89
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Dari Analisis Lingkungan internal dan eksternal Papua Barat sesuai dengan yang dipaparkan dari masing- masing SKPD kemudian disimpulkan menjadi isu-isu strategis umum Provinsi Papua Barat, sebagai
berikut:
4.1 Permasalahan Pembangunan
4.1.1 Permasalahan Internal
1. Secara geologi, tingkat kemampuan tanah sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi,semakin
banyak faktor penghambat yang dijumpai di suatu wilayah seperti lereng terjal, ketersediaan air kurang dan mudah terjadi erosi maka dapat dikatakan kemampuan pada wilayah tersebut rendah.
2. Salah satu fenomena mencolok yang terdapat di Provinsi Papua Barat adalah kepadatan penduduk
yang masih sangat rendah yakni rata-rata 27 jiwakm2 pada tahun 2008. Kotamadya yang terpadat 153 jiwakm
2
dan Kabupaten yang paling jarang penduduknya kurang dari 2 jiwakm
2
. Dari satu sisi gejala ini dapat dinilai sebagai pertanda besarnya peluang ekonomi, dari sisi lain rendahnya tingkat
hunian suatu wilayah dapat pula dilihat sebagai pertanda bahwa di wilayah tersebut ada sesuatu hal atau banyak hal yang menyebabkan wilayah tersebut kurang menarik bahkan dihindari atau menjadi
pilihan terakhir. 3.
Bila ditinjau dari latar belakang geomorfologi dan geologinya, tanah di Provinsi Papua Barat sangat rawan erosi, rawan longsor, sementara tebing cenderung rawan gugur.
4. Dilihat dari sumberdaya alam darat Provinsi Papua Barat memiliki kekayaan alam yang besar berupa
hamparan hutan tropika humid yang sangat luas yang didalamnya terdapat kawasan lindung. Di kawasan lindung ini pula terkandung sumberdaya andalan Provinsi Papua Barat berupa batu bara
dan mineral galian. Kombinasi keruangan yang paling rawan ialah batubara dan hutan. Sejarah Papua Barat telah mencatat bahwa eksploitasi hutan di formasi yang mengandung batubara telah
menghasilkan bencana banjir. 5.
Karena sifat fisik ruang habitatnya sumberdaya alam perairan laut cenderung tidak sepenuhnya dapat dikuasaidimanfaatkan oleh penduduk. Ada peluang infiltrasi pemanfaatan oleh kekuatan
ekonomi dari luar daerah, yang dari segi teknologi maupun organisasi produksi cenderung lebih unggul. Meskipun demikian paling tidak ada dua zona di mana penduduk daerah mempunyai
keunggulan akses, baik dari segi fisik maupun segi hukum, yakni wilayah perairan zona I 6mil dan perairan interface payau. Sumber kerawanan utama di kawasan ini adalah apabila terjadi
eksploitasi yang berlebihan dan pencemaran air karena penambangan emas, batubara dan minyak bumi.
90 6.
Secara kultural penduduk Asli Papua Barat masih terpisah oleh sekat-sekat nilai adat yang dalam beberapa hal sangat eksklusif. Dari segi pendidikan, pendatang cenderung memiliki pendidikan lebih
tinggi. Orientasi adat asli dalam memanfaatkan sumber alam pada umumnya mengandung kebijakan ekologi yang tinggi. Sementara itu sebagian besar pendatang berorientasi komersial. Ada semangat
datang, lihat, ambil dan hengkang pergi. Papua Barat bagi mereka bukan habitat, tetapi tidak lebih dari kesempatan investasi dan ekstrasi.
7. Jaringan jalan merupakan salah satu unsur utama yang diperlukan dalam proses pemaduan potensi-
potensi wilayah ke dalam satu sistem interaksi yang produktif. Melalui jaringan yang terangkai secara sistemik sinergi keruangan yang produktif antara sumberdaya, baik yang ada di dalam wilayah
maupun yang ada di luar wilayah dapat dikembangkan di Provinsi Papua Barat. Dari segi fisik pembangunan jalan berhadapan dengan medan pegunungan yang dari segi geomorfologi sangat
rawan. Ini berarti beban biaya konstruksi dan beban biaya perawatan yang mahal. Pengembangan jaringan menerobos pegunungan yang sebagian berfungsi sebagai kawasan lindung dan kawasan
hutan produksi akan merangsang eksploitasi hutan dan tambang yang secara ekologis sulit dikendalikan keamanannya.
8. Minimnya infrastruktur disuatu wilayah seperti kondisi jalan, alat transportasi, penerangan dan air
bersih seringkali menjadi penyebab kemiskinan suatu wilayah. Meskipun di wilayah tersebut dihasilkan produk-produk pertanian atau lainnya, namun karena minimnya infrastruktur maka
produk tersebut tidak dapat dipasarkan dengan baik. 9.
Di Bidang Perlindungan dan Pengamanan Masyarakat, permasalahan yang dihadapiadalah kurangnya sumberdaya manusia yang menangani perlindungan dan pengamanan serta minimnya prasarana dan
sarana yang mendukung bidang tersebut, sementara di Provinsi Papua Barat merupakan wilayah yang rawan bencana alam terutama Gempa Bumi dan Banjir.
10. Permasalahan yang dihadapi di Bidang Kependudukan dan sumberdaya manusia Provinsi Papua
Barat adalah kualitas dan kuantitas SDM yang masih rendah, SDM belum mampu bersaing dalam dunia global yang semakin menuntut kompetensi tinggi, jumlah penduduk yang tidak merata dan
tersebar dalam kelompok-kelompok kecil di daerah pedalaman dan pulau-pulau terpencil, serta cenderung terpusat di daerah perkotaan.
11. Permasalahan di Bidang Pendidikan yang terjadi di Provinsi Papua Barat antara lain perlunya
peningkatan pengetahuan masyarakat, pemerataan pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan di semua jenjang pendidikan, peningkatan
pelayanan serta sarana dan prasarana pendidikan. 12.
Sementara di Bidang Kebudayaan, sebagaimana diketahui bahwa Provinsi Papua Barat memiliki masyarakat yang heterogen dan multi etnis. Besarnya jumlah migran yang masuk ke wilayah Provinsi
Papua Barat telah menimbulkan berbagai persoalan budaya dalam interaksi antar etnik pendatang dengan penduduk setempat. Salah satu persoalan yang menonjol yang dialami oleh Suku Asli Papua
91 Barat adalah peliknya masalah hak ulayat.
13. Provinsi Papua Barat mempunyai luas wilayah 97.024,62 Km
2
, sebagian besar berupa daerah hutan.Dengan luas hutan yang sedemikian besar maka produksi hasil hutan merupakan andalan
untuk memperoleh pendapatan bagi Provinsi Papua Barat. Masalah yang dihadapi dalam pengembangan Sub Sektor Kehutanan antara lain adanya penurunan produktivitas hasil hutan alam
akibat konversi lahan dari lahan hutan sekunder ke areal HTI, perkebunan, transmigrasi, pertambangan dan lain-lain. Pelanggaran lalu lintas hasil hutan, tebang liar serta perambahan hutan
cenderung meningkat sementara jumlah personil pengamanan perlindungan hutan JAGAWANA terbatas dan belum didukung oleh sarana operasional yang memadai. Permasalahan lainnya adalah
belum adanya data yang akurat tentang luas dan letak lahan kritis sehingga kurang membantu dalam penyusunan program. Pelaksanaan proyek reboisasi dan penghijauan di hutan lindung sering
terhambat dengan masalah okupasi lahanperambahan hutan oleh masyarakat yang status kepemilikannya belum jelas.
14. Dalam setiap kegiatan pengembangan wilayah, salah satu bidang yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah bidang infrastruktur. Bila dilihat dari wilayah Provinsi Papua Barat yang sangat luas dengan jarak antar Kota Kabupaten yang relatif jauh menjadikan permasalahan infrastruktur
terutama jalan menjadi hal yang sangat menKampungk. 15.
Di Bidang Agroindustri, kendala yang dihadapi adalah pelaksanaan kegiatan yang belum terkoordinasi dengan baik dan kesulitan mengubah pola pikir petani terhadap pembaharuan dan
penerimaan inovasi bidang agrobisnis dan agorindustri. 16.
Di Bidang Sosial, penduduk Provinsi Papua Barat dengan latar belakang budaya dan etnis yang beragam sangat rentan terhadap terjadinya konflik horisontal, terutama disebabkan adanya
kesenjangan sosial. 17.
Di Bidang Pariwisata, realitas pembangunan kepariwisataan baik wisata alam maupun wisata buatan di Provinsi Papua Barat dianggap masih sebatas skenariowacana, sehingga belum dikembangkan
dan dikelola secara profesional.
4.1.2 Pengaruh Eksternal
Kebijakan Otonomi Khusus Papua
Melalui Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, memberikan Hak Otonomi Khusus bagi
Provinsi Papua Barat. Hal ini dikarenakan Provinsi Papua yang sebelumnya diberikan Otonomi Khusus telah dimekarkan menjadi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Adanya Otonomi Khusus ini
memberikan keleluasaan bagi Provinsi Papua Barat untuk melakukan percepatan pembangunan
92 khususnya bidang sosial, ekonomi, dan politik, serta infrastruktur. Kemudian dengan adanya Otonomi
Khusus Provinsi Papua Barat, aparat daerah dituntut lebih meningkatkan diri agar mampu berfikir dengan kritis, bertindak efisien dan efektif dalam menyusun rencana untuk membangun dan
mengembangkan daerahnya. Perencanaan yang disusun harus bersifat strategis agar sumberdaya yang dimiliki oleh Provinsi Papua Barat dapat dioptimalkan dengan baik.
Melalui Undang-Undang Otonomi Khusus, Provinsi Papua Barat memiliki wewenang yang luas, baik dalam urusan pemerintahan maupun pelaksanaan pembangunan. Kewenangan yang luas di satu sisi
dapat dipandang sebagai kesempatan bagi wilayah untuk berkembang, tetapi di sisi lain merupakan tantangan baru yang cukup berat. Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Undang-Undang tersebut
dapat lebih leluasa menggunakan kewenangannya untuk mengurusi daerahnya, tetapi di lain pihak Pemerintah Provinsi Papua Barat juga dibebani tanggung jawab yang lebih besar.
Potensi Provinsi Papua Barat dalam Konstelasi Nasional dan Konstelasi Pulau Papua
Dalam konteks Nasional, Provinsi Papua Barat mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Provinsi Papua Barat memiliki 1 wilayah yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional PKN yaitu Kota
Sorong dan tiga wilayah yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah PKW di Provinsi Papua Barat terdiri dari Kabupaten Manokwari, Kabupaten Fak-Fak, dan Kabupaten Ayamaru. Pusat Kegiatan
Nasional PKN Kota Sorong berdampingan dengan Jayapura dan Timika untuk wilayah Provinsi Papua dan Pusat Kegiatan Wilayah PKW Kabupaten Manokwari, Kabupaten Fak-Fak, dan Kabupaten Ayamaru
berdampingan dengan 8 delapan Pusat Kegiatan Wilayah PKW di Provinsi Papua. Struktur Ruang Nasional yang terbentuk memberikan peran yang lebih besar kepada kota-kota di Provinsi Papua Barat
untuk berkembang. Berdasarkan prospek perkembangan yang terjadi, maka strategi pengembangan ruang wilayah Pulau
Papua untuk Provinsi Papua Barat adalah diarahkan sebagai Kota yang berfungsi sebagai pusat Pertumbuhan Wilayah Nasional yang berorientasi pada aktivitas produksi hasil hutan, perikanan
budidaya, serta hasil tambang.
Peluang Pengembangan Industri Pendukung Agroindustri dan Agrobisnis
Mengingat tingginya resiko yang harus ditanggung oleh penduduk Provinsi Papua Barat karena ketergantungan yang besar terhadap sektor yang bertumpu pada sumberdaya alam non lestari maka
perlu segera mengembangkan alternatif lain sektor ekonomi yang akan dijadikan sebagai leading sector dalam perekonomian Provinsi Papua Barat. Sektor ekonomi terpilih yang akan dijadikan leading sektor
tersebut mulai dikembangkan sedini mungkin. Sehingga pada saat industri minyak dan gas kehabisan bahan baku, maka sektor ekonomi yang terpilih tersebut sudah berkembang dengan mantap dan mampu
menggantikan posisi industri minyak dan gas sebagai penggerak utama perekonomian Provinsi Papua
93 Barat. Beberapa hal dapat dijadikan sebagai kriteria bagi sektor ekonomi mampu berperan sebagai
leading sector. Kriteria-kriteria tersebut adalah kriteria peluang pasar, kemampuan bersaing, keterkaitan ke belakang dan ke depan, ketersediaan dan kemudahan memperoleh bahanbakusumberdaya dalam
proses produksi dan daya serap pasar dan mempunyai jaminan keberlangsungan yang lestari. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut sektor ekonomi yang diperkirakan mampu sebagai penggerak
