membutuhan uang yang tidak sedikit, sehingga keluarga ini bekerja hingga malam hari untuk mencari pulungan.
Bagi keluarga ini, pendidikan formal merupakan syarat yang diberikan pemerintah, agar anak-anak mereka bisa bersaing di dunia kerja nantinya. Maka Ibu RG dan Pak MP ini berusaha
untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak mereka minimal tamat SMA, agar kelak anak mereka mampu bekerja di sebuah lapangan pekerjaan yang layak, sehingga kehidupan anak-anak
mereka dapat lebih baik lagi. Mudahnya mereka mendapatkan informasi mengenai perkembangan pendidikan karena lokasi tempat tinggal mereka yang sangat ramai dengan media
massa, semakin menambah semangat keluarga ini untuk meningkatkan pendidikan anak-anak mereka agar dapat merasakan kemudahan ketika mencari pekerjaan.
4.4.3 Informan Ketiga Warga daerah Pinang Baris yang hanya ditekuni oleh salah satu anggota keluarga
Nama: Salve Gea Nama Suami: P Halawa
Usia: 41 tahun Jenis Kelamin: Perempuan
Jumlah anak: 3 orang Pendidikan Terakhir: SMP
Suku: Nias Agama: Kristen
Lamanya menekuni pekerjaannya: 2 tahun Ibu SG ini merupakan masyarakat migran yang sudah tinggal di Kota Medan selama
kurang lebih 5 tahun. Pekerjaan suaminya sebagai tukang pangkas rambut, diharapkan mampu menambah pendapatan keluarga ini. Alasan keluarga ini melakukan migrasi ke Kota Medan
karena mereka sudah tidak memiliki keluarga lagi di daerah asal mereka. Ibu SG ini memiliki 3 orang anak yang mana ketiganya sudah mengenyam pendidikan. Anak pertama mereka sudah
duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar, anak kedua duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar dan anak yang ketiga duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar. Ketiga anak mereka bersekolah di SD
negeri, yang mana tidak menghabiskan banyak biaya. Anak pertama dari Ibu SG ini memiliki kerja sampingan setelah pulang sekolah, yakni sebagai tukang cuci piring pada seorang penjual
bakso. Gaji yang didapatkan setiap harinya berkisar Rp2000,- sehingga dapat menjadi uang jajannya setiap hari.
Pendidikan formal bagi keluarga ini merupakan suatu keharusan yang wajib dilaksanakan terhadap anak-anak mereka. Alasannya, menurut keluarga ini pemerintah memiliki program
wajib belajar 9 tahun demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan masyarakat dari kalangan manapun harus juga wajib menjalankannya agar Negara ini tidak tertinggal dari Negara
berkembang lainnya. Kemudahan mendapatkan media massa dijalanan memudahkan mereka untuk memahami program-program pemerintah yang memang berpengaruh terhadap semua
masyarakat. Bagi keluarga ini, pendidikan anak merupakan kebutuhan yang patut diperhitungkan.
Walaupun tidak harus bersekolah di sekolah yang bagus ataupun mahal, namun dengan mnyekolahkan di sekolah negeri saja sudah sangat membantu pemenuhan kebutuhan pendidikan
anak-anak mereka. Ibu SG yang berharap anaknya dapat mengenyam pendidikan dengan baik, bahkan mencari pulungan sampai malam hari. Bagi ibu ini, pekerjaan pemulung merupakan
pekerjaan yang mudah, tidak mengganggu masyarakat bahkan dapat membantu mewujudkan kebersihan di daerah yang mereka jalani.
Pekerjaan pemulung yang tidak harus memiliki keahlian, menjadi alasan utama Ibu SG ini memilih pekerjaan ini. Walaupun sumber ekonomi yang didapatkan dari pekerjaan memulung
sangat kecil, namun bagi keluarga ini mencari pulungan menjadi pekerjaan yang membuat mereka semakin menikmati pekerjaan mereka ini. Semakin mereka mendapatkan banyak
pulungan, maka mereka pun semakin penasaran dan semakin ini mencari yang lebih banyak lagi.
4.4.4 Informan Keempat Warga daerah Pinang Baris yang hanya ditekuni oleh salah satu anggota keluarga
Nama: Nuryati Nama Suami: Rudi
Usia: 34 tahun Jenis Kelamin: Perempuan
Jumlah anak: 2 orang Pendidikan Terakhir: SMP
Suku: Jawa Agama: Islam
Lamanya menekuni pekerjaannya: 1 tahun Ibu N ini merupakan salah satu pemulung yang belum lama bekerja dalam bidang ini. Ibu
ini merupakan masyarakat migran yang mana asalnya dari Tanah Jawa Siantar. Bapak R yang bekerja sebagai tukang angkut sampah di berbagai daerah, hanya dapat menghasilkan uang
sebesar Rp500.000,- per bulan. Keluarga ini yang memiliki 2 anak, yang mana anak pertama duduk di kelas 5 sekolah dasar dan anak yang paling kecil masih sekolah di kelas 2 sekolah
dasar. Ibu ini memilih bekerja sebagai pemulung, karena mudahnya untuk mencari pulungan di sekitar tempat tinggal mereka. Suami Ibu N yang bekerja sebagai tukang angkut sampah,
semakin membantu untuk menambah pulungan yang dikumpulkan oleh Ibu N.
Jika saat mengangkut sampah, Bapak R akan memilih-milih sampah yang bisa dijual kembali dan diberikan kepada Ibu N. Dalam kehidupan mereka sehari-hari, aktivitas mencari
pulungan menjadi pekerjaan yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarga tersebut. Kedua anak dari Ibu N dan Bapak R ini setiap harinya membantu orangtua mereka untuk mencari pulungan.
Bagi kedua anak ini, mencari pulungan menjadi suatu pekerjaan yang mudah karena sampah yang begitu banyak dimana-mana, serta pekerjaan ini yang hanya membutuhkan fisik yang kuat
untuk mampu berjalan jauh. Tidak jarang kedua anak ini bolos sekolah untuk membantu Ibu N ketika mencari
pulungan. Bukan karena terpaksa, namun kedua anak ini malah menganggap bahwa mencari pulungan merupakan permainan yang pada akhirnya dapat menghasilkan uang bagi mereka.
Ketika anaknya memilih untuk ikut mencari pulungan sehingga harus bolos sekolah, Ibu N sangat menyayangkan hal tersebut. Namun karena kedua anak mereka masih duduk di sekolah
dasar, sehingga Ibu N dan suami tidak begitu khawatir jika anak mereka akan ketinggalan pelajaran di sekolah, karena menurut mereka, pendidikan sekolah dasar hanya membantu si anak
untuk mampu menulis dan membaca. Namun nantinya, jika kedua anak tersebut sudah menginjak pendidikan yang lebih tinggi lagi, Ibu N tidak lagi mengajak anaknya untuk mencari
pulungan pada saat jam belajar, namun Ibu ini berharap anaknya dapat lebih fokus pada pelajaran yang akan semakin sulit.
Bagi Ibu N dan Bapak R, pendidikan formal merupakan suatu program pemerintah yang harus dilaksanakan, namun terkadang tidak sesuai dengan pendapatan yang dimiliki. Menurut
Ibu N dan suami, biaya pendidikan yang mahal seharusnya dapat ditanggulangi oleh pemerintah sehingga si anak dapat bersekolah tanpa harus putus di tengah jalan. Biaya kehidupan sehari-hari
yang membutuhkan banyak uang, terkadang menyulitkan keluarga ini untuk mampu memenuhi kebutuhan pendidikan anak mereka.
Pendidikan formal yang mengeluarkan ijazah, menjadi suatu bekal bagi si anak untuk mampu mencari pekerjaan, maka alasan inilah yang menyebabkan Ibu N dan Bapak R
menyekolahkan anaknya. Pentingnya ijazah untuk mencari pekerjaan karena tingkat persaingan yang semakin tinggi, menyebabkan orang berlomba-lomba memenuhi kebutuhan pendidikan
anaknya. Namun karena kebutuhan tidak sejajar dengan pendapatan, maka Ibu N harus merelakan jam belajar anaknya demi untuk membantunya bekerja.
Kemudahan untuk mendapatkan informasi tentang pendidikan yang sangat mudah, menurut keluarga ini semakin menambah tanggungjawab mereka untuk mampu memenuhi
kebutuhan pendidikan anaknya. Menurut Ibu N dan suami, pemenuhan kebutuhan pendidikan yang dianjurkan oleh pemerintah merupakan suatu program yang tepat bagi seluruh masyarakat
Indonesia, namun mengenai biaya pendidikan yang terkadang tidak sesuai dengan pendapatan dari masyarakat kalangan bawah, menyebabkan kegagalan program tersebut, sehingga masih saja
ada anak yang tidak bersekolah.
Menurut Bapak R, ijazah yang didapatkan anak dari pendidikan formal jauh lebih berharga dan lebih dapat diterima oleh masyarakat luas, dibanding jika si anak memiliki keahlian
diluar pendidikan formal. Meskipun anak yang memiliki ijazah tidak mempunyai keahlian dalam suatu bidang pekerjaan, namun dia dapat menjadikan ijazahnya sebagai bekal untuk bekerja.
Berbeda dengan anak yang memiliki keahlian dalam suatu pekerjaan, belum tentu dia dapat bekerja di bidang yang sudah menjadi keahliannya apabila tidak ada ijazah yang mendukung.
Hal inilah yang menyebabkan pentingnya pendidikan formal bagi anak menurut keluarga ini.
4.4.5 Informan Kelima Warga daerah Pinang Baris yang keduanya bekerja sebagai pemulung