Sejarah Komik Islam Tinjauan Tentang Komik

Respon pasar yang sangat baik memberi hasil positif berupa semakin giatnya para penerbit tersebut merekrut para komikus muda untuk mempublikasikan karyanya. Sebagian memvisualisasi kisah para Nabi serta para sahabat, dan sebagian besar lainnya membuat kisah fiksi dengan tema Islami. Bahkan ada komik panduan ibadah haji yang sangat informatif. Kini kita temukan juga beberapa penerbit umum merilis satu-dua judul komik bertema ke-Islam-an. Salah satu buku komik bertema Islam terbaik yang bisa dijumpai adalah Komik Nabi Muhammad SAW karya Nur Wahidin DAR Mizan, 1997 sepanjang 12 buku dengan total 1.825 halaman. Rangkaian kisah dimulai sejak leluhur Rasulullah, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, turunnya wahyu Illahi, penyebaran agama Islam, perjuangan, hingga wafatnya Rasulallah. Setiap lembar komik secara cermat menggambarkan kisah dan disampaikan dengan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti dan memiliki makna dalam. Berbagai kutipan kitab suci juga ditemukan, termasuk suplemen berisi penjelasan berbagai peristiwa contohnya malam Isra Mi’raj yang tidak divisualisasikan. Nampak jelas bahwa penulis secara bersungguh- sungguh dan berhati-hati menyajikan seri komik ini, termasuk saat-saat penting pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW. Seri komik ini sudah dicetak berulang kali dan menjadi buku wajib koleksi. Dalam 3 tiga tahun terakhir, tidak banyak ditemukan artikel, liputan, wawancara, diskusi, resensi, atau kajian ringan diberbagai media seputar dunia komik Islami. Ini bisa dimaklumi mengingat komik secara umumpun belum mendapat perhatian khusus, sebagaimana media bacaan pop lainnya seperti novel. Wacana sangatlah perlu sebagai sarana bertukar pikiran dan pendapat, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu komik Islami. Pembaca membutuhkan media alternatif untuk lebih memahami ajaran agama, dan komik adalah salah satu media bacaan paling populer di masyarakat. 27 Tetapi seiring perkembangan zaman, dan seiring majunya tingkat teknologi sekarang ini membuat para komikus dan penuls-penulis karya sastra banyak mengeluarkan karya-karyanya yang sangat menarik dan berbagai macam jenis temanya. Baik sosial, hiburan, bahkan Islami. Seperti hasil karya dari Ary Ginanjar Agustian dan Nawa Nursari dimulai dari sebuah metode training mengenai emotional spiritual quotient for kids, sejak tahun 2007 mereka mengkombinasikan kecerdasan emosional dan spiritual dan dikemas dengan bentuk yang semenarik mungkin, bahkan menjadi sebuah media pembelajaran bagi anak-anak penerus bangsa dalam bentuk media komunikasi yaitu komik. 27 Surjorimba Suroto, http:komikindonesia.com, diakses pada hari Selasa, 21 Januari 2014, Pukul 10.50 WIB.

3. Elemen dalam Komik

Dalam pembuatan komik, memiliki beberapa elemen. Tidak hanya berupa cerita bergambar, tetapi dalam komik memiliki beberapa elemen, yaitu sebagai berikut: a. Panel Panel adalah kotak yang berisi ilustrasi dan teks yang nantinya membentuk sebuah alur cerita. Panel bisa dikatakan sebagai frame atau representasi dari kejadian-kejadian utama dari cerita yang terdapat dalam komik tersebut. Menurut McCloud panel berfungsi sebagai petunjuk umum untuk waktu atau ruang yang terpisah. 28 Rentang waktu dan dimensi ruang dalam komik lebih dijelaskan oleh isi dari panel tersebut, jadi bukan panel itu sendiri. Panel memiliki bentuk yang bermacam-macam. Istilah dalam bentuk- bentuk panel disebut sebagai panel frame Panels Frames. Panel frame tidak hanya selalu kotak-kotak konvensional dengan garis yang tegas, tetapi juga bisa dalam bentuk bulat atau bahkan panel tersebut dijadikan sebagai background dalam halaman komik, itu semua tergantung kepada kreatifitas para komikus. Adapun urutan membaca panel adalah dari kiri ke kanan, atas 28 Scott McCloud, Understanding Comic Memahami Komik Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2001, h. 99. ke bawah. Urutan pembacaan ini karena pembaca sudah terbiasa membaca dari arah tersebut, searah jarum jam yaitu dari kiri ke kanan. 29

b. Sudut Pandang dan Ukuran Gambar dalam panel

a Sudut Pandang Beberapa aspek filmis yang dipakai dalam komik di antaranya adalah sudut pandang atau jika dalam bahasa film disebut sebagai camera angle. Karena itu komik dikatakan sebagai citra visual yang filmis, hal ini karena rangkaian gambar yang tercipta memakai pola yang dipakai dalam film. Artinya logika gerak-gerik kamera film bisa diterapkan dalam visualisasi komik. Terdapat lima macam sudut pandang dalam komik yaitu: 1. Bird Eye View Bird Eye View adalah pengambilan gambar dalam posisi jauh di atas ketinggian obyek gambar, sehingga lingkungan yang luas bisa tertangkap dalam gambar. 2. High Angle Sudut pengambilan gambar high angle lebih di bawah dari pada sudut pengambilan gambar bird eye view. Selama sudut pengambilan gambar masih berada di atas obyek maka disebut sebagai high angle. 3. Low Angle 29 Ibid., h. 106. Low Angle adalah pengambilan gambar dalam posisi obyek berada di bawah sudut pandang mata. 4. Eye Level Eye Level merupakan pengambilan gambar yang sejajar dengan obyek. Semacam tanggapan pandangan mata seseorang yang berdiri atau pandangan mata seseorang yang mempunyai ketinggian yang sama dengan obyek. 5. Frog Eye Frog Eye merupakan tekhnik pengambilan gambar dengan sudut pandang mata sejajar dengan dasar kedudukan dari obyek. b Ukuran Gambar dalam Panel Ukuran gambar dalam panel antara lain close up, extreme close up, medium close up, long shot dan extreme long shot. Berikut sekilas penjelasan mengenai ukuran gambar dalam panel: 1. Close Up, secara umum dikatakan sebagai pengambilan citra atau gambar dari kepala sampai bahu. 2. Extreme Close Up, hanya memperlihatkan sebagian dari obyek gambar. Gambar yang ditampilkan hampir memenuhi panel sehingga terkesan seperti gambar terpotong. 3. Medium Shot, dikatakan sebagai intermediate shot karena posisinya terletak antara long shot dan close up merupakan pengambilan citra atau gambar dari lutut ke atas atau sedikit di bawah pinggang. 4. Long Shot, merupakan pengambilan citra atau gambar dengan menangkap seluruh wilayah dari tempat kejadian. 5. Extreme Long Shot, menggambarkan wilayah yang lebih luas dari jarak yang sangat jauh.

c. Parit

Istilah parit merujuk pada ruang di antara panel. Parit atau ruang sela inilah yang menumbuhkan imajinasi pembaca, dua gambar yang terpisah dalam panel digubah pembaca untuk menjadi sebuah gagasan yang sesuai dngan interpretasi pembaca itu sendiri.

d. Balon Kata

Balon kata merupakan representasi dari pembicaraan ataupun narasi dari peristiwa yang sedang terjadi atau keadaan yang sedang digambarkan dalam panel tersebut. Secara garis besar balon kata dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu: 1. Balon Ucapan, menurut Bonneff 1998:31 balon ucapan merupakan fungsi bahasa dari komik, fungsi bahasa dalam dialog yang repliknya ditempatkan dalam balon merupakan ungkapan sekaligus monolog batin dari agenda atau ilustrasi yang terdapat dalam panel tersebut.