Dimensi Kuantitatif Partisipasi Masyarakat

Menurut Vuori,1984, keluasan keterlibatan masyarakat dalam program kesehatan berarti semakin banyak jenis pekerjaan atau aktifitas yang dikerjakan oleh orang setempat makin tinggi keterlibatan masyarakat dalam program tersebut.

2.5.3 Dimensi Kuantitatif Partisipasi Masyarakat

Dari tinjauan pustaka yang telah diketengahkan tersebut, tampak bahwa pengukuran komponen kuantitatif ditunjukkan oleh luas keterlibatan the extent of involvment yang mengukur besarnya kegiatan yang dikerjakan oleh masyarakat atau anggota masyarakat. Pengukuran tersebut lebih bersifat kuantitatif, karena diukur dari jumlah dan jenis kegiatan yang dilakukan dengan kata lain, pengukuran itu mengukur overt komponent dari pelaku. Menurut Uphoff dan Kohen 1979, pengukuran kuantitatif partisipasi masyarakat ditunjukkan oleh dimensi what dan how dalam partisipasi masyarakat. Dimensi tersebut dapat di ukur dari komponen-komponen berikut; 1. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh anggota masyarakat. Makin banyak jenis kegiatan yang di lakukan oleh anggota masyarakat, pada tiap tahapan program makin tinggi derajat partisipasinya dan semakin sadar untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan program. 2. Frekuensi keterlibatan masyarakat atau anggota masyarakat dalam kegiatan. Makin tinggi frekuensi anggota masyarakat terlibat dalam kegiatan, misalnya seringnya ia hadir dalam tiap pertemuan yang di adakan untuk membahas program, atau makin sering seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan Universitas Sumatera Utara yang ada berarti makin tinggi frekuensi keterlibatan individu tersebut dalam program. Pengukuran frekuensi tersebut juga perlu memperhatikan keharusan berapa lama semestinya seseorang terlibat dalam kegiatan. 3. Besar kontribusi, baik berupa tenaga, finansial dan material serta pemikiran yang disumbangkan berarti makin tinggi konribusi anggota masyarakat tersebut dalam kegiatan. 4. Besar pemanfaatan oleh masyarakat sasaran. Makin banyak jenis pelayanan yang tersedia yang dimanfaatkan oleh kelompok sasaran berarti makin tinggi partisipasi masyarakat dari segi pemanfaatan hasil program. Tingkat paling tinggi keterlibatan masyarakat adalah keterlibatan dalam perencanaan, karena masyarakat ikut menentukan kegiatan yang akan dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan mereka, serta dapat meminta penyedia program provider untuk menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Pada tingkat ini, masyarakat mempunyai kewenangan penuh dalam menentukan sesuatu decision making prosess dan kewenangan penuh dalam pengelolaan program. Mengutip pendapat Uphoff dan Kohen 1979, mengenai pengukuran kuantitatif partisipasi masyarakat bahwa : 1. Kontribusi pemikiran, yang diberikan oleh ibu balita dan ibu hamil, di forum musyawarah masyarakat desa dalam perencanaan pendirian Poskesdes, sesuai dengan pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh mereka, sehingga dapat Universitas Sumatera Utara mempengaruhi terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, kondisi ini dipengaruhi oleh faktor predisposing dan enabling, melalui saran-saran atau apa yang seorang individu pikir tentang kesehatan pada hakekatnya dapat mempengaruhi kesehatan dan perilaku serta kewenangan dalam menentukan sesuatu decision making prosess. 2. Kontribusi tenaga, yang diberikan oleh ibu balita dan ibu hamil, di forum musyawarah masyarakat desa dalam perencanaan pendirian Poskesdes, menunjukkan adanya kesadaran mereka, berarti makin tinggi partisipasinya karena kelompok sasaran terlibat, sehingga semakin meningkat pemanfaatan terhadap pelayanan kesehatan di Poskesdes, namun bila semakin kecil keterlibatan sasaran semakin kecil pula pemanfaatannya. Kondisi ini dipengaruhi oleh faktor enabling, dengan melibatkan kelompok sasaran sebagai pemungkin. Pengukuran frekuensi tersebut juga perlu memperhatikan keharusan berapa lama semestinya seseorang terlibat dalam kegiatan, baik saat di forum musyawarah masyarakat desa dan kegiatan yang ada di Poskesdes. 3. Kontribusi dana, yang diberikan oleh ibu balita dan ibu hamil, di forum musyawarah masyarakat desa dalam perencanaan pendirian Poskesdes, sangat berpengaruh dengan kondisi kebutuhan dan pemungkin need faktor dan enabling faktor, sehingga sumberdaya layanan kesehatan di Poskesdes tersedia, untuk melengkapi sarana dan prasarana. Kondisi ini bisa diukur menurut sumberdaya keluarga seperti pendapatan, tingkatan pencakupan asuransi kesehatan. Atau sumber lain dari pembayaran pihak ketiga, apakah individunya memiliki Universitas Sumatera Utara sumberdaya perawatan kesehatan berkala atau tidak, maka sifat dari sumberdaya perawatan kesehatan berkala, dan akses kesumberdaya menjadi hal sangat penting untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Poskesdes, namun bila kontribusi dana tidak ada atau kurang, pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat rendah.

2.5.4 Pengukuran Komponen Kontribusi