d. Koefisien slope budaya kerja karyawan terlihat bahwa nilai t
hitung
lebih besar daripada t
tabel
2,393 1,662 dan nilai Sig lebih kecil daripada alpha 0,00 0,05 maka kesimpulan yang bisa diambil adalah menolak
H yang berarti koefisien slope budaya kerja karyawan adalah tidak
signifikan secara statistik, ada pengaruh antara budaya kerja karyawan terhadap kinerja karyawan. Budaya kerja yang dapat dimaknai beragam
menyebabkan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan tidak signifikan tetapi tetap saja budaya kerja secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap kinerja karyawan. e.
Koefisien slope komitmen karyawan terlihat bahwa nilai t
hitung
lebih besar daripada t
tabel
4,037 1,662 dan nilai Sig lebih kecil daripada alpha, 0,00 0,05 maka kesimpulan yang bisa diambil adalah menolak H
yang berarti koefisien slope komitmen karyawan adalah signifikan secara
statistik, ada pengaruh antara komitmen karyawan terhadap kinerja karyawan. Komitmen karyawan memang erat kaitannya dengan kinerja
karyawan, oleh sebab itu pengaruhnya signifikan. Tingginya komitmen yang dimiliki karyawan sejalan dengan peningkatan kinerjanya pada
perusahaan tersebut.
3. Koefisien Determinasi R
2
Koefisien Determinasi R
2
pada intinya mengukur seberapa kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R
2
semakin besar mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas X
1
dan X
2
adalah besar terhadap variabel terikat Y. Hal ini berarti model yang digunakan semakin
kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel
Universitas Sumatera Utara
terikat. Sebaliknya, jika R
2
semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas X
1
dan X
2
terhadap variabel terikat Y semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan
pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.
Tabel 4.14. Model Summary
a All requested variables entered b Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Sumber: Hasil Perhitungan SPSS a.
Dari tabel model summary terlihat bahwa koefisien korelasi berganda R antara budaya kerja karyawan dan komitmen karyawan adalah sebesar
0,539, menunjukkan bahwa hubungan antara variabel budaya kerja karyawan dan komitmen karyawan terhadap kinerja karyawan adalah
sebesar 53,9. b.
Nilai koefisien determinasi R Square dari persamaan regresi adalah sebesar 0,290 dengan nilai koefisien determinasi yang disesuaikan sebesar
0,275. Karena persamaan regresi menggunakan lebih dari satu variabel, maka koefisien determinasi yang baik untuk digunakan dalam menjelaskan
persamaan ini adalah koefisien determinasi yang disesuaikan.
Model Summary
b
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Change Statistics
Durbin- Watson
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .539
a
.290 .275
1.84061 .290
18.218 2 89
.000 1.595
Universitas Sumatera Utara
c. Dari tabel tersebut, nilai koefisien determinasi yang disesuaikan Adjusted
R-Square adalah sebesar 0,275 yang berarti sebanyak 27,5 variasi atau perubahan dalam kinerja karyawan bisa dijelaskan oleh perubahan atau
variasi dari budaya kerja karyawan dan komitmen karyawan, sedangkan sebanyak 72,5 dijelaskan oleh faktor lain. Adjusted R-Square berkisar
pada angka 0 sampai 1, semakin kecil angka Adjusted R-Square, semakin lemah hubungannya.
d. Standard Error of the Estimation merupakan kesalahan sandart dari
penafsiran, bernilai 1,84061. e.
Untuk melihat signifikansi koefisien determinasi kita dapat melihat pada nilai F hitung dan nilai Sig, atau dengan membandingkan dengan nilai F
tabel. Dari tabel summary diperoleh nilai F hitung sebesar 18,218 dengan nilai Sig 0,000. Sedangkan nilai F tabel diperoleh pada F dengan df1
sebesar 2 dan df2 sebesar 89, yaitu sebesar 3,099. Dari kondisi tersebut terlihat bahwa nilai F hitung lebih besar daripada F tabel 18,218 3,099
dan nilai Sig lebih kecil daripada alpha 0,00 0,05, maka kesimpulan yang bisa diambil adalah menolak H
yang berarti koefisien determinasi adalah signifikan secara statistik, ada pengaruh antara budaya kerja
karyawan dan komitmen karyawan terhadap kinerja karyawan. f.
Nilai Durbin-Watson DW pada tabel model summary digunakan untuk mendeteksi adanya gejala multikolinieritas. Aturan keputusannya adalah,
jika nilai DW lebih kecil dari minus dua -2, maka bisa diartikan terjadi gejala autokorelasi positif. Jika nilai DW lebih besar dari dua 2, maka
bisa diartikan terjadi gejala multikolinearitas negatif, sedangkan jika nilai
Universitas Sumatera Utara
DW antara minus dua -2 sampai dengan dua 2, maka dapat diartikan tidak terjadi gejala multikolinieritas. Dari tabel terlihat bahwa nilai
Durbin-Watson adalah 1,595 yang berarti tidak terjadi gejala multikolinieritas antara variabel budaya kerja karyawan dengan komitmen
karyawan.
D. Metode Analisis Regresi Linier Berganda