinas Kesehatan Persentase orang Papua mendapat layanan dan obat gratis 3 Program pelayanan kesehatan dan obat- obatan gratis bagi orang Papua Wajib Dinas Kesehatan Jumlah obat tradisional dikembangkan 4 Program pengembangan obat- obatan tradisional Papua Wajib Dinas Kesehatan Jumlah cara pengobatan tradisional dikembangkan 5 Program pengembangan cara- cara pengobatan tradisional Papua Wajib Dinas Kesehatan Jumlah tenaga kesehatan tradisional dibina 6 Program pembinaan tenaga kesehatan tradisional Papua Wajib Dinas Kesehatan Persentase pengidap HIV, kusta, dan malaria 7 Program pencegahan dan pengobatan khusus HIV, kusta, dan malaria bagi orang Papua Wajib Dinas Kesehatan 149 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir pengawasan Persentase kampung yang didatangi tenaga kesehatan 8 Program pengiriman dan pendisiplinan tenaga kesehatan ke ke kampung terpencil dan kampung terisolir Wajib Dinas Kesehatan Persentase prasarana kesehatan dengan program kemitraan 9 Program kemitraan kesehatan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat Wajib Dinas Kesehatan Persentase kampung memiliki prasarana dan sarana kesehatan 10 Program pembangunan prasarana dan sarana kesehatan tingkat kampung Wajib Dinas Kesehatan Pertumbuhan jumlah orang Papua 11 Program perencanaan dan pengendalian keluarga Papua Wajib Dinas Kesehatan Persentase kampung mendapat pembinaan 12 Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait kesehatan bagi orang Papua Wajib Dinas Kesehatan Persentase pasien sakit berat dirujuk 13 Program rujukan kesehatan bagi orang Papua Wajib Dinas Kesehatan 3 Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan 1. Percepatan pembangunan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan 1 Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang Persentase keluarga Papua memiliki rumah layak 1 Program rumah layak huni bagi orang Papua Wajib Dinas Pekerjaan Umum Persentase permukiman dan rumah memiliki sanitasi 2 Program penyediaan sanitasi bagi permukiman dan perumahan orang Papua Wajib Dinas Pekerjaan Umum 150 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir lingkungan yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat; lingkungan yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat 2. Penjalinan kerjasama dengan investor maupun pemerintah pusatprovinsi lain 3. Penyelesaian persoalan pertanahan 4. Penyusunan rencana pengembangan infrastruktur yang terintegrasi menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat; Persentase permukiman dan rumah memiliki air bersih 3 Program penyediaan air bersih bagi permukiman dan perumahan orang Papua Wajib Dinas Pekerjaan Umum Persentase permukiman dan rumah memiliki listrik 4 Program penyediaan listrik bagi perumahan dan permukiman orang Papua Wajib Dinas Pekerjaan Umum Persentase kampung terjangkau telekomunikasi 5 Program penyediaan telekomunikasi yang menjangkau kampung terpencil dan terisolir Wajib Dinas Pekerjaan Umum Persentase kampung terisolir 6 Pembukaan akses transportasi ke seluruh kampung terpencil dan terisolir Wajib Dinas Pekerjaan Umum Persentase kampung dengan pengelolaan sampah mandiri 7 Program pengelolaan sampah dan pembinaan orang Papua dalam mengelola sampah Wajib Dinas Pekerjaan Umum 4 Meningkatnya perekonomian wilayah dan tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat yang disertai dengan pengembangan 1. Pengembangan sektor-sektor potensial yang berbasis pemanfaatan SDA lokal 2. Stimulasi 1. Mengembangkan usaha pemanfaatn sektor-sektor potensial yang berbasis SDA lokal 2. Menstimulasi pertumbuhan usaha Pertumbuhan unit usaha mikro 1 Program pengembangan sistem usaha mikro bagi orang Papua Wajib Dinas UMKM dan Koperasi Persentase usaha mini mikro terbina 2 Program pembinaan usaha mini mikro bagi orang Papua Wajib Dinas UMKM dan Koperasi 151 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir keterampilan pertumbuhan usaha kecil dan mikro serta pembinaan efektivitas usaha usaha mini mikro 3. Pembinaan keterampilan kerja dan usaha masyarakat 4. Penciptaan lapangan kerja menengah, kecil, dan mikro dengan pemberian bantuan modal, pemberian skema kredit ringan, dan pembekalan keterampilan usaha 3. Memfasilitasi kebutuhan usaha mini mikro agar berlangsung efisien dan pembinaan keterampilan pengembangan usaha 4. Membina keterampilan kerja dan usaha masyarakat 5. Menciptakan lapangan kerja Persentase kampung terpencil memiliki lahan pertanian tanaman pangan pokok 3 Program pengembangan pertanian tanaman pangan pokok orang Papua keladi, jagung, ubi, kacang-kacangan, bunga pepaya, dan sebagainya Pilihan Dinas Pertanian Persentase kabupaten memiliki perkebunan tanaman khas Papua 4 Program pengembangan tanaman perkebunan khas Papua pala, sagu, dan sebagainya Pilihan Dinas Pertanian Persentase permukiman sekitar kawasan lindung terbina 5 Program pengelolaan kawasan lindung sekitar permukiman orang Papua Wajib Dinas Kehutanan Persentase kampung memiliki peternakan hewan khas Papua 6 Program