utama perekonomian Papua Barat di masa mendatang setelah kemampuan industri minyak dan gas menurun merupakan industri yang mendukung agrobisnis dan agroindustri. Industri ini diharapkan
dapat memberikan pasokan kebutuhan bagi kepentingan pengembangan agrobisnis dan agroindustri di daerah-daerah dalam wilayah pulau Papua. Industri pendukung agrobisnis dan agroindustri mempunyai
peluang pasar yang sangat besar. Peluang pasar yang tercermin dari adanya potensi permintaan akan produk hasil kegiatan sektor ekonomi tersebut di pasaran lokal, regional dan internasional. Potensi
permintaan lokal dapat dilihat dari kemungkinan semakin meningkatnya jumlah penduduk Provinsi Papua Barat. Potensi permintaan regional terutama berasal dari wilayah Provinsi Papua yang mempunyai
rencana untuk mengembangkan agrobisnis dan agroindustri untuk pembangunan daerahnya. Sedangkan potensi permintaan internasional dapat dikembangkan dari terkenalnya nama Provinsi Papua Barat
sebagai penghasil salah satu penhasil minyak dan gas terbesar di Indonesia di mata dunia. Kebutuhan dunia terhadap sumberdaya mineral dan migas yang cukup tinggi dan mulai berkurangnya sumber-
sumber mineral dan migas di wilayah lain menjadikan Provinsi Papua Barat berpeluang besar terhadap pasar internasional.
Dengan adanya permintaan regional dan internasional akan mempengaruhi permintaan perekonomian daerah melalui 2 jalan yang masing-masing berdampak ganda. Di satu sisi permintaan tersebut akan
menentukan jumlah dan harga bahan yang akan dihasilkan dan diekspor oleh Daerah. Dengan demikian permintaan tersebut akan menentukan secara langsung besarnya penerimaan pendapatan daerah, tinggi
rendahnya pendapatan penduduk, besar kecilnya kesempatan kerja yang ada dan permintaan barang dan jasa di daerah itu sendiri. Dengan demikian selanjutnya dapat menentukan tinggi rendahnya kegiatan
ekonomi daerah secara keseluruhan baik dalam waktu yang berjalan maupun pada masa yang akan datang. Permintaan pasaran regional dan internasional ini akan menentukan besar kecilnya penerimaan
dan devisa yang akan diperoleh. Sehingga pada gilirannya akan menentukan kemampuan daerah untuk mengimpor barang dan jasa yang diperlukan bagi berbagai kegiatan produksi yang ada di daerah. Namun
di sisi lain bila dieksploitasi secara terus menerus dan tak terkendali akan mengancam kelestarian lingkungan hidup.
Selain itu, kebutuhan dunia akan kayu tropis dan hasil hutan untuk bahan baku untuk obat-obatankimia akan mendorong eksploitasi hutan di Provinsi Papua Barat. Industri pendukung agrobisnis dan
agroindustri mempunyai keterkaitan yang tinggi baik ke belakang maupun ke depan dengan sektor ekonomi yang lain. Tingginya keterkaitan tersebut secara langsung dan tidak langsung akan
mengembangkan dan menggerakan sektor-sektor ekonomi yang lain. Meningkatnya berbagai aktivitas sektor-sektor ekonomi tersebut akan meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat,
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan ekonomi Provinsi Papua Barat secara
94 keseluruhan.
4.1.3 Analisis Lingkungan Internal
Kekuatan Strength Sumber Daya Alam SDAyang melimpah
Ketersediaan Sumber Daya Alam yang melimpah merupakan kekuatan yang harus dimanfaatkan sebesar- besarnya untuk kesejahteraan masyarakat Papua Barat. Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang melimpah
ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah tingginya kemiskinan dan kesenjangan di Provinsi Papua Barat. Sumber Daya Alam yang melimpah juga bukan hanya berguna bagi kepentingan
lokal, tetapi juga kepentingan regional dan bahkan internasional.
Budaya masyarakat yang khas
Budaya masyarakat yang khas akan memberikan nilai tambah bagi para investor yang hendak berinvestasi di Provinsi Papua Barat, terutama terkait dengan potensi wisata yang cukup besar. Dengan
semakin banyaknya investor yang berinvestasi maka pembangunan Provinsi Papua Barat diharapkan akan mengalami percepatan, terutama dari segi ekonomi.
Ekosistem masih terjaga dengan baik
Dengan kondisi ekosistem yang masih terjaga dengan baik diharapkan dapat menjadi indikator pembangunan yang berwawasan lingkungan di Provinsi Papua Barat. Ekosistem yang baik juga
mengindikasikan bahwa sumber daya alam hayati yang terdapat di Provinsi Papua Barat masih sangat besar dan bisa menjadi suatu komoditas andalan.
Posisi geografis yang strategis
Jalur perdagangan yang semula berpusat di Eropa Samudera Atlantik kini mulai bergeser menuju arah Pasifik Asia. Posisi Provinsi Papua Barat yang terletak di Samudera Pasifik sangat menguntungkan
karena berarti akan dilewati oleh jalur perdagangan internasional.
Kuatnya komitmen segenap pelaku pembangunan
Pelaksanaan pembangunan di Provinsi Papua Barat didukung dengan komitmen Kepala Daerah dan pejabat struktural dalam melaksanakan pembangunan. Bentuk dari komitmen tersebut diwujudkan
dengan pelaksananaan Good Governance sebagai langkah awal penyelenggaraan pembangunan yang berkomitmen.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor
95
35 Tahun 2008 tentang Otonomi Khusus Bagi Papua dan Papua Barat
Dengan adanya peraturan perundang-undangan terkait Otonomi Khusus akan memberikan keleluasaan bagi Provinsi Papua Barat untuk melakukan percepatan pembangunan khususnya di bidang sosial,
ekonomi, dan politik, serta infrastruktur.
Karakter masyarakat yang religius
Persentase pemeluk agama Nasrani adalah 57,39 dan merupakan pemeluk agama paling besar di Provinsi Papua Barat diikuti oleh pemeluk agama Islam dengan persentase 42,27. Kedua pemeluk
agama di Provinsi Papua Barat tersebut merupakan pemeluk agama yang taat. Hal ini bisa dijadikan modal awal dalam membangun Papua Barat dalam bentuk pembangunan karakter dan akhlak.
Masyarakat yang taat kepada tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat
Di Provinsi Papua Barat terdapat dua hal yang dipercaya dan dipegang teguh penduduk, yang pertama adalah adat dan yang kedua adalah agama, sehingga masyarakat memiliki kecenderungan untuk taat
kepada tokoh agama, adat dan tokoh masyarakat. Hal ini merupakan sebuah kekuatan karena para tokoh adat dan agama bisa menjadi penghubung antara masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam upaya
mengembangkan Provinsi Papua Barat
Kelemahan Weakness Sebaran permukiman penduduk yang luas dengan jumlah penduduk yang terbatas
Persebaran penduduk sampai ke pelosok yang sulit diakses akan berpotensi menimbulkan ketimpangan pembangunan sumber daya manusia dan ketersampaian informasi, yang tentu saja memiliki pengaruh
terhadap proses pembangunan di Provinsi Papua Barat.
Minimnya infrastruktur wilayah
Di Provinsi Papua Barat masih terdapat daerah –daerah yang belum mendapat akses untuk menikmati
infrastruktur wilayah, salah satunya adalah infrastruktur air bersih dan listrik. Hal tersebut disebabkan karena asksesibilitas di Provinsi Papua Barat belum mampu menjangkau sampai ke pelosok - pelosok
Kurangnya SDM yang memiliki kualitas dan daya saing
Kompetensi, kualitas serta daya saing penduduk Asli pada dasarnya sudah cukup banyak yang tinggi, namun jumlahnya sangat sedikit dan masih kalah apabila dibandingkan dengan jumlah pendatang yang
memiliki kompetensi, kualitas serta daya saing yang sama atau bahkan di atas penduduk Asli.
Banyaknya potensi konflik tidak diimbangi dengan kesiapan aparat
96 Tema sentral yang sering menjadi pemicu ketegangankonflik diantara masyarakat adalah: perempuan,
babi dan tanah dan hingga saat ini masih sering terjadi perdebatan yang akhirnya berujung pada kerusuhan. Hal tersebut tentu saja menimbulkan rasa tidak aman pada penduduk untuk melakukan
aktivitas yang berakibat pada terhambatnya pembangunan. Reaksi aparat penegak hukum dalam mengatasi konflik yang terjadi di Provinsi Papua Barat juga masih kurang cepat.
