Profil SMK PUSTEK Deskripsi SMK PUSTEK

Selain merancang tujuan pembelajaran, guru juga menggunakan skema kompetensi dasar dalam menyiapkan rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. Pada umumnya, RPP dibuat pada waktu awal tahun ajaran baru dan juga mengikuti perubahan kurikulum. Seharusya rencana pengajaran dibuat setiap pergantian topik materi pelajaran atau kompetensi dasar agar guru bisa memperbaharui metode mengajar yang sesuai dengan pengalaman belajar siswa sehingga metode atau cara pembelajaran tidak selalu sama dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari tabel 4.11 yang hanya mendapatkan skor dari responden yaitu 2,3 artinya cukup efektif. Hal ini perlu diperhatikan oleh para guru agar dapat memaksimalkan dalam menyiapkan rencana pengajaran. Apabila guru memiliki kesiapan yang baik pasti akan menghasilkan pendidikan yang efektif. Tabel 4.11 Guru Menggunakan Skema Kompetensi Dasar dalam Menyiapkan Rencana Pengajaran. No Responden Skor Total 1. Kepala sekolah 3 2. Pengawas 2 3. Yayasan 2 Total 7 Ringkasan skor Divide total by 3 = 2,3 2,3 Para guru membuat rencana pengajaran untuk satu tahun ke depan dalam bentuk RPP. Kegiatan ini yang lebih banyak dilakukan guru pada umumnya. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwasannya guru membuat RPP setiap awal tahun ajaran baru dan disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.12 dengan skor dari responden yaitu 3 yang artinya efektif. Tabel 4.12 Guru Membuat Rencana Pengajaran Untuk Minimal Satu Tahun ke Depan. No Responden Skor Total 1. Kepala sekolah 4 2. Pengawas 2 3. Yayasan 3 Total 9 Ringkasan skor Divide total by 3 = 3 3 Sebagian besar guru telah membuat rencana pengajaran agar dalam pembelajaran aktivitas kelas menjadi hidup, karena menurut para guru pembelajaran bukan saja berfokus pada guru namun pembelajaran yang efektif harus melibatkan seluruh siswa sehingga terlihat sejauh mana peserta didik telah mengikuti dan mengerti dengan materi pembelajaran yang diberikan. Selain itu, bertujuan untuk mempertajam ingatan mereka sehingga tidak mudah lupa dengan materi yang sudah diajarkan. Para guru juga melakukan perubahan desain kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa agar siswa lebih aktif dalam belajar. Hal tersebut tergantung dari kesiapan guru, biasanya lebih sering dilakukan oleh guru mata pelajaran produktif. Dapat dilihat dari tabel 4.13 di bawah ini. Tabel 4.13 Guru Terbiasa Melakukan Perubahan Desain Kurikulum yang Sesuai dengan Kebutuhan Belajar Siswa No Responden Skor Total 1. Kepala sekolah 4 2. Pengawas 3 3. Yayasan 1 Total 8 Ringkasan skor Divide total by 3 = 2,6 2,6 Pada tabel di atas skor dari responden menunjukkan angka yang kurang maksimal. Menurut responden, untuk mendesain kurikulum belum begitu diterapkan karena perubahan kurikulum yang sering terjadi sehingga membuat guru bingung untuk mempelajarinya dengan cepat. Hal ini juga tergantung dari kesiapan para guru. Sebagai kepala sekolah yang berfungsi sebagai inovator, kepala sekolah harus mampu mengajak dan memotivasi seluruh guru untuk terus belajar. Komunikasi, kolaborasi, kreatifitas, dan inisiatif dari semua pihak sekolah harus menjadi suatu proses pembiasaan.

d. Menyelenggarakan Pembelajaran yang Mendidik

Diantara guru mengatakan bahwa waktu pembelajaran digunakan untuk men-transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik secara maksimal.Kemudian,yang pertama kali dilihat adalah performa guru, apabila performa guru tidak meyakinkan maka peserta didik akan menganggap remeh atau tidak memiliki kepercayaan kepada guru. 69 Pada saat proses penelitian, peneliti menemukan bahwa masih ada sebagian guru yang memang mengajar itu hanya berfokus pada men- transfer ilmu, karena menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik jauh lebih sulit daripada memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Peneliti berpendapat bahwa apabila peserta didik sudah tidak memiliki kepercayaan kepada guru apalagi sudah menganggap remeh, ini artinya guru tidak mampu memberikan pembelajaran yang mendidik kepada mereka.Implikasi dari sebuah pembelajaran adalah bagaimana sikap atau kemampuan nonkognitif siswa menjadi lebih baik dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.Apalagi dengan pembelajaran yang seimbang antara teori dan praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik tidak jauh dengan dunia nyata sehingga mereka tidak anti realistis. Selain itu, peserta didik memiliki 69 Guru Agama, Wawancara Kompetensi Guru, Tangerang: SMK PUSTEK Serpong, 2014. minat hidup yang cukup tinggi, memiliki kesiapan untuk bekerja dan memiliki toleransi, menghormati serta memiliki kepedulian terhadap sesama manusia. Dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, peneliti memasukkan data pada tabel 4.14 dengan indikator : sikap dan motivasi guru. Dengan sikap dan motivasinya dapat digunakan sebagai pedoman guru dalam kegiatan belajar-mengajar. Tabel 4.14 Sikap dan Motivasi Guru No Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat efektif 1 6 31 45 19 2 4 35 48 14 3 11 20 35 35 4 10 19 38 24 5 5 26 44 26 6 5 23 27 46 7 10 35 46 10 8 12 46 29 14 9 14 23 34 30 Total 77 x 1 = 77 258 x 2= 516 346 x 3= 1.038 228 x 4= 912 Total keseluruhan = 77 + 516 + 1.038 + 912 = 2,8 cukup efektif 909 Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengatakan sikap dan motivasi guru cukup efektif. Hal tersebut perlu ditingkatkan karena menurut para guru, SDM guru yang berkompeten akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas sehingga peserta didik bisa diserap oleh dunia usaha dan mampu bersaing dengan sekolah yang lain.

e. Memanfaatkan Teknologi Pembelajaran

Dari hasil wawancara, guru SMK PUSTEK memanfaatkan teknologi dalam proses KBM. Menurut mereka, teknologi merupakan sebuah kebutuhan dan sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran karena fungsinya untuk membantu proses penyampaian materi pelajaran serta mempermudah peserta didik untuk mengingat apa yang telah dipelajari. Media yang digunakan guru dalam kegiatan belajar-mengajar adalah 1. Komputer, digunakan sebagai media pembelajaran. Hal ini dikarenakan SMK PUSTEK memang berpusat pada teknologi agar peserta didik tidak gaptek gagap teknologi, dan guru memanfaatkannya untuk menambah wawasan atau ilmu pengetahuan misalnya mencari sumber belajar dengan menggunakan google, dll. 2. Proyektor, digunakan sebagai alat bantu untuk mempermudah guru menyampaikan materi pelajaran sehingga peserta didik mudah memahami apa yang disampaikan. Namun ada beberapa kelas yang belum dilengkapi proyektor. 3. Telepon genggam, digunakan untuk searching ketika guru memberikan tugas mencari materi pelajaran yang sedang dipelajari. 4. Lingkungan sekolah dan lain-lain.

f. Memfasilitasi

Pengembangan Potensi Siswa untuk Mengaktualisasikan Berbagai Potensi yang Dimiliki Dalam pengembangan potensi siswa, guru memiliki cara tersendiri untuk mengaktualisasikannya. Cara tersebut antara lain dengan memotivasi siswa agar banyak membaca buku, menonton youtubemisalnya tentang perakitan komputer, pendekatan individu, memberikan tugas, tes lisan, serta meminta siswa untuk praktek di lapangan. 70 70 Guru PUSTEK, Wawancara Kompetensi Guru, Tangerang: SMK PUSTEK Serpong, 2014. Sedangkan dalam memfasilitasi siswa, cara yang digunakan guru adalah dengan memberikan tugas. Hal itu merupakan cara yang baik tetapi apabila terlalu sering memberikan tugas kepada peserta didik tanpa mencari tahu apakah ada pekerjaan rumah PR yang telah diberikan oleh guru yang lain, dikhawatirkan anak akan mengalami stress karena merasa terbebani oleh PR tersebut. Selanjutnya yaitu, meminta siswa untuk praktek langsung ke masyarakat.Menurut guru hal ini merupakan hal yang baik, supaya peserta didik memiliki nilai kemanusiaan. Praktek langsung ke lapangan membuat peserta didik tidak menjadi anti sosial, dan memang seharusnya antara teori dan pengaplikasiaannya harus seimbang, sehingga memudahkan peserta didik untuk mengingat apa yang telah mereka pelajari di sekolah.

g. Menyelenggarakan Penilaian dan Evaluasi Proses dan Hasil

Belajar Pada umumnya, penilaian tradisional lebih sering digunakan dalam penilaian seperti UTS dan UKK Ujian Kenaikan Kelas karena hal ini sudah menjadi aturan dalam SMK PUSTEK. Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh bahwa 2 dua diantara 11 orang yang menggunakan penilaian otentik dan tradisional ketika melakukan evaluasi kepada siswa, 3 tiga orang guru lebih sering menggunakan penilaian tradisional, 3 tiga orang guru menggunakan penilaian otententik dengan cara praktek dan penilaian langsung, 3 orang lainnya menggunakan penilaian dengan esai. Penilaian otentik biasanya meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan kecakapan dan kemampuan tertentu sebagai aplikasi dari pengetahuan dan kecakapan yang mereka kuasai. Sedangkan penilaian tradisional cenderung menggunakan ukuran-ukuran pilihan yang dipaksakan seperti tes multiple –choice, mengisi kolom kosong, isian salah- benar, mencocokkan, dan sejenisnya yang sangat umum dalam pendidikan