pengembangan peternakan hewan khas orang Papua babi, rusa, dan sebagainya Pilihan Dinas Perternakan Jumlah kawasan per kabupaten yang dibina dengan skema transmigrasi 7 Program pengelolaan kawasan dan pembinaan orang Papua dengan skema transmigrasi lokal Pilihan Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Persentase tenaga kerja terserap 8 Program pembukaan lapangan kerja bagi orang Papua Wajib Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi 152 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Persentase ODTW dikelola orang Papua 9 Program pengelolaan pariwisata berbasis Orang Papua Pilihan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Persentase hutan lindung dikelola 10 Program pengelolaan carbon trade Pilihan Dinas Kehutanan Persentase pemuda Papua dididik dan dilatih 11 Program pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja dan usaha bagi tenaga kerja pemuda Papua Wajib Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Persentase kampung memiliki mata pencaharian utama yang berkelanjutan 12 Program pengembangan mata pencaharian berkelanjutan berbasis pelatihan SDM Papua Wajib Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Persentase kampung memiliki modal kerja berputar 13 Program pemberian dan perputaran modal kerja bagi orang Papua Wajib Persentase unit usaha milik orang Papua mendapat kredit 14 Program pengembangan lembaga kredit dan usaha bersama orang Papua Wajib 5 Terlaksananya affirmative action 1. Perekrutan orang asli papua dalam pemerintahan dan lapangan kerja 1. rekrutmen orang asli papua dalam pemerintahan, jasa kemasyarakatan, perdagangan besar, Ketersediaan regulasi 1 Penyusunan regulasi penentuan kuota orang Papua dalam pemerintahan dan lapangan kerjausaha Wajib 153 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir usaha 2. Penentuan kuota 3. Promosi 4. Penyesuaian regulasi dan industri 2. Penentuan kuota untuk rekrutmen orang asli papua dan untuk target capaian pembangunan 3. Promosi tenaga kerja lokal 4. Penyesuaian regulasi yang relevan dengan kebutuhan Papua Barat Persentase orang Papua dalam pemerintahan 2 Program rekrutmen orang Papua dalam pemerintahan serta lapangan kerja jasa kemasyarakatan, perdagangan besar, dan industri Wajib Persentase aparatur pemerintah orang Papua yang dibina 3 Program pembinaan orang Papua dalam pemerintahan serta lapangan kerja jasa kemasyarakatan, perdagangan besar, dan industri Wajib Persentase aparatur pemerintah orang Papua yang mendapat promosi 4 Program promosi orang Papua dalam dalam pemerintahan serta lapangan kerja jasa kemasyarakatan, perdagangan besar, dan industri Wajib Ketersediaan regulasi 5 Penyusunan regulasi tentang pelibatan orang papua dalam pemerintahan serta lapangan kerja jasa kemasyarakatan, perdagangan besar, dan industri Wajib Ketersediaan database 6 Penyusunan database kependudukan orang Papua Wajib Ketersediaan peta tanah ulayat 7 Program pemetaan tanah ulayat Wajib 154 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Ketersediaan peraturan administrasi hak ulayat 8 Program pengelolaan administrasi hak ulayat Wajib Ketersediaan Perdasus dan Perdasi 9 Penyusunan Perdasus dan Perdasi Wajib Kesesuaian nomenklatur statistik daerah 10 Penyesuaian nomenklatur pada penyusunan data dan informasi statistik daerah Wajib Meningkatkan kemampuan finansial daerah untuk membiayai pembangunan dari penerimaan asli daerah 1 Terciptanya iklim investasi yang kondusif 1 Penciptaan iklim investasi yang kondusif 1 Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja lokal; Persentase angkatan kerja yang terbina 1 Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Wajib 2 Penyiapan SDM lokal tingkat pengangguran terbuka 2 Program Peningkatan Kesempatan Kerja Wajib 3 Pemetaan potensi daerah dan peluang investasi Ketersediaan jaminan perlindungan dan lembaga ketenagakerjaan 3 Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan Wajib 4 Peningkatan promosi potensi daerah dan peluang investasi 2 Menciptakan iklim investasi yang kondusif Jumlah promosi dan kerjasama investasi baru 1 Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi Wajib 5 Pengembangan klaster-klaster pada simpul- simpul strategis wilayah Persentase realisasi investasi 2 Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Wajib Pemetaan sumber daya, sarana dan prasarana daerah potensial 3 Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah Wajib 155 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir 3 Meningkatnya jalinan kerjasama ekonomi 6 Pengembangan komoditas spesifik daerah 3 Memantapkan kesatuan bangsa dan politik internal wilayah Tingkat keamanan dan kenyamanan lingkungan 1 Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan Wajib 7 Peredaman ekonomi biaya tinggi dengan menyiasati proses produksi dan distribusi Persentase tindak kriminal yang ditindak 2 Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal Wajib Persentase kampung yang mendapat pembinaan wawasan kebangsaan 3 Program pengembangan wawasan kebangsaan Wajib Persentase pembinaan wawasan kebangsaan berbasis kemitraan 4 Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaaan Wajib Persentase kegiatan penertiban dan pengamanan yang melibatkan masyarakat 5 Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan Wajib Persentase penyakit masyarakat yang diberantas 6 Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat pekat Wajib Tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang politik 7 Program pendidikan politik masyarakat Wajib 4 Memantapkan kerjasama perdagangan lokal, regional, dan Jumlah kerjasama perdagangan internasional yang baru 1 Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional Pilihan 156 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir internasional melalui pengembangan klaster pada kawasan strategis; Pertumbuhan nilai ekspor 2 Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor Pilihan Laju pertumbuhan nilai perdagangan dalam negeri 3 Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri Pilihan Jumlah kasus pelanggaran perdagangan yang ditindak 4 Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan Pilihan Persentase pedagang kaki lima yang terbina 5 Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan. Wajib 3 Meningkatnya realisasi investasi dalam dan luar negeri di sektor- sektor primer 5 Meningkatkan pertumbuhan dan kontribusi industri kecil dan menengah; Jumlah industri kecil dan menengah dengan sistem produksi berbasis Iptek 1 Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi Pilihan Pertumbuhan industri kecil dan menengah 2 Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Pilihan Persentase industri yang memenuhi standar 3 Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri Pilihan Jumlah industri yang saling terkait 4 Program Penataan Struktur Industri Pilihan sentra-sentra industri yang dikembangkan 5 Program pengembangan sentra- sentra industri potensial Pilihan 157 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat 1 Meningkatnya indeks kesehatan 1 Pelaksanaan program- program spesifik otonomi khusus 1 Meningkatkan indeks kesehatan masyarakat melalui upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan dan layanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Persediaan obat dan perbekalan kesehatan 1 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Wajib 2 Peningkatan kuantitas dan kualias pelayanan publik Persentase kasus obat dan makanan bermasalah tertangani 2 Program Pengawasan Obat dan Makanan Wajib 3 Pemberdayaan masyarakat Jumlah obat asli Indonesia yang dikembangkan 3 Program Pengembangan Obat Asli Indonesia Wajib 4 Kemitraan dengan lembaga agama, sosial, adat, dan pihak pemerhati lainnya Persentase kampung bergizi buruk 4 Program Perbaikan Gizi Masyarakat Wajib Persentase pengidap penyakit menular 5 Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular Wajib Pemenuhan SPM kesehatan 6 Program standarisasi pelayanan kesehatan Wajib Persentase penduduk miskin mendapat layanan kesehatan 7 Program pelayanan kesehatan penduduk miskin Wajib 158 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Persentase pemenuhan sarana prasarana puskesmas 8 Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas puskesmas pembantu dan jaringannya Wajib Persentase pemenuhan sarana prasarana rumah sakit 9 Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakitrumah sakit jiwarumah sakit paru- parurumah sakit mata Wajib Penyusutan sarana dan prasarana 10 Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakitrumah sakit jiwarumah sakit paru-paru rumah sakit mata Wajib Persentase kegiatan pelayanan kesehatan berbasis kemitraan 11 Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan Wajib Kinerja pelayanan kesehatan anak balita 12 Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita Wajib Kinerja pelayanan kesehatan lansia 13 Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia Wajib 159 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Persentase kasus makanan bermasalah yang ditangani 14 Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan Wajib Rasio kematian ibu dan anak 15 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Wajib 2 Terbinanya masyarakat dalam upaya peningkatan indeks kesehatan 2 Membina masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan diri dan lingkungan; Persentase kampung dengan lingkungan sehat 1 Program pengembangan lingkungan sehat Wajib Persentase kampung yang dibina 2 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Wajib Persentase kampung sehat 3 Program Upaya Kesehatan Masyarakat Wajib Persentase perumahan dengan lingkungan sehat 4 Program Lingkungan Sehat Perumahan Wajib Persentase perumahan dengan komunitas aktif 5 Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan Wajib 3 Terpenuhinya kebutuhan perumahan layak huni 3 Memenuhi kebutuhan perumahan layak huni bagi seluruh masyarakat; Pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat 1 Program Pengembangan Perumahan Wajib Persentase perumahan direhabilitasi 2 Program perbaikan perumahan akibat bencana alamsosial Wajib 160 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Persentase perumahan yang dibina 3 Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran Wajib Persentase areal pemakaman yang dikelola dengan baik 4 Program pengelolaan areal pemakaman Wajib 4 Terbina dan terberdayakannya perempuan dan anak sebagai agen perubahan masyarakat 4 Membinaan dan memberdayakan perempuan dan anak sebagai agen perubahan kondisi masyarakat; Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan 1 Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan Wajib Tingkat keberhasilan pengarusutamaan gender dalam program pembangunan 2 Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak Wajib Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan 3 Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan Wajib Peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan 4 Program peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan Wajib Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan 5 Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak Wajib 161 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir 5 Terbina dan terpeliharanya masyarakat yang memiliki kerawanan sosial; 5 Membina dan Memelihara masyarakat yang memiliki kerawanan sosial; Persentase fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang diberdayakan 1 Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil KAT dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS Lainnya Wajib Cakupan pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial 2 Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Wajib Persentase anak terlantar yang dibina 3 Program pembinaan anak terlantar Wajib Persentase penyandang cacat dan trauma yang dibina 4 Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma Wajib Persentase panti asuhan panti jompo yang terbina 5 Program pembinaan panti asuhan panti jompo Wajib Persentase eks penyandang penyakit sosial 6 Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya Wajib Persentase lembaga kesejahteraan sosial yang terbedayakan 7 Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial Wajib 6 Meningkatnya pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha kecil menengah 6 Meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha kecil menengah; iklim usaha UKM yang kondusif 1 Program penciptaan iklim usaha Usaha Kecil Menengah yang kondusif Wajib 162 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Persentase wirausaha dan UKM yang berkembang 2 Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah Wajib Ketersediaan sistem pendukung UMKM 3 Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah Wajib Persentase koperasi aktif 4 Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi Wajib 7 Terberdayakannya masyarakat perkampungan 7 Memberdayakan masyarakat perkampungan Persentase kampung mandiri 1 Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat PerKampungan Wajib Persentase kampung yang memiliki lembaga ekonomi 2 Program pengembangan lembaga ekonomi peKampungan Wajib Persentase kegiatan yang melibatkan masyarakat 3 Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun Kampung Wajib Persentase aparatur pemerintah Kampung yang dibina 4 Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah Kampung Wajib Persentase partisipasi perempuan 5 Program peningkatan peran perempuan di perKampungan Wajib 8 Meningkatnya kesejahteraan petani 8 Meningkatkan kesejahteraan petani. Persentase kesejahteraan petani meningkat 1 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Wajib 163 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Mendukung proses percepatan kegiatan pembangunan Provinsi Papua Barat 1 Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas aparatur pemerintahan 1 Pelaksanaan sistem pengawasan dan evaluasi secara struktural dan fungsional baik dari internal pemerintah Provinsi Papua Barat, maupun dari Pemerintah Pusat, masyarakat, dan lembaga independen lain 1 Meningkatkan kinerja setiap SKPD melalui perbaikan sistem kerja dan perbaikan kualitas dan kapasitas aparatur. Kebutuhan administrasi perkantoran yang terpenuhi 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Wajib Memberikan pelayanan publik yang prima bagi masyarakat 2 Diterapkannya sistem pemerintahan dan sistem kerja pemerintah yang akuntabel, transparan, partisipatif, profesional, efisien, efektif, dan taat hukum Sarana dan prasarana aparatur yang terpenuhi 2 Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Wajib Persentase aparat yang terbukti melakukan pelanggaran disiplin 3 Program peningkatan disiplin aparatur Wajib Kebutuhan pindahpurna tugas PNS 4 Program fasilitasi pindahpurna tugas PNS Wajib Persentase sumber daya aparatur terbina 5 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Wajib Akuntabilitas laporan capaian kinerja dan keuangan 6 Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan Wajib Tingkat akuntabilitas laporan pengelolaan keuangan daerah 7 Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah Wajib 164 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Tingkat akuntabilitas laporan pengelolaan keuangan kabupatenkota 8 Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupatenkota Wajib Tingkat akuntabilitas laporan pengelolaan keuangan Kampung 9 Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan Kampung Wajib Efektivitas dan efisiensi sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH 10 Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH Wajib Persentase tugas pemeriksanaan dan pengawasan yang dilaksanakan 11 Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan Wajib Ketersediaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan 12 Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan Wajib Persentase SKPD berbasis teknologi informasi 13 Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi Wajib Jumlah pengaduan masyarakat yang terselesaikan 14 Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat Wajib Persentase kegiatan pendidikan kedinasan 15 Program Pendidikan Kedinasan Wajib 165 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Persentase aparatur pemerintah memenuhi standar kualifikasi 16 Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur Wajib Persentase aparatur yang dibina 17 Program pembinaan dan pengembangan aparatur Wajib Kota-kota menengah dan besar yang dikembangkan 18 Program perencanaan pengembangan kota- kota menengah dan besar Wajib Keterpaduan penyelenggaraan pembangunan 19 Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah Wajib 3 Tersusunnya dokumen rencana pembangunan dan rencana kerja pemerintah 2 Merencanakan pembangunan wilayah yang sinergis antarwilayah dan antarsektor; Pemenuhan kebutuhan data dan informasi 1 Program pengembangan datainformasi Wajib 2 Program kerjasama pembangunan Wajib 3 Program Pengembangan Wilayah Perbatasan Wajib Kawasan strategis dan cepat tumbuh yang dikembangkan 4 Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Wajib Kota-kota menengah dan besar yang dikembangkan 5 Program perencanaan pengembangan kota- kota menengah dan besar Wajib 166 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Keterpaduan penyelenggaraan pembangunan 6 Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah Wajib Keterpaduan rencana pembangunan daerah 7 Program perencanaan pembangunan daerah Wajib Keterpaduan rencana pengembangan ekonomi 8 Program perencanaan pembangunan ekonomi Wajib Keterpaduan rencana bidang sosial dan budaya 9 Program perencanaan sosial dan budaya Wajib Keterpaduan rencana pengembangan dan pemanfaatan prasarana wilayah dan sumber daya alam 10 Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam Wajib Ketersediaan rencana pembangunan daerah rawan bencana 11 Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana Wajib Keterpaduan wilayah se Provinsi 12 Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Wajib Kesiapan administrasi daerah otonom baru 13 Program Penataan Daerah Otonomi Baru Wajib 3 Memperbaiki kearsipan serta tata administrasi kewilayahan dan kependudukan Persentase kelengkapan data administrasi penduduk 1 Program Penataan Administrasi Kependudukan Wajib Pemenuhan datainformasistatistik daerah 2 Program pengembangan datainformasistatistik daerah Wajib 167 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Tingkat kemudahan akses informasi 3 Program perbaikan sistem administrasi kearsipan Wajib Persentase pengarsipan dokumenarsip daerah 4 Program penyelamatan dan pelestarian dokumenarsip daerah Wajib Persentase sarana prasarana dengan kategori baik 5 Program pemeliharaan rutinberkala sarana dan prasarana kearsipan Wajib Pelayanan prima 6 Program peningkatan kualitas pelayanan informasi Wajib 4 Tersusunnya regulasi yang relevan dengan kebutuhan daerah 4 Meningkatkan kapasitas lembaga legislatif daerah Persentase tugas lembaga perwakilan rakyat daerah yang dilaksanakan 1 Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah Wajib 5 Menyusun berbagai regulasi yang diperlukan Pemenuhan peraturan perUndang-Undangan yang dibutuhkan 1 Program Penataan Peraturan PerUndang- Undangan Wajib Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat 1 Terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana transportasi, utilitas publik, dan pelayanan publik di seluruh wilayah 1 Pembukaan akses ke daerah- daerah terisolir dan terpencil 1 Menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tata ruang sesuai dengan RTRW provinsi dan RTRW kabupatenkota; Pemenuhan kebutuhan dokumen rencana tata ruang 1 Program Perencanaan Tata Ruang Wajib 2 Prioritas pembangunan pada wilayah strategis, daerah terisolir, dan daerah terpencil Persentase kesesuaian pemanfaatan ruang 2 Program Pemanfaatan Ruang Wajib 168 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir 3 Prioritas pembangunan ditujukan kepada masyarakat miskin dan orang asli Papua Jumlah kasus pelanggaran penataan ruang 3 Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wajib Persentase lahan yang terdaftar 4 Program pembangunan sistem pendaftaran tanah Wajib 4 Penerapan skema-skema pembangunan non konvensional Persentase lahan dikelola dengan baik 5 Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah Wajib Persentase konflik- konflik pertanahan yang ditangani sampai tuntas 6 Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan Wajib Ketersediaan sistem informasi pertanahan yang mudah diakses dan termutakhirkan 7 Program pengembangan sistem informasi pertanahan Wajib 2 Memenuhi infrastruktur transportasi, energi, telekomunikasi, air bersih air minum, dan pengelolaan lingkungan di seluruh wilayah, baik perkotaan maupun perKampungan Pemenuhan prasarana dan fasilitas perhubungan 1 Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan Wajib 169 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Persentase prasarana dan fasilitas perhubungan dengan kondisi baik layak 2 Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ Wajib Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana perhubungan 3 Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan Wajib 3 Menyusun sistem pengelolaan infrastruktur dan pengelolaan lingkungan hidup Pemenuhan kebutuhan layanan angkutan reguler 1 Program peningkatan pelayanan angkutan Wajib Pemenuhan SPM perhubungan lalu lintas dan angkutan jalan 2 Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas Wajib Persentase kendaraan bermotor layak yang jalan 3 Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor Wajib Persentase distrik dengan sistem pengelolaan sampah terpadu 4 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Wajib 4 Meningkatkan pencapaian keluarga sejahtera Laju pertumbuhan dari kelahiran 1 Program Keluarga Berencana Wajib Persentase partisipasi remaja terbina 2 Program Kesehatan Reproduksi Remaja Wajib Cakupan kampung yang terlayani alat kontrasepsi 3 Program pelayanan kontrasepsi Wajib 170 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Persentase masyarakat yang terbina 4 Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KBKR yang mandiri Wajib Cakupan promosi kelompok kegiatan di masyarakat 5 Program promosi kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok kegiatan dimasyarakat Wajib Persentase distrik dengan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR 6 Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR Wajib Kasus narkoba, dan PMS yang ditanggulangi 7 Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIVAIDS Wajib Ketersediaan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak 8 Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak Wajib Jumlah tenaga pendamping yang dipersiapkan 9 Program penyiapan tenaga pendamping kelompok bina keluarga Wajib Ketersediaan model operasional BKB- Posyandu-PADU 10 Program pengembangan model operasional BKB- Posyandu-PADU Wajib 5 Meratakan pembangunan wilayah melalui Kemandirian kawasan transmigrasi 1 Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi Pilihan 171 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir transmigrasi Jumlah kawasan yang Dibina dengan Skema Transmigrasi 2 Program Transmigrasi lokal Pilihan - 3 Program Transmigrasi regional Pilihan Mendukung proses percepatan pembangunan Provinsi Papua Barat 1 Terciptanya SDM berkualitas dengan indeks pendidikan dan penguasaan keterampilan yang baik 1 Peningkatan kualitas layanan pendidikan formal dan informal 1 Meningkatkan indeks pendidikan melalui upaya peningkatan partisipasi masyarakat, mutu tenaga pendidik, layanan, dan manajemen pendidikan formal dan non formal. Cakupan pelayanan pendidikan anak usia dini 1 Program Pendidikan Anak Usia Dini Wajib 2 Pembinaan pemuda dan pembinaan melalui olahraga Cakupan pelayanan pendidikan dasar sembilan tahun 2 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Wajib 3 Fasilitasi sarana komunikasi dan informasi Cakupan pelayanan pendidikan menengah 3 Program Pendidikan Menengah Wajib Cakupan pelayanan pendidikan non formal 4 Program Pendidikan Non Formal Wajib Cakupan pelayanan pendidikan luar biasa 5 Program Pendidikan Luar Biasa Wajib Persentase pendidik dan tenaga kependidikan yang dibina 6 Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Wajib 172 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Persentase taman bacaanperpustakaan aktif 7 Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan Wajib Kinerja pelayanan pendidikan 8 Program Manajemen Pelayanan Pendidikan Wajib 2 Terbinanya generasi pemuda sebagai aset strategis 2 Meningkatkan daya saing SDM melalui pembinaan pemuda dan olah raga Ketersediaan kebijakan terkait kepemudaan 1 Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda Wajib Persentase partisipasi pemuda dalam kegiatan 2 Program peningkatan peran serta kepemudaan Wajib Banyaknya pemuda yang dibina 3 Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda Wajib Banyaknya pemuda yang dibina 4 Program upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba Wajib Cabang olahraga yang terbina dengan baik 5 Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olah Raga Wajib Raihan prestasi olah raga 6 Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga Wajib Persentase pemenuhan sarana dan prasarana olah raga 7 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga Wajib 173 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir 3 Meningkatnya kecerdasan serta meluasnya penguasaan pengetahuan dan informasi, serta meningkatnya motivasi untuk hidup yang lebih baik 3 Mencerdaskan masyarakat melalui sarana komunikasi dan informasi Ketimpangan akses masyarakat terhadap informasi 1 Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa Wajib Jumlah pengkajian dan penelitian yang diselenggarakan 2 Program pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi Wajib Jumlah pendidikan dan latihan yang diselenggarakan 3 Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi Wajib Persentase informasi kegiatan yang disampaikan lewat media massa 4 Program kerjasama informasi dengan media massa Wajib Menciptakan kesejahteraan ekonomi masyarakatdengan kegiatan ekonomi berbasis SDA sekaligus memberdayakan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan alam 1 Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan peningkatan produktivitas pertanian, perikanan, dan peternakan 1 Optimalisasi pemanfaatan teknologi tepat guna 1 Mewujudkan ketahanan pangan wilayah melalui peningkatan produktivitas pertanian dan meningkatkan pendapatan masyarakat dari kegiatan perkebunan Peningkatan ketahanan pangan wilayah 1 Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanianperkebunan Pilihan 2 Pelaksanaan sistem pengawasan atas pemanfaatan SDA Perluasan pasar produk pertanian 2 Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanianperkebunan Pilihan 2 Meningkatnya kegiatan perkebunan rakyat 3 Pemberdayaan masyarakat lokal dalam pelaksanaan, Persentase pertanian berbasis teknologi 3 Program peningkatan penerapan teknologi pertanianperkebunan Pilihan 174 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir pengelolaan dan pengawasan upaya pemanfaatan SDA Peningkatan hasil panen 4 Program peningkatan produksi pertanianperkebunan Pilihan Jumlah kabupatenkota dengan tenaga penyuluh terlatih 5 Program pemberdayaan penyuluh pertanianperkebunan lapangan Pilihan Persentase ternak yang terjangkit penyangkit 6 Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Pilihan Peningkatan nilai produksi peternakan 7 Program peningkatan produksi hasil peternakan Pilihan Perluasan pasar produk peternakan 8 Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan Pilihan Persentase peternakan berbasis teknologi 9 Program peningkatan penerapan teknologi peternakan Pilihan 3 Meningkatnya pemanfaatan sumber daya hutan 2 Memanfaatkan potensi Sumber Daya Hutan dengan tetap berprinsip kepada kelestarian dan keberlanjutan lingkungan alam Peningkatan kontribusi sektor kehutanan 1 Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Pilihan Lahan hutan industri terlantar 2 Program pemanfaatan kawasan hutan industri Pilihan Persentase industri hasil hutan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan 3 Program pembinaan dan penertiban industri hasil hutan Pilihan 175 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir Kesesuaian dengan RTRW 4 Program perencanaan dan pengembangan hutan Pilihan 4 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertambangan 3 Membina dan mengawasi pengusahaan bidang pertambangan Persentase usaha pertambangan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan 1 Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan Pilihan Jumlah kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan yang ditertibkan 2 Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan Pilihan Peningkatan pasokan daya listrik 3 Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan Pilihan 5 Mengelola pariwisata yang berbasis pengembangan masyarakat lokal 4 Mengembangkan kepariwisataan daerah yang berbasis pengembangan masyarakat lokal Jumlah destinasi pariwisata unggulan yang dipromosikan 1 Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata Pilihan Jumlah destinasi pariwisata yang dikembangkan 2 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Pilihan Jumlah kegiatan kemitraan pariwisata 3 Program Pengembangan Kemitraan Pilihan 1 Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan peningkatan produktivitas pertanian, perikanan, dan 5 Mengembangkan usaha kelautan dan perikanan bagi masyarakat pesisir terutama dengan meningkatkan pertumbuhan usaha budidaya perikanan Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir 1 Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir Pilihan 176 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir peternakan Pertumbuhan nilai produksi budidaya perikanan 2 Program pengembangan budidaya perikanan Pilihan Pertumbuhan nilai produksi perikanan tangkap 3 Program pengembangan perikanan tangkap Pilihan Terciptanya sistem penyuluhan perikanan baru yang efektif 4 Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan Pilihan Pertumbuhan nilai produksi perikanan 5 Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan Pilihan Persentase kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar yang dikembangkan 6 Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar Pilihan Mempersiapkan dan menyediakan kualitas lingkungan hidup yang baik bagi generasi yang akan datang 1 Terjaganya keberadaan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam 1 Persiapan perangkat mitigasi bencana dan mitigasi bencana khusus masyarakat di wilayah-wilayah yang sulit diakses serta mencerdaskan seluruh masyarakat dalam menghadapi 1 Pengembangan dan mengelola nilai budaya dan kekayaan budaya; Intensitas penyelenggaraan event kebudayaan lokal 1 Program Pengembangan Nilai Budaya Wajib Kekayaan budaya yang terkelola 2 Program Pengelolaan Kekayaan Budaya Wajib Keragaman budaya yang terkelola 3 Program Pengelolaan Keragaman Budaya Wajib 177 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir bencana; 2 Selektif dalam memberikan izin- izin usaha yang berpotensi mengancam eksistensi dan kesejahteraan masyarakat, lingkungan budaya, dan lingkungan alam; Jumlah kerjasama baru yang terjalin terkait pengelolaan kekayaan budaya 4 Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya Wajib 3 Taat kepada RTRW provinsi, RTRW kabupaten kota, dan rencana rincinya dalam pengembangan program- program pembangunan Persentase kampung pesisir yang tercerdaskan 5 Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat Wajib 2 Terehabilitasinya lingkungan yang statusnya kritis 4 Pencarian solusi bagi persoalan hak ulayat 2 Rehabilitasi dan perlindungan lingkungan alam; Persentase kasus pencemaran dan kerusakan LH ditangani 1 Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Wajib 5 Relokasi penduduk dari wilayah rawan bencana ke lokasi yang layak dan sesuai dengan kultur Kesesuaian pelaksanaan rencana perlindungan dan konservasi SDA 2 Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam Wajib 6 Pengerahan jajaran pemerintah dan membina seluruh masyarakat untuk menjaga Persentase cadangan SDH yang direhabilitasi dan dipulihkan 3 Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam Wajib 178 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir hutan dan SDA dari eksploitasi yang mengganggu sustainabilitasnya Tingkat polusi 4 Program peningkatan pengendalian polusi Wajib Tingkat kerusakan lingkungan kawasan- kawasan konservasi laut dan hutan akibat pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan 5 Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan dikawasan- kawasan konservasi laut dan hutan Wajib Kasus kebakaran hutan yang ditangani dengan baik 6 Program pengendalian kebakaran hutan Wajib Kondisi ekosistem pesisir dan laut 7 Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut Wajib Pemenuhan RTH kawasan perkotaan 8 Program pengelolaan ruang terbuka hijau RTH Wajib Penurunan jumlah hutan dan lahan kritis 9 Program rehabilitasi hutan dan lahan Wajib Sumber daya hutan terlindungi 10 Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan Wajib 3 Terlaksananya upaya perlndungan lingkungan dan pengawasan lingkungan 3 Peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan SDA Ketersediaan sistem informasi SDA dan LH 1 Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Wajib 179 Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Pembangunan Daerah Bidang Urusan SKPD Kondisi Awal Kondisi Akhir 4 Menurunnya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA Partisipasi masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan 2 Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan Wajib 5 Tertanganinya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA Jumlah kasus pelanggaran pendayagunaan sumber daya laut yang ditindak 3 Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut Wajib 6 Terlaksananya upaya mitigasi bencana alam 4 Implementasi mitigasi bencana alam. Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam terkoordinir dengan baik 1 Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam Wajib Penerapan mitigasi bencana di kawasan pesisir 2 Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut Wajib 180

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI

Dokumen yang terkait

The Development Of Decision Support System (DSS) For Monitoring And Evaluating Forest Industry

0 29 196

PENGEMBANGAN SIG BERBASIS WEB SEBAGAI DECISSION SUPPORT SYSTEM (DSS) UNTUK MANAJEMEN JARINGAN JALAN DI KABUPATEN ACEH TIMUR

0 8 16

Sistem Informasi Penjualan dan Pembelian pada Cv. Yenns Collection dengan Menggunakan DSS (Decision Support System).

0 1 28

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 4

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

1 1 3

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

RPJPD PAPUA BARAT 2012 2025 NO. 18 TAHUN 2012

1 5 153