Aspek Pelayanan Umum GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

40 b. Angkatan kerja tahun 2010 meningkat menjadi 342.888 orang dari 330.121 orang di tahun 2009 dan 319.675 orang di tahun 2008. Pada periode 2008-2010, peningkatan angkatan kerja diikuti oleh peningkatan penduduk yang bekerja namun jumlah penduduk yang menganggur justru juga mengalami peningkatan. Jumlah penduduk bekerja meningkat dari 295.223 orang di tahun 2008 menjadi 316.547 orang di tahun 2010. Sementara jumlah penganggur meningkat dari 24.452 orang di tahun 2008 menjadi 26.341 orang di tahun 2010.

2.3 Aspek Pelayanan Umum

Pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah Provinsi Dan KabupatenKota dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perUndang-Undangan. Secara umum penjelasan mengenai pelayanan umum terbagi kedalam dua urusan pokok yang terkait dengan layanan urusan wajib dan layanan urusan pilihan.

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib

1. Pendidikan a. Pada tahun 2010, Angka Partisipasi Sekolah usia 7-12 tahun mencapai 94,04, usia 13-15 tahun menurun menjadi 89,95, usia 16-18 tahun mencapai 58,98, dan untuk usia 19-24 hanya mencapai 14,45. b. Rasio SiswaGuru: Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswaguru pada tahun 2007 mencapai 22 siswa, pada tahun 2008 mencapai 20 siswa, pada tahun 2009 mencapai 21 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 20 siswa. c. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswaguru pada tahun 2007 mencapai 10 siswa, pada tahun 2008 mencapai 9 siswa, pada tahun 2009 mencapai 11 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 14 siswa. d. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswaguru pada tahun 2007 mencapai 13 siswa, pada tahun 2008 mencapai 13 siswa, pada tahun 2009 mencapai 12 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 13 siswa. e. Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswakelas pada tahun 2007 mencapai 23 siswa per kelas, pada tahun 2008 mencapai 23 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 30 siswa per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 25 siswa per kelas. f. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswakelas pada tahun 2007 mencapai 36 siswa per kelas, pada tahun 2008 mencapai 27 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa 41 per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 33 siswa per kelas. g. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswakelas pada tahun 2007 mencapai 32 siswa, pada tahun 2008 mencapai 33 siswa, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 32 siswa. h. Rasio kelassekolah pada jenjang pendidikan SD bernilai 5,59 pada tahun 2008. Pada tahun 2009 rasio kelassekolah menurun menjadi 4,03. Namun pada tahun 2010 rasio tersebut meningkat menjadi 6,15. i. Rasio kelassekolah pada jenjang pendidikan SLTP bernilai 7,34 pada tahun 2008. Pada tahun 2009 rasio kelassekolah menurun menjadi 5,87. Namun pada tahun 2010 rasio tersebut meningkat menjadi 6,84. j. Rasio kelassekolah pada jenjang pendidikan SLTA bernilai 10,26 pada tahun 2008. Pada tahun 2009 rasio kelassekolah menurun menjadi 9,64. Pada tahun 2010 rasio tersebut menurun menjadi 9,57. 2. Kesehatan a. Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 110 Puskesmas, 367 Puskesmas Pembantu, 145 Puskesmas Keliling, dan 297 Puskesmas Polindes. Ketersediaan fasilitas kesehatan di Provinsi Papua Barat yang paling banyak di Kabupaten Manokwari jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya, yaitu terdapat 22 Puskesmas, 84 Puskesmas Pembantu, 19 Puskesmas Keliling, dan 74 Unit Poliklinik Kampung. b. Jika diamati dari jumlah penduduk, dapat dikatakan bahwa 14 Rumah Sakit yang ada di Provinsi Papua Barat tahun 2010 melayani 760.433 penduduk. Hal ini berarti satu rumah sakit melayani sekitar 54.316 penduduk. c. Jika diperhatikan dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barattahun 2010 dan jumlah dokter yang tersedia, maka rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter di Provinsi Papua Barat adalah sebesar 4.045 atau dengan kata lain satu dokter rata-rata melayani 4.045 orang. Faktanya pada tahun 2010 jumlah dokter telah meningkat dan distribusinya telah tersebar dengan alokasi yang lebih baik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio ini menurun jika dibandingkan dengan rasio 5.026 pada tahun 2009. Artinya terjadi coverage yang lebih baik dalam hal tertanganinya penduduk dengan peningkatan jumlah dokter. Rasio penduduk terhadap dokter tertinggi berada di Kota Sorong yaitu sebesar 9.531 penduduk dan yang terkecil berada di Kabupaten Teluk Wondama dengan rasio sebesar 1.645 penduduk per seorang dokter. 