Indikator Surveilans Gizi yang Dilaporkan Melalui Sistem Informasi Gizi Pemanfaatan Informasi Berdasarkan Indikator Dalam Sistem Informasi

2.5.1 Indikator Surveilans Gizi yang Dilaporkan Melalui Sistem Informasi Gizi

Kementerian Kesehatan, 2012b Indikator surveilans yang dilaporkan melalui sistem informasi gizi, adalah: 1. Cakupan balita gizi buruk ditanganidirawat Jumlah kasus balita gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat dibagi jumlah kasus balita gizi buruk yang ditemukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dikali 100. 2. Cakupan balita ditimbang berat badannya DS Jumlah balita yang ditimbang di seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi balita yang berasal dari seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dikali 100. 3. Cakupan bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif Jumlah bayi 0 –6 bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral, berdasarkan recall 24 jam dibagi jumlah seluruh bayi umur 0 – 6 bulan yang datang dan tercatat dalam register pencatatanKMS di wilayah tertentu dikali 100. 4. Cakupan rumah tangga mengonsumsi garam beriodium Jumlah desakelurahan dengan garam baik dibagi jumlah seluruh desakelurahan yang diperiksa di satu wilayah tertentu dikali 100. 5. Cakupan balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A Jumlah bayi 6-11 bulan ditambah jumlah balita 12-59 bulan yang mendapat 1 satu kapsul vitamin A pada periode 6 enam bulan dibagi jumlah seluruh balita 6-59 bulan yang ada di satu wilayah kabupatenkota dalam periode 6 enam bulan yang didistribusikan setiap Februari dan Agustus dikali 100. 6. Cakupan ibu hamil mendapat Fe 90 tablet Jumlah ibu hamil yang mendapat 90 TTD atau tablet Fe dibagi jumlah seluruh ibu hamil yang ada di satu wilayah tertentu dikali 100.

2.5.2 Pemanfaatan Informasi Berdasarkan Indikator Dalam Sistem Informasi

Gizi Kementerian Kesehatan 2012b Informasi yang diperoleh dari sistem informasi gizi akan dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan dalam membuat tindakan segera, perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang serta perumusan kebijakan di tingkat kabupatenkota, provinsi dan pusat. Berikut tindak lanjut yang perlu dilakukan dalam merespon pencapaian indikator: 1. Kasus gizi buruk a. Melakukan konfirmasi laporan kasus gizi buruk b. Menyiapkan Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit untuk pelaksanaan tatalaksana gizi buruk. c. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dan rumah sakit dalam melakukan surveilans gizi. d. Memberikan PMT pemulihan untuk balita gizi buruk rawat jalan dan pasca rawat inap. e. Melakukan pemantauan kasus yang lebih intensif pada daerah dengan risiko tinggi terjadinya kasus gizi buruk. f. Melakukan penyelidikan kasus bersama dengan lintas program dan lintas sektor terkait. 2. Cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan rendah a. Meningkatkan promosi dan advokasi tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu PP ASI. b. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dan rumah sakit dalam melakukan konseling ASI. c. Membina puskesmas untuk memberdayakan konselor dan motivator ASI yang telah dilatih. 3. Banyak ditemukan rumah tangga yang belum mengkonsumsi garam beryodium a. Melakukan koordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan KabupatenKota untuk melakukan operasi pasar garam beriodium. b. Melakukan promosikampanye peningkatan penggunaan garam beriodium. 4. Cakupan distribusi vitamin A rendah a. Bila ketersediaan kapsul vitamin A di puskesmas tidak mencukupi maka perlu mengirim kapsul vitamin A ke puskesmas. b. Bila kapsul vitamin A masih tersedia, maka perlu meminta Puskesmas untuk melakukan sweeping. c. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah. 5. Cakupan distribusi TTD Fe3 rendah a. Bila ketersediaan TTD di puskesmas dan bidan di desa tidak mencukupi maka perlu mengirim TTD ke puskesmas. b. Bila TTD masih tersedia, maka perlu meminta Puskesmas untuk melakukan peningkatan integrasi dengan program KIA khususnya kegiatan Ante Natal Care ANC. c. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah. 6. Hasil analisis menunjukan DS rendah atau cenderung menurun a. Melakukan koordinasi dengan Camat dan PKK tingkat kecamatan untuk menggerakan masyarakat datang ke posyandu. b. Memanfaatkan kegiatan pada forum-forum yang ada di desa, yang bertujuan untuk menggerakan masyarakat datang ke posyandu. c. Melakukan promosi tentang manfaat kegiatan di posyandu.

2.6 Matriks Jaringan Kesehatan