“Dimana bahwa Rumah Singgah itu sebagai rumah pemulihan, jadi secara umum kegiatannya itu adalah bagaimana agar mereka itu sehat. Khususnya
setelah mereka opname dari rumah sakit, mereka kan butuh istirahat yang cukup, mereka terhindar dari setres mungkin akibat masalah-masalah
dikeluarga dan sebagainya. Jadi untuk sementara di Rumah Singgah kita membuat mereka tenang dulu tanpa terbebani dengan masalah-masalah lain.
Ini tujuan pertama. Yang kedua, GBKP menyediakan kebutuhan namun tidak 100 artinya GBKP hanya sebatas membantu, tidak menyediakan
sepenuhnya jadi makanan, minuma, obat, susu, lauk-pauk, sayur-sayuran kita hanya membantu. Walau ekonomi mereka terbatas, dengan bantuan ini
diharapkan dapat mengurangi beban mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari”
Bantuan yang diberikan Komisi HIV dan Napza GBKP ini sangat bermanfaat bagi kesehatan ODHA. Setelah mereka keluar dari Rumah Sakit Adam Malik Medan,
mereka harus menjalani terapi ARV dan berobat jalan. Ada banyak hal penanganan HIV ini yang tidak diketahui keluarga, ditambah ada keluarga yang takut mereka
ditolak lingkungan menjadikan penanganan HIV menjadi masalah yang kompleks bagi keluarga dan ODHA itu sendiri. Ketika Rumah Singgah Moderaemn GBKP ini
ada dan membantu ODHA dalam perawatan dan pendampingan membuat ODHA punya semangat dalam menjalani pengobatannya.
5.3.4. Memiliki Aktivitas yang Bermakna dan Harapan akan Masa Depan
Pendekatan psikologis pada ODHA sangat penting agar ODHA tidak jatuh dalam kondisi stress, cemas, depresi, putus harapan yang pada gilirannya akan
menurunkan imunitasnya kekebalan tubuh yang amat penting dalam kehidupannya. Pendekatan psikologis dapat dilakukan oleh pendamping ODHA, pendeta, ustad,
keluarga dan orang orang yang aktif dalam dukungan ODHA di LSM maupun pemerintah. Di Rumah Singgah Moderamen GBKP ada kegiatan konseling dan
Universitas Sumatera Utara
kebaktian yang dilakukan 1 kali seminggu. Dalam konseling dan kebaktian biasanya informan mendapat motivasi secara spiritual untuk tetap punya harapan di masa
depan. Mereka biasanya berupaya untuk memotivasi agar ODHA semangat dan tetap punya harapan dalam menjalani kehidupannnya sehingga kehidupannya bermakna.
Dengan kehidupan yang bermakna akan menampilkan pribadi yang bersemangat, tidak merasa bosan, tidak merasa hampa dan mempunyai tujuan hidup yang diketahui
baik jangka pendek atau jangka panjang sehingga kegiatan yang dilakukan terarah dan juga dengan adanya tujuan hidup maka seseorang akan lebih mampu
mempertahankan hidupnya pada berbagai kondisi. Kehendak untuk hidup secara bermakna merupakan motivasi utama pada diri manusia. Hasrat inilah yang
memotivasi orang untuk bekerja, berkarya dan melakukan kegiatan-kegiatan penting yang lain dengan tujuan agar hidupnya menjadi berharga dan dihayati secara
bermakna Bastaman, 2007. Sama halnya dengan ODHA yang ada di Rumah Singgah Moderamen GBKP,
mereka ingin beraktivitas dan bekerja untuk mengisi hari harinya dengan aktivitas yang bermanfaat. Mereka merasa bosan jika tidak memiliki aktivitas. Seperti
pernyataan informan Budi sebagai berikut: “Paling tidak kami bekerjalah untuk ada kegiatan sehari-hari gitu suaya tidak
jenuh kali gitu kan. Tidak ada lagi lahan yang mau dikerjakan. Kemaren kami sempat mau membuat sabun cuci apa gitu, tapi bahannya nggak ada gitu.
Berhenti karena bahannya nggak ada gitu kan. Kalau seandainya ada itu ya, itu aja yang diurus setiap hari, uang belanja pun lepas gitu kan kak ya”
Adapun aktivitas keseharian informan di Rumah Singgah Moderamen hampir sama yaitu: menanan selada, daun sop dan bunga mawar; membuat sabun cair;
Universitas Sumatera Utara
kebaktian khusus yang beragama Kristen, membersihkan rumah dan masak. Hanya saja kegiatan bertanam dan membuat sabun cair terhenti karena kurang nya lahan
bertanam, polibag, bibit selada dan bahan pembuatan sabun cair sudah habis. Akibatnya ODHA merasa jenuh, karena aktivitasnya hanya masak, makan, mandi dan
tidur. Kepada peneliti, informan menyatakan sangat senang jika ada aktivitas yang menghasilkan, ketika mereka menanan selada, dan hasil panen mereka bisa jual ke
pasar, mereka merasa aktivitas mereka bermanfaat. Hal yang sama juga ketika mereka membuat sabun cair, hasilnya di jual dan mereka mendapat penghasilan dari
penjualannya, walau sedikit tapi mereka merasa puas. Seluruh informan berharap agar Komisi HIV AIDS dan Napza GBKP memberikan aktivitas yang bisa
menghasilkan bagi mereka dan menindaklanjuti setiap kegiatan yang sudah ada. Adanya harapan akan masa depan membuat ODHA di Rumah Singgah
Moderamen GBKP bersemangat bekerja dan menjalani pengobatan. Ada berbagai harapan yang disampaikan oleh ketujuh informan kepada peneliti yaitu Aldo dan
Ucok ingin jadi penginjil, Ijul ingin menikah lagi dan kembali bekerja sebagai supir, Budi ingin menikah dan kembali bekerja sementara Cika, Rani dan Dina ingin
mengurus dan menyekolahkan anak mereka dan dapat bekerja kembali dan belum ada keingina untuk menikah lagi. Mereka masih optimis menjalani hidup dan meraih
setiap harapan dimasa depan walau mereka mengetahui bahwa tidak ada obat bagi penyakit mereka. Hal sejalan dengan
penelitian Mardhiati R 2014 yang menunjukkan sebagian besar ODHA memiliki rencana untuk menikah 66,7,
walaupun ODHA tersebut memiliki status janda atau duda. Kegiatan positif
Universitas Sumatera Utara
merupakan hal yang juga menjadi bagian dari mutu hidup ODHA. Ada 56,3 ODHA yang memiliki aktifitas. ODHA yang masih menjalani hobi setelah mengetahui status
HIV ada 39,5. Ditemukan juga ada sebagian ODHA yang melanjutkan sekolah setelah mengetahui status 33,9. ODHA yang merencanakan mengikuti kursus
juga ada 15,7. Rueda S dkk 2011 dalam Mardhiati 2014 mengevaluasi hubungan antara
status pekerjaan dan kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan pada orang dengan HIVAIDS. Mereka menemukan bahwa status bekerja memiliki dampak yang lebih
terhadap kesehatan fisik dan kesehatan mental. Hal ini sejalan dengan penelitian Mirzawati 2013 hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek yaitu ODHA di
Bukit Tinggi mampu menghayati hidup penuh makna. Individu yang menghayati hidup bermakna menunjukkan corak kehidupan penuh semangat dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Ketiga subjek menjalani hidup dengan lebih semangat. Ketika individu memiliki serta mengetahui sebuah tujuan hidup atau untuk apa dia hidup, ia
akan sanggup dan tangguh didalam menghadapi hampir semua yang terjadi atas dirinya serta kesulitan hidup sebesar apapun Koeswara, 1992 .
5.4. Stigma dan Diskriminasi yang Dialami Informan