Hubungan Budaya Kerja dengan Kinerja Karyawan

kerja adalah fungsi pelayanan, maka unsur penting dalam penilaian kinerja karyawan adalah kepuasan pelangganpihak yang dilayani.

d. Kepuasan pelanggan pihak yang dilayani.

Mengukur kepuasan pelanggan, merupakan persoalan yang cukup pelik. Sehingga tidak jarang, unsur ini sering kali diabaikan dan jarang dilakukan. Disebut pelik, karena pengukuran kepuasan pelanggan harus memperhatikan validitas pengukuran, sehingga harus memperhatikan metode dan instrumen yang tepat. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang bersifat profit-oriented, kepuasan pelanggan seringkali dihubungkan dengan tingkat keuntungan ‘finansial’ yang diperoleh. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang social-oriented, kepuasan pelanggan banyak dihubungkan dengan tingkat kunjungan ulang pelanggan. Meskipun kenyataanya tidak selalu demikian, karena pelayanan yang sifatnya monopolistik dapat meningkatkan ‘keterpaksaan’ pelanggan untuk datang dan minta dilayani. Mereka tidak memiliki pilihan.

E. Hubungan Budaya Kerja dengan Kinerja Karyawan

Budaya perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan kinerja performance Sumber Daya Manusia SDM; makin kuat budaya perusahaan, makin kuat pula dorongan untuk berprestasi. Adanya keterkaitan hubungan antara budaya korporat dengan kinerja organisasi yang dapat dijelaskan dalam model diagnosis budaya organisasi Tiernay bahwa semakin baik kualitas faktor-faktor yang terdapat dalam budaya organisasi makin baik kinerja organisasi tersebut menurut Moelyono Mangkuprawira, 2007. Karyawan yang sudah memahami keseluruhan nilai-nilai organisasi akan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai suatu kepribadian organisasi. Nilai dan keyakinan tersebut akan diwujudkan menjadi perilaku Universitas Sumatera Utara keseharian mereka dalam bekerja, sehingga akan menjadi kinerja individual. Didukung dengan sumber daya manusia yang ada, sistem dan teknologi, strategi perusahaan dan logistik, masing-masing kinerja individu yang baik akan menimbulkan kinerja organisasi yang baik pula. Aktualisasi budaya kerja produktif sebagai ukuran sistem nilai mengandung komponen-komponen yang dimiliki seorang karyawan menurut Moelyono Mangkuprawira, 2007. yakni: 1. Pemahaman substansi dasar tentang makna bekerja, 2. Sikap terhadap pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, 3. Perilaku ketika bekerja, 4. Etos kerja, 5. Sikap terhadap waktu, dan 6. Cara atau alat yang digunakan untuk bekerja. Seorang karyawan yang memiliki nilai komponen-komponen budaya yang semakin positif, maka akan semakin tinggi kinerjanya. Kotter dan Heskett Tika,2006:139 menyatakan hubungan budaya perusahaan dengan kinerja yaitu budaya perusahaan dapat mempunyai dampak yang berarti terhadap kinerja karyawan dan perlu dipahami dengan baik karena: 1. Budaya Perusahaan terlihat secara nyata dan dapat dirasakan sehingga dapat menjadi kebanggaan pride. 2. Kinerja individu dan perusahaan serta bisnis apa yang kita masuki, tidak mungkin dapat dipahami dengan baik tanpa memperhatikan budaya perusahaan. Hal ini banyak kaitannya dengan pengembagan karier. Universitas Sumatera Utara Sebuah nilai budaya yang merupakan sebuah sistem bisa menjadi sebuah asumsi dasar sebuah organisasi untuk bergerak di dalam meningkatkan sebuah kinerjanya yang salah satunya terbentuknya budaya yang kuat yang bisa mempengaruhi. Hasil penelitian Chatman dan Bersade dan Udan Bintoro dalam jurnal Universitas Kristen Petra 2005 menyatakan bahwa budaya organisasi yang kuat dapat meningkatkan kinerja organisasi. Budaya kuat bisa dimaknakan sebagai budaya yang dipegang secara intensif, secara luas dianut dan semakin jelas disosialisasikan dan diwariskan dan berpengaruh terhadap lingkungan dan perilaku manusia Ndraha,2006:123. Budaya kuat akan mendukung terciptanya sebuah prestasi yang positif bagi anggotanya, dalam hal ini budaya yang diinternalisasikan pihak pimpinan akan berpengaruh terhadap sistem perilaku para karyawan.

F. Hubungan Komitmen Karyawan dengan Kinerja Karyawan