Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Teori Perubahan Perilaku

mendukung kesehatannya. Dari seorang kerabat yang mengenalnya, peneliti mendapat kabar kalau kondisinya semakin menurun setelah keluar dari rumah singgah tersebut. Meskipun demikian, ada 10 orang yang memutuskan untuk tetap memilih pindah ke Rumah Singgah Moderamen GBKP yang ada di Berastagi. Mereka menyatakan kalau Rumah Singgah tersebut adalah tempat yang bisa menerima keberadaan mereka ketika mereka ditolak oleh keluarga dan sangat terbantu dalam pemenuhan kebutuhan makanan, nutrisi dan obat obatan. ODHA yang ada di Rumah Singgah Moderamen GBKP ini telah kehilangan pekerjaan, sehingga mereka sangat membutuhkan Rumah Singgah Moderamen GBKP tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana perilaku Orang Dengan HIVAIDS ODHA, stigma dan diskriminasi di Rumah Singgah Moderamen GBKP Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku Orang Dengan HIVAIDS ODHA, stigma dan diskriminasi di Rumah Singgah Moderamen GBKP Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan, sebagai bahan masukan dalam pengembangan program kesehatan akan perlunya rumah singgah bagi ODHA untuk tempat tinggal Universitas Sumatera Utara sementara selama perawatan ketika ODHA ditolak oleh keluarga, lingkungan ataupun masyarakat dan terus melakukan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat dalam upaya penghapusan stigma dan diskriminasi ODHA. 2. Bagi LSM atau organisasi diluar pemerintah untuk mengetahui pentingnya pendirian rumah singgah bagi ODHA sebagai sumber informasi dan tempat yang nyaman bagi mereka selama perawatan. 3. Bagi Masyarakat, agar mengetahui pentingnya rumah singgah bagi ODHA sehingga ketika masyarakat mengetahui ada rumah singgah untuk ODHA disekitarnya, agar tidak melakukan pengusiran ataupun penolakan terhadap keberadaan rumah singgah tersebut. 4. Bagi Peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan HIVAIDS. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar Notoatmodjo, 2003. Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon yang dapat digambarkan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1. Skema Teori Perilaku S_O_R Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua Notoatmodjo, 2003 : 1. Perilaku tertutup convert behavior, yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup convert. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2. Perilaku terbuka overt behavior, yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Menurut Benjamin Bloom dalam Notoatmodjo 2007, ranah perilaku terbagi dalam 3 domain, yaitu : Stimulus Organisme • Perhatian • Pengertian • Penerimaan Reaksi Perubahan Sikap Reaksi Perubahan Praktik Universitas Sumatera Utara

2.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan knowledge merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan Notoatmodjo, 2007. Menurut Rogers dalam Notoatmodjo 2010, pengetahuan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : a. Awareness Knowledge Pengetahuan kesadaran, yaitu pengetahuan akan keberadaan suatu inovasi. Pengetahuan jenis akan memotivasi individu untuk belajar lebih banyak tentang inovasi dan kemudian akan mengadopsinya. Pada ini inovasi diperkenalkan pada masyarakat tetapi tidak ada informasi yang pasti tentang produk tersebut. Karena kurangnya informasi tersebut maka masyarakat tidak merasa memerlukan inovasi tadi. Rogers menyatakan bahwa untuk menyampaikan keberadaan inovasi akan lebih efektif disampaikan melalui media massa seperti radio, televisi, koran atau majalah. Sehingga masyarakat akan lebih cepat mengetahui keberadaan suatu inovasi. b. How-to-Knowlegde Pengetahuan pemahaman, yaitu pengetahuan tentang bagaimana cara menggunakan suatu inovasi dengan benar. Rogers memandang Universitas Sumatera Utara pengetahuan jenis ini penting dalam proses keputusan inovasi. Untuk lebih meningkatkan peluang pemakaian sebuah inovasi maka individu harus memiliki pengetahuan ini dengan cukup tentang penggunaan inovasi ini. c. Principles-Knowledge Prinsip dasar, yaitu pengetahuan tentang prinsip-prinsip keberfungsian yang mendasari bagaimana dan mengapa suatu inovasi dapat bekerja. Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat Notoatmodjo, 2010, yaitu: 1. Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, yang termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Universitas Sumatera Utara 3. Aplikasi Application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi ril sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau pengunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisa Analysis Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesa Synthesis Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu materi atau objek. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau Universitas Sumatera Utara responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat tersebut di atas. Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan adalah : 1. Pendidikan Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga yang dapat meningkatkan kualitas hidup, sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan semakin pengetahuan yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat melakukannya Notoatmojo, 2007. 2. Sumber Informasi Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu keseluruhan makna yang menunjang pesan atau amanat. Pengetahuan diperoleh melalui informasi yaitu kenyataan fakta dengan melihat dan mendengar sendiri. Informasi kesehatan biasanya berasal dari petugas kesehatan atau instansi pemerintah atau media massa. Pada umumnya petugas kesehatan melakukan pendekatan dengan ceramah atau penyuluhan kesehatan, sedangkan melalui media massa dapat berupa elektronik seperti televisi, radio, dan lain-lain. Adapun media cetak seperti majalah, koran, buku, dan lain-lain. Sumber informasi kesehatan yang tepat mempunyai peran besar dalam meningkatkan pengetahuan seseorang. Universitas Sumatera Utara 3. Sosial Ekonomi Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang. Sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi, sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga. 4. Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut Notoatmodjo, 2007.

