Dana Alokasi Umum DAU Dana Tambahan Infrastruktur Otonomi Khusus Papua Barat.

60 Papua Barat. Tingginya besaran DBH sangat tergantung pada investasi yang terlaksana terkait pemanfaatan potensi sumber daya alam yang terkandung di wilayah Papua Barat. Berdasarkan pengertian tersebut, besarnya alokasi DBH bagi wilayah Papua Barat sangat ditentukan sesuai kebijakan perekonomian khususnya dalam peningkatan pemanfaatan Sumber Daya Alam. Adapun Dana Bagi Hasil itu sendiri terdiri dari klasifikasi sebagai berikut: i. Dana Bagi Hasil Pajak meliputi: Dana Bagi Hasil PBB, BPHTB, PPH dan Dana Bagi Hasil Cukai. Beberapa komponen DBH ini belum dilaksanakan di Papua Barat. ii. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam meliputi: Dana Bagi Hasil Kehutanan, Pertambangan Umum, Perikanan dan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi. Selama tahun 2008-2010, perkembangan alokasi pengeluaran transfer yang berasal dari DBH Pemerintah Pusat ke Pemerintah Provinsi Papua Barat mengalami kondisi yang tidak menentu. Perkembangan jumlah alokasi pada tahun 2008-2009 sangat berbeda dengan perubahan yang terjadi pada tahun 2009-2010. Penurunan penerimaan alokasi yang terjadi sangat mempengaruhi penerimaan pendapatan daerah secara umum di Papua Barat, berikut merupakan rincian perubahan yang terjadi. Tabel 3-1. Alokasi Dana Bagi Hasil Provinsi Papua Barat Milyar Rupiah Klasifikasi Tahun 2008 2009 2010 DBH Sumber Daya Alam 382,63 2.617,70 1.130,90 DBH Pajak 906,47 1.925,34 936,35 Total DBH 1.289,10 4.543,04 2.067,25 Sumber: Kementerian Keuangan, 2010

b. Dana Alokasi Umum DAU

Prinsip dasar dari Dana Alokasi Umum atau DAU adalah merupakan upaya Pemerintah Pusat melakukan pemerataan kemampuan keuangan Daerah. Transfer dana dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah dalam bentuk DAU bermaksud menutupi kesenjangan fiskal fiscal gap yang terjadi sebagai upaya perwujudan kemandirian Pemerintah Daerah dalam melayani masyarakat. Penetapan besaran DAU sendiri, didasari oleh ketersediaan data dasar celah fiskal yang dirumuskan hingga menjadi jumlah penentuan alokasi DAU bagi Provinsi Papua Barat. Oleh karenanya, secara tidak langsung intensifikasi besaran DAU ditentukan oleh mutu data dasar yang antara lain berupa: jumlah penduduk, luas wilayah, tingkat harga, 61 kondisi sumber daya manusia, serta PDRB per kapita.Realisasi pengeluaran transfer dalam bentuk DAU dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Namun walaupun begitu jumlah realisasi penerimaan masih sangat jauh dibawah alokasi penerimaan yang ditetapkan pemerintah pusat. Tabel 3-2. Penerimaan Transfer Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2010 Milyar Rupiah TAHUN ALOKASI PENERIMAAN 2 REALISASIDAU 3 2009 7.839,76 595,76 2010 3.418,07 605,79 Sumber: Kementerian Keuangan RI, 2010 dan BAKD Papua Barat, 2011

c. Dana Alokasi Khusus DAK

Dana Alokasi Khusus ini berasal dari Pendapatan APBN dan dialokasikan ke Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan kepentingan nasional. Kegiatan khusus yang dimaksud, memiliki kriteria kebutuhan khusus yang ditetapkan melalui peraturan perundangan yang berlaku, sebagai berikut:  Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.  Kebutuhan yang digunakan untuk membiayai kegiatan reboisasi dan penghijauan oleh daerah penghasil.  Kebutuhan yang tidak dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumusan Dana Alokasi Umum. Berdasarkan pemahaman tersebut, pada dasarnya DAK ditujukan untuk tujuan spesifik yang telah tergambarkan berdasarkan kebutuhannya. Untuk wilayah Papua Barat sendiri, dalam tiga tahun terakhir memiliki jumlah DAK yang berubah-ubah. Menurunnya tingkat kebutuhan khusus yang ada di Papua Barat telah mendorong terjadinya perubahan besaran DAK yang ditransfer Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Papua Barat. Berikut merupakan gambaran pengalokasian Dana Alokasi Khusus atau DAK di Papua Barat: Tabel 3-3. Dana Alokasi Khusus Provinsi Papua Barat dalam Milyar Rupiah Tahun AlokasiDAK RealisasiDAK 2009 1.195,07 68,58 2 Alokasi meliputi Provinsi Dan KabupatenKota se Papua Barat sumber: Kementerian Keuangan RI Tahun 2011 3 Realisasi hanya Provinsi Papua Barat saja sumber: BAKD Provinsi Papua Barat, Agustus 2011 62 2010 419,73 21,76 Sumber : Kementerian Keuangan RI, 2010 dan BAKD Papua Barat, 2011

2. Pendapatan Asli Daerah PAD

Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh Daerah berdasarkan pungutan dana yang digunakan untuk memenuhi keperluan daerah membiayai kegiatannya sesuai dengan peraturan daerah yang mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Bagian Laba Usaha Daerah, dan Penerimaan Lain-lain. Pendapatan Asli Daerah Provinsi Papua Barat dalam kurun waktu jangka menengah kedepan diperkirakan akan terus meningkat. Prediksi peningkatan PAD tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan Laba Usaha Daerah yang berhubungan dengan pendapatan lain PAD. Tabel 3-4. Pendapatan Asli Daerah Provinsi Papua BaratJutaan Rupiah NO JENIS PENERIMAAN DAERAH TAHUN 2007 2008 2009 2010 1 Pajak Daerah 25.436,70 66.640,51 67.076,90 41.184,50 2 Retribusi 73,10 294,10 294,10 322,09 3 Pendapatan Lain 7.285,65 365,70 365,70 5.644,20 Jumlah 32.795,45 67.300,31 67.736,70 47.150,79 Sumber: Dispenda Papua Barat, 2010, dan Statistik Keuangan Daerah, 2009.

3. Penerimaan Lain yang Sah a. Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat

Penetapan Provinsi Papua Barat sebagai daerah berkategori Otonomi Khusus berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 35 Tahun 2008, menyebabkan diberikannya dana transfer berupa Dana Otonomi Khusus yang besarannya adalah 2 dari Dana Alokasi Umum atau DAU Nasional. Peningkatan angka DAU Nasional dari tahun ke tahun ikut mendorong terjadinya peningkatan alokasi Dana Otonomi Khusus untuk wilayah Papua Barat. Gambar 3-2 Realisasi Dana Otonomi Khusus Papua Barat 63 Sumber: BAKD Papua Barat, Agustus 2011. Penetapan Dana Otonomi Khusus terkait dengan total belanja Pemerintah Pusat yang pada tahun 2010 menunjukan angka Rp. 781,5 triliun atau sebesar 69, 40 dari total belanja keseluruhan. Sementara itu, alokasi dana transfer ke Daerah pada tahun yang sama ditetapkan sebesar Rp. 344,6 triliun. bedasarkan besaran alokasi nasional dana transfer tersebut, komponen Dana Alokasi Umum atau DAU sebesar 57,73 , dimana porsi Dana Otonomi Khusus adalah sebesar 2,7 dari Dana Alokasi Umum. Kemudian dalam tahun 2011, porsi belanja Pemerintah Pusat menunjukan peningkatan menjadi sebesar Rp. 823, 6 triliun atau 68,52 dari total belanja keseluruhan. sementara alokasi dana transfer ke Daerah sebesar Rp. 378,4 triliun dengan nilai DAU adalah sebesar 58,63 dan selanjutnya Dana Otonomi Khusus Papua sebesar 2,72 dari DAU yang tersedia. Tabel 3-5. Posisi Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat dalam Trilyun Rupiah KLASIFIKASI TAHUN 2010 2011 Total Belanja Pemerintah Pusat 781,50 823,60 Total Belanja Transfer Pusat ke Daerah 344,60 378,40 Persentase DAU dari total belanja transfer Pusat ke Daerah 57,73 58,63 Persentase Dana Otsus dari DAU 2,70 2,72 Persentase Alokasi Provinsi Papua Barat terhadap Dana Otsus 30 30 Sumber: Kementerian Keuangan RI, tahun 2010, Angka tahun 2011 adalah versi RAPBN 2011.

b. Dana Tambahan Infrastruktur Otonomi Khusus Papua Barat.

Realisasi alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Otonomi Khusus Papua Barat hingga saat ini belum menunjukan dampak pemanfaatan yang maksimal. Alokasi yang diusulkan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat ini, diupayakan pemanfaatannya dalam 900 950 1000 1050 1100 1150 1200 M il y a r R u p ia h 64 beberapa kurun waktu mendatang guna meningkatkan kemampuan pembangunan infrastruktur. Untuk wilayah Papua Barat sendiri realisasi pada tahun 2010 menunjukan angka Rp. 600 Milyar Rupiah, meningkat Rp. 30,5 Milyar dibandingkan jumlah yang terealisasi pada tahun 2008. Berikut merupakan gambaran peningkatan jumlah realisasi dana tambahan infrastruktur yang terjadi. Gambar 3-3. Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Barat dalam Milyar Rupiah Sumber: BAKD Provinsi Papua Barat, Agustus 2011

c. Dana Penyesuaian

Dokumen yang terkait

The Development Of Decision Support System (DSS) For Monitoring And Evaluating Forest Industry

0 29 196

PENGEMBANGAN SIG BERBASIS WEB SEBAGAI DECISSION SUPPORT SYSTEM (DSS) UNTUK MANAJEMEN JARINGAN JALAN DI KABUPATEN ACEH TIMUR

0 8 16

Sistem Informasi Penjualan dan Pembelian pada Cv. Yenns Collection dengan Menggunakan DSS (Decision Support System).

0 1 28

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 4

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

1 1 3

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

RPJPD PAPUA BARAT 2012 2025 NO. 18 TAHUN 2012

1 5 153