Persepsi Keluarga Sebagai Agen Sosialisasi Pendidikan bagi Anak

ijazah sekolah dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak perlu dihubungkan dengan kemampuan murid yang telah diperbaiki untuk melakukan pekerjaan produktif, bahwa pendidikan yang hampir seluruhnya berfungsi sebagai alat investasi saja yang nantinya belum tahu akan digunakan kemana jika tidak memiliki suatu kemampuan lain Todaro, 1978: 435. Maka bagi pemulung, pendidikan formal menjadi salah satu sasaran yang ingin mereka capai demi mampu bersaing serta mampu menerima proses modernisasi di daerah perkotaan. Meskipun tidak mengetahui bagaimana substensi pendidikan di masa depan bagi kehidupan mereka, namun setidaknya dengan mendapatkan pendidikan formal, mampu menaikkan prestise mereka dalam lingkungan perkotaan. Melihat jenis pekerjaan pemulung yang berada di sector informal, dikarenakan kemampuan yang tidak memadai untuk bekerja di pabrik ataupun perkantoran, maka pendidikan menjadi wadah untuk mampu menerima pengaruh modernisasi yang mana diperlukannya fungsi lembaga keluarga untuk menghasilkan usaha yang maksimal dari lembaga pendidikan dan keluarga, sehingga fungsi pokok yang dirumuskan oleh Parsons, mencapai keseimbangan.

2.5 Persepsi Keluarga Sebagai Agen Sosialisasi Pendidikan bagi Anak

Persepsi merupakan pemahaman akan sesuatu hal yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, sehingga mampu membentuk pola pikir seseorang terhadap hal tersebut. Sosialisasi adalah proses mengembangkan kebiasaan, nilai-nilai, perilaku dan motif untuk dapat menjadi anggota masyarakat. Proses tersebut bermula dari keluarga sebagai tempat anak melakukan kontak pertama dan berkembang terus selama kehidupan anak. Pengertian ini juga mencakup mengenai proses transaksi dengan orang lain dalam lingkungan sekolah, maupun dengan teman sebayanya. Sosialisasi bergantung pada proses internalisasi standar-standar sosial yang berlaku dalam kelompok. Anak-anak menerima standar sosial tersebut atau tidak tergantung pada rasa aman yang dirasakan oleh anak tersebut di dalam kelompoknya. Persepsi keluarga terhadap pendidikan sangat dipengaruh oleh mediator yang memperkenalkan peran penting dari pendidikan itu sendiri. Keluarga sebagai agen sosialisasi pertama dalam proses perkembangan si anak, sangat berpengaruh penting dalam memperkenalkan pendidikan. Sebelum memperkenalkan, maka keluarga harus memiliki pemahaman akan dasar-dasar pendidikan serta kepentingannya di masa mendatang. Fasilitas yang mendukung, akan semakin meningkatkan keingintahuan si anak dalam mencapai pendidikan yang lebih baik. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik orangtua, sanak keluarga, orang dewasa lainnya atau teman sebayanya. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang. Agen sosialisasi adalah kelompok- kelompok dimana suatu individu mendapatkan proses belajar sosialisasi. Agen-agen sosialisasi tersebut adalah: 1 Keluarga, 2 Teman sebaya, 3 Sekolah, dan 4 Media. Setiap agen sosialisasi memiliki bentuk dan nilai yang berbeda bagi proses sosialisasi anak. Keluarga merupakan agen sosialisasi anak yang paling awal, dimana keluarga merupakan tempat pertama anak melakukan hubungan sosial. Anak akan membawa ingatan mengenai hubungan keluarganya dalam melakukan kontak sosial dengan sahabat, guru, tetangga dan lainnya Hetherington dan Parke, 1999. Wahini 2002 mengemukakan bahwa keluarga merupakan tempat pertama dan utama terjadinya sosialisasi pada anak. Pengaruh paling besar selama perkembangan anak pada lima tahun pertama kehidupannya terjadi dalam keluarga. Orangtua, khususnya ibu mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak, walaupun kualitas kodrati dan kemauan anak akan ikut menentukan proses perkembangannya. Kepribadian orangtua sangat besar pengaruhnya pada pembentukan pribadi anak. Anggota keluarga yang pertama yang paling berpengaruh dalam proses sosialisasi adalah orangtua. Bentuk pengasuhan, sikap orangtua terhadap anak semuanya dapat mempengaruhi proses sosialisasi anak kedepannya Hethrington Parke, 1999. Pentingnya pendidikan bagi anak, merupakan peran orangtua dalam mensosialisasikannya. Keluarga sebagai pusat pendidikan yang pertama dan memiliki banyak kesempatan merupakan wadah yang cukup strategis untuk terus membina dan menanamkan nilai- nilai tata pergaulan yang sudah dianggap baik dan sudah dilakukan. Sedangkan sekolah merupakan kebutuhan setiap orang. Oleh karenanya investasi masyarakat semakin banyak ditanam di sekolah. Dalam hubungan ini, Dimyati Mahmud dalam Jarkasi, 1996:7 menambahkan bahwa meraih dua tujuan yaitu: 1. Tujuan-tujuan yang menitik beratkan pada aspek individual, yakni mengembangkan anak didik secara optimal agar kelak menjadi pribadi yang bebas dan pandai dalam memikirkan serta merencanakan masa depan yang lebih baik. 2. Tujuan yang lebih menekankan pada aspek sosial, yakni memindahkan warisan- warisan budaya yang penting untuk kebaikan dan kesejahteraan hidup serta kehidupan bersama. Pendidikan merupakan sarana yang strategis untuk meningkatkan kualitas manusia. Artinya, melalui pendidikan kualitas manusia dapat ditingkatkan. Dengan kualitas yang meningkat, maka produktivitas individual pun akan semakin meningkat. Keluarga juga merupakan media pertama yang memancarkan budaya kepada anak- anak sebab keluarga adalah dunia yang pertama kali menyentuh kehidupan anak- anak. Maka untuk keberhasilan anak, dibutuhkan sosialisasi keluarga yang baik. Demi meningkatkan kualitas hidup, maka keluaraga seharusnya mampu menerapkan pentingnya pendidikan formal bagi anak yang mampu meningkatkan kualitas individualnya sehingga menunjang produktivitas individual si anak ke depannya. Maka dalam kajian penelitian ini, keluarga pemulung merupakan agen sosialisasi yang sangat mempengaruhi peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal. Namun jika ingin melakukan sosialisasi, maka sangat dibutuhkan pemahaman akan pentingnya pendidikan formal oleh orangtua demi menunjang keberhasilan sosialisasi yang akan dilakukan. BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian