Pendidikan dan Keluarga dalam Perspektif Teori Fungsionalisme

b Sistem sosial terdapat struktur peran sesuai dengan status sosial role expextation. c Sistem kepribadian, individu memiliki keperluan yang lahir atau dibentuk pada saat berlangsungnya proses sosialisasi. Hirarki pengawasan setiap subsistem diatas yakni kebudayaan mengontrol masyarakat, masyarakat mengontrol individu, dan arus berlainan melihat arah individu melakukan sesuatu dalam rangka mewujudkan dan mempertahankan norma sosial dan nilai kultural masyarakatnya. Pendidikan menurut Parson dapat disimpulkan merupakan proses sosialisasi yang dalam diri individu-individu memungkinkan berkembangnya rasa tanggung jawab dan kecakapan- kecakapan comitment dan capacities yang semuanya diperlukan dalam melaksanakan peran sosial. Kecakapan yang harus dimiliki yakni teknis, sosial dan tanggung jawab mengenai terselenggaranya masyarakat yang bernilai budaya sesuai dengan pegangan masyarakatnya.

5.7 Pendidikan dan Keluarga dalam Perspektif Teori Fungsionalisme

Dalam suatu sistem sosial, termasuk keluarga, setiap individu memiliki status dan peranan. Status dan peranan individu merupakan unsur-unsur baku dalam sistem lapisan dan mempunyai peranan yang penting dalam hubungan timbal balik antara individu-individu tersebut, karena langgengnya suatu sistem tergantung pada keseimbangan kepentingan- kepentingan individu tersebut. Secara abstrak, status atau kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu. Dengan demikian, seseorang dikatakan mempunyai beberapa status, oleh karena seseorang tersebut biasanya ikut serta dalam berbagai pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukkan tempatnya sehubungan dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh. Kedudukan salah satu informan seperti Dina Sitanggang sebagai warga masyarakat merupakan kombinasi dari segenap kedudukannya sebagai pemulung, tetangga, istri dari Bapak Thomson Panjaitan, ibu dari anak- anaknya, dan seterusnya. Status tersebut merupakan kumpulan hak-hak dan kewajiban yang menyertainya Soekanto, 2002. Sedangkan peranan merupakan aspek dinamis dari status. Apabila seseorang menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalani suatu peranan. Kedudukan dan peranan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana halnya kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dart pola-pola pergaulan hidupnya. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatankesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain Soekanto, 2002. Dalam keluarga memiliki peranan mengayomi, afeksi, ekonomi, agama maupun pendidikan. Fungsionalisme sering menggunakan konsep sistem ketika membahas struktur atau lembaga sosial. Sistem ialah organisasi dari keseluruhan bagian-bagian yang saling tergantung. Ilustrasinya bisa dilihat dari sistem sosial yang mengartikan bahwa fungionalisme terdiri dari bagian yang sesuai, rapi, teratur, dan saling bergantung. Seperti layaknya sebuah sistem, maka struktur yang terdapat di masyarakat akan memiliki kemungkinan untuk selalu dapat berubah. Karena sistem cenderung ke arah keseimbangan maka perubahan tersebut selalu merupakan proses yang terjadi secara perlahan hingga mencapai posisi yang seimbang dan hal itu akan terus berjalan seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Penerapan teori fungsionalisme dalam konteks keluarga terlihat dari struktur dan aturan yang ditetapkan. Dinyatakan oleh Chapman 2000 dalam Puspitawati 2006 bahwa keluarga adalah unit universal yang memiliki peraturan, seperti peraturan untuk anak-anak agar dapat belajar untuk mandiri. Tanpa aturan atau fungsi yang dijalan oleh unit keluarga, maka unit keluarga tersebut tidak memlliki arti meaning yang dapat menghasilkan suatu kebahagiaan. Bahkan dengan tidak adanya peraturan maka akan tumbuh atau terbentuk suatu generasi penerus yang tidak mempunyai kreasi yang lebih baik dan akan mempunyai masalah emosional serta hidup tanpa arah. Pernyataan diatas didukung dengan penuturan salah satu informan yang menetapkan peraturan terhadap anak. Kalau di rumah dek, kita ada bikin peraturan gak bisa pulang diatas jam 7 malam. Kan si Talu kadang suka bantu ibu nyari pulungan, cuman ibu ngelarang juga jangan sampai kemalaman, kan dia perlu istirahat, ngerjain tugas dari sekolahnya juga.Salve Pendapat senada juga diungkapkan oleh salah satu informan yang memberikan hukuman apabila si anak tidak mentaati peraturan yang telah diberlakukan. Di rumah saya udah bagi tugas sama anak-anak, yang kerja bersihin rumah, ada yang masak yah gitu-gitulah. Kalau anak-anak saya larang itu keluar diatas jam 6 sore. Mau ngapain keluar malam-malam. Kalau melawan, yah saya hukum, kadang dipukul, tapi sekedar aja biar jera. Kadang gak dikasi uang jajan, gitu- gitu ajanya. Dina Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar sesuai dengan norma-norma atau aturan di dalam masyarakat. Setiap orang dewasa di dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidik merupakan suatu perbuatan sosial yang mendasar untuk petumbuhan atau perkembangan anak didik menjadi manusia yang mampu berpikir dewasa dan bijak. Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Menurut Hasbullah 1997, dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak dirumah; fungsi keluargaorang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah. Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, sehingga orang tua harus memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai dengan harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan