merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi Kemenkes, 2011. Penggunaan konsep population based membutuhkan tenaga yang lebih dibanding dengan
institutional based karena data pada institutional based berasal dari kegiatan operasional institusi kesehatan dan tidak menggunakan tenaga tambahan.
Namun data yang ada pada population based lebih mencerminkan kondisi dari sebuah populasi daripada institutional based.
Sumber data yang mengukur kematian balita tidak tersedia di dalam SIGIZI. Hal tersebut dikarenakan penanganan kematian balita secara umum
sudah menjadi tugas bagian Kesehatan Ibu dan Anak dan bukan menjadi tugas Bidang Pembinaan Gizi. Oleh karena itu, berdasarkan hasil wawancara,
seksi pembinaan gizi seringkali berkoordinasi dengan seksi Kesehatan Ibu dan Anak dalam hal perolehan data mengenai kematian balita.
6.4.3. Manajemen Data
Pedoman yang
digunakan dalam
proses manajemen
data menggunakan petunjuk pelaksanaan surveilans gizi. Namun dalam buku
tersebut tidak dijelaskan secara spesifik penggunaan dan operasionalisasi sistem informasi gizi sehingga pengguna mempelajari sistem informasi gizi
secara mandiri untuk bisa mengoperasionalisasikannya. Saat ini, Direktorat Bina Gizi telah membuat buku Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem
informasi gizi Capaian indikator kegiatan Pembinaan gizi. Buku terbaru
mengenai aplikasi SIGIZI diterbitkan oleh Direkotorat Bina Gizi, Kementrian Kesehatan pada awal Maret 2013 seiring dengan adanya perombakan pada
sistem informasi gizi. Di tingkat puskesmas, pengelolaan data diketahui melalui pemberitahuan langsung oleh petugas sebelumnya maupun dari Dinas
Kesehatan yang diberikan pada saat melakukan pertemuan. Menurut Sutabri, prosedur merupakan salah satu komponen fisik untuk memandu dan
memberikan instruksi
kepada pemakai,
penyiapan masukan
dan pengoperasian Sutabri, 2005.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Suparman, menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif antara ketersediaan pedoman pelayanan gizi di
puskesmas dengan kinerja petugas gizi puskesmas. Hal tersebut disinyalir karena petugas belum memanfaatkan penggunaan pedoman pelayanan gizi
dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung puskesmas Suparman, 2004.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, dalam hal input data, SIGIZI termasuk
aplikasi yang mudah digunakan user friendly. Hal tersebut dapat memberikan kemudahan dalam memasukan data maupun melihat data
sehingga dapat menunjang kegiatan pencarian informasi untuk pengambilan keputusan. Berdasarkan WHO, dengan adanya user friendly pada sebuah
sistem informasi maka diharapkan dapat mendukung dalam proses pengambilan keputusan WHO, 2008.
Dalam hal pengisian SIGIZI, hal tersebut dirasa masih belum optimal dilakukan di Kota Tangerang Selatan mengingat Dinas Kesehatan masih
harus memasukan data kinerja pembinaan gizi puskesmas. Dibutuhkan
pemberian otoritas sebagai user oleh Dinkes Kota Tangsel, sosialisasi secara lebih mendalam dan pelatihan untuk memasukan data SIGIZI bagi petugas
gizi puskesmas sehingga puskesmas dapat memasukan data secara mandiri. Apabila puskesmas sudah dapat memasukan data SIGIZI secara mandiri,
diharapkan dapat meringankan beban kerja Dinas Kesehatan Kota Tangsel dalam memasukan data SIGIZI. Hasil wawancara juga menunjukan bahwa
masih sering terjadinya kerusakan pada SIGIZI sehingga menyulitkan petugas untuk memasukan data kinerja pembinaan gizi ke SIGIZI.
Dinas Kesehatan Kota Tangearang Selatan juga sudah mempunyai bank data sehingg data yang masuk dari pihak luar dilakukan dengan satu
pintu dan kamus data terdapat pada buku surveilans gizi. Sedangkan password tersedia untuk bisa mengakses data dan pengolahan data di Sistem
Informasi Gizi. Password berfungsi untuk membedakan otoritas pengguna sistem
informasi. Pihak yang diberikan password dapat mengakses dan mengolah data di dalam sistem informasi gizi. Dengan begitu, data tidak bisa diubah
oleh seseorang yang tidak memiliki otoritas. Dalam pengelolaan sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, petugas yang
memiliki password dan diberikan otoritas untuk mengelola data SIGIZI hanya pada staf gizi di tingkat Dinas Kesehatan dan tidak diberikan kepada petugas
gizi di tingkat puskesmas. Berdasarkan
wawancara, tidak
diberikannya otoritas
untuk memasukan data SIGIZI kepada petugas gizi di tingkat puskesmas
dikarenakan belum adanya sosialisasi kepada petugas gizi sehingga petugas gizi Puskesmas belum mengetahui cara memasukan data kinerja pembinaan
gizi melalui SIGIZI. Pada dasarnya, apabila petugas gizi puskesmas turut membantu Dinas Kesehatan untuk memasukan data maka akan meringankan
pekerjaan Dinas Kesehatan dalam hal memasukan data sehingga petugas lebih fokus serta memiliki waktu lebih dalam mengerjakan pekerjaan lainnya.
6.5 Gambaran Output Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang