Gambaran Umum Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

5.2.6. Gambaran Umum Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan, 2012 Seksi perbaikan gizi masyarakat mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan peningkatan gizi masyarakat. Dalam tugasnya secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Perencanaan program perbaikan gizi dari hasil analisis. b. Pelaksanaan koordinasi dengan instansilembaga lainnya terkait program perbaikan gizi. c. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan. d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya. Selain tugas diatas, seksi gizi juga mempunyai beberapa fungsi diantaranya yaitu: a. Perencanaan program perbaikan gizi dari hasil analisis dan penyiapan bahan untuk peningkatan status gizi masyarakat, peningkatan gizi masyarakat. b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, analisis data dan penyiapan bahan untuk meningkatkan status gizi masyarakat, peningkatan gizi masyarakat. c. Pelaksanaan kegiatan kebutuhan dan penyiapan bahan untuk meningkatkan status gizi masyarakat, peningkatan gizi masyarakat. d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansilembaga lainnya terkait kebutuhan dan penyiapan bahan untuk peningkatkan status gizi masyarakat, peningkatan gizi masyarakat. e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan. f. Pelaksanasan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya. Sumber daya manusia SDM yang ada di bagian gizi terdiri dari Kepala Seksi Gizi dan Staf Gizi, dengan rincian sebagai berikut: Tugas dari kepala seksi gizi meliputi pengumpulan data, pengolahan data, penyiapan bahan penyusunan petunjuk teknis dan pelaksanaan operasional pembinaan pengaturan gizi masyarakat. Adapun rincian dari tugas kepala seksi adalah sebagai berikut: a. Menyusun program kerja seksi gizi b. Membagi tugas dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada staf gizi c. Monitoring dan mengevaluasi hasil kerja staf gizi d. Menyusun kebijaksanaan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan pengaturan gizi masyarakat. e. Mempelajari data sebagai bahan pelaksanaan kegiatan pembinaan pengaturan gizi masyarakat. f. Mengonsep dan memberikan paraf naskah dinas sesuai dengan bidang tugas dan kewenangannya. g. Menyimpan arsip seksi gizi. h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan. i. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugasnya. 2. Staf Gizi terdiri dari: Tugas dari staf gizi meliputi pelaksanaan program gizi serta pemantauan kegiatan di Puskesmas serta menerima laporan dari Puskesmas. Adapun tugas dari masing-masing staf gizi meliputi: a. Melaksanakan program kerja seksi gizi b. Memeriksa dan mengevaluasi hasil kerja Puskesmas. c. Mengoreksi bahan data dari laporan tenaga pelaksana gizi Puskesmas. d. Mempelajari data sebagai bahan pelaksanaan kegiatan pembinaan pengaturan gizi masyarakat e. Mengawasi pendistribusian dalam pemberian makanan tambahan, Vitamin A, dan, tablet Fe dan alat-alat program perbaikan gizi. f. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan g. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai bidang tugasnya. Melihat tugas dari Seksi Gizi, maka terdapat tugas yang berkaitan dengan surveilans gizi seperti tugas pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, pengansalisisan data dan penyiapan bahan untuk meningkatkan status gizi masyarakat, peningkatan gizi masyarakat dan monitoring serta evaluasi kegiatan pembinaan gizi masyarakat. Dalam menjalankan program gizi di wilayah Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, kepala Seksi Gizi dan Staf Gizi dibantu oleh Tenaga Pelaksana Gizi. Tenaga Pelaksana Gizi tersebar di Puskesmas dengan latar belakang pendidikan gizi dan bidan. Dari Tenaga Pelaksana Gizi tersebut, tidak semuanya berlatar belakang gizi. Sehingga ini salah satu kendala dan permasalahan dalam pelaksanaan program gizi. Selain TPG, ada 54 bidan desa dan para kader posyandu yang ikut serta dalam kegiatan program perbaikan gizi. Para kader ini merupakan ujung tombak keberhasilan suatu program. Karena kader disini sebagai penggerak dari masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan Posyandu. 