Menyeimbangkan kemajuan antarwilayah dan antarkelompok masyarakat di Provinsi Papua

120 a. Pemanfaatan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat lokal; b. Penanaman tanggung jawab atas pemanfaatan sumber daya alam dan keberlanjutannya di masa depan; c. Penanaman prinsip untuk menjaga kelestarian lingkungan dalam kegiatan pemanfaatan sumber daya alam; d. Penanaman prinsip untuk menjaga kualitas lingkungan dalam kegiatan pemanfaatan sumber daya alam.

8. Pemberantasan kemiskinan dalam arti luas

Kemiskinan dalam arti luas bukan hanya kemiskinan yang melulu diukur dengan indikator kepemilikan aset pribadi, meskipun lebih mudah menggolongkan kemiskinan menggunakan ukuran-ukuran kesejahteraan khususnya yang ada pada komponen Indeks Pembangunan Manusia IPM. Tetapi di lain sisi, termasuk juga didalamnya kemiskinan atas ketiadaan harapan di masa depan secara fisik dan mental. Taraf hidup yang cenderung tidak berubah dan terlihat semakin terpuruk ditengah perkembangan global juga bisa digolongkan sebagai salah satu ukuran kemiskinan. Pengarusutamaan pada persoalan kemiskinan diantaranya adalah sebagai berikut: a. Pemenuhan ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat dengan harga terjangkau; b. Pemberian jaminan pelayanan terutama pelayanan kesehatan dan pendidikan; c. Pembinaan mengenai upaya-upaya peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup; d. Memotivasi pertumbuhan dan perkembangan kegiatan wirausaha masyarakat lokal; e. Pembinaan mengenai tata kelola usaha yang baik dan benar demi peningkatan kesejahteraan; f. Perluasan pembukaan lapangan pekerjaan; g. Mendorong berkembangnya budaya rajin menabung.

9. Menyeimbangkan kemajuan antarwilayah dan antarkelompok masyarakat di Provinsi Papua

Barat Banyak kegagalan yang terjadi selama ini terkait dengan kurang dipahaminya dengan baik aspek kewilayahan dan penataan ruang. Provinsi Papua Barat yang dominan memiliki kawasan konservasi dan memerlukan perlakuan yang spesifik butuh pemahaman yang baik tentang aspek kewilayahan dan penataan ruang. Dari segi kewilayahan, kesenjangan yang terjadi selama ini oleh karena kurang dipahaminya dengan baik aspek ini dalam penyusunan program maupun implementasinya. Bersamaan dengan hal ini, ketaatan pada tata ruang sebagaimana yang digariskan dalam RTRW Provinsi Papua Barat dapat memberikan kontribusi yang positif. Pemanfaatan sumber daya alam serta degradasi mutu lingkungan di Provinsi Papua Barat sangat ditentukan oleh penyebaran kegiatan pembangunan serta ketaatan pada aturan penataan ruang wilayah. Setelah RTRW Provinsi Papua Barat maka pada gilirannya akan disiapkan Rencana Terinci dan Rencana Teknik Kawasan yang nantinya akan menjadi dasar dalam pemberian izin 121 pemanfaatan ruang melalui ketentuan zonasi. Dalam kurun waktu jangka menengah kedepan, aspek ini akan diutamakan penyelesaianya sehingga kebutuhan ruang bagi suatu program secara spesifik telah nampak wilayah dan aspek keruangannya. Ketimpangan antarwilayah dan antarkelompok bukan hanya berujung pada kemelaratan, tetapi juga dapat menimbulkan perpecahan dan konflik. Karenanya salah satu visi pembangunan di masa depan haruslah menuju kepada pemerataan pembangunan di semua wilayah dan semua lapisan masyarakat, terutama kaitannya dengan aspek ekonomi serta sarana dan prasarana. Untuk menuju ke arah itu, pada rencana pembangunan jangka menengah ini diupayakan dengan penentuan mainstream sebagai beriku: a. Pemenuhan infrastruktur dasar di setiap wilayah terutama di sentra-sentra Permukiman penduduk; b. Penggalian dan inventarisasi potensi khas dan potensi unggulan setiap daerah sebagai sumber Penerimaan Asli Daerah PAD; c. Penyuksesan program ketahanan pangan di seluruh wilayah; d. Pentaatan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Provinsi Papua Barat sebagai referensi dasar pembangunan terutama aspek spasial; e. Prioritas pembangunan pada wilayah tertinggal; f. Mengaktifkan peran lembaga masyarakat kampung dan masyarakat adat; g. Meleburkan klaster spasial maupun sosial antara masyarakat asli dan masyarakat pendatang; h. Mengutamakan tata cara pengambilan keputusan yang menekankan musyawarah dan penggalian masalah melalui dialog dan tukar pengalaman di antara para pihak.

10. Melanjutkan revitalisasi nilai sosial budaya masyarakat Provinsi Papua Barat.

Dokumen yang terkait

The Development Of Decision Support System (DSS) For Monitoring And Evaluating Forest Industry

0 29 196

PENGEMBANGAN SIG BERBASIS WEB SEBAGAI DECISSION SUPPORT SYSTEM (DSS) UNTUK MANAJEMEN JARINGAN JALAN DI KABUPATEN ACEH TIMUR

0 8 16

Sistem Informasi Penjualan dan Pembelian pada Cv. Yenns Collection dengan Menggunakan DSS (Decision Support System).

0 1 28

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 4

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

1 1 3

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

RPJPD PAPUA BARAT 2012 2025 NO. 18 TAHUN 2012

1 5 153