Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seseorang dikatakan remaja adolescence bila berusia antara 10 sampai 19 tahun World Health Organization, 2004. Remaja juga dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional yang dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara usia 18 sampai 22 tahun Santrock, 2003. Banyaknya perubahan yang terjadi pada masa remaja, membuat mereka sering dilanda stres. Stres merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai tuntutan Patel, 1996 dalam Nasir Muhith, 2011. Survei yang dilakukan pada 60 orang remaja, penyebab utama dari stres pada remaja dapat berasal dari hubungan dengan teman dan keluarga, tekanan dan harapan dari dalam diri sendiri dan orang lain, tekanan di sekolah, masalah ekonomi, dan tragedi yang ada dalam kehidupan mereka seperti kematian, perceraian, atau penyakit yang dideritanya atau anggota keluarganya Walker, 1985 dalam Walker, 2002. Penyebab tercetusnya stres biasa disebut dengan stressor. Stressor dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu internal yang berasal dari dalam individu itu sendiri dan eksternal yang berasal dari lingkungan Russell, 2005. Tekanan dari lingkungan sekolah merupakan salah satu contoh penyebab stres yang sering terjadi pada remaja yang berasal dari lingkungan Namara, 2000 dalam Suldo, Shaunessy, Hardesty, 2008. Ujian merupakan penyebab utama dari stres akademik Schafer, 1996 dalam Rafidah, et al., 2009. Periode usia 13 hingga 15 tahun umumnya usia siswa pada tingkatan pendidikkan sekolah menengah pertama kemdiknas.go.id. Siswa untuk naik ke tingkat pendidikkan selanjutnya, harus melalui suatu tes atau ujian. Ujian Nasional UN menurut Permendiknas Nomor 78 Tahun 2008 adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikkan dasar dan menengah hukum.unsrat.ac.id. UN sudah diselenggarakan sejak diberlakukannya kurikulum 1968, 1984, dan 1994, yang dulu dikenal sebagai Ujian Negara dari tahun 1945 sampai dengan 1970, Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional EBTANAS dari 1984 sampai 2001, Ujian Akhir Nasional UAN dari tahun 2001 sampai 2005, yang selanjutnya berganti nama menjadi Ujian Nasional sejak 2005 sampai sekarang Asiah Rofieq, 2011. Kemdiknas menyatakan bahwa ujian nasional tahun ini mengalami sejumlah perubahan, seperti bertambahnya variasi soal yang sebelumnya berjumlah lima, kini menjadi dua puluh variasi soal, hingga digunakannya sistem barcode pada naskah soal dan lembar jawaban UN LJUN. Komposisi bobot soal pun juga berubah, bila tahun lalu bobot soal mudah sebanyak 10, sedang 80, dan sulit 10, tahun ini bobot soal sulit ditambah lagi 10 sehingga komposisi bobot soal pada UN 2013 ini menjadi 10 soal mudah, 70 sedang, dan 20 sulit kemdiknas.go.id. Permendikbud Nomor 3 Tahun 2013 menyatakan bahwa kriteria kelulusan ujian nasional tahun 2013 yaitu apabila nilai rata-rata 5,5 kemdiknas.go.id. Kriteria kelulusan ujian nasional tahun ini tidak mengalami perubahan dari tahun lalu, namun masih dianggap hal yang menakutkan bagi berbagai pihak, terutama bagi siswa itu sendiri yang akan menghadapinya. Ketakutan oleh bayangan tidak lulus ujian nasional membuat para siswa dilanda stres, seperti yang terjadi pada siswi di Bengkulu yang gagal mengikuti UN 2012 yang diduga mengalami gangguan kejiwaan yang disebabkan rasa takut yang berlebihan terhadap ujian nasional sidomi.com. UN dapat dikatakan sebagai stressor yang dapat menimbulkan stres pada siswa yang akan menghadapinya, sehingga diperlukan mekanisme koping yang adaptif untuk dapat mengatasi stres yang terjadi pada siswa. Mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi, dan situasi yang mengancam, baik secara kognitif maupun perilaku Nasir Muhith, 2011. Mekanisme koping pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu mekanisme koping berfokus pada masalah dan mekanisme yang berfokus pada emosi. Remaja yang menggunakan koping berfokus masalah akan mencoba untuk menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya. Remaja yang memiliki koping berfokus emosi, mereka cenderung bersifat emosional terutama dengan melakukan penilaian defensif, seperti menghindar, atau menyangkal bahwa hal itu tengah terjadi Lazarus, 1966, 1990, 1993 dalam Santrock, 2003. Kepercayaan diri dapat meningkat ketika remaja menghadapi masalah dan berusaha untuk menyelesaikannya Bednar, Wells, Peterson, 1989; Lazarus, 1991 dalam Santrock, 2003. Percaya diri merupakan salah satu konsep diri yang positif yang termasuk dari inti pola kepribadian Surya, 2010. Siswa yang memiliki kepercayaan diri, tidak tergantung pada orang lain dan akan percaya pada kemampuan yang dimilikinya Rini, 2002. Kurang percaya diri pada siswa juga dapat ditunjukkan dengan beberapa perilaku, salah satunya yaitu mencontek saat menghadapi ujian atau tes Hakim, 2002. Pelaksanaan ujian nasional pada tahun-tahun sebelumnya, sering diwarnai dengan berbagai kecurangan yang dilakukan oleh siswa maupun oknum yang tidak bertanggung jawab. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerima 254 pengaduan. Pengaduan yang paling banyak mengenai isu kecurangan yaitu 54 pengaduan di antaranya adalah 27 pengaduan kebocoran, 20 pengaduan tentang kunci jawaban, 6 pengaduan jual beli soal, 2 pengaduan mengenai soal tertukar, dan 1 pengaduan soal yang rusak tempo.co.id. Hal ini sangat disayangkan bila mengingat Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menginginkan pendidikan yang bermutu bagi rakyat Indonesia menkokesra.go.id. Percaya diri dalam menghadapi ujian nasional berpengaruh terhadap kecemasan siswa, semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah kecemasan siswa dalam menghadapi UN, begitu juga dengan sebaliknya Tariman, 2012. Kecemasan dapat menyebabkan lahan persepsi seseorang berkurang sehingga cenderung untuk memusatkan perhatian pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain Stuart Sundeen, 1998. Siswa yang cemas saat ujian nasional akan menyebabkan konsentrasi yang buruk, dan dapat berdampak pada saat mengerjakan soal-soal ujian nasional. Siswa yang kurang percaya diri juga dapat berdampak pada masa depannya. Sukses dalam karier jarang datang pada orang yang kurang memiliki keyakinan diri, ketabahan, dan kurang percaya diri. Seseorang memiliki rasa percaya diri yang tinggi atas kemampuan atau potensi yang dimilikinya, berarti orang tersebut memiliki ketahanan diri meniti karir menuju keberhasilan, sebaliknya jika tidak memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuannya akan membuat seseorang cenderung stagnan dan tidak maju- maju dalam karirnya Yusuf, 2005. Perawat memiliki beberapa peran, salah satunya adalah sebagai counsellor. Seorang perawat sebagai counsellor dapat memberikan bimbingan konseling kepada klien Doheny, 1982 dalam Kusnanto, 2004. Pemberian konseling ini juga dapat diberikan kepada para siswa untuk dapat menggunakan koping yang sesuai atau adapatif sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri pada siswa khususnya yang akan mengahadapi ujian nasional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tariman 2012 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial dan kepercayaan diri terhadap kecemasan menghadapi Ujian Nasional UN siswa SMAN 1 Kota Tangerang Selatan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau P 0,05, dan penelitian terkait mekanisme koping dalam menghadapi ujian nasional diteliti oleh Naviska 2012 menunjukkan bahwa 51 siswa menggunakan mekanisme koping berfokus masalah yang artinya sudah memiliki koping yang baik dalam mengatasi masalah UN yang mereka hadapi, sementara 49 siswa masih menggunakan mekanisme koping berfokus emosi. Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, peneliti belum menemukan penelitian terkait hubungan antara koping dengan kepercayaan diri dalam menghadapi ujian nasional. Peneliti juga berpikir bahwa koping dan kepercayaan diri penting untuk diteliti, sehingga peneliti ingin mengkaji lebih me ndalam mengenai “Hubungan Koping dan Kepercayaan Diri Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional di SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL (UN) PADA SISWA KELAS 3 SMP

0 20 16

KONTROL DIRI DAN KECEMASAN SISWA SMA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Kontrol Diri Dan Kecemasan Siswa Sma Dalam Menghadapi Ujian Nasional.

0 2 15

KONTROL DIRI DAN KECEMASAN SISWA SMA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Kontrol Diri Dan Kecemasan Siswa Sma Dalam Menghadapi Ujian Nasional.

0 2 17

HUBUNGAN STRATEGI KOPING DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN Hubungan Strategi Koping Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian SBMPTN.

0 4 15

HUBUNGAN STRATEGI KOPING DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI SBMPTN Hubungan Strategi Koping Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian SBMPTN.

0 2 18

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Hubungan Antara Kestabilan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pada Siswa Kelas 3 SMK Muhammadiyah Pekalongan.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Hubungan Antara Kestabilan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pada Siswa Kelas 3 SMK Muhammadiyah Pekalongan.

0 1 14

HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MAHASISWA MENGHADAPI Hubungan Kepercayaan Diri Dan Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Mahasiswa Menghadapi Ujian Osca.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI AKADEMIK DAN STRATEGI KOPING DALAM MENGHADAPI Hubunagn Antara Konsep Diri Akadmeik dan Strategi Koping dalam Menghadapi Ujian Semester.

0 1 15

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL.

2 10 24