5.3.Ruang Lingkup Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Sistem informasi gizi SIGIZI merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menunjang pelaksanaan surveilans gizi. Aplikasi tersebut dapat diakses melalui situs http:gizi.depkes.go.idsigizigo. Interface beranda dan laporan bulanan SIGIZI dapat dilihat pada gambar 5.1 dan 5.2. Berdasarkan wawancara, terdapat enam indikator yang diukur pada sistem informasi gizi yaitu cakupan DS, cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil, cakupan pemberian Vitamin A, cakupan pemberian ASI eksklusif, jumlah balita gizi buruk yang mendapat perawatan dan cakupan penggunaan garam beriodium. Alur pelaporan, dalam melaporkan keenam indikator tersebut, yang dilaksanakan pada sistem informasi gizi sesuai dengan alur surveilans yaitu mulai dari tingkat posyandu yang melapor kepada bidan desa, selanjutnya bidan desa merekap data posyandu dan memberikan kepada puskesmas yang selanjutnya diberikan kepada Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan selanjutnya melaporkan data kinerja pembinaan gizi kepada Direktorat Bina Gizi melalui aplikasi sistem informasi gizi. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, jumlah Puskesmas yang berada di Kota Tangerang Selatan berjumlah 25 puskesmas. Jumlah posyandu di Kota Tangerang Selatan berjumlah 706 posyandu. Jumlah kader di Kota Tangerang Selatan berjumlah 4989 dan jumlah Tenaga Pelaksana Gizi di tingkat Puskesmas berjumlah 25 puskesmas. Gambar 5.1 Interface Laporan Bulanan Sistem Informasi Gizi Sumber: Website Sistem Informasi Gizi, 2013 Gambar 5.2 Interface Beranda Sistem Informasi Gizi Sumber: Website Sistem Informasi Gizi, 2013 5.4.Gambaran Input Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Gambaran input pada sistem informasi gizi meliputi sumber daya yang digunakan dalam pelaksanaan pelaporan kinerja pembinaan gizi melalui sistem informasi gizi. Sumber daya tersebut terdiri dari kebijakan dan koordinasi, dana, tenaga pelaksana dan sarana. Kebijakan dan koordinasi akan dinilai dalam tiga aspek yaitu kebijakan, pemantauan rutin dan pertemuan rutin. Berdasarkan wawancara terhadap informan, belum ada kebijakan di Kota Tangerang Selatan yang secara khusus mengatur pengelolaan sistem informasi gizi. Berdasarkan wawancara mengenai kebijakan yang mengatur pengelolaan sistem informasi gizi adalah sebagai berikut: “….Kita baru ada perda tentang sistem kesehatan kota dan sedang berproses untuk membuat perwal-perwal …” Informan A “…Ada peraturan pengumpulan tanggal 5…” Informan B “….Ada peraturan by email pake instruksi…” Informan C Berdasarkan telaah dokumen, peraturan mengenai sistem kesehatan daerah, pada dasarnya sudah diatur mengenai sistem informasi oleh Unit Kesehatan Masyarakat di tingkat Kecamatan. Seperti Sistem Kesehatan Nasional, SKD Kota Tangerang Selatan juga mengatur pengelolaan data dan informasi kesehatan yang digunakan untuk pengambilan keputusan di bidang kesehatan. Dalam kebijakan tersebut juga diatur mengenai keakuratan serta pengumpulan data dalam bidang kesehatan dan non kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan. Hingga saat ini, peraturan atau pedoman yang digunakan dalam pelaksanaan pelaporan kegiatan pembinaan gizi melalui sistem informasi gizi didasarkan pada petunjuk