Harapan Informan Akan Masa Depan Stigma dan Diskriminasi yang Dialami Informan

Singgah Moderamen GBKP, siang hari selesai ODHA makan siang, peneliti melihat ODHA hanya duduk duduk di ruang tamu, ada yang melamun ada yang dengar musik dari radio, dan ada yang tidur siang. Kalau sudah sangat bosan dan suntuk, peneliti melihat beberapa ODHA pergi keluar jalan jalan, ada yang merencanakan perjalanan untuk refreshing tapi ada juga yang hanya sekedar keluar karena tidak memiliki uang untuk bepergian jauh.

4.9. Harapan Informan Akan Masa Depan

Matriks 4.9. Jawaban Informan tentang Harapan akan Masa Depan Informan Jawaban Aldo Ijul Cika Ucok Dina Budi Rani “Aku mau jadi penginjil ” “Kalau udah sehat CD4 udah 500 yah adalah. Karena kalau udah berumah tanggakan jadi tambah semangat, untuk bekerja cari uang” “Sekarang nggak ada niatku untuk menikah gitulah, tapi kalau apa nanti kan nggak tau kita. Tapi sekarang nggak, niatku sekarang mau kerja. Mau kerja mau kumpulkan anakku, sama kami gitu” “Yang terakhir pengen jadi penginjil, tapi udah malas. Karena udah lama kali untuk menunggu waktunya, ga pernah jadi, udah saya batalkan aja. Udah bosan. Jadi mau jadi apa sekarang? Lihat kedepannya lah” “Gak terpikir menikah lagi lah, aku jg dah tua, anak anak dah besar, biar sehat ajalah, bisa kerja” “Pengen menikah, berharaplah kak, nggak mungkin lah saya selamanya gini aja terus kan udah gitu saya pun memang berharap kalau memang saya udah sanggup bekerja, kenapa ngga kerja gitu kan. Seperti sales, ataupun seperti mungkin kerja ditoko gitu, kasir.” “Untuk sekarang belum mau berumah tangga lagi, mau urus anak dulu sehat, sekolah, kalau nanti dia udah jadi, bisa ngurus saya” Universitas Sumatera Utara Sekalipun HIV belum ada obatnya dan tidak bisa disembuhkan, ODHA harus tetap memiliki semagat dan harapan akan masa depannya. Memiliki harapan dapat membuat mereka semangat dalam menjalani hidup dan berdampak baik bagi kesehatan mereka. Jika mereka sudah lebih sehat dan CD4 sudah diatas 400 dan mereka sudah bisa bekerja ada informan yang ingin jadi penginjil, supir, kasir dan bahkan ada informan yang masih mau menikah.

4.10. Stigma dan Diskriminasi yang Dialami Informan

Sampai saat ini ODHA masih mengalami stigma dan diskriminasi dari keluarga, lingkungan baik di tempat kerja, gereja maupun lingkungan rumah. Kalaupun ada ODHA yang tidak mengalami stigma dan diskriminasi , hal itu karena keluarga atau lingkungan tidak megetahuinya, karena masih ada ODHA yang belum berani open status. 4.10.1. Bentuk Stigma dan Diskriminasi yang Dialami Informan Matriks 4.10. Jawaban Informan tentang Stigma dan Diskriminasi yang Dialami Informan Jawaban Aldo Ijul ”Pernah mengalami penolakan dirumah lama yang dirumah singgah itu, kalo di lingkugan gak ada karna orang itu gak tahu kan” “Tidak ada satupun orang yang mau menjenguk saya, bahkan mama saya, waktu dia pergi ke kamar mandi umum dikampung, bekas langkah mama saya disiram dengan air panas oleh tetangga kami. Saya benar-benar dendam, kalau saya sehat bahkan saya mau membacok orang itu. Dari mana abang tau kejadian itu? Mama saya sendiri yang cerita, dia bahkan sampai berkelahi dengan tetangga itu. Perlakuan orang benar-benar sadis kepada saya, tapi jangankan saya, mama saya juga ikut Universitas Sumatera Utara Matriks 4.10. Lanjutan dijauhi, ketika dia ke kamar mandi umum ataupun ke warung; kakak saya juga mendapat imbasnya semua orang jadi menjauh” “Pada waktu itu saya juga dibawa dengan ambulance dari kampung karena tidak ada satu angkutan umum pun yang mau membawa saya. Kenapa tidak ada yang mau? Karena istri saya waktu itu memberitahukannya kepada salah satu warga kampung dan berita itu langsung menyebar” Cika “Tetangga itu aja, jadi takut, gak mau dekat lagi..sampe diusir? ngga sih paling menjauh aja, awalnya mamak juga gak mau jaga” Ucok “Sampai saat ini saya masih di Rumah Singgah karena kakak saya yang tertua masi belum mengijinkan saya keluar dan dekat dengan keluarga. Apa alasannya menurut abang tidak mengijinkan abang pulang ke kampung, apa karena malu? Katanya, bila nanti kalau ada luka dibadan saya dan ada anak- anak mereka juga luka bila saya gendong, dia takut bisa tertular” Dina Budi Rani “Ada yang menerima ada yang nggak. Yah sebagian jijik dia, takut menular. Ngga ngerti dia. Awalnya kan waktu suami saya meninggal, kan diadati ke Jambur. Banyak yang datang, tapi ada yang ngga mau salam saya, menegur saya juga tidak. Keluarga dekat juga ada yang begitu. Sedih sekali rasanya, ada teman dekat yang tidak mau salam. yang ngusir orang orang gereja juga” “Karena saya ketika mengetahui udah positif langsung di pecat oleh direktur, saya bekerja seperti semula rupanya sampai dirumah sakit saya tidak diijinkan lagi bekerja gitu, udah ngapain lagi kamu kerja kata kabid keuangan saya, saya pun udah kesal juga. Ketika saya sampai situ udah ada digantikan saya gitu, belum keluar SK Pemberhentian sayapun saya udah diberhentikan gitu, kadang-kadang kita bersalaman aja pun ya nggak diterima kadang-kadang kita lewat pun dia minggir gitu, didekat rumah saya gitu, entah ke warung gitu, ga mau duduk dekat” “gak ada aku dijauhin kelurgaku, semua mendukungku, bahkan mereka yang biayain semua pengobatanku, kakak kakakku dan Universitas Sumatera Utara Matriks 4.10. Lanjutan abangu semua nya membantu aku, lingkungan rumah kami keluarga kami semua,waktu aku datang pun aku ke kampung malah dipelukin pun diciumin, berarti gak takut dia kan” Bentuk stigma dan diskriminasi yang dialami ODHA bervariasi pada beberapa ODHA. Stigma dan diskriminasi yang informan alami antara lain: dijauhi dari lingkungan dan keluarga, tidak mau disalam, ditolak dan dianggap menjijikkan dan dipecat dalam pekerjaan. Lain halnya dengan Rani, ia tidak mengalami stigma dan diskriminasi dari keluarga maupun lingkungannya, melainkan ia selalu mendapatkan dukungan dari keluarganya. 4.10.2. Sikap Informan terhadap Stigma dan Diskriminasi Matriks 4.11. Jawaban Informan tentang Sikap Informan terhadap Stigma dan Diskriminasi Informan Jawaban Aldo Ijul Cika “aku gak suka lah, apalagi waktu di usir dari rumah singgah yang di Medan..tapi kalo dilingkungan aku gak ngalami karena dah kubilang sama keluarga ku jangan diberitahu orang lain, cukup keluarga kita aja yang tahu kubilang.nanti malu kita kubilang.” “Saya benar-benar dendam, kalau saya sehat bahkan saya mau membacok orang itu.. Perlakuan orang benar-benar sadis kepada saya” “gak suka sih kak kalo dijauhi tetangga apalagi mereka menjauh dariku, tapi ya mau kekmana lagi, dah ini nasibku, mau bilang apalagi.” Ucok “Biasa saja. Saya sadar saya orang kotor, dan yang paling membuat hati saya plong, saya sudah berserah kepada Tuhan” Dina “Sedih sekali rasanya, ada teman dekat yang tidak mau salam, Universitas Sumatera Utara Budi Rani Matriks 4.11. Lanjutan kecewalah, sedih kali rasanya, yang ngusir orang-orang gereja juga” “Ya mungkin saya pikir itu kak, itu mungkin suatu diskriminasi kepad saya, tapi apa boleh buat mereka pun mungkin belum mengetahui gitu kan. Tapi ya mungkin ada juga kadang benarnya dan baiknya mungkin seperti yang dibilang direktur itu saya butuh istirahat yang total dan ada menjalani masa kritis gitu. Mungkin bertanggapan dia pun baik juga kepada saya gitu, kalau nanti seandainya nanti udah sehat, kerja lagi kerja lagi gitu. Tapi tak kan mungkin lagi lah kerja kalau udah dipecat begini kan kak. Cara halus aja itu menolaknya gitu.” “Gak ada aku dijauhin kelurgaku, semua mendukungku, bahkan mereka yang biayain semua pengobatanku, kakak kakakku dan abangu semua nya membantu aku, lingkungan rumah kami keluarga kami semua,waktu aku datang pun aku ke kampung malah dipelukin pun diciumin, berarti gak takut dia kan” Setiap orang tidak suka mengalami stigma dan diskriminasi dalam bentuk apapun, hanya saja cara setiap orang dalam menyikapi stigma dan diskriminasi berbeda-beda, ada yan bisa menerima dan ada juga yang tidak bisa menerima yang menimbulkan rasa benci, kesal dan marah. Ada juga beberapa informan yang bisa menerima stigma dan diskriminasi orang lain, informan merasa hal itu bisa terjadi karena mereka tidak mengerti HIV, informan tidak mau pusing dengan perlakuan orang lain terhadap mereka. Rani tidak mengalami stigma dan diskriminasi dari keluarga maupun lingkungannya, dia merasa sangat didukung oleh keluarga selama sakit, dan karena dukungan dari seluruh keluarga inilah yang membuat Rani cepat Universitas Sumatera Utara megalami pemulihan, kondisinya sudah lebih baik dan sudah bisa mengurus diri sendiri. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Informan tentang HIV AIDS