Rendahnya kapasitas fiskal dan non fiskal Daerah
Berdasarkan statistik keuangan Provinsi Papua Barat, pada tahun 2008 persentase PAD Provinsi Papua Barat adalah 5,09 dari total penerimaan daerah dan mengalami penurunan menjadi 2,61 pada tahun
2009.
Problem terkait hak ulayat belum terselesaikan dengan baik
Adanya beda pemahaman atas kepemilikan atas tanah terkait dengan hak ulayat, dimana menurut versi masyarakat tidak dikenal hak perorangan atas sumber daya alam melainkan hak adat, sementara
menurut hukum nasional masyarakat hukum adat tidak memiliki akan tetapi hanya menguasai saja. Pemerintah seharusnya menyesuaikan dengan kondisi masyarakat di Provinsi Papua Barat, karena biar
bagaimanapun juga hak ulayat merupakan bagian dari tataran adat masyarakat Papua sejak turun temurun.
Tata kelembagaan yang belum terkelola dengan baik
Salah satu penyebab hal ini adalah minimnya SDM berkualitas dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk menempati suatu posisi, sehingga berakibat pada rendahnya kinerja kelembagaan seperti masih
belum tersedianya Standard Operational Procedure SOP pada masing-masing SKPD.
Dokumen-dokumen acuan belum memadai
Dokumen yang dijadikan acuan di dalam pembangunan suatu daerah adalah dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW yang di dalamnya memuat rencana dan strategi untuk mengembangkan daerah
tersebut, begitu pun dengan pembangunan di Provinsi Papua Barat, namun hingga saat ini RTRW Provinsi Papua Barat masih dalam tahap mendapat persetujuan DPRD dan belum di-sahkan.
Data dan informasi sangat terbatas
Data dan informasi kewilayahan di Provinsi Papua Barat masih sangat minim dan bahkan masih banyak instansi yang tidak memiliki data terkait bidang yang ditangani.
Lemahnya kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya alam
97 Yang lebih jeli dalam memanfaatkan SDA di Provinsi Papua Barat bukanlah penduduk Asli, melainkan
para pendatang. Sebagai contoh adalah eksplorasi pertambangan BP Tangguh yang terletak di Kabupaten Teluk Bintuni.
Kebijakan-kebijakan pembangunan yang kurang dapat mengakomodir kebutuhan-kebutuhan daerah
Kebijakan pembangunan yang digunakan sebagai acuan di Provinsi Papua Barat sebagian besar merupakan acuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat Standar Nasional dan belum mengakomodir
implementasi Otonomi Khusus di Provinsi Papua Barat.
4.1.4 Analisis Lingkungan Eksternal
Peluang Opportunity Adanya komitmen Nasional dalam memacu pembangunan Papua Barat melalui kebijakan-
kebijakan Nasional
Komitmen Nasional yang dimaksud salah satunya adalah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 dan Perpres 66 Tahun 2011 tentang Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat.
Wilayah yangsedang berkembang lebih mudah menyerap inovasi
Lebih mudah menyerap dan mengimplementasikan sistem-sistem baru dan inovasi-inovasi mutakhir yang lebih efektif karena masih belum terkontaminasi dengan idealisme pembangunan yang banyak
terdapat di kota-kota metropolitan di Indonesia.
Tersedianya sumber-sumber penerimaan fiskal lain diluar PAD
Selain PAD, Provinsi Papua Barat juga memiliki sumber penerimaan dari Dana Alokasi Khusus DAK terkait dengan Otonomi Khusus. Pada tahun 2008 dana Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua Barat
adalah sebesar 37,90 dari total penerimaan dan pada tahun 2009 naik menjadi sebesar 60,89 dari total penerimaan.
Munculnya keinginan pasar dunia akan produk-produk ramah lingkungan
Demand pasar dunia akan produk ramah lingkungan memberikan peluang untuk kemajuan pembangunan Provinsi Papua Barat, karena produk ramah lingkungan tersebut dapat dijadikan
komoditas perdagangan Papua Barat untuk memenuhi demand pasar dunia yang tinggi.
Luasnya peluang usaha karena demand yang tinggi dengan supply yang terbatas
98 Sebagai provinsi termuda di dalam NKRI, Papua Barat masih kesulitan di dalam memenuhi demand
masyarakat akan barang dan jasa. Hal ini berpotensi untuk dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai upaya meningkatkan taraf hidup mereka dengan membuka usaha baik skala kecil maupun
menengah untuk menyediakan supply barang dan jasa.
Dinamisasi perdagangan dunia yang bergeser ke wilayah Pasifik
Wilayah Provinsi Papua Barat merupakan salah satu simpul perdagangan yang strategis karena didukung letaknya yang berada di jalur pelayaran internasional Samudera Pasifik sehingga diharapkan dapat
menjadi gerbang perdagangan skala internasional bagi Indonesia.
Isu-isu yang memberi peluang kapitalisasi SDA
Beberapa isu-isu ranah internasional memberikan peluang kepada Provinsi Papua Barat untuk dapat mengambil nilai tambah dari SDA yang dimiliki. Misalnya saja isu perubahan iklim. Dengan luas kawasan
hutan lindung yang direncanakan di atas 70, maka hutan di Provinsi Papua Barat memiliki fungsi konservasi yang berskala internasional. Bentuk kapitalisasi SDA terkait dengan isu perubahan iklim
adalah dengancarbon trade.
Minat investasi yang tinggi baik dari dalam maupun luar negeri
Minat investor dalam maupun luar negeri dapat dimanfaatkan sebagai pemacu percepatan pembangunan di Provinsi Papua Barat, dengan catatan tidak mengeksploitasi secara berlebihan sumber daya alam yang
ada di Provinsi Papua Barat.
Ancaman Threat Sebagian besar wilayah merupakan wilayah rawan bencana
Provinsi Papua Barat terbentuk akibat tumbukan lempeng Samudera Pasifik dan lempeng Australia yang menyebabkan wilayah ini sangat rentan terhadap gempa bumi karena berada di dalam lintasan sesar
besar, selain itu kondisi daratannya yang didominasi oleh pegunungan juga menjadikan Provinsi Papua Barat menjadi wilayah rawan longsor.
Eksploitasi SDA yang berlebihan dan tidak ramah lingkungan
Eksploitasi sumber daya di Provinsi Papua Barat terutama terkait dengan kegiatan eksplorasi pertambangan di Provinsi Papua Barat yang memiliki sumber daya mineral serta minyak dan gas bumi
sangat besar, apabila tidak dikendalikan maka bisa terjadi pemanfaatan SDA yang tidak berwawasan lingkungan, selain itu penggundulan hutan juga masih sering ditemui di Provinsi Papua Barat, bahkan
sampai menyebabkan terjadinya bencana. Salah satu contohnya adalah bencana banjir bandang yang terjadi di Wasior akibat penebangan hutan yang tidak berwawasan lingkungan.
99
Komoditas perdagangan dan jasa yang sama dengan wilayah lain
Komoditas perdagangan dan jasa dari wilayah lain cenderung memiliki harga beli yang lebih murah, dengan kata lain secara ekonomi komoditas perdagangan dan jasa dari wilayah lain lebih memiliki daya
saing, selain itu supply komoditas perdagangan dan jasa Provinsi Papua Barat masih rendah sehingga belum dapat memenuhi demand.
Implikasi globalisasi termasuk perdagangan bebas internasional
Globalisasi akan mengakibatkan banyaknya pendatang dari luar Provinsi Papua Barat yang cenderung memiliki kompetensi lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk Asli di berbagai sektor yang
berpotensi mematikan kesempatan penduduk Asli, terutama dalam hal mencari kerja. Selain itu perdagangan bebas internasional juga berpotensi mematikan usaha lokal di Provinsi Papua Barat,
terutama yang memiliki skala kecil akibat persaingan yang datang bukan hanya dari luar daerah namun juga dari luar negeri.
Ada ancaman infiltrasi pemanfaatan oleh kekuatan ekonomi dari luar daerah
Apabila SDA yang terdapat di Provinsi Papua Barat lebih banyak dimanfaatkan oleh kekuatan ekonomi dari luar daerah, maka hal tersebut dikhawatirkan justru akan berimbas negatif karena secara ekonomi
yang akan menikmati hasilnya bukan Provinsi Papua Barat melainkan daerah lain.
Kedudukannya sebagai wilayah terluar memberi ancaman infiltrasi kejahatan internasional, misalnya narkoba dan human trafficking
Lokasi Papua Barat yang berada di wilayah terluar tidak didukung dengan pengamanan yang memadai sehingga arus barang maupun manusia yang keluar masuk bisa tidak terkendali dan memberikan peluang
terjadinya tindak kejahatan, yang dalam hal ini adalah penyelundupan.
4.2 Isu Strategis