Mekanisme Obat Anti-inflamasi Inflamasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta denaturasi merupakan senyawa yang berpotensi sebagai antiinflamasi. Beberapa NSAID seperti indometasin, ibufenak, natrium diklofenak, asam salisilat, dan asam flufenamat mencegah denaturasi dari BSA pada pH patologis yaitu 6,2-6,5. Senyawa seperti fenil propanoid dan eugenol diketahui dapat mencegah denaturasi dari BSA ditemukan memilki aktivitas antiinflamasi. Berdasarkan data diatas, mendukung validitas dari penggunaan efek antidenaturasi BSA pada ekstrak tanaman dalam suasana dipanaskan sebagai parameter terapeutik yang potensial untuk menemukan senyawa antiinflamasi tanpa harus menggunakan binatang untuk skrining farmakologi awal. Presentase dari pengendapan denaturasi protein dapat dihitung dengan perbandingan antara absorbansi sampel dibandingkan dengan absorbansi kontrol R. Ramalingam et al, 2010. Metode uji dengan BSA merupakan skrining antiinflamasi tahap awal. Interaksi BSA dengan zat aktif terjadi akibat adanya ikatan antara zat aktif dengan tirosin, treonin, dan lisin. Ketika zat aktif menempel dengan tirosin, treonin, dan lisin yang terdapat pada BSA maka akan tidak mencegah terjadinya denaturasi BSA Williams et al, 2008.

2.8.7.2 Metode Stabilisasi Membran HRBC

Aksi utama dari agen antiinflamasi adalah menginhibisi enzim siklooksigenase yang berperan dalam konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin. Karena membran sel darah merah manusia HRBC mirip dengan komponen membran lisosom, pencegahan dari hipotonisitas diinduksi lisis membran HRBC yang digunakan sebagai sebuah pengukuran dalam memperkirakan sifat antiinflamasi pada ekstrak atau pada suatu senyawa. Metode stabilisasi membran HRBC telah digunakan dalam memperkirakan sifat antiinflamasi Saleem et al, 2011. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 28

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia, Laboratorium Penelitian I, Laboratorium Penelitian II dan Laboratorium Kimia Obat Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

3.2 Waktu

Penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2015 sampai Mei 2015.

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu nasu flask 250 mL IwakiPyrex, beaker glass Pyrex 500 mL; 100 mL; 50 mL, Hotplate, seperangkat alat vacuum rotary evaporator SB-1000 Eyela, kertas saring whatman, pH meter, kapas, timbangan analitik, lumpang dan alu, vial, gelas ukur Pyrex 100 mL; 50 mL; 10 mL, spatula, tabung reaksi, rak tabung reaksi, chamber, magnetic stirrer, stirrer, shaking bath, Gas Chromatography-Mass Spectrofotometry GC-MS, Agilent Technologies, Nuclear Magnetic Resonancy NMR, 500 MHz, JEOL, Spektrofotometer UV-Vis HITACHI, Fourier Transform Infrared FT-IR, SHIMADZU, Differential Scanning Calorimeter DSC, SHIMADZU, plat aluminium TLC silica gel 60 F254 Merck, kromatografi kolom.

3.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Etil p- metoksisinamat hasil isolasi dari kencur, Natrium diklofenak Sigma-Aldrich, Asam Nitrat Merck, Heksan, Metanol p. a., Aquades, Silika gel 60 Merck, Etil Asetat, Tris base, Na 2 SO 4 anhidrat Merck, NaOH Merck, HCl, Bovine Serum Albumin Sigma-Aldrich.