71
No. Uraian
2007 2008
2009 2010
2011 Rata-rata
Pertumbu han
3 EKUITAS DANA
538.796.181.431,86 1.107.288.182.198,61
2.038.123.816.439,41 3.329.356.424.127,51 4.002.034.494.266,04
68,28 3.1
EKUITAS DANA LANCAR 189.629.783.550,86
51.231.958.797,61 138.254.702.833,41
358.653.294.702,51 400.211.034.765,04
66,97 3.1.1
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran SILPA
188.253.783.625,86 51.378.479.982,61
130.281.243.721,91 358.077.154.727,51
398.107.844.546,04 66,72
3.1.2 Cadangan untuk piutang
0,00 993.512.432,00
56.146.909,00 240.508.364,00
5.134.029.966,00 756,22
3.1.3 Cadangan untuk
persediaan 0,00
1.947.523.383,00 10.638.035.120,00
3.360.047.003,00 0,00
92,61 3.1.4
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang
jangka pendek 1.375.999.925,00
-3.087.557.000,00 -3.088.211.546,00
-3.087.557.000,00 -3.087.557.000,00
-81,10 3.1.5
Pendapatan yang ditangguhkan
0,00 0,00
367.488.628,50 63.141.608,00
56.717.253,00 -46,50
3.2 EKUITAS DANA INVESTASI
349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00
1.899.869.113.606,00 2.970.703.129.425,00
3.601.823.459.501,00 89,99
3.2.1 Diinvestasikan dalam
investasi jangka panjang 0,00
0,00 25.000.000.000,00
100.000.000.000,00 125.000.000.000,00
162,50 3.2.2
Diinvestasikan dalam aset tetap
349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00
1.874.869.113.606,00 2.870.703.129.425,00
3.476.823.459.501,00 88,55
3.2.3 Diinvestasikan dalam aset
lainnya 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 3.2.4
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang
jangka panjang 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00
3.3 EKUITAS DANA
CADANGAN 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 3.3.1
Diinvestasikan dalam dana cadangan
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
3.4 REKENING KORAN PPKD
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
3.4.1 Rekening koran PPKD
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
538.796.181.431,86 1.134.862.630.270,38
2.042.066.129.869,69 3.333.281.577.007,42
4.005.940.483.297,95 68,49
72
73
3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan MasaLalu
1. Penyusunan dan Pemantapan Anggaran
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, pengelolaan keuangan daerah harus dilaksanakan secara terpadu antara perencanaan
dan penganggaran, tertib, efektif, efisien, transparan, dan bertanggung jawab. Penyediaan pendanaan program maupun kegiatan yang berasal dari keuangan daerah direncanakan dalam
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD maupun dokumen acuan lainnya yang berupa Rencana Strategis SKPD Renstra SKPD dan Rencana Kerja SKPD Renja
SKPD. Khususnya dalam RPJMD, indikasi pembiayaan yang bersifat jangka menengah akan dijabarkan menjadi pembiayaan tahunan yang tercermin dalam APBD dan APBN tahun
bersangkutan. a. Penyiapan Dokumen Acuan Penganggaran
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, penyusunan anggaran
mengacu kepada sejumlah dokumen perencanaan dan dokumen kerja lainnya. Dokumen acuan tersebut terdiri dari dokumen acuan tahap perencanaan dan dokumen acuan
teknis sebelum menjadi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah RAPBD. Untuk dokumen acuan perencanaan terdiri dari dokumen RPJMD, Renstra SKPD, Renja
SKPD, dan RKPD, sedangkan dokumen teknis yang menjadi agenda lebih lanjut terdiri dari Kebijakan Umum Anggaran KUA, Penetapan Plafond Anggaran Sementara PPAS,
Rencana Kerja Anggaran RKA SKPD, dan RAPBD.
Keterikatan antara satu dokumen acuan dengan dokumen acuan lainnya menuntut kinerja yang optimal dan penyelesaian tepat waktu dalam penyusunan berbagai
dokumen acuan tersebut. Hubungan antar dokumen acuan lebih lanjut tergambar pada diagram keterpaduan berikut ini.
Berdasarkan struktur dokumen perencanaan wilayah, setiap SKPD wajib menyusun rencana strategis yang nantinya menjadi acuan dalam penyusunan Renja SKPD. Renja
SKPD selanjutnya menjadi materi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah atau RKPD yang merupakan penjabaran tahunan dari program jangka menengah
dalam RPJMD. Dokumen RKPD yang bersifat tahunan memuat materi mengenai rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah
serta rencana kerja yang terukur berikut pendanaannya.
74
Gambar 3-4. Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Keuangan
Gambar 3-5. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Lebih lanjut lagi, Rencana Kerja Pemerintah Daerah diterjemahkan kedalam rencana penganggaran dalam bentuk Kebijakan Umum Anggaran atau KUA yang bersifat tahunan.
Gambaran mengenai prioritas kegiatan disampaikan oleh masing-masing SKPD dan dituliskan dalam KUA sebagai arahan prioritas penyediaan anggaran tahunan daerah.
Berdasarkan informasi tersebut maka disusunlah Penetapan Plafond Anggaran Sementara atau PPAS yang merupakan pedoman penyusuan APBD Provinsi Papua Barat.
Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Dokumen
Rencana Tahunan Muatan Materi:
1. Rancangan
Kerangka Ekonomi Daerah.
2. PrioritasPembang
3.
75
76
Gambar 3-6. Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran KUA
b. Pemantapan Dokumen Acuan Penganggaran
Secara teknis, KUA dan PPAS dipaparkan dan dibahas lebih lanjut oleh lembaga eksekutif maupun lembaga legislatif daerah. Pembahasan ini kemudian menghasilkan Nota
Kesepakatan antara Pimpinan DPRD dengan GubernurKepala Daerah yang menjadi persetujuan penyusunan dan pembahasan RKA SKPD. Program maupun kegiatan yang
terbahas dalam RKA SKPD secara nyata telah mengadposi kepentingan maupun prioritas
program yang menjadi upaya perwujudan misi pembangunan daerah. Gambar 3-7. Proses Penetapan Plafond Sementara atau PPAS
Anggaran yang telah tercantum dalam PPAS selanjutnya dituangkan kedalam RKA-SKPD dengan berlandaskan prinsip-prinsip Anggaran Berbasis Kinerja. Melalui prinsip tersebut
Kebijak an
Muatan Materi Rancangan PPAS:
1. Skala prioritas
urusan wajib dan
2.
DPRD Pemerint
ah Rancan
gan PPAS
Muatan Materi PPAS:
1. Program
prioritas. 2.
77 diharapkan seluruh penanggung jawab memahami betul hal-hal terkait dengan masukan,
keluaran, hasil, indikator kinerja, tolok ukur kinerja serta target kinerja yang akan dievaluasi dari masing-masing pengguna anggaran.
Gambar 3-8. Proses dan Mekanisme Penyusunan RKA-SKPD
2. Alokasi Anggaran
Penggunaan anggaran yang diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah dengan perwujudan dalam
bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial, secara teknis, dapat menggunakan
perangkat kerangka kerja logis atau logical frame work guna mencapai pemanfaatan sumber daya yang optimal. Perwujudan kualitas kehidupan masyarakat digambarkan dalam prestasi kinerja
dan pencapaian standar minimal pelayanan masing-masing satuan kerja. Sesuai dengan pedoman penyusunan anggaran yang diterbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri,
alokasi anggaran untuk satuan kerja terkelompokan menurut klasifikasi Urusan Wajib dan Urusan Pilihan penyelenggaraan Pemerintahan. Dalam hubungan ini, faktor utama yang menjadi
pertimbangan adalah penyediaan anggaran atau dana berdasarkan asas pelaksanaan tugas kelembagaan atau money follows function guna memberikan pengaruh manfaat yang sebesar-
besarnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pembagian tugas Pemerintah Pusat dan Daerah
dikelompokkan berdasarkan urusan sebagai berikut: Urusan Wajib
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Pekerjaan Umum
4. Perumahan
5. Penataan Ruang
6. Perencanaan Pembangunan
78 7.
Perhubungan 8.
Lingkungan Hidup 9.
Pertanahan 10. Kependudukan dan Catatan Sipil
11. Pemberdayaan Perempuan 12. Keluarga Berencana dan
Kesejahteraan Keluarga 13. Sosial
14. Tenaga Kerja 15. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
16. Penanaman Modal 17. Kebudayaan
18. Pemuda dan Olah Raga 19. Kesatuan Bangsa dan Politik DN
20. Pemerintahan Umum 21. Kepegawaian
22. Pemberdayaan Masyarakat Kampung 23. Statistik
24. Kearsipan 25. Komuniksasi dan Informatika.
Urusan Pilihan
1. Pertanian
2. Kehutanan
3. Energi dan Sumber Daya Mineral
4. Pariwisata
5. Kelautan dan Perikanan
6. Perdagangan
7. Perindustrian
8. Transmigrasi.
Berdasarkan klasifikasi urusan tersebut, maka alokasi anggaran dalam APBD tahunan ditetapkan dan kemudian selanjutnya dijabarkan kedalam RKA-SKPD sesuai dengan bidang urusan yang ada.
3. Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
Pencapaian sasaran maupun target pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJMD maupun Renstra masing-masing SKPD diukur melalui penganggaran yang berbasis kinerja dan mengacu
pada pelaksanaan program-program. Penganggaran berbasis kinerja bertujuan untuk memastikan bahwa dana yang dialokasikan bisa diukur efesiensi dan efektifitas dari capaian
suatu program. Dengan menggunakan kerangka kerja logis maka komponen anggaran berbasis kinerja seperti: indikator kinerja, kinerja, keluaran, masukan dengan mudah bisa dicantumkan
dalam penyusunan Rencana Kerja Anggaran SKPD atau KementerianLembaga. Selain itu, pendekatan berbasis kinerja dalam penyediaan anggaran juga berupaya mencapai
keluaran atau output masukan berupa dana maupun komponen masukan lainnya yang tidak terikat dengan pendanaan. Masukan atau Input yang dimaksud dapat berupa segenap sumber
daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program atau kegiatan, sementara keluaran atau output adalah semua barang dan jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan tersebut.
Hal penting yang menjadi bagian dari penganggaran berbasis kinerja adalah rumusan-rumusan yang berhubungan dengan penetapan indikator, tolok ukur, serta target kinerja. Untuk indikator
kinerja sendiri terdiri dari masukan, keluaran, dan hasil kinerja. Sedangkan tolak ukur kinerja meliputi ukuran prestasi kerja yang dapat dicapai berupa mutu, kuantitas, tingkat efisiensi,
efektifitas. Selanjutnya target kinerja yang merupakan dorongan upaya pelayanan yang diberikan meliputi hal-hal yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan dari pencapaian program atau
79 kegiatan berdasarkan tolok ukur yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Keseluruhan rumusan
tersebut kemudian dipertimbangkan dalam penyusunan RKA-SKPD maupun RKA tingkat kementerian dan lembaga.
4. Tugas Dekonsentrasi dan Perbantuan
Pemerintah Provinsi maupun KabupatenKota disamping melaksanakan tugas desentraliasi juga melaksanakan tugas dekonsentrasi dan perbantuan. Meskipun kedua jenis tugas tersebut
menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat, namun dalam kenyataannya tanggung jawab tersebut didelegasikan kepada Kepala Daerah untuk melakukan proses koordinasi.
Untuk tugas-tugas dekonsentrasi, dana atau anggarannya disalurkan berdasarkan organisasi kementerian dan lembaga di Daerah. Dalam tahun anggaran 2011, jumlah alokasi untuk wilayah
Papua Barat adalah sebesar Rp. 3.094,37 milyar.
Penerimaan Daerah Provinsi Papua Barat secara garis besar dipergunakan untuk membiayai belanja pemerintah, baik yang bersifat belanja langsung maupun tidak langsung. Belanja langsung sendiri
dibedakan menjadi 8 delapan klasifikasi, sedangkan untuk belanjalangsung dibedakan menjadi 3 tiga klasifikasi utama. Adapun belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta
belanja modal. Untuk belanja tidak langsung terdiri dari belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja pegawai, belanja bagi hasil kepada ProvinsiKabupatenKota dan juga
pemerintah Kampung, belanja bantuan keuangan bagi provinsikabupatenkota dan juga Pemerintah Kampung, serta belanja tidak terduga.
3.3 Kerangka Pendanaan Pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016
Berdasarkan realisasi penganggaran pembangunan, target pertumbuhan ekonomi yang direncanakan pada tahun 2012-2016 minimal sebesar 7,5 per tahun menuntut kebutuhan pendanaan pembangunan
setiap tahunnya paling kurang Rp. 10 trilyun. Kebutuhan tersebut tetap akan dipenuhi oleh sumber pembiayaan pembangunan dari sektor pembiayaan fiskal. Pembiayaan sektor fiskal tersebut bersumber
dari APBN dalam bentuk dana transfer dari Pemerintah Pusat ke Daerah yang berupa DBH, DAU, DAK, Dana Penyesuaian serta Dana Otonomi Khusus. Pembiayaan lain yang menjadi tulang punggung
merupakan dana program dekonsentrasitugas-tugas perbantuan guna membiayai kegiatan kementerian di Papua Barat. Diluar pembiayaan utama tersebut, diupayakan sumber pendanaan lain berbentuk PAD,
dana lain serta dana hibah donor luar negeri. Komponen pembiayaan ini dibandingkan kedua komponen bersumber APBN memiliki nilai yang relatif kecil. Secara rinci, keseluruhan sumber pembiayaan
pembangunan Provinsi Papua Barat diluar dana hibah luar negeri tercantum dalam dokumen APBN, APBD Provinsi, dan APBD KabupatenKota se Papua Barat.
80
Tabel 3-7. Estimasi APBD Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 URAIAN
ESTIMASI
Pendapatan Daerah 3.778.766.466.950
Belanja Daerah 3.883.765.466.950
Defisit 104.999.000.000
Pembiayaan Daerah - Penerimaan Pembiayaan
130.000.000.000 - Pengeluaran Pembiayaan
25.000.000.000 Pembiayaan Netto
105.000.000.000
Selisih lebih 1.000.000.00
Tabel 3-8. Estimasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 URAIAN
ESTIMASI Pendapatan daerah
3.778.766.466.950 1
Pendapatan AsliDaerah 134.500.000.000
a Pajak Daerah
105.000.000.000 b
Retribusi Daerah 1.000.000.000
c Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerahyg dipisahkan
5.000.000.000 d
Lain-lain PAD yang sah 23.500.000.000
2 Dana perimbangan
1.690.031.563.000
a Dana Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak
750.000.000.000 b
Dana Alokasi Umum 901.398.453.000
c Dana Alokasi Khusus
38.633.110.000
3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
1.954.234.903.950
a Hibah
1.037.958.000 b
Dana Darurat -
c Dana Bagi Hasil Pajak dari Provdan pemda lainnya
- d
Dana Otonomi Khusus 1.353.196.945.950
e Dana sarana prasarana
600.000.000.000 f
Bantuan Keu dari Prov atau Pemda lainnya -
81
Tabel 3-9. Estimasi Belanja Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 URAIAN
ESTIMASI Belanja daerah
3.883.765.466.950 1
Belanja Tidak Langsung 2.069.885.775.100
a Belanja Pegawai
237.066.138.400 b
Belanja Bunga -
c Belanja Subsidi
- d
Belanja Hibah 204.452.611.000
e Belanja Bantuan Sosial
5.174.000.000 f
Belanja Bagi Hasil Kepada KabKota dan Pemdes 646.955.163.700
g Belanja Bantuan Keu Kepada KabKota dan
Pemerintah Kampung 951.237.862.000
h Belanja Tidak Terduga
25.000.000.000
2 Belanja langsung
1.813.879.691.850
a BelanjaPegawai
126.284.362.500 b
Belanja Barangdan Jasa 871.980.601.350
c Belanja Modal
815.614.728.000
Tabel 3-10. Estimasi Pembiayaan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 URAIAN
PERKIRAAN
1 Penerimaan pembiayaan
130.000.000.000 2
Pengeluaranpembiayaan 25.000.000.000
Pembiayaan Netto 105.000.000.000
Tabel 3-11. Ringkasan Pembagian ke KabupatenKota Tahun Anggaran 2012 URAIAN
NILAI 1
Jumlah Pendapatan 3.778.766.466.950
100,00
2 Ke KabKota Berupa:
A Dana Otsus
951.237.862.000 25,00
B Dana Bagi Hasil
646.955.163.700 17,00
82
URAIAN NILAI
C Jumlah ke KabKota
1.598.193.025.700 42,00
D Sisa dikelola Provinsi
2.180.573.441.250 58,00
83
Analisis Pertumbuhan Pendapataan Daerah dan ProyeksiBelanja Daerah Provinsi Papua Barat 2012-2016
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah. Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran
tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah. Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu APBD maka analisis
pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap APBD dan laporan keuangan daerah pada umumnya. Analisis dilakukan terhadap penerimaan daerah yaitu pendapatan dari penerimaan pembiayaan daerah.
