UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.2. Data pergeseran kimia δ spektrum
1
H-NMR etil p-metoksisinamat, asam p- metoksisinamat, dan 4-metoksi-
β-nitrostirena CDCl
3
, 500 MHz Posisi
Pergeseran Kimia δ, ppm 4-metoksi-
β- nitrostirena
Etil p- Metoksisinamat
Asam p- Metoksisinamat
Mufidah, 2014 1
7,50 d, 1H, J=9,08
6,90 d, 1H, J=9,05
6,95 d, 1H, J=9,05
2 6,95
d, 1H, J=8,43 7,47
d, 1H, J=8,45 7,54
d, 1H, J=9,1 4
6,95 d, 1H, J=8,43
7,47 d, 1H, J=8,45
7,47 d, 1H, J=9,1
5 7,50
d, 1H, J=9,08 6,90
d, 1H, J=9,05 6,95
d, 1H, J=9,1 7
7,52 d, 1H, J=13,62
7,65 d, 1H, J=16,25
7,63 d, 1H, J=16,2
8 7,98
d, 1H, J= 13,62 6,31
d, 1H, J=15,6 6,34
d,, 1H, J=16,2 11
- 4,25
q, 2H, J=7,15 -
12 -
1,33 t, 3H, J=7,15
- 15
3,86 s, 3H
3,82 s, 3H
3,82 s, 3H
Spektrum 1H-NMR memberikan sinyal pada pergeseran kimia 3,86 ppm 3H berbentuk singlet. Sinyal ini lebih downfield karena berikatan dengan
oksigen -OCH
3
, metoksi. Pergeseran kimia 7,52 ppm, 1H berbentuk doublet memiliki hubungan dengan puncak yang memiliki pergeseran kimia 7,98 ppm
1H berbentuk doublet, keduanya memiliki konstanta kopling 13,62 Hz. Bentuk tersebut merupakan olefin dengan proton yang memiliki konfigurasi trans.
Kemudian pada pergeseran kimia 6,95 ppm – 7,50 ppm 4H merupakan proton-
proton yang terdapat dari benzen dengan dua substitusi. Pola sinyal ini menunjukkan bahwa 2 proton yang ekuivalen terkopling secara ortho dengan 2
proton yang ekuivalen dengan yang lainnya. Bentuk tersebut menunjukkan bahwa sinyal H 1,5 dan H 2,4.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.3. Data pergeseran kimia δ spektrum
13
C-NMR 4-metoksi- β-nitrostirena CDCl
3
, 500 MHz
Posisi Pergeseran Kimia δ, ppm
4-Metoksi- β-Nitrostirena
Etil p-Metoksisinamat Hasali, 2013
1,5 131.35, CH
130.19, CH 2,4
115.10, CH 114.77, CH
3 163.12, C
161.28, C 6
122,72, C 127.65, C
7 139.24, CH
144.45, CH 8
135.10, CH 116.28, CH
9 -
167.55, C 11
- 60.77, CH
2
12 -
14.60, CH
3
15 55.72, OCH
3
55.89, OCH
3
Spektrum
13
C-NMR menunjukkan bahwa sinyal pertama pada pergeseran kimia 55,72 ppm merupakan karbon dari metoksi yang berada pada cincin
aromatik. Sinyal karbon pada 163,12 ppm merupakan karbon kuartener C-3 yang berikatan dengan atom oksigen dari metoksi. Kemudian terdapat sinyal pada
131,35 ppm C-1,5 hanya muncul satu sinyal untuk dua karbon karena karbon tersebut simetris dan ekuivalen antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut juga
terjadi pada C-2,4 dimana hanya muncul satu sinyal yaitu 115,10 ppm. Pada C-8 terdapat sinyal yang lebih downfield daripada sinyal yang dihasilkan etil p-
metoksisinamat yaitu 135,10 ppm. Hal tersebut dikarenakan karbon pada C-8 pada senyawa 4-metoksi-
β-nitrostirena berikatan langsung dengan Nitrogen yang merupakan unsur penarik elektron. Sinyal pada 167,55 merupakan sinyal dari
karbon C-9 yang muncul pada etil p-metoksisinamat. Namun, pada senyawa 4- metoksi-
β-nitrostirena tidak muncul sinyal tersebut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa senyawa hasil modifikasi tersebut tidak mengandung karbonil.
Berdasarkan berbagai data identifikasi diatas bahwa dapat diketahui bahwa senyawa hasil modifikasi melalui proses nitrasi adalah senyawa 4-Metoksi-
β- Nitrostirena.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.3 Pengujian Aktivitas Antiinflamasi dan Hubungan Struktur Aktivitas
Senyawa Hasil Modifikasi
Studi antidenaturasi protein dilakukan dengan menggunakan Bovine Serum Albumin BSA. Pengukuran BSA dilakukan untuk mengeliminasi atau
mengurangi penggunaan spesimen hidup dalam proses pengembangan obat R. Ramalingam et al, 2010. Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antiinflamasi
terhadap etil p-metoksisinamat, senyawa hasil modifikasi yaitu 4-metoksi- β-
nitrostirena dan asam p-metoksisinamat, dan natrium diklofenak sebagai kontrol positif dengan menggunakan BSA. Pada uji BSA tersebut digunakan konsentrasi
dengan rentang 100 ppm hingga 0,1 ppm. Berdasarkan William, et al. 2008, senyawa yang memiliki persen inhibisi
denaturasi protein 20 merupakan senyawa yang memiliki aktivitas antiinflamasi. Natrium diklofenak merupakan kontrol positif yang memiliki
aktivitas menghambat denaturasi protein dengan persen inhibisi sebesar 98,85 pada konsentrasi 100 ppm.
Senyawa yang diuji aktivitas antiinflamasinya adalah senyawa natrium diklofenak, senyawa etil p-metoksisinamat, senyawa asam p-metoksisinamat, dan
senyawa 4-metoksi- β-nitrostirena. Dari keempat senyawa tersebut, hanya natrium
diklofenak, etil p-metoksisinamat dan 4-metoksi- β-nitrostirena yang memiliki
aktivitas antiinflamasi yaitu dengan memiliki persen inhibisi 20. Sedangkan asam p-metoksisinamat tidak memiliki aktivitas antiinflamasi. Namun, natrium
diklofenak, etil p-metoksisinamat dan 4-metoksi- β-nitrostirena tersebut memiliki
pola nilai aktivitas yang berbeda. Etil p-metoksisinamat dan natrium diklofenak memiliki aktivitas menghambat denaturasi protein seiiring dengan meningkatnya
konsentrasi. Sedangkan 4-metoksi- β-nitrostirena semakin kecil konsentrasi maka
aktivitas penghambatan denaturasi protein semakin meningkat lihat tabel 4.4. Pada penelitian ini dilakukan uji antiinflamasi dari etil p-metoksisinamat
dan senyawa hasil modifikasi dengan metode BSA yaitu dengan pengamatan mengenai efek penghambatan denaturasi protein. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa etil p-metoksisinamat memiliki aktivitas menghambat denaturasi protein mulai dari konsentrasi rendah yaitu konsentrasi 0,1 ppm dan
meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi dimana pada konsentrasi 100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ppm senyawa etil p-metoksisinamat memiliki daya hambat denaturasi protein sebesar 54,01.
Tabel 4.4 Hasil uji aktivitas antiinflamasi etil p-metoksisinamat dan senyawa hasil modifikasi
Gambar 4.11 Grafik presentase inhibisi etil p-metoksisinamat dan senyawa hasil modifikasi Keterangan: NaD = Natrium Diklofenak; EPMS= Etil p-metoksisinamat; APMS = Asam p-
metoksisinamat; 4MBN = 4-Metoksi- β-Nitrostirena
-20 20
40 60
80 100
120
0,1 1
10 100
NaD EPMS
APMS 4MBN
No. Sampel
Konsentrasi Inhibisi
1. Natrium Diklofenak
0,1 1.59
1 4.56
10 26.75
100 98.85
2. Etil p-Metoksisinamat
0,1 32,56
1 40,13
10 42,73
100 54,01
3. Asam p-Metoksisinamat
0,1 -0.41
1 -0,31
10 -0,28
100 0,43
4. 4-Metoksi-
β-Nitrostirena 0,1
36.73 1
29.80 10
24.27 100
-6.80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Senyawa hasil modifikasi melalui proses hidrolisis adalah senyawa asam p- metoksisinamat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa asam
p-metoksisinamat tidak memiliki efek penghambatan denaturasi protein. Pada konsentrasi 0,1 ppm hingga 100 ppm dari senyawa asam p-metoksisinamat, tidak
memiliki efek antidenaturasi. Senyawa hasil modifikasi melalui proses nitrasi adalah senyawa 4-metoksi-
β-nitrostirena. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 4-metoksi-β-nitrostirena memiliki efek penghambatan denaturasi protein yang meningkat seiring dengan
menurunnya konsentrasi. Pada konsentrasi 100 ppm senyawa 4-metoksi- β-
nitrostirena tidak memiliki efek penghambatan denaturasi protein. Senyawa 4- metoksi-
β-nitrostirena memiliki aktivitas menghambat denaturasi protein sebesar 36,73 pada konsentrasi 0,1 ppm. Efek penghambatan denaturasi protein yang
meningkat seiring dengan menurunnya konsentrasi tidak hanya pada senyawa 4- metoksi-
β-nitrostirena, melainkan pada senyawa hasil isolasi dari Butea monosperma Bark. yaitu senyawa BM-01 dan pada beberapa ekstrak yang telah
diuji yaitu ekstrak Annona cherimola, ekstrak Boehmeria jamaicensis, dan ekstrak Gliricida sepium Tatti et al, 2012; Verma et al, 2011; William et al, 2008.
Berdasarkan hasil uji aktivitas terhadap etil p-metoksisinamat, asam p- metoksisinamat, dan 4-metoksi-
β-nitrostirena, dapat dianalisa bahwa penggantian gugus ester COOR menjadi gugus karboksilat COOH dan gugus nitro NO
2
mempengaruhi aktivitasnya dalam penghambatan denaturasi protein. Penggantian yang dilakukan pada gugus ester COOR menjadi gugus karboksilat COOH
menyebabkan hilangnya efek penghambatan denaturasi protein. Sedangkan penggantian gugus ester COOR menjadi gugus nitro NO
2
menyebabkan menurunnya efek penghambatan denaturasi protein. Berdasarkan data hasil
analisa tersebut diketahui bahwa gugus ester COOR dari etil p-metoksisinamat memiliki peranan penting terhadap aktivitasnya sebagai antiinflamasi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: a. Modifikasi senyawa etil p-metoksisinamat telah berhasil dilakukan
melalui dua proses yaitu proses hidrolisis yang menghasilkan asam p- metoksisinamat dan proses nitrasi yang menghasilkan 4-metoksi-
β- nitrostirena.
b. Penggantian gugus ester menjadi karboksilat menyebabkan hilangnya efek penghambatan denaturasi protein.
c. Penggantian gugus ester menjadi gugus nitro menyebabkan menurunnya efek penghambatan denaturasi protein.
d. Berdasarkan hasil analisa hubungan struktur aktivitas terhadap senyawa etil p-metoksisinamat dan senyawa hasil modifikasinya menunjukkan
bahwa gugus ester memiliki peranan penting dalam aktivitasnya sebagai antiinflamasi.
e. Etil p-metoksisinamat memiliki aktivitas menghambat denaturasi protein seiring dengan meningkatnya konsentrasi maka aktivitas penghamabatan
denaturasi protein semakin meningkat. Sedangkan 4-metoksi- β-
nitrostirena semakin kecil konsentrasi maka aktivitas penghambatan denaturasi protein semakin meningkat.
5.2 Saran
a. Penelitian ini perlu dikembangkan lagi, terutama untuk melihat apakah ada pengaruh terhadap efek penghambatan protein ketika modifikasi
dilakukan pada gugus ester, misalnya dengan adanya penambahan C
pada gugus ester tersebut. b. Perlu dilanjutkan penelitian untuk pengujian antiinflamasi secara in vivo.