42 Gambar 2-15. Cakupan Layanan Kesehatan di Provinsi Papua Barat Tahun 2006-2009 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat 3. Lingkungan Hidup Perkembangan akses penduduk di Provinsi Papua Barat terhadap air bersih pada tahun 2008- 2010 menunjukkan peningkatan. Peningkatan konsumsi air bersih untuk air minum dari 42,81 persen pada tahun 2008 menjadi 49,20 pada tahun 2009, dan 53,11 pada tahun 2011. Akses air bersih tertinggi pada tahun 2010 di Kota Sorong yaitu 78,44 dan terendah di Kabupaten Maybrat yaitu sebesar 9,76 . 4. Sarana dan Prasarana Umum a. Jaringan Jalan i. Infrastruktur utama yang berperan penting dalam aspek daya saing daerah merupakan sarana dan prasarana yang terkait dengan sistem transportasi. Wilayah Papua Barat secara regional sangat bergantung kepada moda transportasi udara yang menjangkau hampir seluruh wilayah KabupatenKota. ii. Selain keberadaan transportasi udara, moda transportasi laut dan darat ikut berperan dalam pengembangan wilayah Papua Barat. Untuk wilayah laut, keberadaan pelabuhan sebagai simpul pengangkut orang maupun barang tersebar menjadi tiga pelabuhan utama. Untuk Pelabuhan internasional wilayah Papua Barat terdapat di Kota Sorong, sedangkan dua pelabuhan utama lainnya merupakan pelabuhan nasonal di wilayah Manokwari dan Kaimana. iii. Berbeda dengan kedua jenis transportasi sebelumnya, salah satu kunci pencapaian transportasi darat terlihat dari perkembangan rasio panjang jalan per jumlah kendaraan yang menunjukan angka perbandingan 1:0.077 pada tahun 2006. Angka ini berarti setiap satu kendaraan dilayani oleh jalan dengan panjang 0,077 km. Peningkatan pada sektor ini terjadi hingga menunjukan angka perbandingan 1:0,101 58.46 58.46 70.15 68.18 27.76 27.76 27.70 26.22 50.58 55.99 57.83 60.43 2006 2007 2008 2009 Cakupan puskesmas Cakupan puskesmas pembantu Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 43 pada tahun 2009. Gambar 2-16. Rencana Jaringan Transportasi Provinsi Papua Barat Sumber: Draft RTRW Provinsi Papua Barat. Gambar 2-17. Kondisi Jalan Strategis di Provinsi Papua Barat 44 Sumber: Laporan Indikasi Program Pengembangan Infrastruktur Provinsi Papua Barat, 2009 b. Jaringan Irigasi i. Banyaknya sungai besar yang mengalir di seluruh wilayah Provinsi Papua Barat dan beberapa danau cukup menguntungkan dalam upaya penyediaan air bersih. Persentase sumber air bersih berasal dari sungai mencapai 54,6, mata air 45,3 dan sumber lainnya 0,1 1 . Namun tetap saja hal tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan air bersih penduduk sampai ke rumah tangga di daerah-daerah terpencil karena keterbatasan kapabilitas untuk menjangkau dari sumber air. Adanya keterbatasan ini menuntut perlu dicari alternatif lokasi lain yang dapat dijadikan sebagai catchment areawaduk guna dapat menampung air sungai. ii. Sebagian besar wilayah memakai sistem pompa dan sistem gravitasi. Sistem pompa dilakukan pada sumber pengambilan air water intake ke rumah pompa water treatment plant. Sedangkan dengan sistem gravitasi, air cukup dialirkan dari sumber atau unit produksi ke unitblok distribusi reservoir. Untuk mengetahui rencana dan realisasi saluran irigasi Provinsi Papua Barat pada tahun 2009, dapat dilihat pada Tabel 2-3 berikut. iii. Pengadaan saluran irigasi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi pertanian terus diupayakan pemenuhannya mencapai target yang telah ditetapkan. Hingga saat ini baru dilakukan proses pembangunan saluran irigasi seluas 9.929 Ha, jauh dibawah target realisasi seluas 28.651 Ha. Tabel 2-10. Rencana dan Realisasi Saluran Irigasi Provinsi Papua Barat Tahun 2009 Rencana Ha Realisasi Ha Hambatan Produksi tonHa Kab. Manokwari 12,666 5,100 Pembebasan lahanketerbatasan dana 20.80 Kab. Teluk Bintuni 2,500 450 Pembebasan lahanketerbatasan dana 6.00 Kab. Sorong 9,104 2,413 Pembebasan lahanketerbatasan dana 44.85 Kab. Raja Ampat 250 155 Pembebasan lahanketerbatasan dana 8.60 Kab. Fakfak 1,431 1,431 Pembebasan lahanketerbatasan dana 6.25 Kab. Sorong Selatan 1,500 300 Pembebasan lahanketerbatasan dana 2.65 Kab. Teluk Wondama 1,200 80 Pembebasan lahanketerbatasan dana 6.00 Total 28,651 9,929 95.15 Sumber:Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009 1 Papua Barat Dalam Angka 2009 45 c. Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 734 masjid, 1.531 gereja protestan, 163 gereja katholik, 46 pura, 5 vihara, dan 1 kelenteng. Secara total terdapat 2.479 tempat peribadatan di Provinsi Papua Barat 5. Rumah Tinggal Bersanitasi a. Persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri, pembuangan akhir tinja, dan jenis kloset angsa selama tahun 2009-2010 mengalami peningkatan. Rumah tangga yang memiliki jamban sendiri mengalami peningkatan yaitu sebesar 59,48 tahun 2009 menjadi 61,07 pada tahun 2010. b. Rumah tangga yang memiliki TPAT septik TankSPAL mengalami peningkatan yaitu sebesar 55,09 tahun 2009 menjadi 63,76 pada tahun 2010.Rumah tangga yang memiliki kloset leher angsa mengalami peningkatan yaitu sebesar 46,04 tahun 2009 menjadi 66,35 pada tahun 2010. Persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB pada periode 2009- 2010 mengalami penurunan dari 17,16 menjadi 15,3 6. Persampahan Persampahan belum betul-betul dikelola secara terpadu di Provinsi Papua Barat. Tempat Pembuangan Akhir TPA hanya dimiliki oleh Kabupaten Sorong tepatnya di Distrik Makbon. Persampahan di Kota Sorong di Klasaman sudah tidak layak karena sangat dekat dengan pemukiman dan dikhawatirkan akan terjadi pencemaran air tanah di pemukiman masyarakat pada saat musim hujan system open dumping. sedangkan di wilayah lainnya, pengelolaan sampah dilakukan secara individual oleh masing-masing rumah tangga atau instansi, biasanya dengan cara ditimbun, dibakar, atau bahkan dibuang ke sungai atau laut. Hingga saat ini memang dianggap belum menumbulkan masalah karena jumlahnya belum signifikan, namun bukan berarti tidak perlu diperbaiki dan dikelola secara terpadu. 7. Rumah Layak Huni a. Terjadi peningkatan persentase rumah tangga yang memiliki tempat tinggal yang layak huni pada tahun 2008-2010 berdasarkan empat indikator rumah layak huni. b. Persentase rumah tangga yang memiliki lantai bukan tanah meningkat dari 91,08 pada tahun 2008, 91,6 pada tahun 2009, dan 93,02 pada tahun 2010. c. Persentase rumah tangga yang memiliki atap layak tidak beratap dedaunan meningkat dari 90,64 pada tahun 2008, 93,6 pada tahun 2009, dan 94,85 pada tahun 2010. d. Persentase rumah tangga yang memiliki dinding permanen meningkat dari 51,34 pada tahun 2008, 52,27 pada tahun 2009, dan 56,68 pada tahun 2010. e. Persentase rumah tangga yang memiliki luas lantai per kapita 10m2 menurun dari 43,26 46 pada tahun 2008, 38,36 pada tahun 2009, dan 39,86 pada tahun 2010. Gambar2-18. Kelayakan Rumah di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Rumah Tangga Tahun 2007-2010 Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2011

2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan

1. Penanaman Modal a. Jumlah proyek dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak 40 proyek. Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2008 dan 2009 dengan jumlah proyek sebanyak 41 proyek. b. Jumlah proyek dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak 61 proyek. Jumlah ini mengalami kenaikan dari tahun 2008 dan 2009 dengan jumlah proyek sebanyak 49 dan 58 proyek. c. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebesar 1.185.429 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 967.478 juta rupiah. d. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebesar 98,459 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu sebesar 78.360 juta rupiah. Berlantai layak Berdinding layak Atap layak Bersanitasi baik

90.10 43.14

Dokumen yang terkait

The Development Of Decision Support System (DSS) For Monitoring And Evaluating Forest Industry

0 29 196

PENGEMBANGAN SIG BERBASIS WEB SEBAGAI DECISSION SUPPORT SYSTEM (DSS) UNTUK MANAJEMEN JARINGAN JALAN DI KABUPATEN ACEH TIMUR

0 8 16

Sistem Informasi Penjualan dan Pembelian pada Cv. Yenns Collection dengan Menggunakan DSS (Decision Support System).

0 1 28

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 4

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

1 1 3

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

RPJPD PAPUA BARAT 2012 2025 NO. 18 TAHUN 2012

1 5 153