Kapasitas keuangan daerah pada dasarnya ditempatkan sejauh mana daerah mampu mengoptimalkan penerimaan dari pendapatan daerah. Berbagai objek penerimaan daerah dianalisis untuk memahami
perilaku atau karakteristik penerimaan selama ini. Analisis dilakukan berdasarkan pada data dan informasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
pendapatan daerah, antara lain: 1
Angka rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah masa lalu; 2
Asumsi indikator makro ekonomi PDRBlaju pertumbuhan ekonomi, inflasi dan lain-lain; 3
Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah; 4
Kebijakan dibidang keuangan negara.
Kemudian akan dilakukan lagi analisis proyeksi belanja daerah untuk memperoleh gambaran kebutuhan belanja tidak langsung daerah dan belanja langsung Provinsi Papua Barat. Analisis dilakukan dengan
proyeksi 5 lima tahun kedepan untuk penghitungan kerangka pendanaan pembangunan daerah terhitung mulai 2012- 2016.
84
Tabel 3-12.Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Provinsi Papua Barat
No Uraian
Tahun 2012 Rp
Tingkat partum buhan
Proyeksi Tahun 2013
Rp Tahun 2014
Rp Tahun 2015
Rp Tahun 2016
Rp A
Belanja TidakLangsung 2,330,898,319,267.92
10 2,563,988,151,194.71
2,820,386,966,314.18 3,102,425,662,945.60 3,412,668,229,240.16
1 Belanja Pegawai
254,897,739,260.00 10
280,387,513,186.00 308,426,264,504.60
339,268,890,955.06 373,195,780,050.57
2 Belanja Hibah
396,776,031,000.00 10
436,453,634,100.00 480,098,997,510.00
528,108,897,261.00 580,919,786,987.10
3 Belanja Bantuan Sosial
7,202,429,204.00 10
7,922,672,124.40 8,714,939,336.84
9,586,433,270.52 10,545,076,597.58
4 Belanja
Bagi Hasil
Kepada KabupatenKota
609,710,138,803.92 10
670,681,152,684.31 737,749,267,952.74
811,524,194,748.02 892,676,614,222.82
5 Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Kabupaten, Kota, Distrik, Kelurahan dan Kampung.
1,052,311,981,000.00 10
1,157,543,179,100.00 1,273,297,497,010.00
1,400,627,246,711.00 1,540,689,971,382.10
6 Belanja Tak Terduga
10,000,000,000.00 10
11,000,000,000.00 12,100,000,000.00
13,310,000,000.00 14,641,000,000.00
B Belanja Langsung
1,813,879,691,850.00 10
1,995,267,661,035.00 2,194,794,427,138.50
2,414,273,869,852.35 2,655,701,256,837.59
1 Belanja Pegawai.
126,599,662,500.00 10
139,259,628,750.00 153,185,591,625.00
168,504,150,787.50 185,354,565,866.25
2 Belanja Barang dan Jasa
871,008,602,600.00 10
958,109,462,860.00 1,053,920,409,146.00
1,159,312,450,060.60 1,275,243,695,066.66
3 Belanja Modal
816,271,426,750.00 10
897,898,569,425.00 987,688,426,367.50
1,086,457,269,004.25 1,195,102,995,904.68
TOTAL BELANJA 4,144,778,011,117.92
4,559,255,812,229.71 5,015,181,393,452.68
5,516,699,532,797.95 6,068,369,486,077.75
85
86
3.4 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah