HIV di Rumah Sakit Adam Malik Medan. Hasil tes HIV ternyata positif. Aldo merasa sedih sekali dan ingin mati saat itu. Perasaan Aldo diungkapkan sebagai
berikut: “Kata dokter aku kena HIV. itupun aku tak terima, mana mungkin kek gini
kek gini, sudah sempat nangis aku, karna orang tua awaklah, kakak awak yang nahan awak karna kupikir dah mati awak nya ini”
Aldo merasa putus asa, untung ada kakak dan mama nya yang menguatkan nya pada saat itu. Pernah menderita TB tetapi sudah sembuh tetapi sampai sekarang masih
menderita hepatitis. Aldo berhenti memakai narkoba sejak mengetahui status HIV akan tetapi masih merokok sampe hari ini 4-5 batang hari. Aldo menyatakan masih
merokok walau tahu kalau merokok itu tidak baik bagi kesehatannya. Aldo menghilangkan suntuk dengan cara merokok.
4.2.2. Profil Informan 2
Informan 2 adalah Ijul nama samaran, seorang pria yang berusia 37 tahun, bekerja sebagai supir, anak ke lima dari 5 bersaudara, menikah pada tanggal 26 juli
tahun 2012 dan sempat mempunyai seorang anak akan tetapi pada usia 3 bulan anak meninggal. Ijul tinggal di Kuta Gugung Tiga Panah. Ijul menceritakan masa lalunya
kepada peneliti kalau sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2008 tinggal di Jakarta, bekerja sebagai seorang supir, suka pergi ke tempat hiburan malam seperti diskotik,
suka minuman keras, mengkonsumsi narkoba tapi bukan narkoba suntik dan melakukan sex bebas. Pada tahun 2008 pulang ke Medan dan bekerja sebagi supir
salah satu angkutan umum di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Ijul mengetahui dirinya positif HIV pada akhir tahun 2012, informan memeriksakan diri atas saran seorang mantri di kampungnya. Suatu saat Ijul sakit
demam, influenza dan diare berkepanjangan sampai berak darah dan opname 1 minggu di sebuah klinik di daerah kabanjahe, karena tidak sembuh juga maka di
sarankan cek darah di sebuah laboratoriun di kabanjahe, hasilnya positif. Akan tetapi untuk memastikan lagi, Ijul disarankan tes HIV di Rumah Sakit Adam Malik Medan,
akan tetapi karena tidak ada uang dan takut mengeluarkan biaya yang besar , keluarga memutuskan membawa informan kekampung selama 1 minggu. Kondisi Ijul semakin
parah dan tidak mengetahui kalau dia positif HIV dari hasil pemeriksaan laboratoriun Kabanjahe. Selama di kampung dia selalu menjerit jerit kesakitan, Ijul
mengungkapkannya sebagai berikut: “saya dibawa dahulu pulang kekampung selama satu minggu. Selama di
kampung saya terus-menerus menjerit-jerit kesakitan, perasaan tidak enak, panas-dingin, tidak bisa tenang. Pada waktu itulah kakak saya
memberitahukan bahwa saya positif HIV. Ketika saya mengetahui hal itu, lima hari kemudian saya meminta agar saya dibawa ke RS Adam Malik agar
saya bisa meninggal dengan tenang. Namun saya tetap belum dibawa juga karena uang belum ada, sampai-sampai saya ingin gantung diri, pada saat itu
pihak keluarga saya sedang mencoba mengurus Jamkesmas saya. Setelah 5 hari baru kartu itu selesai di urus. Waktu itu saya sudah sampai lumpuh,
sudah tidak bisa berjalan…”
Kepada peneliti, Ijul juga menyampaikan kekesalannya pada istri karena istrinya telah meninggalkannya ketika istri mengetahui hasil laboratorium Kabanjahe
yang menyatakan informan positif HIV. Padahal kondisi istri pada saat itu sedang hamil. Akhirnya informan dibawa ke Rumah Sakit Adam Malik Medan dan setelah di
Universitas Sumatera Utara
periksa ternyata hasilnya sama yaitu Ijul positif HIV. Ijul diopname selama 2 bulan. Ijul merasa putus asa:
”Saya opname di rumah sakit 2 bulan lamanya… saya paling lama, biasanya orang HIV 3 hari meninggal 4 hari meninggal, selama saya disana ada
paling tidak 15 orang sudah meninggal orang dengan HIV. Orang tua saya, mama saya juga sampai heran kenapa saya tidak meninggal …Seluruh pasien
dengan HIV yang dirawat hidup dalam tekanan dan putus asa, saya juga sangat tertekan dan pernah berusaha menjatuhkan kepala kelantai agar
meninggal”
Ijul merasa putus asa ketika melihat bayak pasien yang meninggal di Rumah Sakit Adam Malik dan ingin mengakhiri hidupnya.
4.2.3. Profil Informan 3