43.14 52.69 Aspek Daya Saing Daerah

46 pada tahun 2008, 38,36 pada tahun 2009, dan 39,86 pada tahun 2010. Gambar2-18. Kelayakan Rumah di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Rumah Tangga Tahun 2007-2010 Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2011

2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan

1. Penanaman Modal a. Jumlah proyek dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak 40 proyek. Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2008 dan 2009 dengan jumlah proyek sebanyak 41 proyek. b. Jumlah proyek dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak 61 proyek. Jumlah ini mengalami kenaikan dari tahun 2008 dan 2009 dengan jumlah proyek sebanyak 49 dan 58 proyek. c. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebesar 1.185.429 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 967.478 juta rupiah. d. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebesar 98,459 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu sebesar 78.360 juta rupiah. Berlantai layak Berdinding layak Atap layak Bersanitasi baik

90.10 43.14

87.01 52.69

91.08 51.34 92.40 45.52 91.60 52.27 93.60 59.49 93.02 56.68 94.85 61.07 2007 2008 2009 2010 47 2. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, Koperasi terus tumbuh dengan persentase pertumbuhan hampir mencapai 40. Pada tahun 2008 sejumlah 916 unit Koperasi kemudian tumbuh menjadi 967 unit sampai dengan tahun 2010 menjadi 1.257 unit dengan 701 unit Koperasi aktif dan 556 Koperasi tidak aktif yang tersebar di seluruh KabupatenKota di Provinsi Papua Barat. 3. Ketenagakerjaan a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK Papua Barat terus mengalami peningkatan dari tahun 2007-2009. TPAK tahun 2010 meningkat menjadi 69,29 dari kondisi tahun 2009 dan 2008 yakni 68,52 dan 68,15. b. TPAK tertinggi tahun 2010 dicapai oleh Kabupaten Manokwari yaitu sebesar 78,78, sementara TPAK terendah berada di Kabupaten Fakfak yaitu hanya mencapai 54,00. c. Jumlah penganggur tahun 2010 meningkat menjadi 26.341 orang dari sebelumnya sebanyak 24.452 orang pada tahun 2008. Sebanyak 32,90 penduduk yang bekerja termasuk kedalam setengah pengangguran. Tingkat setengah pengangguran mencapai 30,37. Umumnya setengah pengangguran mempunyai produktivitas yang rendah, oleh karena itu perlu dicermati dalammelihat jumlah penduduk yang bekerja, sebab dapat terjadi absolut penduduk yang bekerja tinggi namun ternyata masih tercakup didalamnya setengah pengangguran dalam jumlah yang tinggi. d. Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Papua Barat mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke tahun2010. TPT meningkat dari 7,65 di tahun 2008 menjadi 7,68 di tahun 2010.

2.4 Aspek Daya Saing Daerah

1. Kemampuan Ekonomi Daerah a. Meskipun proporsi konsumsi rumah tangga terhadap komoditi makanan masih cukup dominan tetapi persentasenya menunjukkan penurunan selama tahun 2008-2009. Peningkatan proporsi konsumsi non makanan berimbas pada peningkatan pengeluaran rumah tangga untuk biaya pendidikan dan kesehatan. b. Pada tahun 2008 proporsi konsumsi makanan oleh penduduk Papua Barat mendekati 60, tetapi pada tahun 2009 persentasenya berkurang menjadi 55,84. c. Proporsi konsumsi non makanan meningkat dari 41,21 pada tahun 2005 menjadi 44,07 pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi 52,33. 48 d. Kondisi perumahan tahun 2010 di Papua Barat secara umum mengalami perbaikan kualitas dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2010 di Papua Barat secara umum mengalami perbaikan kualitas dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2010, hampir duapertiga rumah tangga telah memiliki rumah dengan status milik sendiri sebesar 63,67. Sedangkan untuk status sewa 9,84, kontrak 4,66 dan lainnya dinas, bebas sewa, milik keluarga, lainnya 21,83 e. Nilai Tukar Petani NTP Papua Barat tahun 2011 sd September sebesar 103,23 lebih tinggi dibandingkan NTP 2010 sebesar 103,05. 2. Fasilitas Wilayah Infrastruktur a. Aksesibilitas i. Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang diamanahkan dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat adalah Program Pengembangan Infrastruktur Dasar. Selama ini belum seluruhnya KabupatenKota belum terhubung dengan jalan darat. Sebagian pembangunan jalan sedang dilakukan, meskipun sebagian kabupaten telah terhubung namun belum dibuka untuk umum. Dengan masih terbatasnya akses perhubungan lewat darat, sebagian besar orang memanfaatkan fasilitas perhubungan melalui laut dan udara. ii. Panjang jalan di Papua Barat tahun 2010 sepanjang 5.729,22 Km. Kondisi ini mengalami perbaikan dibandingkan pada tahun 2008 yaitu sepanjang 5.400,71 Km. Kondisi panjang jalan tersebut terbagi menjadi 412,31 Km 7,20 jalan negara; 938,48 Km 76,42 adalah jalan kabupaten. Sedangkan menurut jenis permukaannya terbagi menjadi 1.328,49 Km 23,19 jalan aspal; 1.639,25 Km 28,61 jalan dengan permukaan kerikil; 2.222,13 Km 38,79 jalan dengan permukaan tanah; dan 539,35 Km 9,41 jalan dengan permukaan lainnya. iii. Pada tahun 2008 jumlah penumpang kapal datang 281.200 orang dan berangkat 277.700 orang dengan jumlah armada 880 kapal. Di tahun 2010 jumlahnya mengalami penurunan menjadi 237.200 orang yang datang dan 252.900 orang yang berangkat dengan jumlah armada yang juga menurun menjadi 669 unit. iv. Jumlah penumpang pesawat udara cenderung memiliki tren meningkat signifikan selama 2008-2010. Jumlah penumpang datang mencapai 334.700 orang dengan jumlah penerbangan 11.656 dan berangkat 349.200 orang dengan jumlah penerbangan 11.820 kali di tahun 2010. Rata-rata penumpang pesawat untuk debarkasi 29 orang dan untuk embarkasi 30 orang. 49 3. Penataan Ruang Sampai dengan tahun 2011, belum ada RTRW baik tingkat Provinsi maupun KabupatenKota yang sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang sudah dijadikan Peraturan Daerah Perda. Sehingga upaya pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian penataan ruang pun belum optimal. Belum dapat diketahui berapa persen ketaatan wilayah terhadap RTRWnya. 4. Fasilitas Keuangan dan Perbankan Jumlah kantor bank di Provinsi Papua Barat terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari tahun 2007 yang hanya 49 unit 5 unit bank swasta nasional, 44 unit bank persero dan pemerintah menjadi 67 unit kantor bank 13 unit bank swasta nasional, 54 unit bank persero dan pemerintah. 5. Fasilitas Air Bersih Persentase terbesar rumah tangga pengguna air bersih memiliki sendiri fasilitasnya, sebesar 49,02. Meningkat dari kondisi tahun 2009 yaitu sebesar 46,65 dari total rumah. Sementara 25,33 menggunakan air bersih secara bersama dan 16,73 masih menggunakan fasilitas umum. 8,92 tidak memiliki akses terhadap air bersih. 6. Fasilitas Energi Listrik Rumah tangga di Papua Barat hanya 57,67 yang menggunakan listrik PLN. Belum seluruh Kampungdi Papua Barat teraliri listrik dan belum seluruh Kabupaten mendapatkan pasokan listrik 24 jam dalam sehari. Masyarakat yang tidak teraliri listrik 24 jam biasanya menggunakan genset. Untuk Kampung-Kampung yang tidak teraliri listrik, terutama di daerah yang jauh dari ibukota Kabupaten umumnya menggunakan pelitasenteroborlainnya. Persentase rumah tangga yang menggunakan jenis penerangan tersebut mencapai 17,83. Kondisi penggunaan energi listrik terutama yang memanfaatkan listrik negara PLN masih belum maksimal. Belum seluruh Kabupaten mendapatkan pasokan listrik 24 jam, seperti contohnya di Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat. Hanya 32,37 Kampungsaja yang telah terjangkau layanan PLN. Sulitnya kondisi geografis dan terbatasnya ketersediaan energi listrik menjadi penyebab belum meratanya pasokan listrik. Dari total 168.000 rumah tangga di Papua Barat, hanya 80.421 rumah tangga yang terdaftar sebagai pelanggan PLN. 50 Gambar 2-19. Cakupan Pelayanan Listrik dan Air Bersih Pada Perkampungan Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009 7. Fasilitas Telekomunikasi a. Untuk jaringan telekomunikasi di Provinsi Papua Barat berkembang pesat melalui pelayanan provider telepon selular yang mulai mengembangkan jaringan paling tidak di kawasan perkotaan ataupun ibukota setiap Distrik di masing-masing KabupatenKota. Untuk di kawasan perkampungan, penggunaan telepon satelit masih diandalkan. b. Telekomunikasi menggunakan jaringan internet juga berkembang cukup pesat meskipun hanya di kawasan perkotaan dengan layanan gabungan dari provider telepon seluler maupun dari PT.Telkom sebagai perusahaan negara yang menangani masalah penyediaan layanan komunikasi.Untuk sistem jaringan nirkabel untuk internet, belum dikembangkan secara umum dan gratis dari pemerintah. Namun di banyak tempat umum, sudah mulai disediakan dengan jenis dan ketentuan layanan yang berbeda-beda dan sebagian besar bersifat komersil. c. Kantor Pos juga masih diandalkan oleh masyarakat baik untuk pengiriman suratdokumen dan barang. Kantor Pos besar hanya terdapat di dua wilayah yaitu Kota Sorong dan Manokwari sementara Kantor Pos Pembantu terdapat di semua wilayah kecuali Kabupaten Raja Ampat. Kebutuhan pos di Raja Ampat dipenuhi oleh Rumah Pos dan Kantor Pos Kampung. 8. Iklim Investasi a. Kondisi investasi di Papua Barat menunjukan kecenderungan yang terus membaik. Peningkatan jumlah proyek yang dijalankan memberikan gambaran meningkatnya kepercayaan publik dalam menanamkan modal yang dimilikinya. Penanaman modal yang berasal dari dalam negeri maupun asing atau luar negeri secara jumlah memang mengalami peningkatan, namun secara nilai tidak terlalu meningkat. 2007 2008 2009 70.28 53.41 25.86 89.47 86.04 89.13 Cakupan pelayanan listrik pada kampung Cakupan pelayanan air bersih pada kampung 51 Tabel 2-11. Kondisi Investasi Provinsi Papua Barat Tahun Realisasi Dalam Negeri Realisasi Asing Jumlah Proyek Nilai Investasi dalam juta rupiah Jumlah Proyek Nilai Investasi dalam ribu USD 2010 40 1.185.429 61 98.459 2009 41 967.468 58 98.459 2008 41 967.468 49 98.459 2007 38 967.468 26 78.360 2006 35 967.468 28 78.360 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010 b. Di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 telah terjadi 89 kasus kriminal. 74 kasus atau sekitar 83,1 diantaranya telah ditangani oleh pihak yang berwenang. Kasus yang paling banyak terjadi adalah kasus pencurian kendaraan bermotor yaitu sebanyak 15 kasus 16,85. Kasus yang paling sedikit terjadi adalah kasus pemerkosaan yaitu sebanyak 1 kali 1,12. Tidak ada kasus kejahatan terhadap kepala negara. 9. Sumber Daya Manusia a. Dilihat dari latar belakang pendidikan, persentase penduduk yang bekerja ternyata sebagian besar berpendidikan rendah. Sebesar 49,16 penduduk yang bekerja 26,91 belum bersekolahtidak tamat SD dan 22,25 tamat SD. 18,32 tamat SLTA. Hanya 9,50 yang berijazah perguruan tinggi. b. Kesejahteraan penduduk di suatu daerah dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia IPM di daerah tersebut. IPM di Provinsi Papua Barat pada Tahun 2010 adalah 69,15.Meningkat dari kurun waktu tahun 2007 – 2009, yaitu sebesar 67, 28 pada tahun 2007, pada tahun 2008 sebesar 67,95 dan pada tahun 2009 sebesar 68,58. KabupatenKota yang memiliki nilai IPM terbesar di Provinsi Papua Barat pada tahun 2009 adalah Kota Sorong, yaitu sebesar 76,84 diikuti oleh Kabupaten Fak-Fak dan Kaimana dengan masing- masing nilai IPM sebesar 70,8 dan 69,8, sedangkan nilai IPM terendah terdapat di Kabupaten Tambrauw yaitu sebesar 49,12. 52 Gambar 2-20.Indeks Pembangunan Manusia IPM Provinsi Papua Barat dan Perkembangannya Sumber: Buku IPM Provinsi Papua Barat 201.

2.5 Sebagian Capaian BidangSektor di Provinsi Papua Barat Tahun 2011

Dokumen yang terkait

The Development Of Decision Support System (DSS) For Monitoring And Evaluating Forest Industry

0 29 196

PENGEMBANGAN SIG BERBASIS WEB SEBAGAI DECISSION SUPPORT SYSTEM (DSS) UNTUK MANAJEMEN JARINGAN JALAN DI KABUPATEN ACEH TIMUR

0 8 16

Sistem Informasi Penjualan dan Pembelian pada Cv. Yenns Collection dengan Menggunakan DSS (Decision Support System).

0 1 28

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 4

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

1 1 3

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

IMPLEMENTASI METODE BAYESIAN NETWORK UNTUK DSS(DECISION SUPPORT SYSTEM) PADA MINI DETECTOR EARTHQUAKE DALAM APLIKASI EWS(EARTHQUAKE WARNING SYSTEM) BERBASIS DESKTOP - UDiNus Repository

0 0 1

RPJPD PAPUA BARAT 2012 2025 NO. 18 TAHUN 2012

1 5 153