surveilans gizi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Berdasarkan kerangka penilaian WHO, penilaian terhadap unsur kebijakan mengenai kerangka regulasi up-to-date dinilai ada tetapi kurang memadai. Hal tersebut dikarenakan peraturan yang mengatur pengumpulan data melalui sistem informasi gizi sudah ada namun kurang mengikat atau memaksa. Aspek lain dalam sumber daya yaitu kebijakan mengenai pemantauan rutin. Kegiatan pemantauan rutin dilakukan berdasarkan pedoman pembinaan wilayah yang dibuat oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Kegiatan tersebut berfungsi untuk melakukan pemantauan, penyeliaan dan evaluasi program puskesmas di wilayah kerja binaannya. Berdasrkan daftar tilik monitoring dan evaluasi program perbaikan gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan terlampir, monitoring yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mencakup data dasar seperti sasaran Vitamin A, sasaran Bumil, jumlah posyandu, jumlah kader posyandu dan sasaran Fe-1Fe-3, pencatatan pelaporan, hasil kegiatan, penyajian data, PMT, ketenagaan, ruang pelayanan, sarana dan penyebarluasan informasi. Pemantauan di tingkat posyandu dilakukan oleh bidan desa di setiap puskesmas sesuai wilayah kerjanya. Berdasarkan wawancara, berikut jawaban informan mengenai pemantauan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan: “…..Kita kembangkan sistem bina wilayah, berjalan karena terkait dengan kinerja kita .” Informan A “…Ada pemantauan setiap dua atau tiga bulan sekali…” Informan B “….Ada staf Dinas Kesehatan kesini..” Informan C “…..Kan setiap kelurahan ada bidan desa yang memantau…” Informan E Kegiatan pemantauan rutin di Kota Tangerang Selatan sudah diatur dalam pedoman pembinaan wilayah serta dilakukan secara teratur. Berdasarkan alat penilaian WHO, aspek tersebut dinilai sangat memadai. Dalam kegiatan pertemuan rutin, kegiatan tersebut tidak dituangkan dalam kebijakan tertulis. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan juga menginstruksikan untuk mengurangi intensitas pertemuan antara Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Hal tersebut dikarenakan banyaknya tugas setiap staf Dinas Kesehatan maupun Puskesmas sehingga apabila dilakukan banyak pertemuan akan mengganggu para staf dalam melakukan tugasnya. Pertemuan hanya dilakukan rutinan pada awal tahun untuk sosialisasi perencanaan program, triwulanan untuk evaluasi serta di akhir tahun untuk evaluasi program. Dalam kaitannya dengan surveilans, perencanaan dan evaluasi juga membahas mengenai standar dalam pengumpulan data, kecenderungan data, pelaporan dan kegiatan apa yang harus dilakukan pada kader dan petugas puskesmas. Berikut hasil wawancara mengenai pertemuan rutin: “……Pertemuan rutin dibatesin karena SDM terbatas dan volume tinggi jadi on the job training …, standarnya mulai dari lihat data kecenderungannya kemana untuk menandakan masalah terus apa yang harus dilakukan serta pelaporan kemana dan kegiatan seperti apa dari tingkat kader, puskesmas ….” Informan A “…..Paling rapat rutin…..” Informan B “……Pertemuan paling rakordes, klo diakhir monev, perencanaan diawal tahun terus klo setiap ada kegiatan, tidak ada peraturan karena hanya rutinan …” Informan C Dalam hal pertemuan rutin, tidak ada kebijakan secara tertulis namun pertemuan sudah menjadi agenda tahunan Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Berdasarakan alat penilaian WHO, karena belum adanya peraturan mengenai pertemuan rutin, maka aspek ini dinilai ada tetapi kurang memadai. Berdasarkan kerangka penilaian WHO, penilaian terhadap unsur kebijakan mengenai kerangka regulasi up-to-date mendapat nilai satu karena ada tetapi kurang adekuat. Sedangkan kegiatan pemantauan rutin mendapat nilai tiga atau sudah sangat memadai karena sudah adanya peraturan dan sudah dilakukan secara baik. Sedangkan dalam hal pertemuan, tidak ada kebijakan secara tertulis namun sudah menjadi kegiatan rutin tahunan saja sehingga hal tersebut dianggap ada tetapi kurang memadai dan diberi nilai satu. Penilaian kebijakan dan koordinasi berdasarkan kerangka WHO dapat dilihat pada tabel 5. 2. Tabel 5. 3 Penilaian Sumber Daya – Kebijakan dan Koordinasi No. Item Sangat Memadai Memadai Ada tetapi kurang memadai Tidak adekuat sama sekali Skor 3 2 1 1 Dinas Kesehatan Kabupatenkota memiliki regulasi yang up-to-date berisi kerangka kerja untuk sistem informasi gizi √ 1 2 Ada kegiatan rutin untuk pemantauan kinerja sistem informasi gizi dari berbagai subsistem, mulai dari dinas kesehatan sampai ke puskesmas √ 3 3 Terdapat kebijakan resmi untuk melakukan pertemuan di tingkat daerah dan kecamatan untuk meninjau pelaksanaan sistem informasi gizi √ 1 Total Skor Rata-rata 1, 7 Unsur sumber daya lain yang dinilai adalah dana dan tenaga pelaksana. Penilaian dilakukan untuk mengetahui unit fungsional, kegiatan pelatihan dan anggaran yang diperuntukan dalam pelaksanaan sistem informasi gizi. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Puskesmas yang berada di wilayah kerjanya belum mempunyai unit fungsional yang secara khusus bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem informasi gizi. Kegiatan pengelolaan sistem informasi gizi hanya menjadi salah satu Tupoksi dari Seksi Pembinaan Gizi Masyarakat. Berikut hasil wawancara mengenai unit kerja pengelolaan sistem informasi: “…..Hanya tupoksi saja dan bukan berupa unit…” Informan A “…..Saya yang mengurusnya…..” Informan B “…..Yang bertanggung jawab Ibu sendiri…..” Informan C Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan belum memiliki unit fungsional yang menangani secara khusus mengenai sistem informasi gizi. Berdasarkan kerangka penilaian WHO, maka aspek ini dinilai tidak adekuat sama sekali. Pelatihan mengenai pengelolaan sistem informasi gizi belum pernah dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Kebanyakan petugas mempelajari secara mandiri dan mempelajari dari petugas yang bertanggung jawab sebelumnya. Karena mempelajari secara mandiri maka membutuhakan waktu untuk mempelajarinya. Berikut hasil wawancara mengenai pelatihan pengelolaan sistem informasi gizi: “…..Belum pernah. Oh kita ga pelatihan, otodidak belajar sendiri ga pernah dilatih…..” Informan A “…..Ada pelatihan tatalaksana gizi buruk…..” Informan B “…..Ya emang udah disitu bejalar sendiri, otomatis udah tahu, yak kan di kuliah juga udah belajar…” Informan C “…..Pernah yang ngadain dinkes pelatihan PBHS eh PHBS tentang yang sepuluh…..” Informan D “…..Kita ga dikasih pelatihan sih mungkin karena waktunya kurang ya…..” Informan E Pelatihan mengenai sistem informasi gizi belum pernah dilakukan di tingkat Kota Tangerang Selatan. Aspek tersebut dinilai tidak adekuat sama sekali. Anggaran dana untuk pengelolaan SIGIZI berasal dari APBD dan dana operasional puskesmas. Berikut hasil wawancara mengenai anggaran pengelolaan sistem informasi gizi: “…..Kita dari APBD, klo dari APBN belum pernah dapet. Lebih banyak ke transportnya, transport pelacakan dan paling biaya administrasi seperti ATK gitu-gitu... tidak ada dana pelatihan…dana perawatan juga tidak ” Informan A “…..Dana dari Dinas dan BOK untuk transport…..” Informan B “…..Anggaran tidak ada untuk pencatatan pake biaya operasional…..” Informan C Anggaran yang digunakan untuk pengelolaan sistem informasi gizi dinilai ada tetapi kurang memadai karena tidak ada anggaran dalam pelatihan sehingga tidak cukup mendukung dalam berfungsinya sistem. Dana tersebut hanya digunakan untuk transportasi dan pengadaan ATK dan tidak ada perawatan, pelatihan dan operasional lain. Dikarenakan tidak ada unit fungsional yang secara khusus menangani pengelolaan sistem informasi gizi maka unsur tersebut dinilai nol atau tidak adekuat sama sekali. Dalam hal kapasitasi atau pelatihan mengenai pengelolaan sistem informasi gizi juga dinilai tidak adekuat sama sekali dan mendapatkan nilai nol. Anggaran untuk sistem informasi gizi dinilai ada tetapi kurang memadai dan mendapatkan nilai satu. Penilaian terhadap aspek dana dan tenaga pelaksana dapat dilihat pada tabel 5. 