30 e.
Berdasarkan distribusinya, lebih dari seperempat penduduk Asli Papua tinggal di Kabupaten Manokwari. Jumlahnya mencapai 107.857 jiwa 26,63. Sedangkan Kota Sorong
memberikan kontribusi terbesar kedua, yaitu 62.070 jiwa 15,32. Kontributor terkecil penduduk Asli Papua adalah Kabupaten Tambrauw, yaitu 1,45.
f. Struktur penduduk Asli Papua sangat berbeda dengan penduduk Non Asli Papua. Pada
piramida penduduk asli papua, penduduk usia muda sangat dominan karena dipengaruhi oleh tingkat fertilitas yang tinggi. Sedangkan struktur penduduk Non Asli Papua didominasi
oleh penduduk usia produktif, terutama 25-29 tahun. g.
Dependency ratio pada penduduk Non Asli Papua hanya sebesat 47,27 sedangkan pada penduduk asli papua sebesar 64,07. Rendahnya dependency ratio pada penduduk Non Asli
Papua tidak lepas dari tingginya persentase penduduk usia produktif 15-64 tahun yang mencapai 67,90, terutama disumbang oleh penduduk laki-laki.
Tabel 2-8. Indikator Kependudukan Asli Papua dan Non Asli Papua di Provinsi Papua Barat URAIAN
PENDUDUK ASLI PAPUA PENDUDUK NON ASLI PAPUA
Jumlah Penduduk jiwa 405.074
355.348 Laki-laki
208.658 193.740
Perempuan 196.416
161.608 Persentase Penduduk
53,27 46,73
Sex Ratio 106,23
119,88 Median Umur th
16,39 20,19
Dependency Ratio 64,07
47,27 Penduduk menurut kelompok umur
0-14 37,30
30,57 15-64
60,95 67,90
65+ 1,75
1,53 Jumlah Rumah Tangga
84.747 83.333
Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2011.
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga, dipaparkan sebagai berikut:
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1. Pertumbuhan PDRB
Dalam perkembangan PDRB Papua Barat, baik dari segi nilai tambah bruto maupun kontribusi sektoral memiliki kontribusi terhadap PDB Nasional sekitar 0,26 di Tahun 2009, yang berarti
kapasitas perekonomian wilayah ini masih sebatas pada level lokal saja. Nilai absolut PDRB Papua Barat harga konstan Tahun 2000 pada Tahun 2008 sebesar Rp. 6.369,37 miliar, naik
menjadi Rp. 6.768,20 miliar pada Tahun 2009. Kenaikan ini cukup positif akan tetapi belum
31 menunjukan perubahan yang signifikan terhdap pembangunan Provinsi Papua Barat
Gambar 2-5. Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dengan Migas dan Tanpa Migas Tahun 2006-2010
Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2011 Terkait dengan tingkat kesejahteraan, meskipun PDRB Provinsi Papua Barat memiliki laju
pertumbuhan yang cukup baik namun prosentase tingkat kemiskinan Provinsi Papua Barat berada di posisi kedua nasional. Berbagai faktor berpengaruh atas kenaikan garis kemiskinan
seperti kebijakan energi, kebijakan harga, kelancaran arus distribusi barang, kondisi alam dan lain-lain. Papua Barat tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh dari luar disamping dari internal
wilayah ini sendiri. Garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pekampungan karena perbedaan harga barang dan jasa antara Kota dan Kampung dimana harga
di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di peKampungan.
PDRB Dengan Migas
a. Dalam kurun waktu 2007-2010 Papua Barat dapat dikatakan stabil memperlihatkan
pertumbuhan yang tinggi dan menunjukkan percepatan setiap tahunnya. Hal ini jelas terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 26,82 pada Tahun 2010 setelah memasukkan
nilai tambah gas alam cair LNG. Sementara pertumbuhan tanpa migas mencapai 6,83. b.
Pada Tahun 2010, pertumbuhan tertinggi sebesar 149,52 dicapai oleh sektor industri pengolahan didorong oleh pertumbuhan subsektor migas terutama pertumbuhan gas alam
cair akibat tercakupnya produksi gas alam cair di Teluk Bintuni. Sementara sektor pertambangan dan penggalian justru mengalami kontraksi mencapai minus o,84.
c. Sektor pertanianm industri pengolahan, dan bangunan tetap menjadi sumber utama
pertumbuhan ekonomi. Bahkan 21,94 dari pertumbuhan ekonomi 26,82 pada Tahun 4.55
6.95 7.84
7.02 26.82
7.63 8.61
9.25 7.86
6.83
2006 2007
2008 2009
2010 PDRB Dengan Migas
PDRB Tanpa Migas
32 2010 berasal dari sektor industri pengolahan. Sektor pertanian memberikan kontribusi
pertumbuhan sebesar 0,93. d.
Sektor-sektor utama perekonomian Papua Barat pada periode 2007-2010 adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian. Ketiga
sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari 60 PDRB Papua Barat. e.
PDRB per kapita Papua Barat ADHB pada tahun 2010 meningkat 26,63 terhadap Tahun 2009, yaitu dari 23,40 juta Rupiah menjadi 29,62 juta rupiah. PDRB per kapita Papua Barat
ADHK mencapai 11,42 juta Rupiah atau meningkat 22,72 terhadap Tahun 2009 9,31 juta Rupiah.
Gambar 2-6. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 dalam
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011
Tabel 2-9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Menurut Penggunaan Tahun 2006
–2009
NO SEKTOR
2006 2007
2008 2009
1 Konsumsi Rumah Tangga
9.19 6.15
10.57 6.18
2 Lembaga Swasta Nirlaba
9.54 7.59
5.3 19.91
3 Konsumsi Pemerintah
19.21 15.61
10.62 5.45
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto
4.08 5.53
2.46 4.01
5 Perubahan Stok
2.19 2.24
-0.38 -11.04
6 Ekspor
11.04 0.18
-6.99 -27.15
7 Dikurangi Impor
17.88 1.47
-3.98 -24.1
PDRB Dengan Migas 4.55
6.95 7.33
6.26
1.72
-0,13
21.94
0.03 0.93
0.42 0.88
0.25 0.80
33
Gambar 2-7. Peranan Sektor Dominan Terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 dalam
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011
PDRB Tanpa Migas
a. Pertumbuhan ekonomi tanpa migas yang tercipta pada tahun 2010 sebesar 6,83.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 12,20. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan di sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan sebesar 11,02; sektor pengangkuan dan komunikasi 10,93; sektr bangunan 9,77; sektor jasa-jasa 7,34; sektor listrik dan air bersih 7,30; sektor pertanian 6,20;
sektor pengangkutan dan komunikasi 3,99. Sementara sektor industri pengolahan hanya tumbuh 2,77.
Gambar 2-8. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2007-2010 dalam Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011
20 40
60 80
100
2007 2008
2009 2010
62.27 62.27
62.29 66.37
37.28 37.73
37.71 33.63
Sektor Pertanian, Pertambangan Penggalian, Industri Pengolahan Sektor Lainnya
- 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
2.19
0.14 0.29
0.04 1.19
0.53 1.12
0.31 1.01
34 b.
Dalam rentang waktu empat tahun terakhir, tiga sektor utama yang mendominasi penciptaan PDRB tanpa migas di Papua Barat adalah sektor pertanian, sektor bangunan, dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari 60 terhadap PDRB tanpa migas Papua Barat.
Gambar 2-9. Peranan Sektor Dominan terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 dalam
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011 c.
PDRB per kapita ADHB mencapai 18,01 juta Rupiah. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 10,15 dibandingkan dengan PDRB per kapita pada Tahun 2009. Sementara PDRB
per kapita ADHK 2000 bernilai 7,55 juta Rupiah dan mengalami pertumbuhan sebesar 3,37 dibandingkan keadaan tahun 2009.
