penelitian dan dengan adanya informan, maka membantu penggambaran masalah di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, profil informan disajikan dengan menggunakan inisial demi
menjaga identitas si pemberi informasi atau informan.
4.4.1 Informan Pertama Warga daerah Pinang Baris yang keduanya bekerja sebagai pemulung
Nama: Dina Sitanggang Nama Suami: Thomson Panjaitan
Usia: 38 tahun Jenis Kelamin: Perempuan
Jumlah anak: 4 orang Pendidikan Terakhir: SMP
Suku: Batak Toba Agama: Kristen
Lamanya menekuni pekerjaannya: 3 tahun Ibu DS merupakan salah satu pemulung yang mencari pulungan dekat dengan tempat
tinggalnya yakni di daerah Pinang Baris. Memiliki empat orang anak yang terdiri dari satu laki- laki dan tiga perempuan. Anak pertamanya adalah perempuan dan sedang duduk di bangku
Sekolah Menengah Pertama SMP kelas tiga, sedangkan anak kedua yang merupakan laki-laki, duduk di bangku sekolah dasar SD kelas 6, anak ketiga masih kelas 4 SD dan anak yang paling
kecil masih berumur 4 tahun. Suami dari ibu DS ini memiliki pekerjaan yang sama dengannya yakni sebagai pemulung.
Pekerjaan pemulung yang mereka tekuni selama 3 tahun, merupakan pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan mereka dikarenakan oleh pendidikan keduanya hanya tamat SMP.
Keluarga ini merupakan salah satu keluarga migran yang berasal dari daerah Sidikalang, alasan
mereka melakukan migrasi ke kota Medan, karena adanya masalah keluarga, sehingga menyebabkan tanah mereka di daerah Sidikalang tersita. Ketiga anak mereka yang sedang
bersekolah, hanya mampu mereka sekolahkan di sekolah inpres yang terbilang murah. Menurut mereka, sudah bisa menyekolahkan anak saja, itu sudah cukup tanpa harus memandang kualitas
sekolah anak mereka. Keinginan Ibu DS dan Pak TP ini terhadap anak mereka yang bersekolah adalah agar si
anak mampu membaca dan menghitung, sehingga jika sudah mampu bekerja, tidak akan ditipu oleh orang lain. Bagi keluarga ini, bisa menyelesaikan sekolah di tingkat SMA saja, sudah sangat
patut disyukuri, karena kemampuan ekonomi mereka yang lemah.Mereka berharap agar anak- anak mereka kelak tidak menjadi pemulung seperti mereka, namun dapat menjadi manusia yang
lebih berguna lagi. Perkembangan pendidikan yang semakin menimbulkan persaingan, dapat mereka ketahui
melalui televisi dan koran. Namun untuk dapat mengikuti perkembangan pendidikan tersebut terhadap anak-anaknya, Ibu DS dan Pak TP tidak menjadikan hal tersebut sebagai prioritas
dalam kebutuhan keluarga mereka. Pendidikan formal yang mereka pahami, hanyalah suatu program pemerintah yang ingin mengurangi tingkat melek huruf bagi masyarakat Indonesia.
Dengan penghasilan setiap hari yang rata-rata hanya Rp30.000,- untuk mencukupi kebutuhan pangan saja mereka sudah sangat bersyukur. Namun dengan adanya program Pemerintah yang
memberikan wajib belajar 9 tahun dengan biaya yang murah di sekolah-sekolah tertentu, maka Ibu DS dan Pak TP ini mempermudah keluarga ini dalam memenuhi kebutuhan pendidikan
anak-anak mereka.
Terkadang untuk memenuhi kebutuhan mereka, Pak TP memiliki kerja sampingan sebagai tukang becak. Namun dia tidak ingin menjadikan pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan
utamanya karena biaya sewa becak yang mahal menurutnya, tidak sebanding dengan jumlah penumpang yang kebanyakan sudah memiliki langganan tukang becak. Karena sulitnya mencari
pekerjaan yang mampu menjamin masa depan mereka, sering sekali anak-anak mereka mengorbankan waktu belajar mereka untuk membantu orangtua mereka mencari pulungan.
4.4.2 Informan Kedua Warga daerah Pinang Baris yang hanya ditekuni oleh salah satu anggota keluarga