2.1.2. Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari sikap yang tertutup tersebut. Notoatmodjo 2007 sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Allport dalam Notoatmodjo 2010 menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok: 1. Kepercayaan keyakinan, ide, konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak tend to behave. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: 1. Menerima Receiving Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan Objek. Universitas Sumatera Utara 2. Menanggapi Responding Menanggapi diartikan sebagai memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. 3. Menghargai Valuing Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasanya dengan orang lain, bahkan mengajak atau memengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. 4. Bertanggung jawab Responsible Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain. Bertanggungjawab merupakan sikap yang paling tinggi tingkatannya Notoatmodjo, 2010. Menurut Azwar 2005 ada beberapa faktor yang memengaruhi sikap terhadap obyek sikap antara lain : 1. Pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghargai konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut. Universitas Sumatera Utara 3. Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis yang mengarahkan sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. 4. Media masa dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhui oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumenya. 5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidak mengherankan jika pada giliranya konsep tersebut mempengaruhui sikap.

2.1.3. Tindakan

Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak Notoatmodjo, 2007. Adapun tingkatan dari tindakan adalah : 1. Persepsi Perception Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek yang pertama. Universitas Sumatera Utara 2. Respon Terpimpin Guide Response Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah indikator tingkat kedua. 3. Mekanisme Mechanisme Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai tingkat ketiga. 4. Adaptasi Adaptation Tindakan yang sudah berkembang dengan baik Notoatmodjo, 2007.

2.2. Teori Perubahan Perilaku

Beberapa teori determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan antara lain: 1. Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku behavior causes dan faktor di luar perilaku non-behaviour causes. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor : Teori Lawrence Green a. Faktor-faktor predisposisi predisposing factors, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. b. Faktor-faktor pendukung Enabling factors, yang terwujud dalam fasilitas- fasilitas atau sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara c. Faktro-faktor pendorong renforcing factors yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 2. Teori Snehandu B. Kar 1983 Kar mengidentifikasi adanya 5 faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu: a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya behavior itention. b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya social support. Didalam kehidupan sesorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat sekitarnya. c. Terjangkaunya informasi accessibility of information adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang. d. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan personal autonomy. e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak action situation. Beberapa teori perubahan perilaku yaitu: 1. Teori Stimulus Organisme S – O – R Didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang stimulus yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi, misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara, sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku Universitas Sumatera Utara seseorang, kelompok atau masyarakat. Hosland, et al 1953 dalam Notoatmojo 2007 mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Teori ini mengatakan bahwa perilaku berubah hanya apabila stimulus rangsang yang diberikan benar-benar melebihi dari rangsang semula. Rangsang yang dapat melabihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini faktor reinforcement memegang peranan penting. 2. Teori Festinger Dissonance Theory 1957 Teori ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance tidak seimbang. Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan ketidak seimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu, maka berarti terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut consonance keseimbangan. Ketidakseimbangan terjadi karena dalam diri individu terdapat dua elemen kognisi yang saling bertentangan, yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapat dan keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek, dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbedabertentangan di dalam diri individu itu sendiri maka terjadilah dissonance. Keberhasilan yang ditunjukkan dengan tercapainya keseimbangan menunjukkan adanya perubahan sikap dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku. Universitas Sumatera Utara 3. Teori Fungsi Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz 1960 dalam Notoatmojo 2007 perilaku dilatarbelakagi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan : 1 Perilaku memiliki fungsi instrumental. Artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. 2 Perilaku berfungsi sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya 3 Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan pemberi arti 4 Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi Teori fungsi ini berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu di dalam kehidupan manusia perilaku itu tampak terus – menerus dan berubah secara relative 4. Teori Kurt Lewin Kurt Lewin 1970 berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan – kekuatan pendorong dan kekuatan – kekuatan penahan. Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang. Universitas Sumatera Utara a. Kekuatan – kekuatan pendorong meningkat. b. Kekuatan – kekuatan penahan menurun c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. 2.3. HIVAIDS dan ODHA 2.3.1. Pengertian HIV dan AIDS