2. Laju Inflasi Provinsi
a. Indeks Harga Konsumen IHK Papua Barat Tahun 2010 sebesar 143,49 artinya terjadi
kenaikan harga secara umum sebesar 43,49 dibandingkan dengan harga tahun dasar 2007, atau dengan kata lain, harga secara umum saat ini hampir satu setengah kali lebih mahal
daripada tahun 2007. Selama tahun 2008-2011, inflasi lebih banyak terjadi daripada deflasi. Bila mencermati fluktuasi yang ada, tampaknya perkembangan harga belum terkontrol
dengan baik b.
Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35 yang terjadi di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar -0,76.
c. Inflasi tahun 2010 tercatat 6,25. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok pengeluaran
bahan makanan, yaitu sebesar 8,34. Inflasi kelompok pengeluaran sandang memiliki 20
40 60
80 100
2007 2008
2009 2010
63.79 63.63
63.07 62.69
36.21 36.37
36.93 37.31
Sektor Pertanian, Bangunan, Perdagangan, Hotel, Restoran Sektor Lainnya
35 tingkat inflasi terendah, yaitu hanya 2,36. Pada tahun 2010 inflasi terjadi pada seluruh
kelompok pengeluaran. d.
Laju inflasi perKampungan tahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86, lebih tinggi dari tahun 2009 sebesar 4,53. Berarti tingkat kenaikan harga di tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan
tahun 2009. e.
Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35 yang terjadi di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar -0,76.
f. Inflasi tahun 2010 tercatat 6,25. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok pengeluaran
bahan makanan, yaitu sebesar 8,34. Inflasi kelompok pengeluaran sandang memiliki tingkat inflasi terendah, yaitu hanya 2,36. Pada tahun 2010 inflasi terjadi pada seluruh
kelompok pengeluaran. g.
Laju inflasi perKampungan tahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86, lebih tinggi dari tahun 2009 sebesar 4,53. Berarti tingkat kenaikan harga di tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan
tahun 2009.
3. Indeks Gini
Koefisien Gini pada tahun 2007 sebesar 0,33 naik menjadi 0,35 pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi 0,37. Meskipun terjadi kenaikan koefisien gini, namun status ketimpangan
pendapatan masih pada posisi diantara ketimpangan rendah. 4.
Tingkat Pemerataan Pendapatan Menurut Bank Dunia a.
Tingkat kemerataan menurut Bank Dunia, Provinsi Papua Barat masih dalam kategori ketimpangan rendah.
b. Selama periode 2007-2010, proporsi pengeluaran dari kelompok penduduk 40 terbawah
terhadap total pengeluaran seluruh penduduk masih diatas 17.
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
1. Pendidikan
a. Angka Melek Huruf AMH Provinsi Papua Barat tahun 2010 adalah sebesar 93,19,. dan
92,34.Angka melek huruf pada tahun 2010 meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 90,15; tahun 2008 sebesar 92,15; pada tahun 2007 sebesar 90,32; dan tahun
2006 sebesar 88,55. Semakin tinggi angka melek huruf maka kenaikan persentase angka melek huruf ini akan cenderung semakin lambat. Dalam artian pertumbuhan angka melek
36 hurufnya semakin kecil atau mengalami perlambatan. Dengan menggunakan angka melek
huruf dapat diketahui jumlah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.
Gambar 2-10. Perkembangan Angka Melek Huruf dan Angka Buta Huruf di Provinsi Papua Barat Tahun 2007-2010
b. AMH penduduk laki-laki tahun 2009 sebesar 94,95 atau mengalami peningkatan
dibandingkan dengan kondisi tahun 2008 yaitu sebesar 93,01 dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 95,33.
c. AMH penduduk perempuan walaupun selalu lebih rendah daripada laki-laki namun selalu
mengalami peningkatan menjadi 90,83 di tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2008 yang masing masing sebesar 88,55 dan 88,35.
Gambar 2-11. Perkembangan Angka Melek Huruf Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi Papua Barat Tahun 2007-2010
d. Angka rata-rata lama sekolah terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 rata-rata lama
sekolah sebesar 8,21 tahun atau mengalami peningkatan dari tahun 2009 dan 2008 yakni sebesar 8,01 tahun dan 7,67 tahun. Artinya rata-rata penduduk baru mampu menempuh
pendidikan sampai kelas 2 SLTP. Berarti pencapaian pendidikan di Provinsi Papua Barat 90.32
92.15 92.94
93.19
9.68 7.85
7.06 6.81
2007 2008
2009 2010
Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf
92.69 93.61
94.95 95.33
87.86 88.35
89.55 93.19
2007 2008
2009 2010
Laki - Laki Perempuan
37 belum memenuhi Program Wajib Belajar 9 Tahun. Meskipun demikian, masih ada disparitas
gender, dimana penduduk perempuan belum sepenuhnya memperoleh pendidikan yang setara dengan penduduk laki
–laki. Sehingga perlu diperhatikan lagi faktor–faktor yang menjadi penyebab masih lambatnya kemajuan peningkatan pendidikan bagi perempuan di
Provinsi Papua Barat. e.
Angka Partisipasi Murni APM SDMI pada tahun 2010 sebesar 91,91 meningkat dari tahun 2009 sebesar 91,25.APM SLTPMTs meningkat menjadi 49,65 di tahun 2010
setelah tahun sebelumnya sebesar 49,03. Artinya banyak penduduk yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTPMTs.APM SLTAMA tahun 2010 hanya mencapai
43,93 atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebesar 43,55.
Gambar 2-12. Angka Partisipasi Sekolah APS dan Angka Partisipasi Murni APM Antar Jenjang Pendidikan Tahun 2010
f. APK SDMI tahun 2010 sebesar 115,00, menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar
117,50. Tertinggi di Kabupaten Raja Ampat 142,15 dan terendah di Kabupaten Tambrauw 107,98.APK SLTPMTs tahun 2009 sebesar 66,29 mengalami peningkatan
menjadi 66,68 pada tahun 2010 setelah sebelumnya mengalami penurunan dari 89,99 tahun 2008. Tertinggi di Kabupaten Teluk Wondama 87,72 dan terendah Kabupaten
Sorong Selatan 43,24.APK SLTAMA terus meningkat dari tahun 2008 sebesar 57,25 menjadi 62,04 di tahun 2009 dan 72,07 di tahun 2010.
g. Angka Pendidikan yang Ditamatkan APT SDMI mengalami penurunan pada tahun 2010
menjadi 26,24 sementara pendidikan tinggi SLTA keatas sebesar 32,95 dengan rincian 24,59 berpendidikan SLTAsederajat dan 8,36 berpendidikan perguruan tinggi.
Meningkat 1,54 dibandingkan dengan tahun 2008 dan 2009. Menandakan terdapat perbaikan kualitas pendidikan dengan menurunnya persentase pendidikan rendah dan
meningkatnya persentase pendidikan tinggi. Kota Sorong dengan tingkat pendidikan tertinggi dan Kabupaten Tambrauw yang terendah.
94,04 89.95
58,98
14,45 91,91
49,65 43,93
7,36 SDMI
SMPMTS SMASMKMA
PT APS
APM
38 2.
Kesehatan a.
Angka rata-rata anak lahir hidup tahun 2010 sebesar 2,55 dan angka rata-rata anak masih hidup sebesar 2,39.
b. Secara umum Angka Harapan Hidup AHH di masing-masing daerah mengalami kemajuan.
di tahun 2010 AHH Papua Barat mencapai 68,51 pertahun. AHH tertinggi di Kota Sorong sebesar 71,95pertahun dan terendah di Kabupaten Tambrauw sebesar 66,51pertahun.
Tahun 2009-2010 AHH mengalami kemajuan 0,31pertahun. Peningkatan tertinggi di Kabupaten Raja Ampat dan Kota Sorong sebesar 0.42 pertahun dan terendah di Kabupaten
Sorong Selatan sebesar 0,17 pertahun. c.
Status gizi buruk pada Balita di Papua Barat tahun 2010 tercatat mencapai 9,1, sedangkan gizi kurang mencapai 17,4. Angka ini masih diatas angka nasional yang hanya mencapai
4,9 dan 13,1.
Gambar 2-13. Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Provinsi PapuaBarat
3. Kemiskinan
a. Dilihat dari aspek ekonomi, jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat mengalami
penurunan dari tahun ke tahun dalam kurun waktu tahun 2006 – 2010, meskipun sempat
mengalami peningkatan sebesar dari 35,12 pada tahun 2008 menjadi 35,71 pada tahun 2009 atau meningkat sebesar 0,59. Bila dilihat perbandingan antara penduduk miskin dan
tidak miskin pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat, jumlah penduduk tidak miskin adalah sebesar 65,12, sedangkan penduduk miskin adalah sebesar 34,88 dengan persentase
penduduk miskin kota sebesar 1,32 dan penduduk miskin Kampung sebesar 33,56. b.
Penurunan angka kemiskinan di perKampungan pada tahun 2009 sebesar 44,71 menjadi 43,48 di Tahun 2010 sedangkan angka kemiskinan di perkotaan naik dari 5,22 menjadi
5,73. 36
32.7 31.6
30.5 2006 2007 2008 2009 2010
Angka Kematian Bayi
67.3 67.6
67.9 68.2 68.96
2006 2007 2008 2009 2010
Angka Harapan Hidup
39
Gambar 2-14. Perbandingan Jumlah Penduduk Provinsi Papua Barat Berdasarkan Status Kemiskinan Tahun 2010
c. Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat memiliki angka
kemiskinan diatas 40 sehingga membutuhkan effort yg sangat besar untuk penanggulangannya. Diduga karena wilayahnya yang terbilang cukup terisolir sehingga
tingginya biaya transportasi dalam pengadaan kebutuhan barang dan jasa. d.
Garis kemiskinan Provinsi Papua Barat tahun 2010 sebesar 294.727 Rupiah per kapita per bulan, terdiri dari garis kemiskinan makanan sebesar 237.147 rupiah dan garis kemiskinan
non makanan sebesar 57.580 Rupiah. Kontribusi garis kemiskinan makanan terthadap garis kemiskinan sebesr 80,46. Dibandingkan tahun 2009, garis kemiskinan tahun 2010
mengalami kenaikan sebesar 6,24. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan 4,74 lebih rendah daripada kenaikan garis kemiskinan di perKampungan 6,74.
e. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 10,47 di tahun 2010 menjadi 8,78 di tahun
2011.
f. Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami penurunan dari 4,30 menjadi 3,43 di
tahun 2010. g.
Penurunan kedua indeks kemiskinan mengandung makna bahwa kondisi kemiskinan di Papua Barat semakin membaik. Artinya rata-rata pendapatan penduduk miskin dengan garis
kemiskinan semakin dekat dan ketimpangan pendapatan antar penduduk miskin semakin rendah.
4. Kesempatan Kerja
a. Dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2007-2010 mencapai 13,54 dan laju pertumbuhan
kesempatan kerja sebesar 0,65, elastisitas kesempatan kerja Papua Barat hanya mencapai 0,05. Artinya bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi 1 hanya akan menciptakan
kesempatan kerja sebesar 0,05 Penduduk
Miskin Kota,
1.32 Penduduk
Miskin Desa,
33.56 Penduduk
Tidak Miskin,
65.12
41.34 39.31
35.12 35.71
34.88 31.92
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Penduduk Miskin
40 b.
Angkatan kerja tahun 2010 meningkat menjadi 342.888 orang dari 330.121 orang di tahun 2009 dan 319.675 orang di tahun 2008. Pada periode 2008-2010, peningkatan angkatan
kerja diikuti oleh peningkatan penduduk yang bekerja namun jumlah penduduk yang menganggur justru juga mengalami peningkatan. Jumlah penduduk bekerja meningkat dari
295.223 orang di tahun 2008 menjadi 316.547 orang di tahun 2010. Sementara jumlah penganggur meningkat dari 24.452 orang di tahun 2008 menjadi 26.341 orang di tahun
2010.
2.3 Aspek Pelayanan Umum