yang mendukung fungsi integrasi seperti dengan memecahkan masalah Stuart Sundeen, 1995 dalam Nasir Muhith, 2011. Remaja
menjadi lebih mampu menghadapi masalah secara nyata, jujur, dan tidak menjauhinya ketika remaja memilih mengatasi masalahnya dan
bukan menghindarinya. Perilaku ini menghasilkan suatu evaluasi diri yang menyenangkan yang dapat mendorong terjadinya persetujuan
terhadap diri sendiri yang bisa meningkatkan rasa percaya diri. Perilaku yang sebaliknya dapat menyebabkan rendahnya rasa percaya
diri Santrock, 2003.
4. Aspek Kepercayaan Diri
Ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri proposional Rini, 2002, diantaranya adalah:
a. Percaya akan
kompetensi kemampuan
diri, hingga
tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat
dari orang lain. b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima
oleh orang lain atau kelompok. c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain berani
menjadi diri sendiri. d. Memiliki pengendalian diri yang baik tidak moody dan emosi stabil.
e. Memiliki internal locus of control memandang keberhasilan atau kegagalan tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah
menyerah pada
nasib atau
keadaan serta
tidak tergantung
mengharapkan bantuan orang lain. f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain
dan situasi di luar dirinya. g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika
harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.
Orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif juga memiliki ciri-ciri Lauster, 2003, sebagai berikut:
a. Ambisius Ambisi merupakan dorongan untuk mencapai hasil yang diperlihatkan
kepada orang lain. Ambisi juga dimaksudkan untuk mempertinggi rasa harga diri sendiri dan memperkuat kesadaran atas diri sendiri menurut
ilmu jiwa. Orang yang percaya diri cenderung memiliki ambisi yang tinggi. Mereka selalu berpikiran positif dan berkeyakinan bahwa
mereka mampu berhasil dalam melakukan sesuatu. b. Tidak tergantung pada orang lain
Ketidaktergantungan pada orang lain adalah tujuan yang dikejar banyak orang, namun tidak mudah didapatkan dalam hidup. Orang
yang tidak bergantung pada orang lain, bebas dari pendapat orang lain, tidak begitu memperhatikan norma-norma sosial, tahan terhadap
tekanan dan tidak begitu mengacuhkan kekuasaan.
c. Optimis Optimis adalah kecenderungan manusia yang utama. Manusia sadar
dalam menghadapi masa depan yang belum diketahui. Akal pun tidak dapat memberikan sesuatu pengetahuan yang pasti tentang masa
depan, individu membangun pengharapan yang diharapkan. Individu yang optimis akan selalu berpikiran positif dan terbuka, selalu
beranggapan bahwa
akan berhasil,
serta dapat
menggunakan kemampuan dan kekuatannya secara efektif.
d. Tidak mementingkan diri sendiri Tidak mementingkan diri sendiri adalah keramahan manusia murni
tanpa tujuan untuk mendapatkan balas jasa pujian maupun sanjungan atau mengharapkan tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri dari
orang lain. Orang yang percaya diri tidak hanya mementingkan kebutuhan pribadi akan tetapi peduli terhadap orang lain.
e. Toleransi Seseorang dikatakan toleransi jika dia dapat menerima perbedaan
orang lain pendapat, kelakuan, tingkah laku, warna kulit, gaya hidup. Orang yang mencapai tingkat toleransi menyadari bahwa perbedaan
pendapat bukanlah sesuatu yang ditakutkan, tetapi merupakan gejala yang biasa.
Sikap percaya diri juga dibagi menjadi empat ciri utama yang khas pada individu Lidenfield,1997 dalam Shintia, 2011, yaitu:
a. Cinta diri, individu yang percaya diri mencintai dirinya dan peduli tentang dirinya karena perilaku dan gaya hidup individu untuk
memelihara dirinya. b. Pemahaman diri, individu sangat sadar diri dan individu ingin tahu
bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya. c. Tujuan yang jelas, hal ini disebabkan karena individu mempunyai
pikiran yang jelas mengapa individu melakukan tindakan tertentu. Dengan memiliki sikap seperti ini individu dapat dengan mudah
membuat keputusan. d. Berpikir positif, individu yang percaya diri biasanya merupakan teman
yang menyenangkan, salah satu sebabnya ialah karena individu biasa melihat kehidupan dari sisi yang cerah dan individu mengharap serta
mencari pengalaman dari hasil yang bagus. Suatu penelitian yang menggunakan observasi tingkah laku untuk
mengukur rasa percaya diri menunjukkan bahwa beberapa tingkah laku positif dan juga negatif dapat memberi petunjuk tentang rasa percaya diri
remaja Savin-Wiliams Demo, 1983 dalam Santrock, 2003. Indikator dari perilaku rasa percaya diri juga dapat dilihat dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Indikator Perilaku dari Rasa Percaya Diri Indikator Positif
Indikator Negatif 1. Mengarahkan atau memerintah
orang lain 2. Menggunakan kualitas suara yang
disesuaikan dengan situasi 3. Mengekspresikan pendapat
4. Duduk dengan orang lain dalam aktivitas sosial
5. Bekerja secara kooperatif dalam kelompok
6. Memandang lawan bicara ketika mengajak atau diajak bicara
7. Menjaga kontak mata selama pembicaraan berlangsung
8. Memulai kontak yang ramah dengan orang lain
9. Menjaga jarak yang sesuai antara diri sendiri dengan orang lain
10. Berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedikit keraguan
1. Merendahkan orang lain dengan cara menggoda, memberi nama
panggilan, dan menggosip 2. Menggerakkan tubuh secara
dramatis atau tidak sesuai konteks 3. Melakukan sentuhan yang tidak
sesuai atau menghindari kontak fisik
4. Memberikan alasan-alasan ketika gagal melakukan sesuatu
5. Melihat sekeliling untuk memonitor orang lain
6. Membual secara berlebihan tentang prestasi, keterampilan, dan
penampilan fisik 7. Merendahkan diri sendiri secara
verbal, depresiasi diri 8. Berbicara terlalu keras, tiba-tiba,
atau dengan nada suara yang dogmatis
9. Tidak mengekspresikan pendapat atau pandangan, terutama ketika
ditanya 10. Memposisikan diri secara submisif
Sumber: R. C. Savin- →illiams dan D. H. Demo, “Conceiving or Misconceiving the Self: Issues in
Adolescent Self- Esteem” in Journal of Early Adolescence, 3:121-140. dalam Santrock, 2003
5. Karakteristik Remaja Kurang Percaya Diri