Kader Keluarga Organisasi Kemasyarakatan Dana Masyarakat Kerangka Konsep Penelitian

a. Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan desa siaga. b. Menaungi dan membina kegiatan desa siaga. c. Menggerakan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan desa siaga. d. Memberikan dukungan dalam pengelolaan desa siaga. e. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dan UKBM yang ada. f. Bila memungkinkan juga memberikan dukungan berupa sarana dan prasarana.

b. Kader

Menurut Pemerintah Dalam Negri No.7 tahun 2007 tentang kader pemberdayaan masyarakat adalah anggota masyarakat Desa Kelurahan yang memiliki pengetahuan dan kemauan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan hasil pembangunan di desanya

c. Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyrakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat di bawah atap dalam keadaan saling ketergantungan yang berada di Desa , baik yang aktif berpartisipasi dan mau memanfaatkan fasilitas yang ada di Poskesdes maupun yang tidak mau berpartisipasi dan tidak mau memanfaatkan fasilitas yang ada di Poskesdes Depkes, 2006.

d. Organisasi Kemasyarakatan

Organisassi yang ada di masyarakat seperti PKK Pemberdayaan dan Kesehatan Keluarga, Karang Taruna, Pengajian, dan lain sebagainya merupakan Universitas Sumatera Utara wadah berkumpulnya para anggota dari masing-masing organisasi tersebut, sehingga upaya pemberdayaan masyarakat akan lebih berhasil guna apabila pemerintahtenaga kesehatan memanfaatkan-nya dalam upaya pembangunan kesehatan.

e. Dana Masyarakat

Pada golongan masyarakat tertentu, penggalangan dana masyarakat merupakan upaya yang tidak kalah pentingnya. Tetapi pada golongan masyarakat yang tidak mampu ekonominya, pra-sejahtera, penggalangan dana masyarakat hendaknya dilakukan sekedar agar mereka merasa ikut memiliki dan bertanggung jawab terhadap upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatannya. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan model tabungan-tabungan atau sistem asuransi yang bersifat subsidi silang. Potensi dana yang ada di masyarakat antara lain jimpitan, iuran dana sosial RT dana sehat, tabungan ibu bersalin koperasi, kelompok usaha pembuatan telur asin, keripik singkong, minuman sehat, dll Elfindri, 2003.

f. Sarana dan Material yang Dimiliki Masyarakat

Identifikasi sarana dan material yang dimiliki oleh masyarakat seperti peralatan, batu kali, bambu, kayu dan lain sebagainya untuk pembangunan kesehatan akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan ikut memiliki dari masyarakat Seminar Nasional, 2008. g. Teknologi yang Dimiliki Masyarakat Masyarakat juga telah memiliki teknologi tersendiri dalam memecahkan masalah yang dialaminya, teknologi ini biasanya bersifat sederhana tapi tepat guna untuk pembangunan fasilitas kesehatan di wilayahnya misal penyaluran air Universitas Sumatera Utara menggunakan bambu dll. Untuk itu pemerintah sebaiknya memanfaatkan teknologi yang dimiliki masyarakat tersebut dan apabila memungkinkan dapat memberikan saran teknis guna meningkatkan hasil gunanya. h. Pengetahuan Masyarakat Masyarakat memiliki pengetahuan yang bermanfaat bagi pembangunan kesehatan masyarakat, seperti pengetahuan tentang obat tradisionil asli Indonesia pengetahuan mengenai penerapan teknologi tepat guna. Pengetahun yang dimiliki oleh masyarakat tersebut akan meningkatkan keberhasilan uapaya pembangunan kesehatan yang dimiliki masyarakat tersebut dan apabila memungkinkan dapat memberikan saran teknis guna meningkatkan hasil gunanya Cambes, 1996.

2.3.10 Peran dan Fungsi

a. Peran dan fungsi tokoh masyarakat Pengembangan desa siaga, peran tokoh masyarakat sebagai pemberdaya masyarakat dan penggali sumber daya untuk kesinambungan dan kelangsungan desa siaga, serta Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat UKBM lainnya, dan mempunyai fungsi : a. Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan desa Siaga. b. Menaungi dan membina kegiatan desa siaga. c. Menggerakan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan desa Siaga. d. Memberikan dukungan dalam pengelolaan desa siaga. e. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan Poskesdes dan UKBM yang ada. Universitas Sumatera Utara f. Bila memungkinkan juga memberikan dukungan berupa sarana dan prasarana. b. Peran dan fungsi kader Kader yang terlibat dalam pelaksanaan desa siaga melalui kegiatan UKMB yang ada termasuk Poskesdes. Dalam pembahasan kali ini peran kader tersebut, sebagai berikut : 1. Peran sebagai Pelaku penggerakan masyarakat dalam hal : a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS b. Pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa c. Upaya penyehatan lingkungan d. Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan anak balita e. Pemasyarakatan kadarzi 2. Peran tambahan dalam hal : a. Membantu petugas kesehatan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan sehari-hari. b. Membantu petugas kesehatan dalam penyiapan masyarakat menghadapi bencana. c. Membantu petugas kesehatan dalam pengelolaan obat di poskesdes. Untuk menjalankan perannya sebagai pengembang desa siaga maka fungsi kader yaitu : a. Membantu tenaga kesehatan dalam pengelola desa siaga melalui kegiatan UKBM termasuk poskesdes secara umum. Universitas Sumatera Utara b. Membantu memantau kegiatan dan evaluasi desa siaga seperti mengisi register ibu dan anak, mengisi KMS dan lainnya. c. Membantu mengembangkan dan mengelola UKBM lain serta hal-hal yang terkait lainnya seperti: a. PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat b. Pengamatan kesehatan berbasis masyarakat c. Penyehatan lingkungan d. Kesehatan ibu, bayi dan anak balita e. Keluarga sadar gizi kadarzi f. JPKM Jaring Pengaman Kesehatan Masyarakat Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pelaksanaan pembangunan sosial, sering kali pelayanan yang di tawarkan untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tidak hanya satu macam, meliputi berbagai bentuk pelayanan yang merupakan satu jaringan, satu dan yang lain saling berhubungan. Apabila seorang klien telah memperoleh satu bentuk pelayanan tertentu dan harus melanjutkan untuk memperoleh pelayanan yang lain sebagai kelanjutannya, tetapi yang bersangkutan sulit untuk memperolehnya atau mengetahui caranya, berarti ada hambatan komunikasi. Masalah ini terjadi karena masyarakatklien tidak dilibatkan dalam perencanaan, sehingga ada kesenjangan antara kebutuhan dan Universitas Sumatera Utara sumberdaya, akibatnya tidak secara cepat memanfaatkan fasilitas pelayanan tersebut Soetomo, 2010. Jadi, keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan, misalnya dalam perencanaan pembangunan fasilitas kesehatan, itu sangat penting. Artinya ialah, kalau ada fasilitas kesehatan yang sudah dibanguan Poskesdes tetapi tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat, maka hal yang perlu diperiksa adalah proses perencanaan dan pelaksanaannya. Apakah masyarakat terlibat atau berpartisipasi di dalam proses itu?. Jelaslah kiranya bahwa partisipasi masyarakat sangat mutlak demi berhasilnya pembangunan. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa, tanpa partisipasi masyarakat setiap pembangunan harus dinilai tidak berhasil. Karena itu penting sekali lagi bagi kita semua untuk memikirkan dan mengusahakan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan program pembangunan Dwivedi, 2004. Berdasarkan pernyataan Dwivedi 2004, peneliti mencari tahu, apakah waktu pelaksanaan forum MMD memungkinkan untuk kehadiran khususnya kaum ibu hamil dan ibu balita sasaran utama program, sehingga sudah dilibatkan dalam perencanaan pada proses pembangunan Poskesdes tersebut, agar mengerti tujuan dan pelayanan yang diberikan di Poskesdes ?. Menurut Amstein 1968, pengukuran seberapa besar masyarakat dilibatkan dalam mengambil keputusan yang digradasikan sebagai 1 non partisipasi yang pengambilan keputusannya dimanipulasikan, 2 tekonisme yang keterlibatan masyarakatnya hanya merupakan stempel saja, dan meningkat menjadi tingkat, Universitas Sumatera Utara 3 penguasaan oleh masyarakat, yang masyarakatnya mempunyai wewenang yang besar dalam menentukan yang akan dikerjakan dan cara melakukannya. Pengukuran partisipasi masyarakat dalam mengambil keputusan dapat dilakukan pada tiap tahap pelaksanaan kegiatan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, kegiatan sampai tahap penilaian, sebagaimana diutarakan oleh Uphoof, dkk 1979. 2.4 Tahap Perencanaan Musyawarah Masyarakat Desa MMD 2.4.1 Pengertian MMD MMD adalah pertemuan perwakilan warga desa untuk membahas hasil Survei Mawas Diri SMD dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD Wrihatnolo, 2007.

2.4.2 Tujuan MMD

Masyarakat mengenal masalah kesehatan diwilayahnya a. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui pelaksanaan desa siaga dan poskesdes. b. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan, melaksanakan desa siaga dan poskesdes.

2.4.3 Peserta MMD

MMD harus dihadiri oleh pemuka masyarakat desa, petugas Puskesmas, dan sektor terkait di tingkat desa dan kecamatan seksi-seksi pemerintahan dan pembangunan, BKKBN, Pertanian, Agama, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara

2.4.4 Tempat dan waktu pelaksanaan MMD

MMD dilaksanakan di Balai Desa atau tempat pertemuan lain yang ada di desa, MMD dilaksanakan segera setelah SMD dilaksanakan.

2.4.5 Cara pelaksanaan

a. Pembukaan dilakukan oleh Kepala Desa dengan menguraikan tujuan MMD dan menghimbau seluruh peserta agar aktif mengemukakan pendapat dan pengalaman sehingga membantu pemecahan masalah yang dihadapi bersama. b. Perkenalan peserta yang dipimpin oleh kader untuk menimbulkan suasana keakraban. c. Penyajian hasil survei oleh kader selaku tim pelaksana MMD. d. Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan masalah kesehatan dan hasil SMD dilanjutkan dengan rekomendasi teknis dari petugas kesehatan di desa bidan di desa. e. Menggali dan menemu-kenali potensi yang ada di masyarakat untuk memecahkan masalah yang dihadapi. f. Penyusunan rencana kerja penanggulangan masalah kesehatan yang dipimpin oleh kepala desa. g. Penyimpulan hasil MMD berupa penegasan tentang rencana kerja oleh Kepala Desa. h. Penutup. Universitas Sumatera Utara

2.4.6 Tindak Lanjut MMD

Kadertoma membantu Kepala Desa menyebarkan hasil musyawarahMMD berupa rencana kerja penanggulangan masalah kesehatan dan membantu menindaklanjuti untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya.

2.4.7 Rencana Kegiatan Tindak Lanjut

Rencana kegiatan adalah alat instrumen untuk memastikan bahwa visi dan tujuan program kegiatan bisa terlaksana. Rencana kegiatan memuat rencana dan kiat-kiat agar dapat mencapai tujuan Sutomo, 2003. Rencana kegiatan berisikan langkah-langkah yang perlu dilakukan dan berisi informasi sebagai berikut: a. Kegiatan apa yang akan dilaksanakan? b. Dimana tempatnya? c. Siapa yang akan melaksanakan kegiatan ini ? d. Kapan dan berapa lama kegiatan ini berlangsung? e. Sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan ini? potensi yang ada di desa f. Siapa yang perlu dilibatkan? g. Target yang ingin dicapai baik jumlah maupun kualitasnya? 1. Mengapa rencana kegiatan perlu dibuat: a. Untuk mencapai tujuan b. Memastikan bahwa tidak ada hal-hal kecil yang terlupakan Universitas Sumatera Utara c. Meningkatkan efisiensi dan menghemat waktu, tenaga dan sumber daya lain d. Mempertanggung jawabkan apa yang semestinya dilakukan 2. Kapan rencana kegiatan dibuat: Rencana kegiatan merupakan hasil Musyawarah Masyarakat Desa yang berisi kegiatan konkrit yang ditentukan dan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri. Perlu diingat bahwa rencana kegiatan tidak kaku, hanya sebagai alat sehingga dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan situasi dan potensi yang ada di desa. No. Kegiatan Tempat Waktu PJ Sumber Daya Target Pihak Yang terlibat 2.5 Landasan Teori

2.5.1 Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut Soetomo 2010, yang mengutip pendapat Coleman, human kapital tidak hanya berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan, melainkan juga berasal dari kemampuan untuk bekerja sama guna mencapai tujuan bersama, yang kemudian disebut sebagai modal sosial. Sama halnya bila akan dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomis pada umumnya dan keuntungan ekonomi pada khususnya, jika modal sosial ini akan dimanfaatkan untuk usaha dan tindakan bagi kesejahteraan bersama, Gambar 2.3 Matrik Rencana Kegiatan Depkes, 2006 Universitas Sumatera Utara juga perlu digali, diidentifikasi dan kemudian dimanfaatkan untuk mendukung berbagai usaha pembangunan untuk kepentingan warga masyarakat. Berdasarkan pendapat Soetomo 2010 yang mengutip pendapat Coleman, untuk menghimpun dana sosial di Poskesdes akan didukung oleh masyarakat, bila masyarakat sudah terlibat sejak perencanaan identifikasi potensi yang ada di desa tersebut, yang hasilnya digunakan untuk kepentingan bersama khususnya golongan masyarakat miskin. Sehingga dapat dijumpai dalam bentuk saling memberi, saling menerima dan saling membantu, karena bantuan kesehatan untuk masyarakat miskin dari pemerintah masih terbatas pada pembiayaan rawat jalan dan rawat nginap. Untuk kebutuhan akomodasi dan konsumsi keluarga yang mengurus penderita belum ada bantuan dari pemerintah. Tentunya dana sosial desa Poskesdes dapat dimanfaatkan sehingga mengurangi beban pemerintah. Adanya kegiatan yang mengikutsertakan masyarakat sebagai mitra kerja akan memberi pengaruh baik pada keberhasilan program, hal itu disebabkan oleh beberapa keuntungan yang didapatkan oleh pengelola program maupun oleh masyarakat apabila memanfaatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatannya. Keuntungan tersebut antara lain : 1. Hasil kegiatan menjadi lebih besar dan dapat menjangkau seluruh masyarakat 2. Pelayanan diberikan dengan biaya yang lebih murah 3. Partisipasi mempunyai nilai intrinsik pada masyarakat 4. Merupakan katalisator untuk perkembangan lebih lanjut Universitas Sumatera Utara 5. Mengarah kepada rasa tanggung jawab dari masyarakat, merasa ikut memiliki. 6. Menjamin kebutuhan yang dirasakan masyarakat fell need 7. Menjamin bahwa semua telah berjalan dengan cara yang baik dan benar, karena melibatkan tenaga profesiolnal dan tenaga lokal 8. Memanfaatkan pengetahuan dan keahlian lokal 9. Bebas dari ketergantungan yang terus menerus dari tenaga profesional yang berasal dari luar 10. Merupakan peningkatan kesadaran awarnest masyarakat itu sendiri dalam kemampuan memecahkan masalahnya sendiri Vuori, 1984. Menurut Soetomo 2010, hadirnya suatu organisasi bersama yang tidak disertai dengan tumbuhnya pola dan sistem aktifitas di dalamnya, tidak akan menghasilkan tindakan bersama yang berkelanjutan. Disamping memanfaatkan dan mengembangkan institusi lokal yang sudah ada Poskesdes, melalui program yang dilakukan oleh pihak eksternal seringkali dijumpai hadirnya institusi yang dibentuk sebagai bagian dari program tersebut, tetapi tidak berhasil melalui proses institusionalisasi sehingga tidak mengakar di masyarakat. Berdasarkan pendapat Soetomo 2010, dapat disimpulkan Poskesdes seperti itu hanya menghasilkan tindakan bersama selama ada program dari luar, bahkan tidak jarang yang terkesan sebagai Poskesdes papan nama. Bentuk Poskesdes seperti itu jelas tidak dapat diharapkan, akibatnya tidak dimanfaatkan secara berkelanjutan. Universitas Sumatera Utara Menurut Uphoff dan Cohen 1979, adanya partisipasi masyarakat ditunjukkan oleh keterlibatan masyarakat setempat, termasuk tokoh masyarakatnya di setiap tahap kegiatan pembangunan kesehatan dalam hal; 1 proses pengambilan keputusan, 2 pelaksanaan program dapat berupa kontribusi sumber daya dalam wujud tenaga, finansial, bahan, ide dan sarana sebagai keterlibatan masyarakat dalam kegiatan penilaian, serta kegiatan administrasi, 3 pemanfaatan hasil program. Mengutip pendapat Uphoff dan Cohen 1979, pelaksanaan program Poskesdes akan dimanfaatkan oleh masyarakat bila ada kontribusi dalam wujud tenaga, dana dan pemikiran sampai kegiatan administrasi serta evaluasi. Peran partisipasi masyarakat dalam program pelayanan kesehatan merupakan hubungan kemitraan sebagai upaya pendekatan yang memiliki pengaruh signifikan pada keberhasilan program dalam pemanfaatan Poskesdes. Kemitraan merupakan tujuan utama dalam konsep masyarakat sebagai sebuah sumber daya yang perlu dioptimalkan community resource, dimana petugas pelayanan kesehatan komunitas bidan desa harus memliki ketrampilan memahami dan bekerja bersama dengan anggota masyarakat dalam menciptakan perubahan di masyarakat Notoadmodjo, 2005. 2.5.2 Pengukuran Partisipasipasi Masyarakat Batasan WHO tentang partisipasi masyarakat dalam program kesehatan adalah Keterlibatan aktif dan tanggung jawab oleh masyarakat dalam program kesehatan. Oleh karena itu, untuk mengukur derajat partisipasi masyarakat, pertama kali harus ditelaah siapa sebenarnya yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Universitas Sumatera Utara Menurut Vuori,1984, keluasan keterlibatan masyarakat dalam program kesehatan berarti semakin banyak jenis pekerjaan atau aktifitas yang dikerjakan oleh orang setempat makin tinggi keterlibatan masyarakat dalam program tersebut.

2.5.3 Dimensi Kuantitatif Partisipasi Masyarakat

Dari tinjauan pustaka yang telah diketengahkan tersebut, tampak bahwa pengukuran komponen kuantitatif ditunjukkan oleh luas keterlibatan the extent of involvment yang mengukur besarnya kegiatan yang dikerjakan oleh masyarakat atau anggota masyarakat. Pengukuran tersebut lebih bersifat kuantitatif, karena diukur dari jumlah dan jenis kegiatan yang dilakukan dengan kata lain, pengukuran itu mengukur overt komponent dari pelaku. Menurut Uphoff dan Kohen 1979, pengukuran kuantitatif partisipasi masyarakat ditunjukkan oleh dimensi what dan how dalam partisipasi masyarakat. Dimensi tersebut dapat di ukur dari komponen-komponen berikut; 1. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh anggota masyarakat. Makin banyak jenis kegiatan yang di lakukan oleh anggota masyarakat, pada tiap tahapan program makin tinggi derajat partisipasinya dan semakin sadar untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan program. 2. Frekuensi keterlibatan masyarakat atau anggota masyarakat dalam kegiatan. Makin tinggi frekuensi anggota masyarakat terlibat dalam kegiatan, misalnya seringnya ia hadir dalam tiap pertemuan yang di adakan untuk membahas program, atau makin sering seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan Universitas Sumatera Utara yang ada berarti makin tinggi frekuensi keterlibatan individu tersebut dalam program. Pengukuran frekuensi tersebut juga perlu memperhatikan keharusan berapa lama semestinya seseorang terlibat dalam kegiatan. 3. Besar kontribusi, baik berupa tenaga, finansial dan material serta pemikiran yang disumbangkan berarti makin tinggi konribusi anggota masyarakat tersebut dalam kegiatan. 4. Besar pemanfaatan oleh masyarakat sasaran. Makin banyak jenis pelayanan yang tersedia yang dimanfaatkan oleh kelompok sasaran berarti makin tinggi partisipasi masyarakat dari segi pemanfaatan hasil program. Tingkat paling tinggi keterlibatan masyarakat adalah keterlibatan dalam perencanaan, karena masyarakat ikut menentukan kegiatan yang akan dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan mereka, serta dapat meminta penyedia program provider untuk menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Pada tingkat ini, masyarakat mempunyai kewenangan penuh dalam menentukan sesuatu decision making prosess dan kewenangan penuh dalam pengelolaan program. Mengutip pendapat Uphoff dan Kohen 1979, mengenai pengukuran kuantitatif partisipasi masyarakat bahwa : 1. Kontribusi pemikiran, yang diberikan oleh ibu balita dan ibu hamil, di forum musyawarah masyarakat desa dalam perencanaan pendirian Poskesdes, sesuai dengan pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh mereka, sehingga dapat Universitas Sumatera Utara mempengaruhi terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, kondisi ini dipengaruhi oleh faktor predisposing dan enabling, melalui saran-saran atau apa yang seorang individu pikir tentang kesehatan pada hakekatnya dapat mempengaruhi kesehatan dan perilaku serta kewenangan dalam menentukan sesuatu decision making prosess. 2. Kontribusi tenaga, yang diberikan oleh ibu balita dan ibu hamil, di forum musyawarah masyarakat desa dalam perencanaan pendirian Poskesdes, menunjukkan adanya kesadaran mereka, berarti makin tinggi partisipasinya karena kelompok sasaran terlibat, sehingga semakin meningkat pemanfaatan terhadap pelayanan kesehatan di Poskesdes, namun bila semakin kecil keterlibatan sasaran semakin kecil pula pemanfaatannya. Kondisi ini dipengaruhi oleh faktor enabling, dengan melibatkan kelompok sasaran sebagai pemungkin. Pengukuran frekuensi tersebut juga perlu memperhatikan keharusan berapa lama semestinya seseorang terlibat dalam kegiatan, baik saat di forum musyawarah masyarakat desa dan kegiatan yang ada di Poskesdes. 3. Kontribusi dana, yang diberikan oleh ibu balita dan ibu hamil, di forum musyawarah masyarakat desa dalam perencanaan pendirian Poskesdes, sangat berpengaruh dengan kondisi kebutuhan dan pemungkin need faktor dan enabling faktor, sehingga sumberdaya layanan kesehatan di Poskesdes tersedia, untuk melengkapi sarana dan prasarana. Kondisi ini bisa diukur menurut sumberdaya keluarga seperti pendapatan, tingkatan pencakupan asuransi kesehatan. Atau sumber lain dari pembayaran pihak ketiga, apakah individunya memiliki Universitas Sumatera Utara sumberdaya perawatan kesehatan berkala atau tidak, maka sifat dari sumberdaya perawatan kesehatan berkala, dan akses kesumberdaya menjadi hal sangat penting untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Poskesdes, namun bila kontribusi dana tidak ada atau kurang, pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat rendah.

2.5.4 Pengukuran Komponen Kontribusi

Pengukuran kontribusi paling sering dilakukan karena sangat mudah. Kontribusi dapat berupa tenaga, kontribusi dana finansial atau material sampai kontribusi pemikiran ide dan saran. Besar kontribusi sebagai indikator derajat partisipasi masyarakat, didasarkan pada besarnya proporsi kontribusi masyarakat dibandingkan seluruh kebutuhan yang wajar untuk berlangsungnya suatu kegiatan. Kontribusi tersebut akan merupakan data kontinu mulai dari kontribusi minimal yang sebagian besar sarana dan prasarana kegiatannya disediakan oleh penyedia program, sampai ketingkat kontribusi maksimal yang sebagian besar kebutuhan kegiatannya diadakan oleh masyarakat. Perlu disadari bahwa kemampuan masyarakat itu terbatas, sehingga tidak semua kebutuhan terutama yang bersifat teknis mampu diadakan oleh masyarakat. Akan tetapi dalam katagori kontribusi maksimal bisa diartikan bahwa dengan kemampuan yang ada, misalnya kemampuan finansial kontribusi dana, masyarakat mampu mengadakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Sebagai contoh, masyarakat membutuhkan tenaga medis untuk mengelola tempat pelayanan kesehatan, mereka tidak perlu menyekolahkan anggotanya untuk menjadi anggota Universitas Sumatera Utara medis, tetapi cukup dengan kemampuan finansial yang ada, mempekerjakan tenaga medis untuk tujuan tersebut Rifkin, 1988. Partisipasi adalah hak dasar yang sah dari umat manusia, untuk turut serta merencanakan saat pelaksanaan musyawarah masyarakat desa, dalam mengendalikan pembangunan fasilitas kesehatan yang menjanjikan sesuai dengan harapan masyarakat. Keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan sangat tergantung pada partisipasi masyarakat yang bersangkutan sehingga mau memanfaatkan hasil pembangunan tersebut Depkes, 2004. Mengutip pendapat Depkes, 2004, pembangunan di bidang kesehatan disini adalah pembangunan Poskesdes, yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat sehingga mau memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan. Dalam tulisan ini, pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dilakukan di Poskesdes meliputi, peningkatan status gizi, promosi kesehatan, perilaku hidup bersih dan sehat serta pelayanan kesehatan dasar

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan landasan teoritis yang telah dipaparkan, maka didapat kerangka konsep penelitian sebagai berikut : Pemanfaatan Poskesdes: - Peningkatan Status Gizi - Promosi Kesehatan - PHBS - Pelayanan Kesehatan Dasar Partisipasi Masyarakat: - Kontribusi Pemikiran - Kontribusi Tenaga - Kontribusi Dana Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan rancangan crosssectional menggunakan metode kuantitatif yaitu untuk melihat pengaruh partisipasi masyarakat terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada di Poskesdes.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 2 desa yaitu Desa Baru dan Desa Namo Bintang kecamatan Pancur Batu. Alasan pemilihan lokasi adalah karena masih ada Poskesdes tidak aktif dan belum pernah dilakukan penelitian yang sama. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2010.

3.3 Populasi dan Sampel

Yang mempunyai balita, kader, dan tokoh masyarakat kepala dusun, kepala desa, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda yang ada di kedua desa tersebut. Besar sampel sample size dihitung berdasarkan rumus Taro Yamane yang dikutip Ridwan 2008 sebagai berikut: 1 . 2 + = d N N n Dimana: n = besar sampel Universitas Sumatera Utara