4. Tabel 5. 4 Penilaian Sumber Daya – Dana dan Tenaga Pelaksana No . Item Sangat Memadai Memadai Ada tetapi kurang memadai Tidak adekuat sama sekali Skor 3 2 1 1 Ada sebuah unit fungsional, yang bertanggung jawab untuk administrasi sistem informasi gizi, manajemen, analisis, diseminasi dan penggunaan informasi di tingkat daerah √ 2 Ada aktivitas kapasitasi tenaga di tingkat kabupatenkota dan puskesmas √ 3 Ada anggaran khusus dalam anggaran daerah yang diperuntukkan untuk pelaksanaan sistem informasi gizi √ 1 Total Skor Rata-rata 0, 3 Sarana menjadi penunjang dalam pelaksanaan pencatatan melalui sistem informasi. Sarana yang mencakup formulir, ATK dan peralatan Informasi Teknologi yang mencakup komputer dan jaringan internet beserta pemeliharaan terhadap sarana tersebut. Berdasarkan observasi dan wawancara, ketersediaan formulir dan ATK di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Puskesmas dan Posyandu selalu tersedia. Tidak hanya itu, sarana seperti komputer dan jaringan internet di Dinas Kesehatan dan Puskesmas juga sudah tersedia. Namun, adanya sarana tersebut belum ditunjang dengan anggaran pemeliharan secara khusus. Berikut hasil wawancara mengenai ketersediaan sarana: “…..Komputer memadai lah, satu orang satu. Jaringan internet ada. Tidak ada dana khusus, perawatan hanya insidentil namun tidak memerulukan biaya besar….” Informan A “…..Ada, komputer dinas….” Informan B “…..Ada, tapi bermasalah pada printernya kan kita ga punya IT, jadi maintenancenya kurang di komputer. Klo dana khusus periodik, harus pengajuan dulu, jadi kita pake dana talangan ….” Informan C “…..Ya ada sih….” Informan D “…..Alhamdulillah ga kekurangan ….” Informan E Penilaian terhadap sarana seperti ATK, formulir dinilai sudah sangat memadai karena selalu tersedia untuk mencatat kinerja pembinaan gizi. Peralatan lain yang dinilai adalah komputer. Komputer juga sudah tersedia di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Puskesmas. Aspek tersebut juga dinilai sudah sangat memadai. Aspek lain yang dinilai adalah jaringan internet. Jaringan internet sudah tersedia baik di tingkat Dinas Kesehatan maupun Puskesmas sehingga aspek tersebut dinilai sudah sangat memadai. Namun dalam hal perawatan dinilai masih tidak adekuat sama sekali karena tidak adanya anggaran khusus dan tenaga khusus dalam perawatan peralatan yang digunakan dalam pelaporan melalui sistem informasi gizi. Penilaian sarana dapat dilihat pada tabel 5.5. Tabel 5. 5 Penilaian Sumber Daya – Sarana No. Item Sangat Memadai Memadai Ada tetapi kurang memadai Tidak adekuat sama sekali Skor 3 2 1 1 Formulir, kertas, pensil dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan untuk mencatat kinerja pembinaan gizi masyarakat dan informasi yang tersedia √ 3 2 Tersedianya komputer di tingkat dinas kesehatan kota dan puskesmas untuk pelaksanaan sistem informasi gizi √ 3 3 Peralatan TI telpon, koneksi internet dan e- mail tersedia di dinas kesehatan kabupatenkota dan puskesmas untuk pelaksanaan sistem informasi gizi √ 3 4 Dukungan untuk pemeliharaan peralatan ICT tersedia di tingkat dinas kesehatan kabupatenkota dan puskesmas √ Total Skor Rata-rata 2,2

5.5. Gambaran Proses Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan